Anda di halaman 1dari 10

Jurnal

JurnalIlmiah
IlmiahPermas:
Permas:Jurnal
JurnalIlmiah
IlmiahSTIKES
STIKESKendal
KendalVolume
Volume99No
No33Juli
Juli2019,
2019,Hal
Hal249-258
249 - 258 p-ISSN 2089-0834
LPPM
LPPMSekolah
SekolahTinggi
TinggiIlmu
IlmuKesehatan
KesehatanKendal
Kendal e-ISSN 2549-8134

PERBEDAAN LATIHAN KEKUATAN OTOT PASIEN PASCA STROKE YANG


MEMPEROLEH BERBAGAI DUKUNGAN KELUARGA
Nur Wakhidah*, Ahmad Asyrofi , Hendra Adi Prasetya
Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Kendal, Jl Laut 31A Kendal Jawa Tengah
51311
*nurwakhidah105@gmail.com

ABSTRAK
Masalah fisik yang muncul pada pasien stroke yaitu hilangnya kesadaran selama stroke, inkontinensia,
kelumpuhan atau kelemahan otot, sehingga pasien mengalami gangguan gerak karena adanya
kerusakan susunan saraf pada otak dan kekakuan pada otot dan sendi. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui perbedaan latihan kekuatan otot pasien pasca stroke yang memperoleh berbagai
dukungan keluarga. Desain penelitian ini adalah study komparatif adalah menggunakan metode
Cross-Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 54 responden dan menngunakan teknik
consecutive sampling. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner Perceived Social
Support-Family Scale (PSS-Fa) dan kuesioner latihan kekuatan otot. Pengambilan data dilakukan di
ruang Poli Syaraf RSUD Dr. H. Soewondo Kendal pada 15 responden menggunakan teknik
consecutive sampling. Tidak ada perbedaan antara latihan kekuatan otot pasien pasca stroke yang
memperoleh dukungan keluarga baik dan dukungan kurang dengan nilai p value 0,727.

Kata kunci : dukungan keluarga, latihan kekuatan otot, pasca stroke

DIFFERENCE OF EXERCISE STRENGTHS OF THE MUSCLE OF POST-STROKE


PATIENTS THAT GET VARIOUS FAMILY SUPPORT

ABSTRACT
Physical problems that arise in stroke patients are loss of consciousness during stroke, incontinence,
paralysis or muscle weakness, so that patients experience movement disorders due to damage to the
nervous system in the brain and stiffness in the muscles and joints. The study aimed to determine the
differences in muscle strength training of post-stroke patients who received various family support.
The design of this study is a comparative study using the Cross-Sectional method. The sample in this
study were 54 respondents and used consecutive sampling technique. The tool used in this study was
the Perceived Social Support-Family Scale (PSS-Fa) questionnaire and muscle strength training
questionnaire. Data collection was carried out in the Neurology Room of the RSUD Dr. H. Soewondo
Kendal for 15 respondents using consecutive sampling technique. There was no difference between
muscle strength training in post-stroke patients who received good family support and less support
with a p value of 0.727.

