Anda di halaman 1dari 117

SKRIPSI

ASPEK BUDAYA DAN MITOS PADA PERILAKU REMAJA


PUTRI SAAT MENSTRUASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
APRILLIA PURNAMA DEWI
20160320003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
ASPEK BUDAYA DAN MITOS PADA PERILAKU REMAJA
PUTRI SAAT MENSTRUASI

Disusun Oleh:

APRILLIA PURNAMA DEWI


20160320003

Telah disetujui pada tanggal 15 Mei 2020

Dosen Pembimbing:

Riski Oktafia, M.Kep., Ns


NIK : 19861019201620 173 254

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Aprillia Purnama Dewi

NIM : 20160320003

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tingi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak dterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir
skripsi.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 15 Mei 2020

Yang membuat pernyataan,

Aprillia Purnama Dewi

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT akhirnya saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Terimakasi kepada Bapak dan Ibu saya, Bapak Widiatmodjo dan Ibu

Susilowati yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa, dan kasih

sayang dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Terimakasih kepada adik saya tercinta yang selalu memberikan dukungan dan

doa kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Terimakasih kepada Adriyan Surya Nugraha yang telah berjasa dalam

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Terimakasi kepada teman-teman dan sahabat saya yaitu Timeh, Ica, Mingo,

Dita, Fani, Eka, dan Tenia yang telah membantu, mendukung, dan menemani

saya selama mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini.

5. Terimakasih kepada teman teman PSIK angkatan 2016 yang telah bersama

selama 4 tahun ini dalam menjalani suka dan duka bangku perkuliahan.

6. Terimakasih kepada teman-teman skill lab 1A yaitu Timeh, Hani, Wulan, dan

Layli yang telah 4 tahun belajar bersama-sama.

iv
MOTTO

ِِ ِ ِ ْ ‫و‬
َ ‫ َو إِ ن‬6ۚ ‫اس تَ ع ينُ وا بِ الصَّ رْبِ َو الصَّ اَل ة‬
َ‫َّه ا لَ َك بِ َري ةٌ إِ اَّل َع لَ ى ا خْلَ اش ع ني‬ َ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu' (At-Baqarah 45)

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Aspek Budaya Dan

Mitos Pada Perilaku Remaja Putri Saat Menstruasi” dapat diselesaikan dengan

tepat waktu. Skripsi disusun untuk memenuhi syarat memperoleh derajat sarjana

Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dorongan, semangat, motivasi,

bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa

terimakasih atas segala bantuan dan dukunganya kepada:

1. Kedua orang tua peneliti Bapak Widiatmodjo dan Ibu Susilowati yang telah

sabar dan senantiasa memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan

penuh dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

2. Ibu Dr. dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan dan menyusun

proposal skripsi.

3. Ibu Shanti Wardaningsih, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa, PhD selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Ners yang telah memberikan kesempatan bagi

penulis untuk mengadakan dan menyusun proposal skripsi.

vi
4. Ibu Riski Oktafia, M.Kep., Ns selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

memberikan bimbingan dan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan

propsoal skripsi ini.

5. Ibu Shanti Wardaningsih, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep. Jiwa, PhD selaku dosen

penguji yang telah banyak memberikan masukan dan arahan sehingga peneliti

dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik.

6. Kepada seluruh teman-teman yang telah banyak memberikan dukungan dan

membantu penulis dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih banyak

terdapat kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik, saran, serta

bimbingan demi kelancaran dan kemajuan penelitian.

Wassalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 15 Mei 2020

Aprillia Purnama Dewi

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................ii


PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN......................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv
MOTTO .................................................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
INTISARI............................................................................................................xiii
ABSTRACT.........................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................7
C. Tujuan Penelitian..............................................................................7
D. Manfaat Penelitian............................................................................7
E. Penelitian Terkait.............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................12
A. Remaja............................................................................................12
1. Definisi Remaja.......................................................................12
2. Tahap Perkembangan Remaja.................................................12
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Remaja.....................................................................................15
B. Perilaku...........................................................................................16
1. Definisi Perilaku......................................................................16
2. Perilaku Kesehatan..................................................................17
3. Proses Terjadinya Perilaku......................................................17
C. Menstruasi......................................................................................18

viii
1. Definisi Menstruasi.................................................................18
2. Fisiologis Menstruasi..............................................................19
D. Budaya dan Mitos Menstruasi........................................................20
E. Budaya Menstruasi di Indonesia....................................................21
1. Budaya Batak..........................................................................21
2. Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah........................................22
3. Provinsi Maluku......................................................................22
4. Daerah Istimewa Yogyakarta..................................................23
5. Sulawesi..................................................................................24
6. Bali..........................................................................................25
F. Mitos tentang menstruasi yang berkembang pada masyarakat
Indonesia........................................................................................25
1. Tidak boleh keramas pada saat menstruasi.............................25
2. Tidak boleh memakan nanas...................................................26
3. Menggunakan pembalut akan menyebabkan kemandulan......27
4. Minuman soda dapat melancarkan menstruasi........................28
5. Tidak boleh minum dingin pada saat menstruasi....................29
6. Tidak boleh berenang pada saat menstruasi............................29
7. Selalu merasakan nyeri saat menstruasi merupakan pertanda
kista.........................................................................................30
8. Menstruasi tidak teratur merupakan tanda wanita tidak subur32
G. Faktor yang mempengaruhi perilaku remaja putri saat menstruasi34
1. Orang Tua................................................................................34
2. Pengetahuan............................................................................35
3. Tingkat pendidikan..................................................................35
4. Media massa/elektronik...........................................................36
H. Kerangka teori................................................................................36
I. Kerangka Konsep...........................................................................37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................38
A. Desain Penelitian............................................................................38
B. Subjek Penelitian............................................................................38

ix
C. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................39
D. Variabel Penelitian.........................................................................39
E. Definisi Operasional.......................................................................40
F. Instrumen Penelitian.......................................................................40
G. Metode Pengambilan Data.............................................................41
1. Wawancara semi terstruktur....................................................41
2. Observasi tidak terstruktur......................................................42
H. Uji Keabsahan................................................................................43
I. Prosedur Penelitian.........................................................................44
1. Tahap Persiapan......................................................................44
2. Tahap Pelaksanaan..................................................................44
3. Tahap Analisis.........................................................................45
J. Metode Analisis Data.....................................................................46
K. Etika Penelitian...............................................................................47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................49
A. Hasil Penelitian...............................................................................49
1. Deskripsi Wilayah Penelitian..................................................49
2. Gambaran Karakteristik Partisipan.........................................49
3. Pemaparan Hasil......................................................................56
J. Pembahasan....................................................................................64
K. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian..............................................78
1. Kekuatan..................................................................................78
2. Kelemahan...............................................................................78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................79
A. Kesimpulan.....................................................................................79
B. Saran...............................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................82
LAMPIRAN..........................................................................................................87

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Responden........................................................................50

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................37


Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................37

xii
ASPEK BUDAYA DAN MITOS PADA PERILAKU REMAJA PUTRI
SAAT MENSTRUASI

Aprillia Purnama Dewi1, Riski Oktafia2


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta (55183), Indonesia
E-mail: aprilliapurnama95@gmail.com

Intisari
Latar Belakang: Menstruasi merupakan proses pengeluaran darah yang terjadi
akibat perubahan hormon yang terus menerus dan mengarah pada pembentukan
endometrium. Salah satu masalah yang dihadapi remaja putri pada saat menstruasi
adalah adanya budaya dan mitos/kepercayaan yang turun temurun tentang
menstruasi. Banyak perempuan yang beranggapan menstruasi sebagai hal yang
memalukan dan tidak ingin diketahui oleh masyarakat karena darah menstruasi
dianggap kotor, sehingga perempuan takut apabila informasi tentang menstruasi
menyebar ke masyarakat.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengalaman
aspek budaya dan mitos pada perilaku remaja putri saat menstruasi.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain
fenomenologi dengan teknik pengambilan data secara wawancara mendalam.
Partisipan berjumlah 9 partisipan yang tinggal di Pedukuhan Sambikerep. Teknik
pengambilan data adalah purposive sampling dan menggunakan tape recorder
untuk mendokumentasikan hasil wawancara.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan 5 tema yaitu 1) mitos yang berkembang
pada remaja putri saat menstruasi, 2) persepsi remaja putri saat menstruasi
pertama kali, 3) reaksi saat menstruasi pertama kali, 4) perineal hygiene saat
menstruasi pertama kali, 5) proses meyakini mitos saat menstruasi.
Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan terdapat mitos-mitos
menstruasi yang masih berkembang di kalangan remaja putri. Sebagian remaja
putri masih ada yang mempercayai mitos menstruasi dan masih kurangnya
informasi penjelasan tentang mitos-mitos menstruasi.
Kata Kunci: Menstruasi, Mitos Menstruasi, Perilaku Saat Menstruasi.

xiii
ASPECTS OF CULTURE AND MYTHS IN ADOLESCENT GIRLS
BEHAVIOR WHEN MENSTRUATION
Aprillia Purnama Dewi1, Riski Oktafia2
Nursing Science Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Brawijaya, Kasihan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta (55183), Indonesia
E-mail: aprilliapurnama95@gmail.com

Abstract
Background: Menstruation is a process of expenditure of blood that occurs due
to hormonal changes that continuously and lead to the formation of endometrium.
One of the problems faced by adolescent girls during menstruation is the existence
of a culture and myths/hereditary beliefs about menstruation. Many women find
menstruation a shame and do not want to be known by the public because
menstrual blood is considered dirty, so women are afraid if information about
menstruation spreads to the public.
Research Purpose: The purpose of the present study was analyze the experience
of cultural aspects and myths on the behaviour of teenage girls during
menstruation.
Methodology: The present study used qualitative method with phenomenological
design with in-depth interviews. Participants were nine participants who lived in
Sambikerep Village. The data collection technique was purposive sampling and
used tape recorder to document the result of the interview.
Result: The result of this study show 5 themes, namely 1) myths that develop in
adolescent girls during menstruation, 2) perceptions of adolescent girls during
menstruation for the first time, 3) reactions during menstruation for the first time,
4) perineal hygiene during first menstruation, 5) the process of believing in myths
during menstruation.
Conclusion: The conclusion of this study shows that menstrual myths are still
developing among adolescent girls. Some adolescent girls still believe in
menstrual myths and there is still a lack of information about menstrual myths.

Keywords: Menstruation, Myths Menstruation, Behavior During Menstruation

xiv
xv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa

ini merupakan periode persiapan menuju dewasa yang akan melewati

beberapa tahapan perkembangan penting dalam hidup (WHO, 2015).

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 menjelaskan definisi

remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Rentang usia remaja

menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

adalah 10-24 tahun dan dengan status belum menikah. Pada usia remaja,

banyak perubahan yang akan dialami dari segi fisik, psikologis dan emosional.

Pada masa pubertas yang dialami remaja putri akan mengalami perubahan

yang terjadi pada organ reproduksi secara khusus yang ditandai dengan

menstruasi. Menstruasi yang pertama kali dialami oleh remaja putri disebut

dengan menarche. Menstruasi adalah pengeluaran darah yang terjadi akibat

perubahan hormon yang terus menerus dan mengarah pada pembentukan

endometrium, ovulasi sehingga terjadi peluruhan dinding rahim jika

kehamilan tidak terjadi (Verawaty, 2012) . Menstruasi merupakan kejadian

fisiologis yang dialami oleh perempuan yang sudah memasuki masa remaja

dan pada masa ini hormon-hormon remaja perempuan sudah mulai bekerja

salah satunya yaitu hormon reproduksi. Menstruasi juga bisa dijadikan sebagai

1
2

sebuah tanda bahwa sudah terjadi kematangan seksual pada remaja perempuan

(Gustina & Jannah, 2015).

Salah satu masalah yang dihadapi remaja putri pada masa pubertas adalah

adanya budaya dan mitos/kepercayaan yang turun temurun tentang menstruasi.

Di berbagai negara banyak mitos yang beredar di masyarakat, salah satunya

menstruasi masih dianggap suatu hal yang tabu. Hasil penelitian oleh Kumar

& Srivasta (2011), menjelaskan gadis-gadis dari daerah kumuh percaya bahwa

jika sapi mengkonsumsi kain menstruasi atau pembalut wanita, gadis yang

menggunakanya tidak pernah bisa hamil. Sekitar 45,5% dari gadis-gadis di

daerah kumuh melaporkan bahwa mereka menghadapi pembatasan sosial pada

saat menstruasi. Pembatasan yang paling umum di antara mereka adalah

berdiam diri dirumah dan tidak bermain atau berbicara dengan anak laki-laki

karena menurut mitos mereka bisa hamil jika berinteraksi dengan laki-laki.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifah (2016) menyebutkan bahwa

sebagian remaja putri di Desa Tanjungrejo, Kabupaten Grobogan, Jawa tengah

masih melakukan tradisi yang dilakukan masyarakat setempat seperti harus

menaiki 3 anak tangga agar menstruasi cepat selesai, meminum kunyit asam

agar tidak sakit perut dan memakan kapur sirih agar menstruasi cepat selesai

serta mitos tidak boleh keramas, tidak boleh memakan nanas. Anggapan tabu

mengenai menstruasi juga terdapat pada suku Batak. Budaya Batak yang

sangat menjunjung tinggi kehormatan mengakibatkan remaja putri yang sudah

mengalami menstruasi harus membatasi pergaulannya sehingga seringkali

remaja putri yang sudah mengalami menstruasi mendapatkan perlakuan yang


3

berbeda, anak laki-laki terkesan dimanja sedangkan perempuan diberikan

tanggung jawab karena sudah dianggap dewasa (Simanjuntak, Manurung, &

Payung, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Partini &

Suardiman (2012), di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat budaya berupa

upacara terapan. Upacara terapan merupakan upacara yang dilakukan tujuh

hari setelah mengalami menstruasi pertama kali dan biasanya dilakukan

kepada anak dengan usia sekitar 12-15 tahun. Pada upacara terapan ini

perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah atau biasa disebut dengan istilah

“dipingit”. Upacara ini memiliki tujuan untuk menghindarkan dari gangguan

ghaib, dan menunjukan kepada semua masyarakat jika perempuan tersebut

sudah memasuki status sosial yang baru, dan perempuan tersebut sudah

dianggap siap secara fisik untuk dibuahi dan menjalani masa kehamilan yang

merupakn salah satu tugas perempuan.

Banyak perempuan yang beranggapan menstruasi sebagai hal yang

memalukan dan tidak ingin diketahui oleh masyarakat karena darah

menstruasi dianggap kotor, sehingga perempuan takut apabila informasi

tentang menstruasi menyebar ke masyarakat.”Mitos dan budaya mengenai

menstruasi pada suatu masyarakat sebenarnya memiliki banyak sekali dampak

dalam kehidupan sosial, salah satu dampak dari hal ini yaitu pembentukan dan

kesetaraan gender yang ada pada masyarakat. Dalam masyarakat, darah selalu

dihubungkan dengan kejadian yang tidak mengenakan seperti kematian,

pembunuhan, kekerasan, dan seringkali darah menstruasi dianggap sebagai hal

yang misterius dan tidak wajar.


4

Banyak pantangan yang disebabkan oleh pemahaman masyarakat tentang

menstruasi, pemahaman seperti ini menganggap bahwa menstruasi bukan

peristiwa biologis yang dialami wanita namun selalu dikaitkan dengan sejarah

dan budaya. Budaya mengenai menstruasi sulit dihilangkan dan diubah karena

hal ini dipengaruhi oleh perkembangan informasi yang tersebar pada

masyarakat. Penataan sosial yang ada di budaya masyarakat seringkali

dihubungkan dengan proses menstruasi. Banyak kerugian yang akan dialami

perempuan jika mereka mendapatkan informasi dan pemahaman yang salah

mengenai menstruasi (Lorita, Sarubanon, & Trisnamiati, 2017).

Salah satu dampak dari budaya dan mitos yang ada di masyarakat yaitu

masalah kesehatan reproduksi perempuan yang disebabkan oleh kebersihan

saat menstruasi (Rajakumari, 2015). Adanya budaya dan mitos saat menstruasi

yang dipercaya oleh masyarakat, berdampak pada perilaku yang dilakukan

oleh para orang tua dan anak-anaknya. Perilaku yang ditunjukkan sangat

beragam sesuai dengan daerah asal masing-masing individu. Pada penelitian

etnis budaya jawa, orang tua terutama ibu seringkali menasehati anak

perempuannya supaya mengonsumsi jamu dari kapur sirih agar tidak merasa

gatal-gatal pada daerah kelamin, padahal sebenarnya beberapa masyarakat

belum mengetahui apa saja kandungan dari kapur sirih dan dampak bagi

kesehatan.

Prevalensi tertinggi kanker serviks salah satunya berada pada Daerah

Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 1,5% , Provinsi Kepulauan Riau memiliki


5

prevalensi sebesar 0,7% dengan perkiraan jumlah sebanyak 4.694 orang

(Riskesdas, 2015). Salah satu penyebab kanker serviks yaitu masalah personal

hygiene yang buruk, oleh karena itu remaja memerlukan perhatian khusus

seperti pengetahuan tentang kebersihan saat menstruasi supaya para remaja

terhindar dari kanker serviks (Andryani & Maharani, 2018).

Islam mengajarkan bahwa percaya terhadap sesuatu hal yang belum atau

tidak terbukti manfaatnya merupakan suatu tindakan yang akan merugikan diri

sendiri. Sesuai yang sudah dijelaskan dalam Surah Al-Israa’/17 ayat

36 :Terjemahannya:“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak

mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,

penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawab-Nya”

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriyanti (2017)

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan personal hygiene saat

menstruasi, sebanyak 56 responden percaya mengenai mitos dengan alasan

“tidak ada ruginya jika mengikuti nasehat orang tua”. Hasil dari penelitian

oleh Hanissa (2017) yaitu terdapat responden yang tidak pernah keramas sama

sekali selama menstruasi karena takut pingsan. Aulia (2008) menjelaskan

bahwa masalah yang akan timbul jika tidak melaksanakan mitos menstruasi

yaitu meliputi rasa berdosa, takut dihukum, perasaan tidak tenang dan takut

ditegur.

Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan pada

beberapa tokoh masyarakat yang ada di Pedukuhan Sambikerep, Desa


6

Bangunjiwo, Kabupaten Bantul bahwa sebagian masyarakat masih ada yang

percaya mitos tentang menstruasi. Hasil wawancara tokoh masyarakat tersebut

juga mengatakan jika sebagian wanita di pedukuhan tersebut masih percaya

mitos jika tidak boleh keramas saat menstruasi, tidak boleh potong kuku, dan

tidak boleh makan nanas, masyarakat pernah ada yang melakukan upacara

tradisi tetesan untuk anak perempuan yang mulai menginjak usia dewasa,

membagikan nasi kuning sewaktu anak perempuan mengalami menstruasi

pertama kali sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,

dan kurangnya penyuluhan kesehatan reproduksi sehingga banyak masyarakat

yang belum mengetahui mengenai perilaku yang baik dan benar saat

menstruasi. Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Sambikerep karena adat

istiadat di Sambikerep masih terjaga dan masih kuat.

Wanita yang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan diri

sehingga wajib menjaga kebersihan rambut dan kuku. Buah nanas baik

dikonsumsi saat menstruasi karena memiliki efek analgesik untuk mengurangi

nyeri menstruasi yang berasal dari enzim bromelain (Andryani & Maharani,

2018). Tradisi tetesan sebenarnya belum memiliki landasan medis yang jelas,

tradisi ini dilakukan hanya berdasarkan nilai budaya yang sudah ada turun

temurun dan sebenarnya memiliki beberapa dampak dalam jangka panjang

contohnya seperti akan lebih beresiko mengalami gangguan menstruasi dan

masalah ketidaksuburan (Trisna, 2014). Hal tersebut menjadi alasan peneliti

untuk lebih mengetahui perilaku remaja saat menstruasi di Pedukuhan

Sambikerep yang berhubungan dengan budaya dan mitos. Peneliti ingin


7

mengetahui kemungkinan adanya perubahan perilaku remaja yang percaya

terhadap budaya dan mitos sehingga berpengaruh terhadap kebiasaan selama

menstruasi.

B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana fenomena yang berkembang tentang

pengalaman aspek budaya dan mitos pada saat menstruasi di Pedukuhan

Sambikerep?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis pengalaman aspek budaya dan mitos pada perilaku

remaja putri saat menstruasi menstruasi.

2. Tujuan Khusus

a. Menggali dan mengeksplorasi secara mendalam pemahaman pada

remaja putri saat menstruasi.

b. Menggali dan megeksplorasi aspek budaya dan mitos yang

mempengaruhi perilaku remaja putri saat menstruasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti


8

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti mengenai

budaya dan mitos menstruasi yang tersebar di remaja saat ini.

2. Manfaat Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi terkait budaya dan

mitos mengenai perilaku remaja pada saat menstruasi. Penelitian ini juga

dapat menjadi bahan pertimbangan untuk progam promosi kesehatan untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai perilaku yang baik pada remaja

selama menstruasi.

3. Manfaat Bagi Responden

Untuk mengetahui informasi kesehatan yang berkaitan dengan kebenaran

budaya dan mitos menstruasi dan memberikan arahan bagi responden untuk

berperilaku yang benar dari segi kesehatan selama menstruasi.

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa menjadi wawasan dan sumber referensi, serta dapat

menjadi gambaran bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian

yang lebih baik.

E. Penelitian Terkait

1. Bujawati, Indriyanti, & Raodhah, (2016) “Faktor-Faktor Yang

Berhubungan dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi pada

Santriwati di Pesantren Babul Khaer Kabupaten Bulukumba, Provinsi

Sulawesi Selatan Tahun 2016“ dengan metode kuantitatif dengan


9

pendekatan cross sectional study. Dalam penelitian ini terdapat

kesimpulan bahwa sebesar 76,1% responden memiliki personal hygiene

saat menstruasi yang cukup dan sebesar 23,9% memiliki personal hygiene

yang kurang. Terdapat hubungan antara pengetahuan, komunikasi, dan

kepercayaan terhadap mitos dengan personal hygiene saat menstruasi,

sedangkan usia awal menarche tidak ada hubungan dengan personal

hygiene selama menstruasi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan dilakukan yaitu membahas mengenai mitos-mitos selama

menstruasi, sedangkan perbedaannya yaitu pada metode desain penelitian,

variabel yang akan diteliti, dan pendekatan penelitian.

2. Comma, Nabrewa, Shah, (2019)“A rite of passage: a mixed methodology

study about knowledge, perceptions and practices of menstrual hygiene

management in rural Gambia” Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dengan diskusi kelompok

terfokus atau yang disebut focus group discussion (FGD), sedangkan

penelitian kuantitaif denga survei termasuk pertanyaan tentang demografi

dasar, pendidikan dan pekerjaan kepala wanita dan pria, jenis konstruksi

rumah tangga, ketersediaan fasilitas jamban, akses ke air dan usia

menarche. Dalam penelitian ini terdapat kesimpulan bahwa menstruasi

masih dianggap tabu dan banyak remaja yang merasa malu jika

menstruasi sehingga menghambat remaja mencari saran orang tua, guru,

dan pelayanan kesehatan sehingga remaja masih memiliki manajemen

perilaku kesehatan menstruasi yang buruk. Persamaan penelitian ini


10

dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu terkait eksplorasi pandangan

remaja tentang menstruasi dan perilaku mereka selama menstruasi,

sedangkan perbedaannya yaitu pada penelitian yang akan dilakukan

responden yang diambil hanya remaja putri dan hanya menggunakan

metode wawancara mendalam (In-depth interview).

3. Arsyati, Hanissa, & Nasution, (2017) “Gambaran Perilaku Personal

Hygiene Menstruasi Remaja Putri yang Mengikuti Pelatihan dan

Pembinaan PKPR di SMP PGRI 13 Wilayah Kerja Puskesmas

SindangBarang Kota Bogor Tahun 2017” Desain penelitian kualitatif ini

adalah Rapid Assesment Procedure (RAP) dan menggunakan metode

wawancara mendalam (indepth interview) dalam pengumpulan data.

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah gambaran perilaku

personal hygiene menstruasi remaja yang mengikuti pelatihan dan

pembinaan di SMP PGRI 13 Kota Bogor cukup baik, tetapi perilaku

personal hygiene tidak dipengaruhi pelatihan dan pembinaan melainkan

sebagian besar remaja dipengaruhi oleh dukungan sosial. Persamaan

penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada variabel

perilaku remaja selama menstruasi. Perbedaan penelitian dengan

penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada desain penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, populasi yang akan diteliti

dimana peneliti akan melakukan penelitian di Pedukuhan Sambikerep

dengan jumlah responden yang akan ditentukan oleh saturasi data.


11

4. Kumar & Srivasta, (2011) “Cultural and Social Practices Regarding

Menstruation among Adolescent Girls” Penelitian ini menggunakan

cross-sectional. Dalam penelitian ini terdapat kesimpulan banyak praktek

pembatasan budaya dan sosial yang terkait dengan menstruasi, mitos, dan

kesalahpahaman. Studi ini menyimpulkan bahwa praktek-praktek budaya

dan sosial mengenai menstruasi tergantung pada pendidikan anak

perempuan, sikap, lingkungan keluarga, budaya, dan keyakinan.

Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu

mengenai praktek-praktek budaya mengenai menstruasi dan perilaku

remaja putri pada saat menstruasi, sedangkan perbedaanya yaitu pada

penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode in depth interview

dengan pertanyaan terbuka, dan jumlah responden yang terlibat akan

ditentukan oleh saturasi data.


12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Definisi Remaja

Jannah (2016) menyatakan definisi remaja yaitu seseorang yang mulai

beranjak dewasa dan mulai bisa membedakan hal yang benar dan salah,

sudah mulai mengenal lawan jenis, dan dapat memahami peran dalam

lingkungan sosial, sudah mulai mencari untuk menemukan identitas diri

dan mampu bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan mampu

mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Masa remaja merupakan

masa yang paling kritis dalam kehidupan, usia peralihan dari masa kanak-

kanak menuju remaja akan menentukan kematangan di masa dewasa.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai

persiapan memasuki masa dewasa, usia remaja penting karena menjadi

jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang

menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2012).

2. Tahap Perkembangan Remaja

Dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menggambarkan proses

perkembangan dari mulai sel-sel, janin (fetus), kemudian lahir, bayi, masa

anak-anak, masa remaja, dewasa hingga kemudian akan ada waktunya

13
14

untuk kembali kepada sang Pencipta, sebagaimana Allah telah berfirman

dalam (Q.S. Al-Haji/22/5)

Artinya :

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari


kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan
kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu
sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang
diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya dan kamu lihat bumi
ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya,
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah.”

Sabariah (2017) mengatakan bahwa ayat diatas menjelaskan fase-fase

perkembangan manusia. Fase-fase tersebut yaitu:

a. Fase bayi dan anak-anak (thiff) adalah masa sejak persalinan hingga

menjadi anak-anak yang mulai beranjak remaja.

b. Fase baligh (remaja) hingga dewasa (litablughu asyuddakum) adalah

masa ketika perubahan mendasar dalam kehidupan hingga terjadi

pubertas. Pada wanita ditandai dengan haid (menstruasi) dan pada pria

berupa mimpi basah.

c. Fase lanjut usia terjadi ketika sudah melewati masa puncak dan pada

fase ini kekuatan fisik akan menurun dan mulai menjadi tidak berdaya,
15

yang kemudian akan datang waktu untuk kembali kepada sang

Pencipta.

Setiap remaja memiliki beberapa tahapan perkembangan. Batubara

(2010) menjelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan dari

pubertas menuju dewasa, dengan rentang umur 11 – 20 tahun. Pada masa

peralihan ini individu matang secara psikolgik maupun fisiologik. Semua

remaja akan mengalami tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Masa remaja awal (early adolescence) yaitu pada usia 11-13 tahun.

Pada masa ini anak-anak mengalami perubahan tubuh yang cepat,

adanya perubahan fisik yang ditandai oleh pertumbuhan seks sekunder.

Periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan

psikologis seperti krisis identitas, jiwa yang labil, berkurangnya rasa

hormat pada orang tua kadang berlaku kasar, terdapatnya pengaruh

dari teman sebaya.

b. Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) yaitu pada usia 14–16

tahun. Ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan seperti

mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, mulai

memperhatikan penampilan, berusaha untuk mendapat teman yang

baru, kurang bisa menghargai pendapat orangtua, sering merasa

sedih/moody. Pada periode middle adolescent remaja mulai tertarik

akan karir dan intelektualitas. Secara seksual sangat memperhatikan

penampilan diri sendiri dan orang lain, mulai tertarik pada lawan jenis
16

dan sudah mulai mempunyai role model dan mulai menggapai cita-cita

yang diinginkan.

c. Masa remaja lanjut (Late adolescence) yaitu pada usia 17-20 tahun.

Pada periode late adolescent akan tercapainya maturitas fisik secara

sempurna. Perubahan yang terjadi pada tahap ini adalah identitas diri

remaja menjadi lebih terbentuk, mampu mengungkapkan ide atau

pemikiran-pemikiran baru, lebih mampu mengekspresikan perasaan

dengan kata-kata, lebih bisa menghargai orang disekitarnya, lebih

mengembangkan minat yang dimilikinya, bisa mengontrol emosi dan

emosinya lebih stabil. Pada fase ini remaja lebih memperhatikan masa

depan, lebih bisa bertanggung jawab dengan tugasnya, mulai

membicarakan hal yang serius dalam berhubungan dengan lawan jenis,

dan dapat menerima tradisi atau kebiasaan di lingkungan.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik Remaja

Sabariah (2017) berpendapat kondisi atau faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan fisik pada remaja yaitu :

a. Sistem endokrin, tanda apabila sistem endokrin berfungsi normal yaitu

remaja akan menunjukan ukuran tubuh yang normal sesuai dengan

usianya. Remaja yang kekurangan hormon perutumbuhan memiliki

tubuh yang kerdil. Sedangkan jika remaja kelebihan hormon

pertumbuhan maka akan memiliki tubuh yang terlalu besar. Mulai

tumbuhnya jakun, suara yang lebih berat, tumbuh kumis dan jenggot,
17

tumbuh rambut di dada, kaki, ketiak, dan organ kemaluan, bahu akan

melebar merupakan tanda perubahan fisik bagi remaja laki-laki.

Sedangkan tanda-tanda pertumbuhan fisik bagi remaja perempuan

yaitu akan membesarnya payudara, melebarnya pinggul dan suara akan

terdengar lebih nyaring, dan mulai tumbuhnya rambut di sekitar ketiak

dan organ kemaluan.

b. Faktor keluarga atau faktor keturunan (heredity). Faktor keturunan

salah satunya yaitu gen. Gen akan mempengaruhi tinggi badan, warna

kulit, mata, berat badan, dan rambut seseorang.

c. Faktor perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas merupakan

pengaruh dari faktor genetik/keturunan dan faktor lingkungan. Faktor

lainnya yang dapat mempengaruhi tahap pubertas yaitu nutrisi, sosial,

dan kebiasaan berolahraga.

F. Perilaku

1. Definisi Perilaku

Definisi perilaku yaitu reaksi yang dialami seseorang yang dipengaruhi

oleh stimulus/rangsangan yang berasal dari luar. Proses terjadinya perilaku

yaitu ketika adanya stimulus yang berasal dari organisme kemudian

organisme akan merespon, proses ini bisa disebut dengan teori : Stimulus

– Organisme – Respon (S-O-R) (Sulistina, 2009).

Respon ini dibagi menjadi dua yaitu :


18

a. Responden respont: respon ini disebabkan oleh rangsangan / stimulasi

tertentu (elictiting stimulation) hal ini akan menimbulkan respon yang

relatif tetap.

b. Operant respons: respon ini muncul dan berkembang dan diikuti oleh

rangsangan tertentu (reinforcing stimulation) dan hal ini akan

menimbulkan semakin kuatnya respon (Sulistina, 2009).

2. Perilaku Kesehatan

Klasifikasi perilaku kesehatan yaitu (Sulistina, 2009) :

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintanance) merupakan

perilaku seseorang dalam memelihara dan menjaga kesehatan supaya

tidak sakit dan berusaha melakukan penyembuhan apabila sakit.

b. Perilaku pencarian kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan

yaitu suatu upaya dan tindakan saat seseorang menderita sakit atau

terjadi suatu kecelakaan. Pada perilaku ini hal pertama yang dilakukan

yaitu mengobati diri sendiri atau bisa saja melakukan pengobatan

sampai ke luar negeri.

c. Perilaku kesehatan lingkungan yaitu ketika seseorang mulai merespon

lingkungan sehingga lingkungan sekitar tidak dapat mempengaruhi

kesehatan.
19

3. Proses Terjadinya Perilaku

Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi

perilaku baru didalam diri orang tersebut akan terjadi proses berurutan

yaitu (Nurlita, 2014) :

a. Awareness (kesadaran), dalam hal ini individu akan menyadari adanya

stimulus.

b. Interest (tertarik), individu akan mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang-nimbang), individu akan mulai

mempertimbangkan tentang baik dan buruknya stimulus tersebut bagi

dirinya sendiri. Pada tahapan ini individu memiliki sikap yang lebih

baik.

d. Trial (mecoba), pada tahap ini seorang individu sudah mulai mencoba

perilaku yang baru.

e. Adoption, pada tahap yang terakhir seorang individu sudah berperilaku

baru sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki, kesadaran, dan sikap

terhadap stimulus yang baru.

G. Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Pada remaja putri perubahan yang menunjukan pubertas adalah

munculnya menstruasi pertama yang disebut dengan (menarche).

Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali dialami wanita,

dimana secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat
20

peluruhan lapisan menarche. Faktor internal: status menarche ibu

(genetik), faktor eksternal berupa: lingkungan sosial, ekonomi, nutrisi,

keterpaparan media massa dan gaya hidup (Maulidiah, 2011). Usia

menarche biasanya dari rentang 10-16 tahun, tetapi ada beberapa remaja

yang mengalami menstruasi pada usia 12-14 tahun. Hormon yang

mempengaruhi menstruasi yaitu hormon esterogen dan progesterone.

Esterogen berfungsi mengatur siklus haid, sedangkan progesterone

berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus

haid.

Menstruasi merupakan tanda kematangan seksual pada remaja putri,

pengetahuan mengenai praktek kebersihan diri selama menstruasi sangat

penting karena banyak sekali kesalahpahaman dan itu mengakibatkan

kerugian bagi para remaja putri dan berpengaruh bagi kesehatan

reproduksi (Sharma, 2013). Namun kesehatan reproduksi masih dianggap

tabu oleh masyarakat sehingga informasi yang diterima remaja mengenai

perilaku selama menstruasi masih sangat kurang (Suryati, 2012). Pada

beberapa budaya menstruasi juga sering dikaitkan dengan hal yang negatif.

2. Fisiologis Menstruasi

Menstruasi dibagi menjadi 3 fase (Fatonah, 2017):

a. Fase Menstruasi

Pada masa ini endometrium akan dilepaskan sehingga akan terjadi

pengeluaran pada hormon ovarium yang paling rendah/minimum.


21

Endometrium sendiri dibagi menjadi 3 lapisan : lapisan atas dan tengah

dilepaskan, sedangkan lapisan dasar tidak dilepaskan dan menghasilkan

sel baru untuk kembali membentuk lapisan pertama dan kedua yang

telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi terjadi selama 3-7 hari

biasanya terjadi pada 5 hari. Darah yang keluar kira-kira sebanyak 28-

283 gram. Darah menstruasi tidak akan membeku kecuali terjadi

perdarahan yang hebat.

b. Fase proliferasi

Saat terjadi peningkatan pada kadar LH fase ini akan dimulai, lalu

pada fase poliferasi ini endometrium akan tumbuh antara hari

keduabelas, pada hari kedua belas ovum dari ovarium akan dilepaskan

atau yang disebut ovulasi. Sel telur dilepaskan dalam waktu 16-32 jam

setelah adanya peningkatan kadar LH. Folikel yang sudah matang akan

terlihat dari permukaan ovarium, yang kemudian pecah dan melepaskan

sel telur. Perempuan akan merasakan nyeri pada bagian perut pada saat

ovulasi.

c) Fase sekresi

Sekitar 14 hari setelah ovulasi berlangsung akan terjadi masa sekresi.

