Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN

Oleh :

ANDI MUH AKRAM DZULQAIDAH

05.03.18.1512

06

3C PENYULUHAN PETERNAKAN DAN KESEJAHTERAAN


HEWAN

JURUSAN PETERNAKAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA

KEMENTRIAN PERTANIAN

2020
BOB SADINO

Banyak sekali kisah sukses para pengusaha yang membangun usahanya dari bawah
atau nol. Namun, salah satu yang pastinya membekas di hati adalah perjalanan dari Bob
Sadino yang merupakan pemilik dari Kem Chicks. Tidak ada yang menyangka jika dirinya
dapat menjadi sukses padahal Bob hanyalah seorang yang lulusan SMA. Sosok yang ramah
dan bersahaja, membuat dirinya menjadi panutan banyak pengusaha muda. Kebanyakan dari
mereka berkeinginan untuk dapat menjadi murid agar bisa mengetahui rahasia dibalik
kesuksesannya membuat kerajaan bisnis. Sayangnya, Bob Sadino sudah tiada akibat
komplikasi penyakit yang dideritanya selama kurang lebih setahun. Walaupun sudah
berpulang, pengusaha yang suka menggunakan celana pendek ini akan selalu dikenang
karena banyak orang. Terlebih lagi, ia telah menyebarkan virus-virus kesuksesan dan
mendorong para pemuda untuk berani mengambil resiko untuk berwirausaha.

Bob Sadino lahir pada tanggal 9 Maret tahun 1933 di tanjung karang, Lampung.
Sejatinya, pengusaha muslim ini lahir dari keluarga yang terbilang cukup bahkan berlebih.
Betapa tidak, Bob yang hanya tamatan SMA mulai merantau ke Belanda, tepatnya pada usia
19 tahun. Kala itu, ia telah ditinggal sang ayah yang meninggal dunia. Berbekal warisan, Bob
akhirnya menetap di Negeri Kincir Angin dan mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan
bernama Djakarta Lylod di kota Amsterdam. Kemudian, ia juga sempat dipindahkan ke
Hamburg, Jerman.Bukan hanya mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan banyak uang, di
Belanda, Bob Sadino juga menemukan wanita idamannya yang kemudian menjadi istrinya,
yakni Soelami Soejoed. Setelah mempersunting Soelami, ia pun memberanikan diri untuk
melepas pekerjaanya di Belanda dan kembali ke tanah air. Modal yang dimiliki oleh Bob
Sadino untuk menikahi Soelami adalah tekad. “saya nggak miskin, saya hanya memiskinkan
diri,” kata Bob ketika ditanya sang calon istri sebelum menikah.
Kisah sukses Bob Sadino dalam merintis usaha pun akhirnya dimulai. Dengan
bermodalkan 2 mobil mewah yang ia bawa dari Belanda, Bob akhirnya menjual kendaraan
tersebut agar dapat dibelikan sebidang tanah di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Keluar dari
pekerjaan membuat dirinya harus memutar otak bagaimana agar dapat terus bertahan hidup.
Setelah itu, tercetuslah ide untuk menyewakan satu mobil tersisa dan ia sendiri yang menjadi
sopirnya. Uang yang dihasilkan dari penyewaan tersebut sebenarnya sudah cukup untuk
membiayai hidupnya dan juga istri. Namun, sebuah masalah besar pun akhirnya tiba.Pada
suatu ketika, Bob Sadino mengalami kecelakaan parah sehingga satu-satunya mobil sebagai
mata pencaharian pun rusak parah. Tak memiliki uang untuk memperbaikinya, Bob harus
memutar otak kembali bagaimana caranya untuk dapat uang. Merasa mentok dan tidak
memiliki ide, ia akhirnya memutuskan untuk menjadi kuli batu dengan penghasilan yang
sangat minim, yaitu Rp. 100,-. Karena kondisi keuangan yang amat buruk plus kebutuhan
yang meningkat drastis, Bob mengalami depresi yang cukup berat. Namun, siapa sangka
ketika sedang berada di zona tersebut, ia tetap berjuang demi membahagiakan keluarganya.