Keywords: family support, muscle strength training, post stroke

PENDAHULUAN sosial lainnya akan sangat terpengaruh


Stroke dapat mempengaruhi terhadap langsung (Muttaqin, 2008).
kehidupan seseorang secara pribadi, sosial,
vokasional dan fisikal. Stroke biasanya terjadi Masalah fisik yang muncul pada pasien stroke
kerusakan pada motorik, gangguan fungsi yaitu hilangnya kesadaran selama stroke,
kognitif dan emosi, tergantung daerah otak inkontinensia, kelumpuhan atau kelemahan
yang mendapatkan serangan. Mereka yang otot, spastistitas gerakan sentakan otot yang
mengalami kerusakan minimal setelah stroke tidak disadari, kesulitan menelan (Muttaqin,
dapat kembali bekerja, stroke membuat 2008). Gangguan gerak dapat terjadi karena
seseorang mengalami ketergantungan dengan kelemahan otot dan ketidakmampuan untuk
orang lain, setidaknya untuk sementara, dan bergerak pada pasien diakibatkan karena
sebagai konsekuensi hubungan keluarga atau adanya kerusakan susunan saraf pada otak dan
249
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kekakuan pada otot dan sendi yang dapat dengan kerusakan sensori persepsi dan defisit
menimbulkan masalah kemandirian pasien perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
paska stroke (Gorman, 2012). Sebesar 80% neurovaskuler (Nanda, 2012-2015).
pasien stroke mengalami kelemahan pada salah
satu sisi tubuh/hemiparese (Scbachter & Keluarga merupakan unit dasar dari
Cramer, 2013). masyarakat yang anggotanya mempunyai
komitmen untuk memelihara satu sama lain
Kelemahan tangan maupun kaki pada pasien baik secara emosi maupun fisik (Friedman,
stroke akan mempengaruhi kontraksi otot, 2010). Keluarga dapat dipandang sebagai
berkurangnya kontraksi otot disebabkan karena sistem terbuka, sehingga perubahan atau
suplai darah ke otak berkurang, hal ini gangguan pada salah satu bagian dari sistem
menyebabkan kerusakan jaringan otak dapat mengakibatkan perubahan atau gangguan
bertambah banyak (Gorman, 2012). Oedema dari seluruh sistem. Stres atau cemas yang
serebri berbahaya sehingga harus diatasi dalam dihadapi dan dialami oleh salah satu anggota
6 jam pertama atau dikenal dengan istilah keluarga mempengaruhi seluruh keluarga
Golden Period. Kelumpuhan atau kelemahan (Sunaryo, 2008).
otot merupakan suatu petunjuk gangguan
sistem motor di titik atau beberapa tempat dari Hasil penelitian Basuki dan Haryanto (2013),
rangkaian kendali dari sel motor neuron dengan judul studi deskriptif dukungan
sampai ke serabut-serabut otot (Gorman, keluarga pada pasien stroke dalam menjalani
2012). Kelumpuhan akibat lesi otak area 4 dan rehabilitasi stroke di RSUD Bendan
6 atau lintasan proyeksi, yaitu lesi traktus Pekalongan tahun 2013 didapatkanhasil
piramidal bersama dengan serabut-serabut sebanyak 31 responden, 16 responden (51,6%)
ekstrapiramidal yang berdekatan (Levine, memiliki dukungan keluarga kurang, sebanyak
2013). Pasien stroke yang mengalami 15 responden (48,4%) memiliki dukungan
kelumpuhan akan membutuhkan keluarga keluarganya baik. Berdasarkan latar belakang
(Friedman, 2010). tersenut peneliti tertarik melakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan
Latihan kekuatan otot adalah suatu jenis latihan kekuatan otot pasien pasca stroke
latihan tubuh yang bertujuan untuk yang memperoleh berbagai dukungan
meningkatkan kekuatan otot yang bermanfaat keluarga melalui study komparatif.
untuk membangun otot, seluruh latihan
kekuatan akan meningkatkan kekuatan otot,
METODE
namun latihan jenis ini bertujuan khusus untuk
Desain penelitian ini adalah study komparatif
meningkatkan kekuatan pada pasien pasca
adalah menggunakan metode Cross-Sectional.
stroke (Gorman, 2012). Latihan kekuatan
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 54
adalah suatu jenis latihan tubuh yang bertujuan
responden dan menngunakan teknik
untuk meningkatkan kekuatan fisik (Suratun,
consecutive sampling. Alat yang digunakan
2008). Latihan ROM (Range of motion) pasif
pada penelitian ini adalah kuesioner Perceived
berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan
Social Support-Family Scale (PSS-Fa) dan
otot pada pasien stroke, latihan kekuatan otot
kuesioner latihan kekuatan otot.
dilakukan sehari 2 kali dengan waktu 10 menit
(Farid, 2010). Masalah keperawatan yang
muncul pada pasien dengan latihan kekuatan
HASIL
Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai
otot pasien pasca stroke yaitu intoleransi
berikut:
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, gangguan mobilitas fisik berhubungan

Tabel 1.
Karakteristik usia dan lama menderita stroke (n=54)
Variabel Mean Std. Deviation Median Min – Max CI 95%
Usia (tahun) 56 8,6 53 34-65 49,60 – 54,29
Lama Menderita Stroke 10 6,5 8 2– 24 7,83 – 11,39
(bulan)