Korpus luteum akan terbentuk ketika folikel yang pecah menutup

kembali dan setelah melepaskan telurnya akan menghasilkan

progesterone. Selama fase luteal suhu tubuh akan meningkat dan suhu

tetap tinggi sampai siklus baru dimulai, hal ini disebabkan oleh
22

progesterone. Setelah 14 hari korpus luteum hancur yang kemudian

akan terjadinya siklus yang baru. HCG (human chorionic

gonadotropin) akan dihasilkan oleh korpus luteum ketika terjadi

pembuahan. HCG akan memelihara korpus luteum dan akan

menghasilkan progesterone hingga janin dapat menghasilkan hormon

sendiri.

H. Budaya dan Mitos Menstruasi

Budaya merupakan suatu bentuk tradisi yang telah berkembang pada suatu

kelompok masyarakat dan akan diwariskan kepada generasi berikutnya dan

dipercayai dapat berfungsi untuk menjaga moral dan perilaku seseorang.

Sedangakan mitos merupakan suatu bentuk kepercayaan seseorang yang

tersebar dan dilakukan oleh masyarakat sampai saat ini dan mitos sebenarnya

sulit dimengerti oleh pemikiran yang logis dan sulit dibuktikan dengan

metode ilmiah (Humaeni, 2012).

Adanya perkembangan yang pesat mengenai ilmu pengetahuan dan

teknologi informasibukan berarti hal ini mampu menghilangkan kepercayaan

mengenai budaya dan mitos dalam pola tingkah laku masyarakat modern.

Faktanya bukan hanya masyarakat awam saja yang meyakini dan

mempercayai mitos, tetapi masyarakat yang telah menempuh pendidikan

tinggi juga meyakini dan mempraktekan mitos (Humaeni, 2012). Mitos dalam

kehidupan sosial dianggap memiliki peranan penting, solidaritas sosial di

beberapa masyarakat dapat terbangun karena memiliki kepercayaan yang


23

sama terhadap seusatu. Masyarakat beranggapan bawa mitos memiliki pesan

moral dan nilai sakral yang diturunkan oleh leluhur-leluhur mereka, dan para

orang tua akan mewariskan kepada anak-anak dan generasi penerusnya

(Humaeni, 2012).

Pada masa remaja dianggap sebagai periode yang penting untuk

membangun perilaku hidup sehat oleh karena itu para remaja putri harus

mendapatkan pengetahuan mengenai menstruasi. Untuk perempuan,

menarche adalah masalah khusus karena sebagian remaja masih beranggapan

aneh dan menurut mereka menstruasi hal pribadi yang tidak perlu untuk

diperbincangkan. Banyak ditemukan remaja yang mengikuti mitos, takhayul

sehingga menyebabkan rasa takut dan sikap yang negatif.

I. Budaya Menstruasi di Indonesia

1. Budaya Batak

Pada budaya Batak menekankan pentingnya keperawanan bagi remaja

perempuan, sehingga remaja perempuan yang sudah menstruasi harus

menerapkan aturan-aturan khusus. Remaja perempuan yang sudah

mengalami menstruasi harus menjaga nilai budaya yang paling dijunjung

yaitu kehormatan.

Hal ini sesuai dengan motto kehidupan suku batak yaitu pencapaian

cita-cita meliputi hasangapan, hagabeon, hamoraon yang artinya

dihormati oleh masyarakat, terpandang, dan memiliki keturunan. Remaja


24

perempuan yang sudah mengalami menstruasi seringkali merasakan

perlakuan yang berbeda dari orang tuanya dibandingkan dengan remaja

laki-laki yang dianggap bisa lebih bebas dalam bergaul dan bersosialisasi

(Simanjuntak & Payung, 2013).

2. Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Tanjungrejo yaitu

perempuan yang sedang menstruasi harus menaiki 3 anak tangga agar

menstruasinya cepat selesai dan harus mengonsumsi kunyit asam agar

tidak sakit perut dan mengonsumsi kapur sirih agar menstruasinya cepat

selesai (Arifah, 2016).

3. Provinsi Maluku

Perempuan sekitar usia 8-16 tahun menjadi tontonan menarik bagi

seluruh masyarakat di Provinsi Maluku, hal ini karena perempuan

dianggap sudah pantas menjadi wanita dewasa tidak hanya dalam

keluarganya tetapi oleh semua masyarakat.

Perempuan yang baru mengalami menstruasi harus diasingkan dalam

sebuah gubuk pamali berukuran 4x3 meter yang terbuat dari susunan daun

sagu sebagai atap dan dindingnya (Posune) dikarenakan menstruasi

dianggap sebagai pencemar, perempuan harus diisolasi kurang lebih satu

bulan dan diperlakukan dengan perlakuan khusus selama periode

menstruasi berlangsung. Perempuan yang baru menstruasi akan dijaga dan

diawasi oleh sorang perempuan yang telah menikah.


25

Puncak dari ritual pengasingan ini, perempuan tersebut akan diratakan

gigi dan dibaluri ramuan rahasia yang telah didoakan sebelumnya, ramuan

ini berkhasiat mempercantik dari dalam dan luar. Setelah itu gadis akan

dimandikan, didandani dengan banyak aksesoris, dan akan mengelilingi

kampung dalam rangka mempromosikan dirinya sebagai perempuan

dewasa.

Kemunculan perempuan dengan status barunya ini akan disambut oleh

seluruh masyarakat dan akan dilakukan pesta meriah atau perayaan besar

kurang lebih 30-40 hari lamanya yang dilakukan oleh keluarga perempuan

yang baru mengalami menstruasi. Sedangkan di bulan-bulan berikut yaitu

di pada periode menstruasi selanjutnya, tidak akan ada ritual melaburkan

pasta, arang, papar gigi, dan rangkaian upacara seperti pada saat pertama

kali menstruasi (Cholil, Ratnawati, Tanahitumesseng, 2017).

4. Daerah Istimewa Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat budaya berupa upacara terapan.

Upacara terapan biasa dilakukan oleh golongan bangsawan yang tinggal di

Keraton. Upacara terapan dilakukan kepada remaja perempuan yang baru

saja mengalami menstruasi pertama kali dan biasanya dilakukan kepada

anak dengan usia sekitar 12-15 tahun. Upacara ini memiliki tujuan untuk

menghindarkan dari gangguan ghaib, dan menunjukan kepada semua

masyarakat jika perempuan tersebut sudah memasuki status sosial yang

baru, dan perempuan tersebut sudah dianggap siap secara fisik untuk
26

dibuahi dan menjalani masa kehamilan yang merupakan salah satu tugas

perempuan.

Upacara terapan dilakukan tujuh hari setelah mengalami menstruasi

pertamakali, upacara ini tidak dapat direncanakan sebelumnya. Zaman

dahulu, seorang perempuan tidak diperbolehkan keluar rumah atau biasa

disebut dengan istilah “dipingit”. Selama tujuh hari dilakukan

pengasingan didalam kamar. Pada saat pengasingan ini secara bergantian

ibu, saudara perempuan, dan para sesepuh tidak tidur di malam hari

(tuguran) secara bergantian. Hal ini dengan tujuan untuk menemani gadis

tersebut melakukan pengasingan dan juga untuk memberi nasehat dan

bekal hidup bagi gadis (anak tarap) mengenai tugas, kewajiban,

pantangan, anjuran, yang harus dilakukan sesudah memasuki fase dewasa.

5. Sulawesi

Salah satu tradisi di Sulawesi yaitu upacara nokeso. Upacara nokeso

adalah upacara menggosok gigi bagian atas dan bawah sampai merata dan

upacara ini dilakukan pada perempuan yang menjelang usia dewasa.

Tujuan dari upacara nokeso adalah agar perempuan terhindar dari

gangguan mental dan fisik, agar perempuan dimudahkan rezekinya,

panjang umur, dan supaya dijaga oleh para leluhur.

Upacara nokeso dilaksanakan sebelum perempuan mengalami

menstruasi pertama kali. Hal ini dikarenakan jika anak perempuannya

sudah mengalami menstruasi para orang tua akan merasa malu untuk
27

mengadakan upacara nokeso, tetapi karena tuntutan maka upacara ini

harus dilaksanakan. Upacara ini dilaksanakan 7 hari 7 malam dan

dilaksanakan pada siang hari (Simanjuntak, 2008).

6. Bali

Upacara menek kelih adalah upacara yang dilakukan pada saat

perempuan yang mulai menginjak dewasa dan baru mengalami menstruasi.

Upacara ini bertujuan untuk meminta kepada Tuhan agar perempuan yang

baru meranjak dewasa diberikan jalan yang benar dan baik.

Upacara ini berisi wejangan dari para orang tua kepada anaknya yang

berisi pendidikan mengenai kehidupan agar anak memiliki masa depan

yang baik dan dapat membawa nama keluarga menjadi lebih baik dan

membawa peluang bagi keluarganya supaya dapat masuk surga

(Simanjuntak, 2008).

J. Mitos tentang menstruasi yang berkembang pada masyarakat Indonesia

1. Tidak boleh keramas pada saat menstruasi

Banyak sekali yang mengatakan jika sedang menstruasi tidak boleh

keramas karena menyebabkan beberapa hal seperti pori-pori kepala

terbuka, anemia, bahkan ada beberapa yang menganggap keramas akan

menyebabkan pusing. Mitos ini tidak benar karena faktanya wanita yang

mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan dirinya. Wanita yang

sedang mengalami menstruasi wajib menjaga kebersihan rambut karena

pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat


28

sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme

lainnya (Andryani & Maharani, 2018).

Membersihkan rambut atau melakukan keramas saat menstruasi harus

tetap dilakukan, mitos mengenai keramas saat menstruasi adalah sesuatu

yang masih dipercaya pada kalangan masyarakat terutama pada remaja

perempuan di Indonesia. Menjaga kebersihan tubuh saat menstruasi

terutama kebersihan kulit kepala sangat dianjurkan karena saat menstruasi

terjadi perubahan hormon (Adika & Mianoki, 2014).

2. Tidak boleh memakan nanas

Mitos mengenai tidak boleh memakan nanas juga beredar di

masyarakat, banyak yang mempercayai bahwa nanas bisa membuat nyeri

saat menstruasi bertambah parah. Faktanya berdasarkan beberapa hasil

penelitian didapatkan hasil bahwa buah nanas memiliki efek analgesik

karena terdapat kandungan enzim bromelain. Bromelain adalah suatu

enzim proteolitik yang berasal dari Ananans comosus L (Widyawati &

Setianingsih, 2018). Rahayu & Sugita (2015) menjelaskan nanas

mengandung pektin, vitamin C dan enzim bromelain I untuk meredakan

nyeri, dan dapat memperlancar peredaran darah serta dapat digunakan

untuk penyembuhan luka.

Pada saat menstruasi tentunya wanita membutuhkan asupan gizi yang

seimbang salah satunya dengan mengonsumsi banyak buah yang

mengandung vitamin C salah satu contohnya yaitu nanas. Mengonsumsi


29

buah-buahan sangat dianjurkan dan tidak boleh memakan nanas pada saat

menstruasi hanya suatu mitos belaka. Mengonsumsi buah-buahan pada

saat menstruasi sangat dianjurkan, contoh lain selain nanas yaitu buah

pisang karena pisang dapat memperbaiki emosi remaja putri dan contoh

lain ternyata dengan mengonsumsi semangka maka aliran darah akan tetap

lancar, buah nanas juga baik untuk dikonsumsi saat menstruasi karena

kandungan yang baik didalam nanas yaitu bromelain. Saat mensstruasi

bromelain akan merelaksasikan otot sehingga tidak merasakan kram saat

menstruasi.

3. Menggunakan pembalut akan menyebabkan kemandulan

Kelembaban dan keputihan pada daerah intim akan meningkat saat

menstruasi, hal ini dapat mengakibatkan infeksi yang berasal dari

mikroorganisme/kuman. Penggunaan pembalut sangat diperlukan untuk

menampung darah dan lendir pada saat menstruasi, sehingga darah dan

lendir tidak bersentuhan langsung dengan organ reproduksi dan kulit.

Tanda jika telah menggunakan pembalut yang benar yaitu dengan memilih

pembalut dan ketika memakainya merasakan kenyamanan, cocok dengan

kulit dan tidak menimbulkan iritasi pada saat menggunakannya dan ganti

pada saat sudah lembab dan terasa penuh oleh darah.

Pada saat menstruasi dihari 1–2 atau saat sedang melakukan banyak

aktifitas harus rajin mengganti dengan pembalut yang baru setiap 2-4 jam

sekali agar organ reproduksi tetap sehat dan tidak mengalami kelembaban
30

yang bisa menimbulkan masalah kesehatan. Pada saat menstruasi juga

harus menggunakan air bersih pada saat membilas organ reproduksi.

Banyak sekali informasi yang beredar saat ini yaitu pembalut yang

digunakan selama menstruasi akan menyebabkan iritasi pada wanita.

Sebenarnya faktor yang menyebabkan iritasi yaitu jika adanya kandungan

klorin pada pembalut wanita. Klorin merupakan gas berwarna kuning

kehijauan yang sering dengan kemajuan teknologi dalam pembuatan

pembalut berasal dari bahan daur ulang, para produsen menggunakan

klorin agar pembalut dapat berwarna putih bersih, hal ini yang dapat

menyebabkan gatal-gatal dan juga iritasi.

4. Minuman soda dapat melancarkan menstruasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Evayanti,

Ramadhani, Setiawati, (2016), faktanya yang harus dikurangi pada saat

menstruasi yaitu mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein

karena menurut penelitian kafein dapat menyebabkan kontriksi pembuluh

darah uterus (rahim) dan hal ini akan menyebabkan aliran darah uterus

akan mengalami penurunan sehingga hal ini akan menyebabkan

berkurangnya perdarahan pada saat menstruasi dan hal ini akan

memperpendek masa menstruasi. Nyeri menstruasi akan semakin

bertambah parah karena vasokonstriktor yang berasal dari kafein. Maka

dari itu jika mengonsumsi kafein, tubuh akan merasa tidak nyaman dan

menimbulkan sakit kepala dan hal ini akan membuat diri lebih.
31

Kafein juga menyebabkan kerja jantung akan berpacu lebih cepat dan

hal itu akan membuat perempuan yang sedang menstruasi merasa uring-

uringan dan tidak tenang, sehingga sebaiknya mengurangi minuman yang

mengandung kafein. Payudara juga akan terasa nyeri dan lebih sensitif.

Minuman yang mengangung kafein ternyata juga terdapat pada soda (soft

drink) dan minuman pada minuman soda juga mengandung pemanis

buatan sehingga berdasarkan penelitian sangat dibutuhkan peran orang tua

dalam membatasi para anak untuk mengkonsumsi soda yang berlebihan

dan harus membiasakan remaja putri untuk mengonsumsi makanan sehat

dan meminum air putih yang banyak agar remaja putri lebih sehat

(Ramadhani dkk, 2016).

5. Tidak boleh minum dingin pada saat menstruasi

Banyak yang mengatakan jika sedang menstruasi tidak boleh minum air

es karena dapat menghambat menstruasi. Faktanya hal ini tidak ada

hubungannya sama sekali karena yang mengatur menstruasi yaitu hormon

esterogen dan progesterone dan tidak ada kaitannya dengan saluran

pencernaan. Menstruasi yang terlambat biasanya disebabkan karena

adanya masalah pada dinding rahim, masalah hormonal, dan masalah

psikologis seperti stress. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh

Setiawati (2015), bahwa terdapat hubungan antara stress terhadap siklus

menstruasi pada remaja.


32

6. Tidak boleh berenang pada saat menstruasi

Beberapa remaja ada yang beranggapan jika berenang dilarang pada

saat menstruasi, padahal sebenarnya dalam dunia medis tidak ada larangan

mengenai berenang saat menstruasi dan kegiatan berenang tidak ada

kaitannya dengan kemandulan. Wanita yang sedang menstruasi boleh saja

berenang asalkan sudah memastikan kenyamanan dalam penggunaan

pembalut. Hal ini karena ketika berada di dalam air, tekanan air menjadi

tinggi sehingga darah haid tidak keluar. Demi kenyamanan dan keamanan

tetap disarankan menggunakan pembalut.

Berenang saat menstruasi bisa membantu meredakan rasa nyeri, karena

daya apung air juga dapat menopang tubuh serta mengurangi tekanan

punggung sehingga memulihkan nyeri punggung yang kadang timbul pada

saat menstruasi. Para wanita yang berenang pada saat menstruasi harus

benar-benar memastikan kenyamanan pembalut dan pakaian renang yang

digunakan. Namun sebaiknya dilihat kembali yang menjadi prioritas saat

itu, aktifitas berenang atau kenyamanan menstruasi. Jika wanita sudah

yakin akan pembalut dan pakaian renang yang digunakan, tidak ada

salahnya untuk berenang (Sinaga dkk, 2017).

7. Selalu merasakan nyeri saat menstruasi merupakan pertanda kista

Nyeri yang dirasakan saat menstruasi disebut dismenorea atau kram

menstruasi. Nyeri yang dirasakan terjadi pada daerah perut khususnya

pada bagian bawah tetapi nyeri juga seringkali menyebar hingga ke


33

punggung terutama bagian bawah, panggul, pinggang, hingga paha. Jika

nyeri sudah sangat parah maka bisa juga disertai dengan kram perut. Kram

perut terjadi karena adanya kontraksi otot dan hal ini terjadi secara intens

pada saat mengeluarkan darah menstruasi yang berasal dari rahim.

Kemudian pada saat terjadi kontraksi, otot-otot akan menegang sehingga

akan menimbulkan kram atau kontraksi (Sinaga dkk, 2017).

Pada saat menstruasi hal ini merupakan kejadian yang normal yang

dirasakan perempuan, biasanya hal ini terjadi ketika mulainya perdarahan

dan berlangsung hingga 1-2 hari berikutnya. Dismenorea pasti pernah

dialami atau dirasakan oleh sebagian perempuan yang sudah mengalami

menstruasi tetapi berbeda-beda tingkat keparahannya. Remaja yang

mengalami dismenorea sebenarnya bukan disebabkan oleh suatu penyakit,

hal ini sering disebut dismenorea primer. Makin dewasanya perempuan

biasanya nyeri yang dirasakan akan semakin berkurang. Nyeri dismenorea

primer yang dirasakan pada perempuan yang sudah melahirkan juga

biasanya sudah berkurang (Sinaga dkk, 2017).

