Pengaruh manajemen rantai pasok terhadap kasus covid-19 di Indonesia :
Ada beberapa hal yang terkena dampak rantai pasok terhadap kasus covid-19 di Indonesia, yaitu:
1. UMKM (Usaha Mikro Kecil Dan Menengah)
Menurut Kemenkop UKM dampak pandemi Covid-19 terhadap rantai pasok UMKM ini menghadapi situasi dimana produksi hingga penjualan mengalami penurunan yang signifikan sehingga perlunya dukungan masyarakat untuk membantu pertumbuhan UMKM di masa pandemi. Pandemi Covid-19 juga telah mengakibatkan banyak dampak buruk atas kontribusi UMKM kepada konsumsi nasional, sehingga dapat direalisasikan bahwa sebanyak 22,9 persen UMKM mengalami penurunan penjualan. Kemudian, 22 persen mengalami hambatan distribusi, 19,39 persen kesulitan permodalan, 18 persen kesulitan bahan baku dan 18 persen menghadapi hambatan distribusi. Adapun solusi atau pengoptimalan peran UMKM terhadap rantai pasok yaitu dibutuhkannya fasilitas yang mendukung dan teratur sebagaimana terciptanya UU Cipta Kerja yang dinilai berpotensi memberikan proteksi terhadap persaingan UMKM dengan usaha besar. Menurut Yakub selaku Ketua Dewan Nasional Institut Kebijakan Publik Nusantara mengatakan bahwaUU tersebut akan menghadirkan dampak positif terhadap UMKM terutama dari sisi semakin kuatnya pada rantai pasok. 2. Ketahanan Pangan Berikutnya yang terkena dampak rantai pasok terhadap covid-19 ialah ketahanan pangan. Pangan sendiri memiliki rantai distribusi seperti produksi, distribusi dan konsumsi. Di dalam rantai ini, ada juga isu logistik yang tidak murah, jarak, sistem pergudangan, cold storage, yang memengaruhi penilaian dalam indeks ini. Menurut Sekretaris Jenderal UCLG Aspac, menyoroti kemungkinan terjadinya kelebihan atau kekurangan komoditas pangan di sejumlah daerah akibat distribusi pangan yang belum merata di Indonesia dikarenakan adanya pandemi Covid-19 ini. Menurutnya dalam hal ini, akar permasalahan dinilai datang dari logistik yang terganggu akibat pandemi serta perubahan iklim secara global sehingga terganggunya sistem logistik pangan dan rantai pasok pangan ini menyebabkan masyarakat kehilangan akses pangan. Dalam menyikapi kondisi tersebut, diharapkan kepada pemerintah daerah perlu berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan sejumlah pemangku kepentingan untuk mengupayakan pemanfaatan pangan lokal secara masif. Tentunya, hal ini bisa disesuaikan dengan kebudayaan pangan lokal daerah seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum. Pemerintah juga harus dapat memastikan akses masyarakat terhadap pangan tetap terjaga dengan mengendalikan distribusi dan logistik pangan serta menjaga stabilitas harga. Dalam upaya ini, pemerintah daerah juga perlu turut berperan aktif untuk menjaga ketahanan pangan di daerahnya masing-masing. Maka dari itu pentingnya pengoptimalisasi sumber pangan lokal agar rantai pasokan tetap tangguh dan dapat dicegah dengan manajemen yang baik.