NPM : 1906407873 Prodi : Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial
1. 3 penyakit infeksi yang sering ditemukan pada ilmu bedah mulut?
1. Selulitis, merupakan infeksi odontogenik fase akut. Terdapat kondisi peradangan yang difuse serta kehilangan jaringan ikat. Etiologi dari penyakit ini berasal dari campuran dua mikroorganisme, yaitu aerobik dan anaerobik. Gejala dari penyakit ini yaitu terdapat edema, pusing, dan kemerahan pada daerah fokal infeksi. Pada tahap awal fase selulitis belum terbentuk pus 2. Ludwig’s angina, infeksi selular akut yang melibatkan dua sampai tiga spasia, submandibular, submental, dan sublingual. Etiologinya biasanya karena adanya infeksi periapikal atau periodontal di gigi rahang bawah. Ludwig’s angina dapat menyebabkan pasien kesulitan bernafas dan bisa berakibat fatal jika tidak diberikan perawatan yang adekuat. 3. Necrotizing fasciitis, adalah infeksi klinis spesifik yang menyerang jaringan lunak. Biasanya disebabkan oleh bakteri virulen yang memproduksi toksin, yang menyebabkan perusakan progresif dan meluas pada jaringan lunak dalam.
2. Patogen penyakit infeksi
Bakteri yang biasanya berperan pada infeksi odontogenik adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Bakteri ini memiliki beberapa enzim yang dapat merusak sel dan jaringan pada rongga mulut. Ketika terjadi kematian sel pulpa maka akan mengundang terjadinya reaksi inflamasi dan pertahanan tubuh. Interaksi sel pertahanan tubuh dan bakteri akan menghasilkan pus yang dapat menyebabkan abses dan infeksi odontogenik lainnya. Kultur dari sampel pus yang diambil pada drain pasien yang terjangkit necrotizing fasciitis menunjukkan bahwa streptococci dan staphylococcus aureus menjadi bakteri utama penyebab, diikuti oleh bakteri gram negative seperti bacsilli, bacteriodes, diphthreriodes, dan bakteri anaerobic lainnya.
3. Cara mengambil spesimen mikroba pada infeksi
Pengambilan sampel yang biasa dilakukan pada abses rongga mulut yaitu menggunakan teknik aspirasi untuk mengambil eksudat purulen. Teknik ini biasa digunakan pada abses yang tidak terdapat akses drainase seperti abses dento alveolar. Sebelum melalukan aspirasi abses, lakukan desinfeksi dengan antiseptic utnuk mencegah kontaminasi. Sampel pemeriksaan sebaiknya diambil sebelum pemberian obat-obatan, jika sudah mengkonsumsi sebaiknya setelah 24 jam pemberian antibiotik. Prinsip pengambilan sampel harus representatif (mewakili proses pemeriksaan yang dikehendaki dan ada kaitannya dengan mikroorganisme penyebab penyakit). Untuk pengambilan pus (nanah) pada luka tertutup paling baik menggunakan spuit dan jarum yang telah didesinfeksi sebelumnya, apabila diambil saat operasi sebagiandari dinding sel abses perlu disertakan. Spesimen permukaan luka diambil dengan swab.Tempat pewadahan spesimen harus steril dan segera dikirimkan ke lab. Setiap spesimen yang akan diperiksa harus lengkap disertai dengan nama, jenis kelamin, umur, alamat pasien, tanggal pengambilan spesimen, jenis spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, dan asal specimen
4. Antibiotik terapi empirik
Antibiotik diberikan berdasarkan indikasi adanya infeksi odontogenik, infeksi non-odontogenik, dan keperluan profilaksis infeksi. Antibiotik yang banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah golongan penisilin seperti penisilin dan amoksisilin, makrolida seperti klindamisin, golongan sefalosporin dan metronidazol. Hal ini sesuai dengan jenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi odontogenik, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri anaerob. Penicillin adalah first- line drug untuk infeksi odontogen. Amoxicillin, semi synthetic penicillin adalah drug of choice. Pasien alergi atau resisten penicillins beta-lactamase-stable antibiotics, termasuk clindamycin atau amoxicillin dengan asam klavulanat. Tujuan pemberian antibiotiknya adalah untuk eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diuga menjadi penyebab penyakit infeksi sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. Pemberiannya berdasarkan data epidemiologi dan pola resistensi bakteri yang tersedia di rumah sakit setempat, kondisi klinis pasien, keterseiaan antibiotik, kemampuan antibiotik untuk menembus ke dalam jaringan, atau pemberian antibiotik kombinasi jika diperlukan. Rute pemberian oral menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi dan lama pemberian pada antibiotik empiris diberikan untuk jangka waktu 48- 72 jam, setelah pemberian antibiotik perlu dilakukan evaluasi berkala
5. Cara menentukan perubahan pemberian antibiotik pada perawatan?
Pemilihan antibiotik didasarkan pada keadaan klinis dan data epidimiologis bakteri yang ada sehingga antibioitk yang sering digunakan adalah antibiotik dengan spektrum luas dengan jangka pendek sekitar 7-10 hari. Jika tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik, penambahan prosedur bedah antiinflamasi dan penggantian antibiotik lain harus dipertimbangkan dan juga kemungkinan juga terdapat jenis mikroorganisme baru. Pemberian antibiotik juga ditentukan oleh pola epidemiologi penyebaran bakteri di daerah tersebut Referensi
1. Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Germany. 2. Dwivedi, Deepak. (2011). Antibiotic susceptibility pattern agaist pathogenic bacteria causing Dental Caries.1. 31-35 3. Peedikayil FC (2016) Antibiotics in Odontogenic Infections – An Update. J Antimicro 2: 117 4. Shweta, Prakash SK. Dental abscess: A microbilogical review. Dent Res J(Isfahan). 2013 Sep;10(5):585-91. PMID: 24348613; PMCID: PMC3858730 5. Richard L. Wynn, BSPharm, Phd. Drug Information Handbook for Dentistry. 25th Edition. 2019 6. Hupp, James. Ellis, Edward. Myron, Tucker. 2008. Contemporary Maxillofacial Surgery. 5th edition. St. Louis: Elsevier 7. Kavarodi, AM. Necrotizing Fasciitis in Association with Ludwig’s Angina – A Case Report. The Saudi Dental Journal. 23, 157 – 160. 2011