Faktanya perempuan yang mengalami nyeri perut bawah saat

menstruasi adalah hal yang normal dan dengan perbedaan tingkat

keparahan serta perbedaan rasa nyeri, ada yang merasakan nyeri ringan

ada juga yang merasakan nyeri sangat berat semua itu tergantung dari

kesehatan fisik dan psikis seseorang seperti keletihan, emosi tidak stabil,

daya tahan tubuh. Biasanya rasa nyeri pada saat menstruasi terjadi tidak
34

lebih dari 3 hari dan nyeri akan berkurang seiring dengan berkurangnya

darah menstruasi yang keluar.

Saat ini, gejala dari penyakit kista belum begitu jelas, sebagai

antisipasinya, jika merasakan nyeri menstruasi yang sangat hebat sampai

tidak tertahankan atau bahkan pingsan, nyeri dirasakan lebih dari 3 hari

dan jumlah darah menstruasi terasa banyak setiap harinya, dan hal ini

terjadi terus menerus setiap siklus menstruasi (3-6 bulan berturut-turut),

dianjurkan untuk segera berkonsultasi ke dokter untuk memastikan

penyebabnya, namun hal ini belum tentu pertanda terdapat penyakit kista

(Sinaga dkk, 2017).

8. Menstruasi tidak teratur merupakan tanda wanita tidak subur

Banyak remaja yang beranggapan jika dirinya telat atau jarang

menstruasi itu merupakan tanda bahwa dirinya tidak subur. Faktanya

menurut Mahitala (2015) penyebab gangguan menstruasi itu karena

adanya gangguan biologik dan psikologik. Gangguan biologik contohnya

seperti adanya disfungsional sistem reproduksi dan gangguan psikologik

itu bisa disebabkan karena stress dan gangguan emosi. Atriabiama (2009)

mengatakan gangguan yang sering muncul saat menstruasi pada remaja

yaitu waktu menstruasi yang sangat lama (oligomenore), tidak menstruasi

sama sekali (amenore), darah menstruasi yang keluar terlalu banyak

(hipermenore), darah menstruasi yang keluar terlalu sedikit (hipomenore).


35

Masalah menstruasi juga bisa dipengaruhi oleh tingkat stress. Kinerja

organ dan sekresi hormon didalam tubuh sebenarnya dipengaruhi oleh

stress psikologis yang tinggi. Sangat dianjurkan bagi remaja perempuan

untuk membicarakan setiap persoalan dengan orang tua atau sahabat agar

menemukan solusi yang tepat untuk masalahnya dan dianjurkan tidak

terlalu memikirkan persoalan tersebut (Sinaga dkk, 2017). Amenorea

merupakan keadaan dimana menstruasi tidak terjadi atau berhenti padahal

saat itu merupakan masa subur atau sudah pada waktu yang seharusnya

menstruasi terjadi. Amenorea dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu

amenorea primer dan amenorea sekunder.

Perempuan yang telat mengalami menstruasi disebut dengan

amenorea primer. Biasanya perempuan akan mengalami menstruasi pada

usia 10-16 tahun, apabila usianya telah menginjak 16 tahun dan belum

mengalami menstruasi remaja dapat disebut dengan amenorea primer.

Seorang perempuan mengalami kejadian ini bisa disebabkan karena

adanya gangguan pada hormon, kesehatan fisik yang sedang terganggu

atau sedang mengalami tekanan pada dirinya. Sedangkan amenorea

sekunder merupakan berhentinya menstruasi paling tidak 3-4 bulan

berturut-turut padahal sebenarnya perempuan tersebut sudah mengalamai

menstruasi.

Rendahnya hormon gonadotropin (GoRH=Gonadotropine Releasing

Hormone) merupakan salah satu penyebabnya, hormon ini merupakan


36

hormon yang dihasilkan hipotalamus yang fungsinya untuk mengatur

siklus menstruasi. Hal lain yang dapat menyebabkan amenorea sekunder

yaitu kondisi stress, anoreksia, gangguan tiroid, penurunan berat badan

yang ekstrim, dan adanya kista ovarium.

Penanganan amenorea berbeda-beda tergantung dari penyebabnya.

Apabila terjadi penurunan drastis pada berat badan dan perempuan yang

mengalami obesitas, maka penanganan yang dianjurkan yaitu melakukan

diet yang tepat sesuai kebutuhan. Apabila remaja perempuan dengan

kondisi normal dan belum mengalami menstruasi maka dokter akan

melakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan untuk memantau kondisi

kesehatan dan memantau perkembangan pubertas apabila remaja

perempuan belum mengalami menstruasi. Dokter biasanya juga akan

memberikan terapi hormonal (progesteron) untuk merangsang menstruasi.

Sedangkan untuk merangsang perkembangan pubertas remaja yang belum

mengalami pertumbuhan payudara, rambut kemaluan dan ketiak belum

tumbuh dokter biasanya memberikan terapi esterogen (Sinaga dkk, 2017).

K. Faktor yang mempengaruhi perilaku remaja putri saat menstruasi

1. Orang Tua

Peran orang tua terutama ibu juga merupakan faktor yang membuat

para remaja mempercayai mitos dan mengakibatkan perilaku yang salah

pada saat menstruasi, untuk mengatasi hal ini maka sangat diperlukan

keterlibatan orang tua dalam memberi pengetahuan kepada anak-anaknya.


37

Hal ini disebabkan karena ibu merupakan orang pertama yang memberi

pendidikan mengenai menstruasi, informasi yang diberikan juga harus

informasi yang baik dan positif.

Banyak masyarakat yang masih menganggap tabu untuk

membicarakan mengenai menstruasi sehingga hal ini membuat para

remaja kurang berkomunikasi dengan orang tua karena merasa malu dan

merasa canggung untuk membicarakannya, akibatnya remaja kurang

memahami mengenai perilaku menstruasi dan kesehatan reproduksi

(Suryati, 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2012) sumber informasi

yang paling besar tentang menstruasi yaitu orang tua terutama ibu. Ibu

yang bekerja akan mendapatkan informasi dari banyak orang luar dan

terpapar beberapa media sehingga ibu yang bekerja akan lebih memiliki

wawasan yang luas, sedangkan ibu yang tidak bekerja akan lebih sering

menghabiskan waktu dirumah sehingga ibu akan mempunyai banyak

waktu untuk berkomunikasi dengan anaknya. Anak perempuan akan lebih

dekat dengan ibunya karena ibunya sudah mengalami dan memahami

tentang proses dan perilaku selama menstruasi.

2. Pengetahuan

Pengetahuan juga akan mempengaruhi seseorang dalam mempercayai

suatu hal. Pemahaman yang kurang pada remaja putri juga berpengaruh

pada perilaku dan kepercayaan terkait mitos. Kurang atau salahnya


38

infromasi pada remaja putri akan berpengaruh pada perilaku dan

kepercayaan terkait mitos, hal ini akan mengarah pada perilaku negatif dan

memungkinkan perempuan tidak melakukan perilaku yang higienis pada

saat menstruasi (El-Khedr, Lamadah & Mohamed 2015). Pengetahuan

remaja tentang menstruasi bisa didapatkan dari media elektronik, media

cetak, ataupun orang tua dan tenaga kesehatan seperti bidan, perawat,

dokter (Afifah, Hastuti, & Widatiningsih, 2014).

3. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk perilaku dan

pola hidup seseorang, pendidikan dapat memotivasi seseorang untuk

bersikap dan berperan serta dalam pembangunan, semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima dan

mencerna informasi. Diharapkan jika seseorang dengan pendidikan formal

yang lebih tinggi, maka pengetahuan mengenai kesehatannya khususnya

dalam hal pengetahuan tentang menstruasi akan lebih baik dibanding

seseorang yang tidak menempuh pendidikan (Afifah dkk, 2014).

4. Media massa/elektronik

Media masa dianggap sangat efektif untuk menyampaikan infromasi

terutama untuk mempromosikan hal-hal yang berkaitan dengan

menstruasi. Ketidaktahuan remaja tentang menstruasi bisa dikarenakan

karena kurangnya akses informasi. Informasi yang remaja putri dapatkan

seputar menstruasi hanya dari pelajaran IPA yang diajarkan disekolah, dan
39

kebanyakan remaja juga mencari informasi di internet, sehingga internet

sebagai media massa sangat berperan dalam kesiapan remaja menghadapi

menstruasi karena dengan internet remaja bisa mendapatkan informasi

seputar menstruasi lebih banyak (Afifah dkk, 2014).

L. Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Budaya dan mitos saat


Remaja Menstruasi menstruasi

Dampak mempercayai budaya dan


mitos saat menstruasi

Sumber : (Black & Hawks, 2014 ; Arsyati, Hanissa, & Nasution, 2017).

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

M. Kerangka Konsep

Mitos yang berkembang di kalangan Persepsi remaja putri Perineal hygiene


remaja putri saat menstruasi tentang menstruasi saat menstruasi
Proses meyakini mitos
saat menstruasi
Keterangan :
40
: Diteliti
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Metode penelitian

kualitatif adalah penelitian dengan mencari makna, pemahaman serta

pengertian tentang suatu fenomena yang terjadi pada kehidupan manusia

dengan terlibat langsung maupun tidak langsung atau mencoba memahami

makna suatu kejadian dan peristiwa dengan berinteraksi dengan orang-orang

dalam fenomena atau situasi tersebut (Yusuf, 2014).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan suatu proses untuk

menemukan makna yang berasal dari interpretasi subyek penelitian didalam

situasi tertentu dan bukan untuk mencari sebab, bukan juga untuk mencari

fakta dari suatu gejala/peristiwa yang telah muncul dalam dunia sosial

tertentu (Suwendra, 2018).

N. Subjek Penelitian

Responden dalam penelitian ini yaitu remaja yang sudah mengalami

menstruasi di Pedukuhan Sambikerep. Metode yang digunakan dalam memilih

responden adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu metode

sampling dengan cara penarikan sample dengan memperhatikan


42

pertimbangan-pertimbangan berdasarkan kriteria penelitian yang sesuai

dengan tujuan penelitian (Alfianika, 2018).

Jumlah responden yang diteliti pada penelitian ini ditentukan jumlahnya

ketika sudah mencapai saturasi data atau sudah tidak ditemukan lagi data baru

(Azizah, 2019).

Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini yaitu :

1. Remaja putri berusia 11-16 tahun yang sudah mengalami menstruasi.

2. Remaja yang tinggal di Pedukuhan Sambikerep.

3. Bersedia menjadi responden dan telah mengisi informed consent.

4. Mampu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik

Kriteria ekslusi responden dalam penelitian ini yaitu :

1. Remaja yang memiliki gangguan berkomunikasi.

2. Remaja yang memiliki gangguan jiwa.

O. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Sambikerep. Pemilihan lokasi

penelitian berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan

cara wawancara kepada tokoh masyarakat.


43

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2020.

P. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu perilaku menstruasi remaja terhadap

budaya dan mitos.

Q. Definisi Operasional

1. Perilaku dimaksud dalam penelitian ini yaitu bagaimana

perilaku/kebiasaan remaja perempuan yang sering dilakukan selama

menstruasi yang berhubungan dengan aspek budaya dan mitos.

2. Budaya merupakan suatu bentuk tradisi yang telah berkembang pada suatu

kelompok masyarakat dan akan diwariskan kepada generasi berikutnya

dan dipercayai dapat berfungsi untuk menjaga moral dan perilaku

seseorang.

3. Mitos merupakan suatu bentuk kepercayaan seseorang yang tersebar dan

dilakukan oleh masyarakat sampai saat ini dan mitos sebenarnya sulit

dimengerti oleh pemikiran yang logis dan sulit dibuktikan dengan metode

ilmiah.

R. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau

memperoleh data dalam memecahkan masalah penelitian dan bisa juga

digunakan sebagai alat yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah


44

dalam suatu penelitian (Alfianika, 2018). Pada penelitian kualitatif peneliti

sebagai instrument utama yang memiliki peran dalam penelitian. Instrumen

penelitian pada penelitian kualitatif berupa observasi partisipasi, wawancara

mendalam, open ended atau field notes. Data yang terkumpul dari instrumen

penelitian dapat berbentuk kata-kata, gambar maupun dokumen (Gumilang,

2016).

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner data demografi

(meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan) yang diberikan kepada

respoden penelitian dan menggunakan panduan wawancara atau interview

guide yang bertujuan untuk mengeksplor budaya dan mitos apa saja yang

beredar pada remaja putri tentang perilaku saat menstruasi. Selama dilakukan

pengambilan data, peneliti menggunakan alat bantu berupa alat perekam suara

atau tape recorder dan catatan lapangan untuk memperjelas dan mempertegas

data penelitian.

S. Metode Pengambilan Data

1. Wawancara semi terstruktur

Wawancara semi terstruktur termasuk jenis wawancara mendalam

(in depth interview) dalam pelaksanaanya lebih bebas dibanding dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara ini yaitu untuk menemukan

suatu permasalahan yang lebih terbuka dengan meminta pendapat dan

pemikiran – pemikiran dari pihak responden (Hidayah, 2016) .


45

Wawancara dalam penelitian kualitatif dilakukan selama satu jam

dan tidak boleh lebih dari 3 jam. Wawancara tidak boleh dilakukan lebih

dari tiga jam karena dikhawatirkan responden sudah tidak dapat

berkonsentrasi walaupun wawancara dilakukan oleh peneliti yang sudah

berpengalaman. Untuk melakukan wawancara perlu diperhatikan waktu

yang diperlukan tergantung pada keadaan setiap responden (Rachmawati,

2007).

Teknik wawancara semi terstruktur ini digunakan peneliti untuk

mendapatkan data yang mendalam dan lebih terinci dengan

mengembangkan pertanyaan–pertanyaan tentang budaya dan mitos pada

saat menstruasi pada remaja putri di Pedukuhan Sambikerep dan direkam

menggunakan tape recorder. Peneliti membuat janji terlebih dahulu

dengan responden dan melakukan wawancara di rumah responden.

Sebelum wawancara dimulai peneliti memperkenalkan diri terlebih

dahulu, kemudian peneliti menjelaskan prosedur penelitian kepada

responden sambil memberikan informed consent yang harus diisi oleh

responden.

Peneliti melakukan proses wawancara sekitar 60-90 menit secara

tatap muka pada setiap pertemuan dengan responden dengan ditemani oleh

asisten peneliti, jika responden menghendaki kepentingan pribadi atau izin

dalam proses wawancara peneliti memberikan waktu 10 menit kepada

responden. Dalam proses wawancara peneliti juga mencatat ekspresi


46

wajah, bahasa tubuh, kotak mata serta reaksi responden selama proses

wawancara yang nantinya digunakan sebagai catatan lapangan.

2. Observasi tidak terstruktur

Penelitian ini menggunakan teknik observasi tidak terstruktur atau

non sistematis. Observasti tidak terstruktur merupakan observasi yang

dilakukan tanpa struktur atau tanpa ada rencana yang telah dipersiapkan

sebelumnya, dalam hal ini observer dapat menangkap apa saja yang

didapatkan selama proses observasi (Hasanah, 2017).

Dalam penelitian ini peneliti (observer) dapat mengamati,

memperhatikan dan mendengarkan secara aktif responden yang sedang

diteliti sehingga selama interaksi antara responden dan observer dapat

berlangsung secara nyaman dan natural. Observasi dilakukan selama 60-

90 menit bersamaan dengan proses wawancara yang berlangsung.

T. Uji Keabsahan

Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif meliputi validitas internal

(uji credibility data) yaitu menilai kebenaran dari sebuah temuan penelitian

kualitatif, contohnya pada penelitian ini dilakukan dengan member checking

dan triangulasi, validitas eksternal (uji transferability) yaitu dapat menunjukan

keakuratan hasil penelitian dan hal ini dapat diterapkan kepada populasi dan

sampel pada tempat penelitian, reliabilitas (uji dependability) yaitu uji yang

membuktikan jika hasil penelitian tetap sama walaupun dilakukan penelitian


47

yang kedua kalinya, obyektivitas (uji confirmability) yaitu hasil penelitian

dikatakan objektif apabila sudah disepakati oleh beberapa orang (Hadi, 2017).

Dari keempat uji keabsahan data kualitatif terdapat delapan teknik

pemeriksaan data ayang dapat digunakan untuk melakukan uji keabsahan data

yaitu perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan (ketekunan

pengamatan), triangulasi dan member check untuk mengetahui keakuratan

data, mengkaji kasus negatif, pengecekan dengan tanya jawab bersama teman

sejawat (peer debriefing), serta uraian yang terinci (Hadi, 2017).

Pada penelitian ini uji keabsahan menggunakan member checking yaitu

dengan melakukan pengecekan ulang data penelitian kepada responden supaya

data yang telah diperoleh sesuai dan diterima kebenarannya oleh responden.

Penelitian ini juga menggunakan strategi peer debriefing yang dilakukan

bersama teman sejawat agar peneliti mendapatkan pandangan kritis dari hasil

penelitian dan bisa juga untuk mengurangi subyektifitas peneliti dalam proses

pengolahan data (Satori, 2017) . Peneliti merefleksikan hasil penelitan serta

berkonsultasi dengan ahli, pada penelitian ini peneliti berkonsultasi dengan

dosen pembimbing jika terdapat kesulitan dalam proses pengolahan data dan

hal ini juga sebagai upaya pengurangan hasil bias pada penelitian (Azizah,

2019) .Selain member checking dan peer debriefing untuk menguji keabsahan

peneliti juga menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang digunakan

yaitu triangulasi sumber, triangulasi sumber adalah melakukan pengecekan


48

ulang data penelitian kepada responden yang berbeda. Dalam penelitian ini

melakukan triangulasi data kepada orang tua responden.

U. Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Peneliti menyusun proposal penelitian dan melakukan ujian proposal

yang telah disetujui oleh pembimbing dan penguji sebagai bukti

proposal telah layak dan diizinkan penelitian.

b. Peneliti melakukan uji etik penelitian di UNISA No.995/KEP-

UNISA/I/2020 dan memperoleh surat keterangan lolos etik.

c. Peneliti mengurus surat izin penelitian di Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bantul dan memperoleh surat

keterangan izin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti datang ke rumah kepala dukuh di Pedukuhan Sambikerep

dalam proses penentuan responden.

b. Peneliti menentukan responden dengan menggunakan teknik snowball

atau purposive sampling tanpa paksaan.

c. Peneliti mengambil data dari responden yang diwawancara, selanjutnya

peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan prosedur dari

penelitian. Setelah responden bersedia untuk terlibat dalam penelitian,


49

partisipan menandatangani informed consent dan peneliti melakukan

kontrak waktu untuk wawancara dengan responden.

d. Peneliti melakukan pengambilan data dengan wawancara mendalam

kepada remaja putri untuk memperoleh informasi mengenai budaya dan

mitos pada perilaku menstruasi.

e. Setelah melakukan wawancara, peneliti memperoleh hasil dari

wawancara yang kemudian diolah menjadi transkip dan dianalisis.

f. Setelah melakukan transkip hasil wawancara, peneliti melakukan uji

keabsahan menggunakan member checking kepada responden dan

melakukan triangulasi data kepada orang tua responden.

g. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan responden berikutya

hingga ditemukan saturasi data (data jenuh).

3. Tahap Analisis

Setelah data didapatkan dari hasil wawancara mendalam dan

observasi di analisis. Setelah data terkumpul peneliti menganalisis dan

mengelompokan sesuai dengan makna dari penyataan, kemudian diambil

kesimpulan dalam bentuk tema besar. Tema tersebut dijelaskan dalam

bentuk narasi.
50

V. Metode Analisis Data

Yang dimaksud dengan analisis data yaitu suatu upaya yang dilakukan

dengan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilih data menjadi

satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dari data dan apa yang dapat dipelajari serta memutuskan data

apa yang dapat dijelaskan kepada orang lain (Anggito & Setiawan, 2018).

Creswell (2017) mengatakan terdapat 6 langkah melakukan analisa data

pada penelitian kualitatif yaitu :

1. Data yang telah diperoleh disiapkan dan diolah untuk proses analisis data

dengan menggunakan transkrip wawancara dan menggunakan catatan

lapangan.

2. Peneliti membaca keseluruhan data dan direfleksikan menjadi gagasan

umum yang disampaikan oleh responden.

3. Peneliti selanjutnya juga melakukan coding data dengan cara

mengelompokan data sesuai katagori.

4. Peneliti menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan responden,

kategori, dan juga tema yang dianalisis.

5. Peneliti selanjutnya menyajikan data yang sudah dideskripsikan.


51

6. Pada langkah terakhir peneliti melakukan interpretasi data dan memaknai

data dengan mengajukan pertanyaan untuk mengungkapkan makna dari

sebuah gagasan.

W. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan uji etik di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan No.995/KEP-UNISA/I/2020. Etika

penelitian dalam penelitian ini adalah :

1. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect human dignity)

Peneliti menghargai hak responden untuk membuat keputusan ikut

atau menolak dijadikan sebagai responden. Peneliti menjelaskan maksud

dan tujuan penelitian dan memberikan informed consent kepada responden

sebelum dimulainya penelitian dan ini sebagai persetujuan resmi untuk

bersedia menjadi responden penilitian.

2. Otonomi (Autonomy)

Peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat serta

proses penelitian selanjutnya peneliti memberi kebebasan pada responden

untuk memutuskan ketersediaanya untuk mengikuti proses penelitian

tanpa paksaan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
52

Peneliti menjaga kerahasiaan data penelitian dan semua informasi

yang sudah dikumpulkan disimpan dengan baik dan dipergunakan sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

4. Manfaat (Benefience)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

yang sudah ditetapkan, sehingga hasil yang didapatkan memberikan

manfaat yang diharapkan bagi peneliti dan responden. Manfaat yang

didapatkan oleh responden yaitu dapat memberikan gambaran dan

wawasan baru mengenai aspek budaya dan mitos pada perilaku selama

menstruasi, sehingga dapat menjadi evaluasi terkait pengetahuan dan dapat

memperbaiki perilaku selama menstruasi.

5. Keadilan (Justice)

Peneliti bersikap adil pada semua responden yang terlibat dalam

penelitian. Peneliti memberikan perlakuan yang sama sesuai dengan

prosedur penelitian yang sudah dibuat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bangunjiwo yang terletak di wilayah

Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, yang terdiri dari 19 pedukuhan,

yang meliputi 144 rukun tetanga. Desa Bangunjiwo merupakan desa

penggabungan 4 kelurahan yaitu Kelurahan Paitan, Sribitan, Bangen, dan

Kasongan.Desa Bangunjiwo juga terdiri dari 19 Pedukuhan yang meliputi

Pedukuhan Gendeng, Ngentak, Lemahdadi, Salakan, Sambikerep, Petung,

Kenalan, Sribitan, Kalirandu, Bangen, Bibis, Jipangan, Petung, Donotirto,

Kalangan, Kalipucang, Gedongan, Kajen, Tirto, dan Sembungan.

Penelitian ini mengambil partisipan dari Pedukuhan Sambikerep, Desa

Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Pedukuhan

Sambikerep memiliki kesenian daerah yang masih sering dilakukan yaitu

kenduri dan pentas seni wayang kulit. Kesenian daerah ini dilakukan

dengan tujuan untuk melestarikan nilai adat tradisi, menjalin rasa

persaudaraan, dan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

2. Gambaran Karakteristik Partisipan


54

Penelitian ini dimulai pada tanggal 20 Februari – 2 Maret 2020.

Remaja putri yang diwawancarai berusia 13-16 tahun. Semua partisipan

yang diwawancarai sudah memenuhi kriteria yaitu telah menarche dan

menstruasi. Partisipan pada penelitian ini hanya terdiri dari remaja putri

dan 9 partisipan memiliki latar belakang pendidikan yang bervariasi dari

tingkat pendidikan SMP-SMA/SMK.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Kode Tingkat Usia


Usia
Partisipan Pendidikan Menarche
P1 SMP 13 12
P2 SMA 16 12
P3 SMK 16 11
P4 SMP 13 10
P5 SMK 16 14
P6 SMP 13 11
P7 SMK 16 12
P8 SMA 16 13
P9 SMA 16 11

3. Proses Penentuan Tema

Analisis data merupakan menentukan bagaimana penyajian data

dalam bentuk matriks, table, dan narasi. Analisis data melibatkan proses

pengorganisasian data, pembacaan pendahuluan pada database,

pengodean dan pengorganisasian tema, penyajian data, dan penyusunan

penafsiran data. Peneliti melakukan penentuan tema setelah

dilakukannya pengumpulan data secara in-depth interview. Alur analisa

data pada penelitian ini dilakukan dengan pengorganisasian data,


55

pembacaan pendahuluan pada database, pengodean dan

pengorganisasian tema, penyajian data, dan penyusunan penafsiran data.

Skema 1 Tema 1: Mitos yang berkembang pada remaja putri saat


menstruasi

Kalau dulu sih mba pernah denger


katanya gaboleh minum es gara-gara Pantangan minum
es kan dingin tuh jadi ya nanti bisa es saat menstruasi
bikin beku gitu darahnya....(p4)
Minuman tabu
saat menstruasi
Katanya kalau menstruasi itu jangan Hindari minum soda
minum soda soalnya nanti bisa mampet saat menstruasi
bikin mensnya jadi gak lancar (p3)

Katanya gaboleh minum kopi dan teh Larangan minum kopi Mitos yang berkembang
saat menstruasi mba, tetapi saya Cuma dan teh saat menstruasi pada remaja putri saat
pernah denger aja...(p1) menstruasi

Kalau gaboleh makan nanas Pantangan makan


setauku gara gara nanti bisa bikin nanas saat menstruasi
tambah sakit perutnya...(p4)
Makanan tabu
saat menstruasi
Kalau makan timun itu katanya tuh
bikin menstruasinya seret gituloh mba. Hindari makan timun
Kalau makan timun tuh bisa bikin saat menstruasi
kayak kurang darah gitu...(p2)

Ya kalau pas menstruasi kan ngeluarin Pantangan keramas


darah ya mba nah itu sebaiknya jangan saat menstruasi Aktivitas tabu
keramas dulu takutnya pusing..(p7) saat menstruasi

Kalau yang gaboleh potong kuku tuh ya Potong kuku dilarang


karena pas menstruasi kan lagi dalam saat menstruasi
keadaan kotor...(p5)

Kalau gaboleh mandi malem malem ya Larangan mandi


soalnya kita lagi keadaan kotor keluar malam saat menstruasi
darah..(p9)

Olahraga saat menstruasi


Katanya kalau olahraga bisa bikin
dihindari
tambah sakit mbak..(p2)
Ya katanya kalau lagi menstruasi tuh Larangan membuang
pembalutnya harus dicuci sampai pembalut yang masih
kotor
bersih..(p6)

Skema 2 Tema 2 : Persepsi remaja putri saat menstruasi pertama kali

Menstruasi itu tandanya udah Menstruasi tanda


dewasa, jadi pasti perempuan yang perempuan dewasa dan
sudah matang mengalami baligh
menstruasi..(p1) Adaptasi psikologis
saat menstruasi
pertama
Menstruasi itu kayak apa ya, semua
wanita pasti mengalami menstruasi. Menstruasi sebagai tanda
Dan kalu sudah menstruasi itu pubertas
perpindahan dari masa kanak-kanak Persepsi remaja putri saat
ke remaja (p6) menstruasi pertama kali

Menurutku mengalami menstruasi


karena memang sudah pubertas.. Menstruasi tanda pubertas
(p5)
Adaptasi fisik saat
menstruasi pertama

Menstruasi itu berarti rahimnya


gadibuahi sama sperma, makannya Proses terjadinya menstruasi
rahimnya meluruh..(p8)
Skema 3 Tema 3 : Reaksi saat pertama menstruasi

Ya saya langsung bilang sama ibu ini Memberikan informasi


kenapa kok keluar darah, terus kepada ibu saat
katanya oh ya ini namanya haid..(p1) menstruasi

Langsung tanya bu guru saat mens Mencari informasi


Tindakan saat pertama
pertama, lalu bu guru ngomong kalo itu kepada guru
menstruasi
darah haid katanya..(p6)

Waktu aku tanya temen, kalau kata Mencari informasi


temenku sih yang udah ngalamin ya kepada teman Reaksi saat pertama
dibilangin udah gapapa gitu..(p6) menstruasi

Perasaanku biasa soalnya udah Biasa saja saat


tau temen temen kayak gitu ya menstruasi pertama
saya biasa aja hehe..(p3)

Pertama sih kaget karena sebelumnya


Kaget saat menstruasi Perasaan saat pertama
tuh biasa biasa aja, terus kok tiba tiba
pertama menstruasi
kayak ngerasa kotor gara gara keluar
darahnya..(p6)

Perasaanya ya waktu itu seneng soalnya Senang saat menstruasi


udah menstruasi, terus mikir kalau aku pertama
ini subur karena ngalamin menstruasi..
(p8)

Ya takut karena kan baru pertama kali Takut saat menstruasi


mengalami menstruasi jadi ya belum pertama
terbiasa..(p1)
Skema 4 Tema 4 : Perineal Hygiene saat menstruasi

Kalau ganti pembalut waktunya beda-


beda, kadang sehari 3x atau 2x gitu,
kalau ngerasa lagi penuh pasti aku Kebiasaan mengganti pembalut
ganti, sama tergantung kegiatan tiap
harinya gitu..(p4)

Kebersihan organ kewanitaan


saat menstruasi

Ibu ngajarin kalau bersihin pembalut


harus diremukin gituloh, harus
dihancurin sampai darahnya hilang, Cara membersihkan pembalut
pokoknya dalemnya itu yg bisa hancur
harus dibilas dibuang gitu..(p8)

Perineal Hygiene saat


menstruasi

Kalau menurutku pakai pembalut tuh yang


nyaman tuh yang ga gatel pas dipake mba..
Menggunakan pembalut
(p7) yang nyaman

Pembalut yang digunakan saat


menstruasi

Aku pakai pembalut charm mba, soalnya


Menggunakan pembalut
dari awal udah dibeliin sama mamah
dengan berbagai ukuran
pembalut itu jadi ya aku pakai yang itu, aku
tapi gasuka pake yang sayap mba soalnya
kalau pake sayap tuh risih kayak kelebaran
gitu buat aku..(p9)
Skema 5 Tema 5 : Proses meyakini mitos menstruasi

Kalau aku sih cuma


= percaya Mempercayai mitos
yang gaboleh minum soda pas tidak boleh minum soda
menstruasi..(p8)
Percaya mitos
menstruasi
Kalau dulu pas masih smp sih Mempercayai tidak
percaya kalau gaboleh cuci boleh keramas
rambut sama potong kuku..(p5)

Gapercaya nyampo karena kalo Proses meyakini


Tidak ada hubungan mitos saat menstruasi
nyampo kan dikepala to mbak jadi antara keramas dengan
ya itu kan fungsinya nyampo juga menstruasi
buat bersihin rambut..(p3) Tidak percaya mitos
menstruasi

Gapercaya gaboleh makan nanas


mba soalnya dulu pernah makan Tidak ada hubungan
nanas ya rasanya biasa aja gitu antara makan nanas
gaberpengaruh apa apa..(p4) dengan menstruasi

Agak ragu ragu ya mba karena Ragu mengenai kebenaran


kurang informasi, terus ya kan mitos
saya Cuma denger denger aja jadi
ragu..(p1) Keraguan terhadap
mitos menstruasi

Antara percaya sama enggak sih Bimbang harus percaya


ya mbak, Cuma ya mungkin iya mitos atau tidak
gara gara es tapi bisa juga bukan
gara gara minum es nya..(p6)
4. Pemaparan Hasil

Terdapat 5 tema yang teridentifikasi dari hasil analisa data kualitatif

yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam kepada 9 partisipan.

Tema utama tersebut yaitu mitos yang berkembang pada remaja putri saat

menstruasi, persepsi remaja putri saat menstruasi pertama kali, reaksi saat

pertama menstruasi, perineal hygiene saat menstruasi, dan keyakinan

remaja putri terhadap mitos saat menstruasi. Tema-tema yang dihasilkan

dari penelitian ini dibahas terpisah sebagai berikut :

a. Tema 1 : Mitos yang berkembang pada remaja putri saat

menstruasi

Penelitian ini menggambarkan tentang mitos yang berkembang

pada remaja putri saat menstruasi. Partisipan menyatakan terdapat

minuman dan makanan yang dianggap tabu untuk dikonsumsi saat

menstruasi. Selain minuman dan makanan ada beberapa aktivitas yang

menurut partisipan harus dihindari saat menstruasi.

1) Minuman tabu saat menstruasi

Partisipan menyatakan bahwa terdapat mitos berupa harus

menghindari beberapa minuman saat menstruasi. Minuman yang

harus dihindari saat menstruasi adalah es, soda, kopi dan teh. Hal ini

dibuktikan dengan wawancara berikut :

P4: “Kalau dulu sih mba pernah denger katanya gaboleh minum es
gara-gara es kan dingin tuh jadi ya nanti bisa bikin beku gitu
darahnya, jadi darah pas menstruasi itu sedikit keluarnya kan
bisa bahaya buat kesehatan kalau keluarnya dikit ga normal”
61

P2: “Kalau setau saya ya karena sewaktu minum es batu itu nanti
haidnya jadi seret mba, jadi kurang lancar akhirnya darahnya
bisa menggumpal dan menyebabkan kista.”
P8: “Kata kakaku dulu kalau minum soda pas menstruasi nanti
bisa bikin darahnya jadi banyak yang keluar pas menstruasi
soalnya katanya soda bisa ngelancarin menstruasi, jadi kalau
pas menstruasi minum soda nanti darahnya bisa tambah
banyak”
P3: “Katanya kalau menstruasi itu jangan minum soda soalnya
nanti bisa mampet bikin mensnya jadi gak lancar”
P1: “Katanya gaboleh minum kopi dan teh saat menstruasi mba,
tetapi saya Cuma pernah denger aja tapi darimananya saya
lupa mbak, sama alasan gaboleh minum kopi dan teh gatau
juga”

2) Makanan tabu saat menstruasi

Partisipan mengungkapkan bahwa saat menstruasi sebaiknya

menghindari makanan seperti buah nanas dan timun. Nanas dan

timun dianggap tabu oleh partisipan karena bisa menimbulkan

beberapa efek seperti nyeri menstruasi bertambah dan bisa

menyebabkan kurang darah. Hal ini dibuktikan dengan wawancara

berikut :

P4: “Kalau gaboleh makan nanas setauku gara gara nanti bisa
bikin tambah sakit perutnya soalnya kalau makan nanas
kebanyakan tuh perutnya nanti kerasa panas jadi gaboleh
makan nanas terlalu banyak pas menstruasi biar ga tambah
sakit”
P7: “Gaboleh makan timun pas menstruasi tuh soalnya nanti
takutnya bikin kurang darah, apalagi buat orang-orang yang
kekurangan darah, kalau menstruasi kan itu ngeluarin darah
nah kalau emang makan timun itu bisa bikin kurang darah kan
jadi bahaya ya mbak”
P2: “Kalau makan timun itu katanya tuh bikin menstruasinya seret
gituloh mba. Kalau makan timun tuh bisa bikin kayak kurang
darah gitu mba jadi menstruasi gak lancar”

3) Aktivitas tabu saat menstruasi


62

Selain makanan dan minuman partisipan berpendapat bahwa saat

menstruasi sebaiknya para wanita tidak melakukan aktivitas seperti

keramas, potong kuku, mandi malam, olahraga. Salah satu partisipan

ada yang mengungkapkan bahwa terdapat larangan membuang

pembalut yang masih kotor. Menurut partisipan alangkah baiknya

aktivitas seperti keramas, potong kuku, dan olahraga dilakukan

setelah menstruasi selesai. Hal ini dibuktikan dengan wawancara

berikut :

P7: “Ya kalau pas menstruasi kan ngeluarin darah ya mba nah itu
sebaiknya jangan keramas dulu nanti malah kalau dikeramas
takutnya pusing. Sodaraku waktu aku kecil sering bilang kalau
dia sering pusing pas habis keramas”
P5: “Kalau yang gaboleh potong kuku tuh ya karena pas menstruasi
kan lagi dalam keadaan kotor, jadi sebaiknya potong kuku nya
nanti aja pas udah selesai menstruasi”
P2: “Katanya kalau olahraga bisa bikin tambah sakit mbak,
mungkin kalau olahraga yang berlebihan sampe kerasa capek
gitu mungkin yang bisa bikin sakit”
P4: “Gaboleh renang pas menstruasi mba soalnya bisa
menghentikan siklus menstruasi”
P9: “Kalau gaboleh mandi malem malem ya soalnya kita lagi
keadaan kotor keluar darah jadi gabaik gitu kalau mandi
malem, lebih baik mandi sore aja”
P6: “Ya katanya kalau lagi menstruasi tuh pembalutnya harus
dicuci sampai bersih gitu mbak biar makhluk halus gitu gak
pada ngikutin”

b. Tema 2 : Persepsi remaja putri saat menstruasi pertama kali

Hasil penelitian ini menemukan berbagai macam persepsi remaja

putri saat mengalami menstruasi pertama kali. Partisipan menyatakan

saat mengalami menstruasi pertama kali remaja putri akan mengalami

perubahan psikologis dan fisik.