250
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel.1 menunjukkan dari keseluruhan banyak dibandingkan dengan yang mempunyai


responden, rata-rata usia responden 56 tahun pekerjaan karyawan, swasta, pensiunan, dan
dengan nilai standar deviasi 8,6 dan nilai PNS, yaitu pasien dengan pekerjaan petani
tengah usia responden yaitu 53 tahun. (46,3%) sebanyak 25 responden. Pendidikan
Sedangkan rata-rata lama menderita stroke terakhir pasien, untuk hasil pendidikan SD
responden 10 bulan dengan nilai standar lebih mendominasi dari pada yang mempunyai
deviasi 6,5 dan nilai tengah lama menderita pendidikan SMP, SMA, D3, S1 dan S2, yaitu
stroke yaitu 8 bulan. pasien dengan pendidikan terakhir SD
(55,6%)sebanyak 30 responden. Tipe stroke
Tabel.2 menujukkan pasien pasca stroke yang pasien, untuk hasil tipe stroke non iskemik
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak lebih mendominasi dari pada pasien dengan
dibandingkan dengan pasien pasca stroke yang tipe stroke iskemik, yaitu pasien dengan tipe
berjenis kelamin perempuan yaitu laki-laki stroke non iskemik (51,9%) sebanyak 28
(74,1%) sebanyak 40 responden. Pekerjaan responden.
pasien, untuk hasil pekerjaan petani lebih

Tabel 2.
Karakteristik jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan tipe stroke (n=54)
Karakteristik Responden f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 74,1
Perempuan 14 25,9
Pekerjaan
Karyawan 1 1,9
Petani 25 46,3
Swasta 16 29,6
Pensiunan 7 13
PNS 5 9,3
Pendidikan Terakhir
SD 30 55,6
SMP 7 13
SMA 5 9,3
D3 7 13
S1 3 5,6
S2 2 3,7
Tipe Stroke
Iskemik 26 48,1
Non Iskemik 28 51,9

Tabel 3.
Dukungan keluarga dan Latihan kekuatan otot pada responen (n=54)
Variabel f %
Dukungan Keluarga
Baik 30 55,6
Kurang 24 44,4
Latihan Kekuatan Otot
Baik 28 51,9
Kurang 26 48,1

251
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 4.
Perbedaan latihan kekuatan otot pasien pasca stroke yang memperoleh berbagai dukungan keluarga
(n=54)
Dukungan Keluarga Latihan Kekuatan Otot Total
Kurang Baik ρ value
f % f % f %
Kurang 10 41,7 14 58,3 24 44,4 0,727
Baik 16 53,3 14 46,7 30 55,6
Tabel 3 menujukkan dukungan keluarga dimana stroke muncul pada kelompok usia
dengan kategori baik yang memiliki nilai muda sebesar 0,3%. Hasil penelitian Karunia
tertinggi yaitu (55,6%) sebanyak 30 responden, (2016) menyebutkan sebagian besar responden
dan latihan kekuatan otot pasien dalam paska stroke berumur 43-61 tahun, penelitian
kategori baik yang memiliki nilai tertinggi ini sejalan dengan penelitian Wardhani (2015)
yaitu (51,9%) sebanyak 28 responden. dan Rosiana (2016), yang menyebutkan bahwa
kelompok umur terbanyak adalah 51-80 tahun,
Tabel 4 diperoleh bahwa dukungan keluarga sehingga dapat diartikan stroke dapat
terhadap latihan kekuatan otot yang kurang menyerang siapa saja, bahkan yang berusia
(41,7%) sebanyak 10 responden, sedangkan muda.
dukungan keluarga kurang dengan latihan
kekuatan otot yang baik (58,3%) sebanyak 14 Lama Menderitas Stroke
responden dan dukungan keluarga baik dengan Hasil penelitian ini menunjukkan lama
latihan kekuatan otot kurang (53,3%) sebanyak menderita stroke responden dengan nilai
16 responden, sedangkan dukungan keluarga tengah 8 bulan, hasil penelitian ini didukung
baik dengan latihan kekuatan otot baik (46,7%) oleh penelitian yang dilakukan oleh Hayulita
sebanyak 14 responden. Hasil uji statistik chi- dan Sari (2015) dari 52 responden didapatkan
square menunjukkan, nilai ρ value = 0,727>α bahwa lebih dari separuh (67,3%) pasien paska
(0,05) maka Ho gagal ditolak, artinya tidak ada stroke lama menderita stroke ≥ 6 bulan.
perbedaan antara latihan kekuatan otot pasien Menurut penelitian Wahyulita dan Sari (2015)
pasca stroke yang memperoleh dukungan bahwa lama menderita stroke akan membuat
keluarga baik dan dukungan keluarga kurang. pasien makin putus asa terhadap penyakitnya,
pasien akan merasa tidak berdaya dengan apa
PEMBAHASAN yang dialaminya walaupun setiap pasien
Usia memiliki mekanisme pertahan yang berbeda-
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beda tapi mereka tetap akan merasa sulit dalam
responden terbanyak berada di usia >34 tahun menghadapi stresor dari penyakitnya tersebut.
hingga usia <68 tahun. Suiraoka (2012) Pasien stroke yang telah berlangsung lama
mengemukakan kejadian stroke meningkat memiliki pengalaman yang berbeda terhadap
seiring dengan bertambahnya usia, setelah usia penyakitnya, dibanding dengan pasien yang
memasuki 55 tahun ke atas, resiko stroke baru didiagnosa. Berdasarkan teori perilaku
meningkat dua kali lipat setiap kurun waktu 10 sakit menjelaskan bahwa yang sering
tahun. Hasil penelitian ini didukung oleh mengalami kondisi sakit atau merasakan
penelitian Azizah (2011) bahwa kejadian adanya gejala sakit memiliki kecenderungan
stroke terjadi pada lansia karena pada lansia untuk berperilaku dengan menaruh perhatian
terjadi perubahan fisik, dimana semua organ terhadap gejala-gejala pada dirinya dan
tubuh mengalami kemunduran fungsi termasuk kemudian mencari pertolongan (Notoatmodjo,
pembuluh darah otak. 2010).