Di tengah rasa depresi yang melanda, Bob Sadino akhirnya mendapatkan pencerahan.
Kisah suksesnya membangun usaha berawal dari sebuah masukkan dari seorang temannya
yang bernama Sri Mulyono Herlambang. Pada waktu itu, ia menyarankan Bob untuk
mencoba memelihara ayam. Pada awalnya, ayam digunakan agar Bob dapat melupakan
semua kesulitan atau depresi yang dialaminya. Namun lama kelamaan, Bob melihat jika
ayam berpotensi dapat memberikannya penghasilan yang banyak. Bermula dari situ, ia mulai
berbisnis sebagai seorang peternak ayam.Inspirasi usaha muncul secara tiba-tiba ketika
dirinya tengah memperhatikan ayam. Belajar dari sebuah filosofi ayam yang mampu bertahan
hidup, tentunya manusia harusnya bisa lebih giat dalam berusaha. Semenjak saat itu, Bob
memilih untuk mulai berjualan telor ayam keliling. Selain menjadi peternak, ia dan istrinya
mulai menjual satu persatu telur hasil produksi ayamnya sendiri. Tak pergi jauh, keduanya
menjual telur tersebut di komplek perumahan sendiri. Karena tinggal di kawasan elit
Kemang, sangat mudah bagi mereka untuk menjual telur dalam jumlah yang besar.

Didasari dengan pengalaman terjun langsung ke lapangan, Bob Sadino bisa


mengembangkan bisnisnya menjadi semakin besar. Bahkan, ia berhasil membuat sebuah
supermarket yang kemudian dikenal dengan nama Kem Chicks. Menurutnya, tidak perlu
kebanyakan teori. Sebab, jika ingin maju, Anda harus terjun langsung ke lapangan. Melihat
bagusnya perkembangan telur miliknya, Bob melebarkan ekspansi usaha ke sektor daging.
Karena memang sudah terkenal, ia tak mendapatkan kesulitan ketika memasarkan produk
keduanya tersebut. Terlebih lagi, target pasarnya merupakan warga asing yang tinggal di
sekitaran rumahnya.Berkat kemampuan dalam berbahasa Inggris, ia akhirnya mendapatkan
banyak pelanggan setia warga negara asing. Sejak saat itu, ia mengetahui jika target pasarnya
tersebut sangatlah besar. Pada tahun 1970, Bob dapat membuat pasar swalayan pertamanya
yang diberi nama Kem Chicks. Bagi masyarakat lokal, swalayan tersebut terasa sangat asing
karena Bob memang menargetkan pasarnya adalah warga negara asing. Keberhasilan Kem
Chicks kemudian diikuti dengan pembuatan Kem Food sebagai supermarket kedua milik Bob
yang khusus menjual olahan daging dan juga sosis.
10 tahun berselang, Bob Sadino kembali membuat supemarket baru yang bernama
Kem Farm. Berbeda dari sebelumnya, kali ini, dia membuat pusat penjualan sayur terbesar di
daerah Semarang. Tujuannya terbilang mulia, yakni agar dapat bekerja sama dengan petani
lokal yang ingin mengembangkan usahanya. Bob Sadino juga bisa dibilang sebagai pionir
dalam memperkenalkan sistem tanam hidroponik yang memanfaatkan tempat seadanya.
Semua sayuran yang ia tanam tidak berada di tanah melainkan menggunakan pipa-pipa yang
telah dimodifikasi sedemikian rupa. Pada saat pertama, lobak, ubi dan terong menjadi tiga
produk andalan.
KESIMPULAN

Bob Sadino merupakan orang yang simple. Ia tidak suka melakukan hal yang rumit.
Menurutnya, jika bisa dilakukan dengan mudah, kenapa harus dibuat secara matematis?
sistem manajemen yang ribet hanya membuat Anda terhambat. Sebaliknya, jika ingin sukses
dalam berwirausaha adalah langsung aksi dengan cara turun ke lapangan secara langsung.
Mengetahui target pasar dengan cara praktik lebih baik dibandingkan harus menebak-nebak.
“Kelemahan banyak orang adalah terlalu lama mengambil action karena mereka berpikir
mengenai konsep dan hal lainnya,”

Selain itu, kunci sebenarnya untuk sukses adalah gagal. Semakin banyak Anda
merasakan kegagalan, semakin besar juga kesempatan untuk membuat kisah sukses sendiri.
Karena dari kegagalan, Anda dapat belajar dan bisa membuat usaha anda menjadi lebih besar
lagi.

Anda mungkin juga menyukai