1) Adaptasi psikologis saat menstruasi pertama


63

Partisipan menyatakan bahwa saat menstruasi remaja akan

mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud seperti saat

menstruasi para remaja bertambah dewasa dan menstruasi

merupakan salah satu tanda pubertas. Hal ini dibuktikan dengan

wawancara berikut:

P1: “Menstruasi itu tandanya udah dewasa, jadi pasti perempuan


yang sudah matang mengalami menstruasi. Umurnya memang
sudah waktunya mengalami menstruasi”
P2: “Menstruasi itu masa dimana produktivitas seorang wanita
yang sudah dewasa itu matang, produktivitasnya itu sudah
mulai berkembang loh mbak kan sudah masa baligh, jadinya
mengalami menstruasi dan sudah dewasa aja”
P6: “Menstruasi itu kayak apa ya, semua wanita pasti mengalami
menstruasi. Dan kalu sudah menstruasi itu perpindahan dari
masa kanak-kanak ke remaja”

2) Adaptasi fisik saat menstruasi pertama

Partisipan menyatakan tanda wanita sudah pubertas yaitu akan

tumbuh rambut ketiak, tumbuh payudara dan mengalami menstruasi.

Menurut partisipan proses terjadinya menstruasi yaitu pada saat

dinding rahim mengalami peluruhan karena tidak dibuahi oleh

sperma. Hal ini dibuktikan dengan wawancara berikut :

P5: “Menurutku mengalami menstruasi karena memang sudah


pubertas, jadi ya perempuan yang udah umur 11 tahun ke atas
emang udah wajar ngalamin menstruasi”
P3: “Menstruasi itu sebagai tanda pubertas, yaitu tumbuh rambut
ketiak, tumbuh payudara”
P4: “Setauku sih mba menstruasi itu tanda dari pubertas nah
karena sudah mengalami menstruasi berarti tandanya sudah
bertambah dewasa, jadi hormon yang ada didalam tubuh
menjadi matang”
P8: “Menstruasi itu berarti rahimnya gadibuahi sama sperma,
makannya rahimnya meluruh, nah menstruasi itu terjadinya tiap
bulan, perempuan yang udah besar sewajarnya ngalamin
menstruasi”
64

P9: "Menstruasi tuh kalau diajarin pas disekolah itu namanya


peluruhan dinding rahim ya mbak, paling nanti kalau udah
menstruasi udah dewasa itu berarti bisa hamil

c. Tema 3 : Reaksi saat pertama menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan saat menstruasi tindakan pertama

yang dilakukan adalah memberitahu ibu, dan mencari informasi kepada

guru, dan teman. Partisipan mengungkapkan perasaan saat menghadapi

menstruasi pertama kali yaitu takut, biasa saja, kaget dan ada juga yang

merasa senang.

1) Tindakan saat pertama kali menstruasi

Partisipan menyatakan saat menarche tindakan yang dilakukan

pertama kali yaitu memberi tahu ibu, mencari informasi kepada guru

dan teman. Hal ini dibuktikan dengan wawancara berikut :

P8: “Ya bilang gitu mba ke ibu kalau aku udah menstruasi,
tanggapan ibu ya waktu itu seneng sih sama kayak aku
senengnya, ibu bersyukur juga aku udah menstruasi, ngajarin
juga cara bersihin pembalut yang benar itu kayak gimana”
P1: “Ya saya langsung bilang sama ibu ini kenapa kok keluar
darah, terus katanya oh ya ini namanya haid. Ibu bilang kalau
udah besar pasti menstruasi, disuruh lebih bersih aja kalau pas
menstruasi”
P6: “Langsung tanya bu guru saat mens pertama, lalu bu guru
ngomong kalo itu darah haid katanya kalo perempuan udah
gede pasti ngalamin kayak gini. Habis itu dikasih pembalut
sama bu guru”
P6: “Waktu aku tanya temen, kalau kata temenku sih yang udah
ngalamin ya dibilangin udah gapapa gitu, soalnya kan mereka
juga udah pernah ngalamin kayak gitu jadi ya tanggepan
mereka itu santai saja”
65

2) Perasaan saat pertama menstruasi

Partisipan menyatakan perasaan pada saat mengalami menstruasi

pertama kali adalah ada beberapa partisipan yang merasa takut, biasa

saja, kaget, dan senang. Hal ini dibuktikan dengan wawancara

berikut:

P1: “Ya takut karena kan baru pertama kali mengalami menstruasi
jadi ya belum terbiasa, terus pas pertama mikirnya kenapa kok
tiba tiba ada keluar darahnya”
P3: “Perasaanku biasa soalnya udah tau temen temen kayak gitu ya
saya biasa aja hehe, temen sudah sering cerita tentang
pengalaman menstruasi mereka”
P2: “Perasaanku biasa aja soalnya kan udah sering liat perempuan
seusiaku itu mengalami menstruasi jadi gak gimana gimana”
P7: “Ya kaget aja karena ibu bilang ada bercak darah, pas
pertamanya takutnya ada luka atau ngedudukin sesuatu yang
bikin ada bercak di celana”
P6: “Pertama sih kaget karena sebelumnya tuh biasa biasa aja,
terus kok tiba tiba kayak ngerasa kotor gara gara keluar
darahnya”
P5: “Perasaanya tuh seneng soalnya kan waktu itu udah hampir
kelas 9, temen temen yang lain udah pada menstruasi nah aku
belum ngalamin sendiri, jadi ngerasa seneng akhirnya aku
ngalamin menstruasi juga kayak yang lain”
P8: “Perasaanya ya waktu itu seneng soalnya udah menstruasi,
terus mikir kalau aku ini subur karena ngalamin menstruasi,
soalnya temenku waktu itu ada yg belum ngalamin menstruasi,
alhamdulillah aku sudah ngalamin”

d. Tema 4 : Perineal hygiene saat menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan bagaimana perineal hygiene

remaja putri saat menstruasi. Perineal hygiene saat menstruasi meliputi


66

kebersihan organ kewanitaan saat menstruasi dan jenis pembalut yang

digunakan saat menstruasi.

1) Kebersihan organ kewanitaan saat menstruasi

Partisipan menyatakan cara untuk menjaga kebersihan saat

menstruasi yaitu dengan mengganti pembalut dan membersihkan

pembalut yang telah digunakan. Setiap partisipan memiliki

kebiasaan mengganti pembalut yang berbeda-beda terdapat

partisipan yang mengganti pembalut dalam sehari 2/3x dan ada juga

yang 3/4x. Cara membersihkan pembalut saat menstruasi ada yang

membersihkannya cukup dibilas dengan air dan ada juga yang

membersihkannya dengan cara dicuci menggunakan sabun Hal ini

dibuktikan dengan wawancara berikut :

P4: “Kalau ganti pembalut waktunya beda-beda, kadang sehari 3x


atau 2x gitu, kalau ngerasa lagi penuh pasti aku ganti, sama
tergantung kegiatan tiap harinya gitu”
P8: “Aku kalau ganti pembalut biasanya sehari 3 kali atau 4 kali
tergantung kegiatanya pas hari itu gimana, mislanya sekolah ya
pasti kan mandi pagi sebelum sekolah tuh ganti pembalut, terus
aku suka bawa pembalut biar nanti kalau sekolahnya sampe
siang itu bisa ganti disekolahan pas udah penuh, nah terus
ganti lagi pas mandi sore pulang sekolah, sama kalau mau tidur
pasti aku ganti pembalut lagi”
P8: “Ibu ngajarin kalau bersihin pembalut harus diremukin gituloh,
harus dihancurin sampai darahnya hilang, pokoknya dalemnya
itu yg bisa hancur harus dibilas dibuang gitu, nah nanti bagian
pembalut yang gabisa hancur itu ya dicuci aja sampe bersih
gaada darahnya, dibilas pake air gitu”
P9: “Aku kalau bersihin pembalut pasti pembalutnya kalau udah
bersih dari darah pasti aku cuci pakai sabun mandi yang ada
dikamar mandi mba biar sekalilan nyuci celana dalem, kalau
pembalutnya udah kucuci pake sabun baru aku buang”

2) Pembalut yang digunakan saat menstruasi


67

Partisipan menyatakan jenis pembalut yang digunakan pada saat

menstruasi harus yang nyaman dan setiap partisipan menggunakan

jenis dan ukuran pembalut yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan

wawancara berikut :

P7: “Kalau menurutku pakai pembalut tuh yang nyaman tuh yang
ga gatel pas dipake mba, dulu aku pernah pake yang charm aku
gatel mba terus aku coba merk lain laurier sampe sekarang aku
ga ngerasa gatel, kalau gatel tuh jadi gaenak mau ngapa
ngapain mba, terus cari yang tebel ga gampang tembus”
P4: “Aku pakenya laurier mba, soalnya kalau pake laurier tuh
nyaman, apalgi kalau pake yang sayap itu jadi ga gampang
bocor, dulu aku waktu awal menstruasi pake pembalut merek
protect tapi pake sayap juga, tapi kalau sekarang merk protect
itu kalau dibersihin ancur jadi aku jiji waktu bersihin
darahnya”
P9: “Aku pakai pembalut charm mba, soalnya dari awal udah
dibeliin sama mamah pembalut itu jadi ya aku pakai yang itu,
aku tapi gasuka pake yang sayap mba soalnya kalau pake sayap
tuh risih kayak kelebaran gitu buat aku, lagian aku kalau haid
gapernah nembus juga darahnya walaupun keluarnya banyak,
jadi aku mikirnya gaperlu pake yang ada sayapnya”
P8: “Ya pake pembalut yang biasanya ada ditoko toko aja, Cuma
kalau aku suka pake yang khusus malem gitu kerasanya lebih
lebar aja kalau yang khusus buat malem”

e. Tema 5: Proses meyakini mitos saat menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan proses remaja meyakini mitos

menstruasi. Keyakinan mengenai mitos menstruasi ada yang percaya,

tidak percaya, dan ada juga yang merasa ragu terhadap mitos.

1) Percaya mitos menstruasi

Partisipan menyatakan terdapat beberapa mitos yang dipercayai

saat menstruasi. Ada yang percaya mitos tidak boleh minum soda,

tidak boleh keramas&potong kuku saat menstruasi. Hal ini

dibuktikan dengan wawancara berikut :


68

P8: “Kalau aku sih Cuma percaya yang gaboleh minum soda pas
menstruasi, soalnya aku pernah minum minuman bersoda pas
menstruasi nah terus ngerasanya darah yang keluar jadi
banyak, malah waktu itu pernah tembus”
P3: “Percaya gaboleh minum soda soalnya gatahu, percaya aja
gitu mbak, sama temen temen banyak yang percaya jadi buat
jaga jaga aja gitu, jadinya ga minum soda pas menstruasi”
P5: “Kalau dulu pas masih smp sih percaya kalau gaboleh cuci
rambut sama potong kuku, soalnya takut ngerasa pusing pas
menstruasi”

2) Tidak percaya mitos menstruasi

Partisipan mengungkapkan bahwa ada beberapa mitos menstruasi

yang tidak dipercayai. Alasan tidak percaya mitos menstruasi karena

partisipan beranggapan jika tidak ada hubungan antara keramas

dengan menstruasi dan partisipan yang lain ada yang menyatakan

jika tidak ada hubungan antara makan nanas dengan menstruasi. Hal

ini dibuktikan dengan wawancara berikut :

P3: “Gapercaya nyampo karena kalo nyampo kan dikepala to mbak


jadi ya itu kan fungsinya nyampo juga buat bersihin rambut,
kalau menstruasi misalnya 7 hari ga keramas ya risih kan jadi
ya gaada hubungannya dari rambut ke menstruasi”
P8: “Kalau yang keramas aku tetep keramas aja soalnya aku
gapercaya tentang mitos gaboleh kerama, ngerasanya gamasuk
akal alasan gaboleh keramas pas menstruasi”
P4: “Gapercaya gaboleh makan nanas mba soalnya dulu pernah
makan nanas ya rasanya biasa aja gitu gaberpengaruh apa apa.
Ga ngerasain tambah sakit juga pas makan nanas ya aku makan
aja mba”

3) Keraguan terhadap mitos menstruasi

Partisipan menyatakan jika masih merasa ragu mengenai

kebenaran mitos dan partisipan merasa bimbang harus percaya atau

tidak terhadap mitos. Hal ini dibuktikan dengan wawancara berikut :


69

P1: “Agak ragu ragu ya mba karena kurang informasi, terus ya kan
saya Cuma denger denger aja jadi ragu, gatau bener apa
salahnya”
P6: “Antara percaya sama enggak sih ya mbak, Cuma ya mungkin
iya gara gara es tapi bisa juga bukan gara gara minum es nya”

J. Pembahasan

1. Tema 1 : Mitos yang berkembang pada remaja putri saat menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan beberapa mitos yang mucul pada remaja

putri saat menstruasi. Saat menstruasi terdapat beberapa hal yang dianggap

tabu untuk dilakukan dan dikonsumsi saat menstruasi. Contohnya seperti

terdapat mitos untuk tidak mengonsumsi minuman dan makanan tertentu

saat menstruasi, dan ada beberapa aktivitas yang harus dihindari saat

menstruasi.

Mitos merupakan kepercayaan seseorang yang tersebar di masyarakat

dan mitos sulit dimengerti dan dibuktikan oleh metode ilmiah. Mitos yang

berkembang pada remaja putri saat menstruasi beberapa diantaranya berupa

larangan, banyak pantangan dan larangan yang harus dihindari oleh remaja

putri saat menstruasi (Dewati, 2014). Mitos menstruasi yang beredar di

masyarakat dan sudah turun temurun berupa saat menstruasi berarti sedang

sakit, memakai pembalut akan membuat wanita menjadi mandul, dilarang

berenang, dan jika menstruasi ingin lancar harus mengonsumsi softdrink

(Fitarina, 2014).

Comma&Nabrewa (2019) menjelaskan bahwa di Gambia menstruasi

masih dianggap tabu dan banyak remaja yang merasa malu jika menstruasi

sehingga menghambat remaja mencari saran orang tua, guru, dan pelayanan
70

kesehatan sehingga remaja masih memiliki manajemen perilaku kesehatan

menstruasi yang buruk.

a. Minuman tabu saat menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan beberapa minuman yang dianggap

tabu untuk dikonsumsi saat menstruasi. Sebagian besar partisipan

menyatakan pada saat menstruasi harus menghindari minum es, minum

soda, minum kopi dan teh. Pada penelitian ini partisipan

mengungkapkan bahwa mengonsumsi es dapat membuat darah

menstruasi menjadi sedikit dan dapat menyebabkan menstruasi mampet

dan jika mengonsumsi soda akan membuat darah menstruasi menjadi

banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Listyani (2013), bahwa terdapat 5 dari 6 subjek beranggapan bahwa

tidak boleh mengonsumsi es, karena es akan membuat menstruasi

menjadi mampet dan soda akan membuat menstruasi menjadi banyak.

Faktanya mengonsumsi es tidak ada hubungannya dengan menstruasi,

karena yang mengatur menstruasi yaitu hormon esterogen dan

progesterone dan tidak ada kaitannya dengan saluran pencernaan

(Setiawati,2016).

Pada penelitian ini juga didapatkan partisipan yang mengungkapkan

jika saat menstruasi tidak boleh mengonsumsi kopi dan teh. Hasil

penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

penelitian Ramadhani (2016), bahwa sebagian remaja menghindari

mengonsumsi kafein seperti kopi karena mengonsumsi kafein dapat


71

membuat remaja uring-uringan selama menstruasi. Menurut penelitian

kafein dapat menyebabkan kontriksi pembuluh darah dan nyeri

menstruasi akan semakin bertambah parah karena vasokontriktor yang

berasal dari kafein.

b. Makanan tabu saat menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan mitos pada saat menstruasi harus

menghindari buah-buahan seperti nanas dan timun. Partisipan

mengungkapkan bahwa mengonsumsi nanas dan mentimun akan

membuat perut menjadi panas dan nyeri pada saat menstruasi. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widyawati &

Setianingsih (2018), nanas dan timun sering dikaitkan dengan

menstruasi karena banyak yang mempercayai mitos mengonsumsi nanas

dan timun akan memperparah menstruasi karena mengonsumsi nanas

dapat membuat nyeri menstruasi bertambah parah dan mengonsumsi

timun saat menstruasi dapat menyebabkan keputihan. Pada penelitian

kualitatif yang diaksanakan di Kabupaten Purwakarta terdapat pantangan

bagi remaja putri saat menstruasi berupa mengonsumsi buah-buahan

seperti nanas, pepaya, dan mentimun karena dianggap membahayakan

kesehatan jika dikonsumsi pada saat menstruasi (Fitarina, 2014).

Faktanya berdasarkan beberapa hasil penelitian didapatkan hasil

bahwa buah nanas memiliki efek analgesik karena terdapat kandungan

enzim bromelain. Bromelain adalah suatu enzim proteolitik yang berasal

dari Ananans comosus L. Nanas mengandung pektin, vitamin C dan


72

enzim bromelain I untuk meredakan nyeri, dan dapat memperlancar

peredaran darah serta dapat digunakan untuk penyembuhan luka

(Rahayu & Sugita, 2015).

c. Aktivitas tabu saat menstruasi

Hasil penelitian ini menemukan beberapa aktivitas yang sebaiknya

tidak dilakukan pada saat menstruasi. Aktivitas yang tidak boleh

dilakukan pada saat menstruasi berupa larangan untuk keramas, potong

kuku, olahraga, mandi malem, dan membuang pembalut saat masih

kotor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Dewi & Pramana (2019), yaitu menurut siswa SD dan SMP yang sudah

menstruasi di NTT dan NTB menyampaikan bahwa terdapat aktivitas

yang dilarang pada saat menstruasi contohnya seperti dilarang keramas,

potong kuku, mandi malam saat menstruasi, larangan untuk melakukan

aktivitas saat menstruasi sebenarnya sudah ada dan diturunkan turun

temurun antar generasi dan ditemukan bahwa siswa mendapatkan

informasi dari ibu dan teman. Penelitian lain yang mendukung

penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewati (2014), yaitu

terdapat mitos yang dipercayai oleh golongan masyarakat tertentu kita

yang mempunyai kepercayaan perempuan yang sedang menstruasi

dilarang mencuci rambut atau memotong kuku, bahkan larangan-seperti

ini seringkali dikaitkan sebagai ajaran agama. Perempuan yang sedang

menstruasi harus menjauhi aktivitas dan ada beberapa yang harus tinggal

di dalam rumah saja.