Hasil penelitian Saefulloh (2016) berdasarkan Jenis Kelamin


karakteristik usia yaitu dengan kategori dewasa Hasil penelitian menujukkan pasien pasca
sebanyak 50,5% (usia <55 tahun). Hal tersebut stroke yang berjenis kelamin laki-laki lebih
juga disampaikan oleh Ghani, Mihardja dan banyak dibandingkan dengan pasien pasca
Delima (2016) yang mengatakan bahwa stroke yang berjenis kelamin perempuan. Hasil
proporsi responden terbanyak pada usia 35- 44 penelitian ini didukung oleh penelitian yang
tahun, disusul kelompok usia 15-24 tahun dilakukan oleh Karunia (2016) dengan hasil
karakteristik responden berdasarkan jenis
252
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kelamin paling banyak adalah responden mengalami stres karena memikirkan


dengan jenis kelamin laki-laki. Hal ini sejalan bagaimana cara mencari pekerjaan dan
dengan penelitian Wardhani (2015), yang mendapatkan pekerjaan, seperti yang
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien dikemukakan oleh Irfan (2010) pemicu
pasca stroke adalah berjenis kelamin laki-laki. terjadinya stroke adalah stres karena stres yang
Hasil penelitian tersebut mendukung bersifat konstan dan terus menerus
pernyataan dari Bushnull (2009) bahwa mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan
kejadian stroke terjadi pada laki-laki karena tiroid dalam memproduksi hormon adrenalin,
pada laki-laki terdapat hormon testosteron, tiroksin dan kortisol sebagai hormon utama
dimana hormon ini dapat meningkatkan kadar stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh
Low Density Lipopprotein, apabila kadar Low secara signifikan pada sistem homeostasis.
Density Lipopprotein tinggi maka dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah Petani yang bekerja setiap hari ke sawah
yang merupakan faktor resiko terjadinya kepanasan dan kehujanan akan mengakibatkan
penyakit degeneratif seperti stroke. petani stres. Apabila tekanan stres terlampau
besar sehingga melampaui daya tahan individu,
Pasien stroke perempuan sebanyak 14 (25,9%). maka akan timbul gejala-gejala seperti sakit
Hasil penelitian yang sudah peneliti lakukan kepala, mudah marah, tidak bisa tidur, gejala-
juga didukung oleh penelitian Ghani, Mihardja gejala itu merupakan reaksi non spesifik
dan Delima (2016) yaitu mendapatkan hasil pertahanan diri dan ketegangan jiwa itu akan
yang berbeda, dimana besar sampel perempuan merangsang kelenjar anak ginjal untuk
sedikit lebih banyak dari laki-laki. Proporsi melepaskan hormon adrenalin dan memacu
laki-laki dan perempuan sama yaitu sebesar jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat
1,2%. Hal tersebut dapat diartikan bahwa jenis sehingga tekanan darah menjadi naik dan
kelamin perempuan juga beresiko mengalami aliran darah ke otak dan otot perifer meningkat
stroke saat memasuki masa menopause (Irfan, 2010).
walaupun angka kejadian lebih banyak terjadi
pada jenis kelamin laki-laki. Perempuan Pendidikan
memiliki hormon estrogen dan progesteron Hasil penelitian menunjukkan pendidikan SD
yang bisa melindungi organ tubuhnya, lebih mendominasi daripada yang mempunyai
termasuk pembuluh darahnya sebelum masuk pendidikan SMP, SMA, D3, S1 dan S2,
masa menopause, namun begitu masuk banyak responden yang berpendidikan SD
menopause, organ-organ tersebut sudah tidak karena kebanyakan responden sudah tua.
terlindungi oleh kedua hormon tersebut, Penelitian ini didukung oleh penelitian
sehingga mengakibatkan penurunan fungsi dan Hayulita dan Sari (2015) dari 52 yaitu
setelah memasuki masa menopause, barulah didapatkan bahwa lebih dari separuh (51,9%)
pembuluh darah dan organ lainnya mulai memiliki tingkat pendidikan rendah. Penelitian
rapuh. ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Wayunah dan Saefulloh (2016) didapatkan
Pekerjaan hasil sebanyak 76 (73,8%) responden
Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan petani berpendidikan sekolah dasar. Pendidikan
lebih banyak dibandingkan dengan yang umumnya akan berpengaruh terhadap
mempunyai pekerjaan karyawan, swasta, kemampuan seseorang dalam memahami suatu
pensiunan, dan PNS. Hasil penelitian ini informasi, seperti yang dikemukakan oleh
didukung oleh penelitian Supadmi (2016), Notoatmodjo (2010) bahwa pendidikan
berdasarkan distribusi pekerjaan responden, merupakan faktor predisposisi pada
diketahui sebagian besar pekerjaan responden pembentukan perilaku kesehatan.
adalah petani yaitu 15 orang (33,3%). Bekerja
atau tidak bekerja menjadi penyebab terjadinya Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
stroke seperti penelitian yang dilakukan oleh bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
Karunia (2016), menunjukkan bahwa untuk mengembangkan kepribadian dan
responden paska stroke sebagian besar tidak kemampuan di dalam maupun di luar sekolah
bekerja yaitu 33 orang (70,2%). Pasien yang dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
tidak mendapatkan pekerjaan maka akan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

