Kata etika atau etik berasal dari kata ethos yang berarti (Bahasa Yunani) yang berarti karakter,
watak kesusilaan atau adat. Dalam praktiknya etika memberikan semacam batasan atau aturan
standar yang mengatur akan kehidupan bermasyarakat. Etika ini kemudian dibentuk dalam suatu
bentuk aturan yang tertulis dan dirinci secara sistematis berdasarkan prinsip moral yang berlaku.
Dalam bisnis, etika bisnis atau etika dalam usaha semakin banyak terjadi pada negara
berkembang maupun negara maju. Hal ini terjadi karena ketatnya persaingan dalam sektor bisnis,
dari majunya teknologi, banyaknya kompetitor yang pada akhirnya menimbulkan iklim bisnis
yang tidak sehat demi mencari keuntungan semaksimal mungkin.
Pada era 70-an Ford PINTO menarik 1.5 juta produknya akibat kesalahan produksi tanki bahan
bakar, kesalahan produksi ini dapat berakibat membahayakan pengguna dikarenakan apabila
terjadi kecelakaan dapat menyebabkan ledakan pada tanki bahan bakar. Hal ini menarik untuk
menjadi pembahasan agar nantinya etika profesi dapat diartikan secara benar dan tidak
menimbulkan hal buruk kepada penggunanya.
Teori-Teori Etika
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme.
Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self service). Kedua, egoisme etis,
adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self interest).
2. Utilitarianisme
Menurut teori ini, menyatakan bahwa manusia seharusnya mengupayakan sebesar-
besarnya kenikmatan untuk manusia, bahkan untuk semua makhluk hidup yang
merasakan dampaknya.
Paham utilitarianisme dapat disimpulkan dalam 3 pernyataan:
Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya demi akibat-
akibatnya (consequences). Hal lain tidak menjadi pertimbangan. Motif manusia
tidak penting, karena tidak bisa diukur atau diukur, berbeda dengan tindakan yang
bisa diukur.
Dalam mengukur akibat, satu-satunya yang penting
hanyalah jumlah kebahagiaan atau ketidak-bahagiaan yang dihasilkan. Hal lain
tidak relevan.
Kesejahteraan setiap orang dianggap sama pentingnya. Tindakan yang benar
adalah yang menghasilkan pemerataan maksimal dari kesenangan di atas
ketidaksenangan, di mana kebahagiaan setiap orang dipertimbangkan secara sama
pentingnya.
3. Deontologi
Suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak
boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya
melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Di sini kita tidak boleh melakukan
suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam Teori
Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Contohnya: tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain.
4. Teori Hak
Menurut Bentens (2000), teori hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena
hak selalu berkaitan dengan kewajiban. Apa yang merupakan kewajiban bagi seseorang
biasanya berarti juga hak bagi orang lain. Secara umum, hak (rights) adalah klaim
kepemilikan individu atau sesuatu. Seseorang dikatakan memiliki hak jika dia memiliki
klaim untuk melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu atau jika orang lain
berkewajiban melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu kepadanya.
5. Teori Keutamaan
keutamaan (virtue) dapat didefinisikan sebagai watak yang telah dimiliki seseorang dan
memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral (Bertens, 2000 dalam
Satyanugraha, 2003). Seseorang yang baik adalah hidup menurut keutamaan. Hidup yang
baik adalah virtous of life (hidup keutamaan). Keutamaan adalah disposisi watak yang
telah di peroleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara
moral. Kemurahan hati, misalnya, merupakan suatu keutamaan yang membuat seseorang
membagi harta bendanya dengan orang lain yang membutuhkan