73

Faktanya wanita yang sedang mengalami menstruasi wajib menjaga

kebersihan badan terutama rambut karena pada saat menstruasi kulit

kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan

timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya (Andryani & Maharani,

2018). Berenang saat menstruasi bisa membantu meredakan rasa nyeri,

karena daya apung air juga dapat menopang tubuh serta mengurangi

tekanan punggung sehingga memulihkan nyeri punggung yang kadang

timbul pada saat menstruasi. Para wanita yang berenang pada saat

menstruasi harus benar-benar memastikan kenyamanan pembalut dan

pakaian renang yang digunakan. Namun sebaiknya dilihat kembali yang

menjadi prioritas saat itu, aktifitas berenang atau kenyamanan

menstruasi. Jika wanita sudah yakin akan pembalut dan pakaian renang

yang digunakan, tidak ada salahnya untuk berenang (Sinaga dkk, 2017).

2. Tema 2 : Persepsi remaja putri saat menstruasi pertama kali

Pada penelitian ini menunjukan bahwa partisipan sudah memiliki

pemahaman yang cukup terkait menstruasi. Menarche merupakan

pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan oleh remaja, dan setiap

remaja memiliki pemahaman tersendiri dalam memaknai menarche. Hasil

penelitian ini menemukan persepsi remaja putri mengenai menstruasi.

Persepsi merupakan proses individu mengolah suatu informasi melalui

pancaindera sehingga individu dapat mengekspresikan pengetahuan,

mengartikan, dan menghayati hal yang diamati baik hal yang ada pada diri
74

individu sendiri maupun hal yang berada diluar individu tersebut (Nugraha,

2018).

Hasil wawancara dengan pasrtisipan mengungkapkan bahwa menstruasi

merupakan proses perubahan menjadi lebih dewasa dan menstruasi sebagai

proses perpindahan dari masa kanak-kanak ke remaja hal ini sebagai tanda

remaja sudah pubertas. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Diaris & Pramita (2019) bahwa anak perempuan

mengungkapkan bahwa menstruasi sebagai salah satu tanda sudah

memasuki tahapan remaja dan sudah siap untuk bereproduksi. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Kumar & Kundan (2011), menyatakan

bahwa 30% dari responden penelitian memahami menstruasi sebagai

tahapan yang penting dalam proses pendewasaan.

Partisipan yang lainnya juga ada yang menganggap bahwa menstruasi

sebagai proses peluruhan dinding rahim karena tidak dibuahi oleh sperma,

hasil wawancara ini sejalan dengan teori Andrews (2009), 80% aliran

menstruasi berupa darah dan kurang dari 25% berupa jaringan

endometrium, cairan jaringan, dan mukus. Mayoritas remaja hanya

memahami menstruasi sebagai proses peluruhan dinding rahim dari dalam

tubuh, hanya sebagian kecil remaja putri yang memahami bahwa

menstruasi sebagai tanda maturitas seksual, feminitas, atau sebagai tanda

bawa remaja sudah siap untuk bereproduksi dimana menstruasi merupakan

bagian dari proses tumbuh kembang respon fungsional yang normal terjadi

pada tubuh (Nugraheni, 2016).


75

Pemahaman mengenai menstruasi di negara India masih buruk karena di

beberapa daerah terpencil di India menstruasi masih dianggap tabu dan

proses menstruasi masih dianggap sebagai hukuman dari para dewa.

Menstruasi masih dianggap sebagai penyakit karena perempuan yang

mengalami menstruasi seringkali dikaitkan dengan kelainan pada mental

dan fisiknya (Mason&Shivakami, 2017).

3. Tema 3 : Reaksi saat pertama menstruasi

a. Tindakan saat pertama kali menstruasi

Pada penelitian menunjukan bagaimana tindakan yang dilakukan

pertama kali saat mengalami menstruasi. Hasil dari wawancara

menunjukan bahwa 7 dari 9 partisipan saat mengalami menstruasi

pertama adalah memberi tahu ibu dan partisipan lainnya saat menstruasi

pertama bertanya kepada guru, dan teman-temannya untuk mencari

informasi tentang menstruasi. Pihak pertama yang biasanya diberi tahu

remaja putri saat menghadapi menstruasi pertama adalah orang tua

terutama ibu, remaja yang mengalami menstruasi jarang sekali untuk

bercerita pengalaman menstruasi pertamanya kepada orang lain. Hal ini

didukung oleh penelitian Kumar & Kundan (2011) yang menyatakan

bahwa sebagian besar remaja menceritakan masalah menstruasi kepada

ibu dan sepertiga remaja lebih memilih bercerita kepada teman-


76

temannya serta hanya enam remaja yang menceritakan masalah

menstruasinya kepada ayahnya. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh

Prabawani (2016) yaitu para remaja mengatakan ibu merupakan teman

yang menyenangkan untuk berdiskusi mengenai menstruasi, remaja

tidak merasa malu karena terdapat kesamaan antara ibu dan remaja

putri.

Hasil penelitian ini juga menunjukan sebagian besar partisipan

mendapatkan informasi mengenai menstruasi dari lingkungan sekitar

seperti orang tua, guru, dan teman-teman. Peran orang tua sangat

dibutuhkan karena orang tua merupakan sumber informasi pertama

untuk anak dan informasi dari lingkungan juga sangat berpengaruh

dengan kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi (Nugraheni,

2016). Dukungan dari berbagai pihak seperti sekolahan, kerabat, teman

juga dibutuhkan untuk memberikan pengarahan kepada remaja

perempuan agar para remaja dapat mempersiapkan diri untuk

menghadapi menstruasi (Dewati, 2014).

Djannah & Gustina (2015) menyatakan bahwa selain orang

tua,guru, dan teman informasi tentang menstruasi bisa didapatkan dari

media massa seperti internet. Informasi yang didapatkan dari media

masaa seperti internet bisa berupa informasi-informasi terbaru

mengenai menstruasi yang belum tentu didapatkan dari orang tua

maupun sekolahan.

b. Perasaan saat pertama menstruasi


77

Hasil penelitian ini menunjukan terdapat berbagai macam

perasaan pada saat mengalami menstruasi pertama. Hasil dari

wawancara menunjukan perasaan partisipan saat menghadapi

menstruasi pertama adalah merasa takut, biasa saja, kaget, dan senang.

Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Nugraheni (2016), yang

menjelaskan perasaan remaja saat menghadapi menarche adalah merasa

kaget, cemas, takut, dan hanya sebagian remaja yang menganggap

menarche sebagai suatu hal yang menyenangkan dan wajar dialami oleh

seorang perempuan.

Pada penelitian ini partisipan ada yang menyatakan jika dirinya

merasa takut karena terdapat darah yang keluar dari tubuhnya, hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi & Pramana (2019)

yaitu ketika remaja tidak mengetahui apa yang sedang di alaminya,

maka remaja akan merasa takut serta khawatir dengan kondisi

keluarnya darah dari organ kelamin. Komunikasi yang baik antara

orang tua dengan anak akan membuat remaja lebih siap dalam

menghadapi menarche tanpa merasa takut dan khawatir. Remaja yang

memiliki komunikasi yang baik dengan ibu akan lebih memaknai

menstruasi pertama sebagai proses yang menyenangkan dan suatu hal

yang positif.

4. Tema 4 : Perineal hygiene saat menstruasi

a. Kebersihan organ kewanitaan saat menstruasi


78

Pada penelitian ini menunjukan hasil frekuensi partisipan

mengganti pembalut dalam sehari adalah 2/3x dan ada juga partisipan

yang mengganti pembalut dalam sehari 3/4x. Partisipan mengatakan

kebiasaan mengganti pembalut saat menstruasi tergantung dengan

kegiatan setiap harinya. Penelitian yang dilakukan oleh Prabawani

(2016) didapatkan hasil penelitian bahwa jumlah pembalut yang

digunakan saat menstruasi yaitu sebagian besar remaja menggunakan 3

pembalut dalam sehari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hasyim (2013) mengganti pembalut saat menstruasi minimal

dilakukan 4 kali sehari. Wanita yang mengganti kurang dari 4x maka

akan menyebabkan bakteri yang ada didalam darah yang keluar bisa

masuk lagi ke dalam vagina. Didalam pembalut wanita terdapat 107

bakteri per milimeter persegi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsani (2013) didapatkan

hasil semua responden mengganti pembalutnya dalam satu hari

sebanyak 2-3 kali dan jika pembalut dipakai lebih dari 2 jam maka

penyebaran bakteri di pembalut akan lebih banyak dan wanita lebih

beresiko terkena kanker rahim. Wanita yang sedang menstruasi harus

mengganti pembalut setiap 2-3 jam sekali atau sesuai dengan volume

darah yang keluar.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Baker & Dutta (2015) yaitu pada wanita dengan praktek

manajemen kesehatan saat menstruasi yang tidak higienis banyak


79

mengandung bacterial vaginosis (BV). Bacterial Vaginosis (BV) yaitu

sindrom polimikroba yang ditandai oleh ketidakseimbangan flora

bakteri yang menetap di vagina, jika majemen kesehatan saat

menstruasi tidak baik maka wanita akan memiliki resiko tingi untuk

terkena infeki menular seksual.

Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa sebagian besar

partisipan saat membersihkan pembalut dengan cara dibilas dengan air

dan membersihkan pembalut dengan dicuci menggunakan sabun lalu

dibuang ketempat sampah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Megatsari & Pertiwi (2015) perilaku remaja putri

terhadap pembalut yang telah dipakai menunjukan distribusi tertinggi

adalah dicuci, dibungkus, kemudian baru dibuang ketempat sampah, hal

ini menujukan perilaku yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasyim (2013) pada siswi SMP

di Lampung terdapat 98,4% responden mencuci dan membungkus lalu

membuang pembalut yang telah digunakan dan dibersihkan ke tempat

sampah. Perilaku ini sudah menunjukan perilaku yang baik, jika

pembalut yang telah digunakan dibuang tetapi tidak dicuci dan

dibungkus terlebih dahulu maka lingkungan akan terlihat kotor.

b. Pembalut yang digunakan saat menstruasi

Pembalut adalah sesuatu yang digunakan oleh wanita pada saat

menstruasi. Fungsi pembalut yaitu untuk menyerap darah yang keluar


80

dari vagina supaya tidak tercecer kemana-mana (Winerungan, 2013).

Pada penelitian ini partisipan mengungkapkan bahwa jenis pembalut

yang digunakan pada saat menstruasi yaitu pembalut yang saat

digunakan terasa nyaman dan tidak menimbulkan gatel didaerah

kewanitaan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arini

& Harsiwi (2018) bahwa perempuan wajib menggunakan pembalut

yang tidak mengandung zat berbahaya, hal ini dikarenakan pembalut

kontak langsung dengan vagina yang seharusnya terjaga kebersihannya.

Ciri-ciri pembalut yang baik digunakan oleh wanita yaitu yang tidak

mengandung zat asing dan tidak menimbulkan iritasi, tidak berbau,

lembut, dan tidak menyebabkan alergi.

Diah, Fitriyah, & Indriyani (2013) menyatakan bahwa daya serap

sebuah pembalut yang ideal adalah 10x lipat dari berat pembalut,

memilih pembalut haruslah putih dan tidak mengandung zat warna.

Selain ciri-ciri yang sudah disebutkan untuk membuktikan pembalut

yang aman dengan cara : pilih pembalut yang saat digunakan tidak

menimbulkan gatal dan iritasi, hindari pembalut yang mempunyai

tekstur yang lembut dengan daya serap tinggi, gunakan pembalut hanya

satu kali pakai jangan digunakan berulang kali, ganti pembalut setiap 2-

3 jam sekali, jika terjadi iritasi dan gatal pada vagina setelah

menggunakan pemalut maka cobalah merk pembalut yang lain.

Partisipan lainnya juga ada yang mengungkapkan jika

menggunakan pembalut dengan berbagai macam ukiran dan merk yang


81

dianggap cocok dan nyaman untuk digunakan. Hal ini sejalan dengan

penelitian oleh Prabawani (2016) bahwa penggunaan jenis pembalut

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jenis pembalut yang biasa

digunakan saat menstruasi dan ukuran yang sesuai untuk digunakan

oleh para wanita saat menstruasi.

5. Tema 5 : Proses meyakini mitos saat menstruasi

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada partisipan didapatkan

hasil bahwa P8 mempercayai mitos tidak boleh mengonsumsi soda karena

partisipan pernah mengalaminya sendiri jika mengonsumsi soda akan

menyebabkan darah yang keluar menjadi banyak dan P5 mempercayai

mitos tidak boleh keramas karena takut pusing jika keramas. Menurut

Notoadmojo (2011) kepercayaan atau budaya dapat mempengaruhi

pengetahuan dimana sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi pengetahuan remaja. Secara tidak langsung kepercayaan

seseorang terhadap mitos akan mempengaruhi perilaku remaja pada saat

menstruasi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Asmoro & Suarilah

(2018) hasil analisis hubungan antara kepercayaan terhadap mitos dengan

perilaku saat menstruasi didapatkan nilai p=0.001 (p<0.05) sehingga dapat

diartikan terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel.

Partisipan yang tidak percaya terhadap mitos mengungkapkan bahwa

tidak mempercayai mitos karena tidak ada kaitannya dengan menstruasi.

P3 mengungkapkan bahwa tidak mempercayai mitos tidak boleh keramas

saat menstruasi, dan P4 mengungkapkan jika tidak percaya mitos tidak


82

boleh makan nanas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nuryani (2013) bahwa perilaku yang baik saat menstruasi juga didukung

oleh kepercayaan remaja terhadap mitos. Jika seseorang tidak

mempercayai mitos yang tidak benar secara ilmiah maka pengetahuan

yang dimiliki akan semakin baik. Alasan responden tidak percaya terhadap

mitos, alasan terbanyak yaitu ”karena tidak terbukti alasannya jika

melanggar mitos tersebut” sebesar 70.5%.

Pada penelitian ini juga terdapat partisipan yang ragu terhadap mitos.

Partisipan mengungkapkan merasa ragu terhadap mitos dikarenakan

kurangnya informasi yang diperoleh tentang mitos menstruasi dan

partisipan tidak mengetahui apakah mitos tersebut benar atau tidak.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukam oleh Ariyani

(2019) yaitu sebanyak 22.1% responden bingung mengenai mitos karena

orang tua tidak pernah menjelaskan, dan sebanyak 10.7% merasa bingung

karena belum ada kepastian dari para ahli, informasi yang tidak pasti.

Percaya terhadap sesuatu hal yang tidak terbukti manfaatnya

merupakan tindakan yang merugikan diri sendiri. Demikian pula yang

dijelaskan dalam Surah Al-Israa’17 ayat 36 yang memiliki arti “Dan

janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu mempunyai pengetahuan

tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya

itu akan diminta pertanggung jawabannya (Kementerian Agama RI, 2012).


83

K. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian

1. Kekuatan

a. Penelitian ini terkait budaya dan mitos remaja putri saat menstruasi,

dalam penelitian ini remaja putri dapat mengetahui bagaimana mitos-

mitos menstruasi yang berkembang dan terdapat penjelasan mengenai

mitos menstruasi.

b. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga dapat

mengeksplor mengenai mitos menstruasi dan hasil dari penelitian ini

menunjukan kesesuaian dengan apa yang partisipan katakan.

2. Kelemahan

a. Kurangnya infromasi remaja putri tentang mitos menstruasi sehingga

masih banyak remaja yang mengikuti mitos menstruasi yang belum

terbukti kebenerannya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menemukan 5 tema mengenai perilaku dan mitos yang

berkembang pada remaja putri saat menstruasi :

1. Mitos yang berkembang pada remaja putri saat menstruasi

a. Saat menstruasi terdapat mitos seperti terdapat pantangan untuk

mengonsumsi es, harus menghindari minuman bersoda, dan terdapat

larangan untuk minum kopi dan teh.

b. Makanan yang dianggap tabu untuk dikonsumsi saat menstruasi yaitu

nanas dan timun karena dianggap akan memperburuk menstruasi

c. Terdapat aktivitas yang sebaiknya tidak dilakukan saat menstruasi.

Contohnya seperti keramas, potong kuku, olahraga, mandi malam, dan

membuang pembalut yang masih kotor.

2. Persepsi remaja putri saat menstruasi pertama kali

a. Persepsi remaja putri terhadap menstruasi sudah baik karena sebagian

besar partisipan memahami bagaimana perubahan yang dialami pada

saat menstruasi seperti bertambah dewasa dan sebagai salah satu tanda

pubertas.
85

b. Partisipan mampu menjelaskan bagaimana proses terjadinya

menstruasi. Proses terjadi menstruasi menurut partisipan yaitu

meluruhnya dinding rahim karena tidak dibuahi oleh sperma.

3. Reaksi saat menstruasi pertama kali

a. Tindakan pertama yang dilakukan remaja putri saat mengalami

menstruasi pertama yaitu memberi tahu ibu, dan mencari informasi

tentang menstruasi kepada guru, dan teman.

b. Perasaan saat mengalami menstruasi pertama yaitu merasa takut, biasa

aja, kaget, dan senang.

4. Perineal hygiene saat menstruasi

a. Kebersiha organ kewanitaan saat menstruasi dilihat dari kebiasaan

remaja putri mengganti pembalut, cara membersihkan pembalut dan

bagaimana membuang pembalut yang telah digunakan

b. Pembalut yang digunakan saat menstruasi yaitu pembalut yang saat

digunakan terasa nyaman dan tidak menimbulkan gatal. Setiap remaja

memiliki ukuran dan jenis pembalut yang berbeda karena setiap remaja

memiliki selera yang berbeda.

5. Proses meyakini mitos saat menstruasi

a. Terdapat beberapa partisipan yang percaya terhadap mitos menstruasi

karena pernah mengalami dampak dari mitos dan partisipan meyakini

harus menghindari sesuatu yang dianggap tabu pada saat menstruasi


86

b. Ada yang tidak percaya dengan mitos karena menurut partisipan mitos

tentang menstruasi tidak masuk akal dan tidak ada hubungannya.

Partisipan lebih memilih untuk tidak memperdulikan mitos menstruasi.

c. Keraguan terhadap mitos disebabkan karena kurangnya informasi

tentang mitos menstruasi. Partisipan belum bisa membuktikan

kebenaran dari mitos menstruasi.

X. Saran

1. Bagi partisipan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan

informasi terkait mitos pada saat menstruasi dan mengetahui perineal

hygiene yang baik pada saat menstruasi.

2. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana perilaku

remaja putri pada saat menstruasi kaitannya dengan mitos menstruasi.

3. Bagi institusi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman remaja

putri tentang menstruasi, sehingga dapat diadakannya promosi kesehatan

tentang perilaku dan mitos saat menstruasi.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini bisa dijadikan sebagai referensi dan bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya mengenai mitos dan perilaku saat menstruasi,

namun dalam pengambilan data harus memperhatikan waktu pelaksanaan


87

dan harus menggunakan teknik yang sesuai agar hasil yang diharapkan

bisa maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, A., Hastuti, tulus puji, & Widatiningsih, S. (2014). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Kesiapan Menghadapi Menarche
Pada Siswi Kelas V dan VI di SD Negeri Dangkel Parakan Temanggung
Tahun 2014. Jurnal Kebidanan, 3(7).

Alfianika, N. (2018). Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia. Retrieved


from https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=oNOGDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR6&dq=pengertian+penel
itian+kualitatif&ots=pAYltiaF6T&sig=UPvEjsgq9vuxXxqZmvI5Zvnk6tw&
redir_esc=y#v=snippet&q=purposive sampling&f=false

Andryani, W., & Maharani, R. (2018). Faktor Yang Berhubungan dengan Perilaku
Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Santriwati di MTs Pondok Pesantren
Dar El Hikmah Kota Pekanbaru. KESMARS: Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit, 1(1), 69–77.
https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.172

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. Retrieved


from https://books.google.co.id/books?
id=59V8DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=analisis+data+penelitian+k
ualitatif&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjNv4ajx_XiAhVDXawKHb_1BH4Q
6AEIMTAB#v=onepage&q=analisis data&f=false

Arini, & Harsiwi. (2018). Bahaya Pembalut Wanita Melalui Personal Hygiene
Remaja Putri Saat Menstruasi di Desa Demakan, Jaten, Karanganyar.
11(01).

Arsani. (2013). Peranan Program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja )


Terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja Di Kecamatan Buleleng. 2(1), 129–
137.

Arsyati, A. M., Hanissa, J., & Nasution, A. (2017). Gambaran Perilaku Personal
Hygiene Menstruasi Remaja Putri Yang Mengikuti Pelatihan Dan Pembinaan
Pkpr Di Smp Pgri 13 Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor
Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 1–7.

Asmoro, & Suarilah. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Personal


Hygiene Saat Menstruasi.

Azizah, S. N. (2019). Persepsi wanita terhadap dukungan suami selama masa


kehamilan di wilayah kerja puskesmas kasihan 2 kabupaten bantul.
Yogyakarta.
89

Baker, K., & Dutta, A. (2015). Menstrual Hygiene Practices, Wash Access and
The Risk of Urogenital Infection in Women From Odisha.

Bujawati, E., Indriyanti, & Raodhah, S. (2016). Faktor - Faktor Yang


Berhubungan dengan Personal hygiene Selama Menstruasi pada Santriwati di
Pesantren Babul Khaer Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2016. Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar, 3(1 Januari-
April 2017), 1–9.

Comma, E., Nabwera, H. M., Shah, V., Nabwera, H. M., Sosseh, F., Jallow, Y.,
… Torondel, B. (2019). A rite of passage: A mixed methodology study about
knowledge, perceptions and practices of menstrual hygiene management in
rural Gambia. BMC Public Health, 19(1), 1–15.
https://doi.org/10.1186/s12889-019-6599-2

Dewati, I. A. (2014). Studi fenomenologi pengalaman menarche pada remaja


perempuan di rw 07 kelurahan cakung barat jakarta timur.

Dewi, R. K., & Pramana, P. (2019). Studi Kasus Manajemen Kebersihan


Menstruasi ( MKM ) Siswa SD dan SMP di Indonesia ( MKM ) Siswa SD
dan SMP di Indonesia.

Diah, Fitriyah, & Indriyani. (2013). Riwayat Kesehatan Reproduksi Remaja


Santri.

Diaris, M. N., & Pramita, I. (2019). Studi Kualitatif Pengalaman, Persepsi, dan
Kesiapan Anak Dalam Menghadapi Menarche Dini. 3(1), 31–35.

Djannah, & Gustina. (2015). Sumber Informasi Dan Pengetahuan Tentang


Menstrual Hygiene Pada Remaja Putri. 10(2), 147–152.

Fatonah, S. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik dan Stres dengan Siklus Menstruasi
pada Perempuan Remaja Akhir di PT Sai Apparel Industries Semarang. 7–
26. Retrieved from http://repository.unimus.ac.id/953/

Fitarina. (2014). Pengalaman Menarche Bagi Remaja Putri Di SMP Kalibangan


Dan SMP NEGERI 7 Kotabumi Fitarina Program Studi Keperawatan
Kotabumi Poltekkes Kemenkes Tajungkarang. VII(1), 85–92.

Gumilang, S. G. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif


Rancangan. Jurnal Fokus Konseling, 2(2), 144–159.

Hadi, S. (2017). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif pada Skripsi.


Jurnal Ilmu Pendidikan, 22(No. 1), 1–6.

Hasanah, H. (2017). Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode


Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21.
https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163
90

Hasyim. (2013). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Praktek Hygiene


Menstruasi Pada Siswa SLTP N 7 Lampung. 1–6.

Humaeni, A. (2012). Makna Kultural Mitos dalam Budaya Masyarakat Banten.


Antropologi Indonesia, 33(3). https://doi.org/10.7454/ai.v33i3.2461

Kementerian Agama RI. (2012). Al-Qur’an Dan Terjemahannya.

Kumar, A., & Srivasta, K. (2011). Cultural and Social Practices Regarding
Menstruation Among adolescent girls. Soc Work Public Health, 26(6), 594–
604.

Kumar, M. G., & Kundan, M. (2011). Psycho-Social Behaviour of Urban Indian


Adolescent Girls During Menstruation. 49–52.

Lamadah, M. S., Mohamed, A. H., & El-Khedr, M. S. (2015). Knowledge,


attitude and practices of adolescent females regarding reproductive health at
makkah al Mukaramah. 3(2), 54–67.

Listyani. (2013). Persepsi Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi ,. 6(1), 58–


71.

Mahitala, A. (2015). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gangguan Menstruasi


Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik
Kabupaten Magelang Tahun 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3), 74–
80.

Mason, L., Sivakami, M., Thakur, H., Kakade, N., Beauman, A., Alexander, K.
T., … Phillips-howard, P. A. (2017). ‘ We do not know ’ : A Qualitative
Study Exploring Boys Perceptions Of Menstruation in India. 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12978-017-0435-x

Megatsari, H., & Pertiwi, T. I. (2015). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan


Praktik Menstrual Hygiene Siswi SDN 4 Pacarkembang Surabaya. 142–154.

Notoadmojo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.

Nugraha, S. A. (2018). Gambaran Persepsi Mahasiswa Universitas


Muhammdiyah Yogyakarta Terhadap Pictorial Health Warning.

Nugraheni, S. C. (2016). Pengalaman Menarche Anak Sekolah Dasar Negeri


Ngrukeman Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.

Nurlita, W. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Menjaga


Kebersihan Organ Genetalia Eksterna Ada Siswi MI Pembagunan.
Marketing Science, 23(3), 419–428. Retrieved from
http://docplayer.info/31909872-Gambaran-tingkat-pengetahuan-dan-
perilaku-menjaga-kebersihan-organ-genetalia-eksterna-pada-siswi-mi-
91

pembangunan-skripsi-s-kep.html

Nuryani, D. D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku


Higienis Remaja Putri Pada Saat Menstruasi Di MTS Al-Khairiyah
Kangkung Kecamatan Bumi Waras Bandar Lampung Tahun 2012. 2, 141–
152.

Partini, S., & Suardiman. (2012). Upacara Tarapan Dalam Budaya Jawa.

Prabawani, C. R. (2016). Gambaran Perilaku Remaja Putri Pada Masa Pubertas


Di Desa Tanjungrejo Grobogan.

Rachmawati, I. N. (2007). Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif:


Wawancara. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 35–40.

Rahayu, D. R., & Sugita. (2015). Pengaruh Jus Nanas Terhadap Percepatan
Penurunan TFU dan Penyembuhan Luka Perinium pada Ibu Post Partum dI
BPM Wilayah Klaten Tengah Ripniatin Darmining Rahayu, Sugita. Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, 4(2), 186–191.

Ramadhani, R., Setiawati, R. O., & Evayanti, Y. (2016). Analisis Faktor Yang
Mempengaruhi Pre Mentrual Syndrome Pada Remaja Putri di SMPN 5
Bandar Lampung Tahun 2015. Jurnal Dunia Kesmas, 5(2), 65–73. Retrieved
from http://ejurnal.malahayati.ac.id/index.php?
journal=jurdk&page=article&op=view&path%5B%5D=320

Setiawati, S. E. (2015). Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi pada Remaja.


Journal Majority, 4, 94–98.

Simanjuntak, M. (2008). Perilaku Remaja Putri Dalam Menghadapi Menarche


Sesuai Dengan Nilai Dan Budaya Keluarga Batak Di Jakarta: Studi
Grounded Theory.

Simanjuntak, M., Manurung, S., Riana, L., & Payung, H. (2013). Perilaku Remaja
Putri Menghadapi Menarche Berdasarkan Nilai Budaya Batak Adolescent
Girls Behaviour Encountering Menarche Phase According to. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, 7(9), 421–425.

Sinaga, E., Lorita, S., Sarubanon, N., & Trisnamiati, A. (2017). Manajemen
Kesehatan Menstruasi. Universitas Nasional.

Sulistina, R. D. (2009). Hubungan Pengetahuan Menstruasi Dengan Perilaku


Kesehatan Remaja Puteri Tentang Menstruasi DI SMPN I Trenggalek. 11.
Retrieved from https://core.ac.uk/download/ pdf/16507796.pdf

Suryati, B. (2012). Perilaku Kebersihan Remaja Saat Menstruasi.

Suwendra, W. I. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Ilmu Sosial,


92

Pendidikan, Kebudayaan dan Keagamaan. Retrieved from


https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=8iJtDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR3&dq=info:Ga1BCpgc9A
8J:scholar.google.com&ots=VgbxyZPVC6&sig=bHh_QbL5llXVIB4Zv4fyb
uPHkPY&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Tanahitumesseng, Y. E., Ratnawati, R., & Cholil, M. (2017). Makna Menstruasi


Bagi Perempuan Suku Naulu-Dusun Rohua Kabupaten Maluku Tengah
Provinsi Maluku. 5(1), 1–15.

Trisna, R. P. (2014). Tradisi Khitan Pada Perempuan Di Daerah Desa


Brengosan, Krakitan Rowo Jombor, Kabupaten Klaten.

Widyawati, N., & Setianingsih, A. Y. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Nanas


Dan Madu Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenore) Pada
Remaja Putri Di Smp Tri Tunggal Ii Surabaya. 8(2), 34–38.

Winerungan. (2013). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan


Kejadian Iritasi Vagina Saat Menstruasi Pada Remaja Di SMP Negeri 5
Manado. 1.

Yusuf, M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian


Gabungan. Retrieved from https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=RnA-DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA2&dq=pengertian+
penelitian+kualitatif&ots=JwdnMkZF4g&sig=_Ue8kjewhwl3yGcM0sd8cx5
X-sU&redir_esc=y#v=onepage&q=saturasi data&f=false
93
LAMPIRAN
95

Lampiran 1

Lembar Penjelasan Penelitian

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Aprillia Purnama Dewi
NIM : 20160320003
Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang
akan mengadakan penelitian dengan judul “Aspek Budaya Dan Mitos Pada
Perilaku Remaja Putri Saat Menstruasi Di Pedukuhan Sambikerep”. Saya
mengharapkan kesediaan adik untuk menjadi partisipan saya selama
berlangsungnya penelitian. Tujuan penelitian ini untuk menggali dan mengeksplor
budaya dan mitos apa saja yang beredar pada remaja putri tentang perilaku saat
menstruasi. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara wawancara mendalam yang
akan dilakukan selama 60-90 menit. Selama jalannya wawancara saya akan
menggunakan digital voice recorder sebagai alat yang saya gunakan untuk
penelitian. Saya menjamin kerahasiaan informasi yang disampaikan adik dan saya
bersedia melindungi hak-hak etik adik sebagai partisipan. Apabila terdapat hal-hal
yang ingin ditanyakan terkait penelitian, saya bersedia memberikan informasi
kepada adik. Demikian penjelasan dari saya, atas kesediaan adik saya
mengucapkan terima kasih. Apabila adik bersedia menjadi partisipan, dimohon
untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Bantul, Januari 2020

Aprillia
96

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Partisipan

“ ASPEK BUDAYA DAN MITOS PADA PERILAKU REMAJA PUTRI SAAT


MENSTRUASI DI PEDUKUHAN SAMBIKEREP”
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar permohonan
menjadi partisipan, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Alamat :
Nomor Hp/Telp :
Dengan ini secara sadar dan tanpa paksaan, saya menyatakan bersedia
menjadi partisipan dan terlibat dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Aprillia
Purnama Dewi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul
penelitian “Aspek Budaya Dan Mitos Pada Perilaku Remaja Putri Saat Menstruasi
Di Pedukuhan Sambikerep”.
Demikian pernyataan ini saya tanda tangani untuk dapat dipergunakan
dengan bijak dan sebaik-baiknya. Apabila dikemudian hari terdapat perubahan
atau keberatan maka saya dapat mengajukan keberatan tersebut kepada peneliti.

Bantul, Januari 2020

Menyetujui
97

Lampiran 3

PROTOKOL WAWANCARA

ASPEK BUDAYA DAN MITOS PADA PERILAKU REMAJA PUTRI SAAT

MENSTRUASI DI PEDUKUHAN SAMBIKEREP

A. Tahap Orientasi

1. Peneliti memperkenalkan diri.

2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan wawancara, manfaat, dan

perlindungan hak partisipan.

3. Peneliti menjelaskan prosedur wawancara.

4. Peneliti menjelaskan kontrak waktu selama proses wawancara dan

ketentuan-ketentuan yang dibutuhkan selama wawancara berlangsung.

5. Apabila peneliti telah menjelaskan prosedur wawancara dan kebutuhan

penelitian, peneliti meminta kesediaan partisipan untuk menandatangani

informed consent.

Identitas Partisipan

1. Hari/Tanggal :

2. Tempat :

3. Waktu Wawancara :

4. Inisial Partisipan :

5. Jenis Kelamin :

6. Agama :
98

7. Suku :

8. Tingkat Pendidikan :

9. Alamat :

10. Usia :

11. No. Hp :

B. Tahap Kerja Pembukaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Aprillia Purnama Dewi mahasiswa Program

Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saya

berterimakasih kepada adik karena bersedia terlibat dalam penelitian saya dan

berkenan untuk saya wawancarai selama sekitar 60-90 menit ke depan.

Apabila selama jalannya wawancara adik menghendaki adanya kepentingan

pribadi saya akan memberi waktu 10 menit untuk adik melakukannya. Pada

kesempatan ini saya akan mengajukan beberapa pertanyaan kepada adik

tentang budaya dan mitos pada perilaku saat menstruasi. Adik dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan sesuai dengan apa yang adik rasakan

dan alami. Tidak ada jawaban benar atau salah selama adik menjawab

pertanyaan saya. Selama jalannya wawancara, saya akan merekam wawancara

ini menggunakan alat perekam suara digital dan data yang diperoleh hanya

untuk kepentingan penelitian. Sebelum kita mulai, apakah ada yang ingin adik

tanyakan terlebih dahulu? Kalau tidak ada, mari kita mulai.

Panduan wawancara :
99

1. Pada usia berapa anda mengalami menstruasi yang pertama kali dan

bagaimana perasaan anda setelah mengalami menstruasi?

2. Apa yang anda ketahui tentang menstruasi?

3. Menurut anda mengapa perempuan mengalami menstruasi?

4. Darimana sajakah anda mendapatkan informasi mengenai menstruasi?

5. Apa saja kepercayaan atau mitos tentang menstruasi yang berkembang di

sekitar anda?

6. Apa saja kebiasaan atau kepercayaan tertentu yang anda percayai selama

menstruasi?

7. Apa saja contoh contoh perilaku yang sering anda lakukan selama

menstruasi kaitannya dengan mitos selama menstruasi?

8. Menurut anda apakah terdapat dampak/efek dari melakukan perilaku yang

kaitannya dengan mitos pada saat menstruasi?

C. Tahap Terminasi
100

Peneliti mengakhiri wawancara dengan melakukan validasi data.

Apabila ada jawaban yang kurang lengkap maka peneliti akan mengulangi

mengajukan pertanyaan. Peneliti menyampaikan kembali jawaban partisipan

untuk menerima kebenarannya. Kemudian peneliti memberikan kesempatan

kepada partisipan untuk memberikan masukan atau pendapat dari wawancara

yang telah dilakukan sebagai evaluasi peneliti selanjutnya.

Peneliti memberi reinforcement positif kepada partisipan dan menutup

wawancara dengan ucapan terima kasih. Apabila sudah selesai, peneliti

berpamitan dengan partisipan dan mengucapkan salam.

Telah dilakukan member checking dengan :


Pada tanggal :

Tanda Tangan Partisipan

Lampiran 4
101

Lampiran 5
102

Anda mungkin juga menyukai