253
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pendidikan seseorang makin mudah orang Penelitian ini didukung penelitian yang
tersebut untuk menerima informasi. Seseorang dilakukan oleh Hayulita dan Sari (2015)
akan cenderung untuk mendapatkan informasi, didapatkan bahwa dukungan keluarga dalam
baik dari orang lain maupun dari media masa. kategori baik lebih tinggi yaitu (79,4%).
Dukungan keluarga yaitu informasi verbal,
Tipe Stroke sasaran, bantuan yang nyata atau tingkah laku
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
stroke non iskemik lebih mendominasi dari dengan subjek didalam lingkungan sosialnya
pada pasien dengan tipe stroke iskemik. atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat
Penelitian ini didukung oleh penelitian Andhre memberikan keuntungan emosional atau
dan Rizky (2015) dari hasil penelitian pengaruh pada tingkah laku penerimaannya.
didapatkan bahwa jumlah pasien stroke non Dukungan keluarga yang baik dikarenakan
iskemik lebih banyak dibandingkan dengan adanya keeratan hubungan antar anggota
pasien stroke iskemik yaitu 110 pasien keluarga yang masih terjalin baik, kesadaran
(87,3%), hal ini sesuai dengan berbagai dari keluarga yang saling peduli antar anggota
penelitian tentang stroke lainnya, dimana keluarga sehingga fungsi keluarga bisa
jumlah pasien stroke jenis non iskemik berjalan sebagaimana mestinya (Friedman,
memang lebih banyak dibandingkan iskemik. 2010).
Penelitian lain Mailisafitri (2010) di Rumah
Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukit tinggi Keluarga memang seharusnya memberikan
tahun 2010 yang memiliki banyak sampel dukungan dan memperhatikan bila salah satu
sebanyak 655 pasien stroke, masih didapatkan anggota keluarga terkena masalah, keluarga
proporsi stroke non hemoragik yang lebih berusaha mengambil keputusan yang tepat
besar dibandingkan dengan stroke hemoragik. untuk menyelesaikan masalah anggota
Pasien dengan stroke hemoragik sebanyak 239 keluarga dan juga memberikan perawatan
(36%), sedangkan 416 pasien (64%) kepada anggota keluarga yang sakit sebagai
merupakan pasien stroke non hemoragik. tugas keluarga menurut (Suprajitno, 2010).
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk
Stroke Iskemik pada dasarnya disebabkan oleh hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
oklusi pembuluh darah otak yang kemudian tindakan dan penerimaan terhadap anggota
menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan keluarga, sehingga anggota keluarga merasa
glukosa ke otak. Stroke ini sering diakibatkan ada yang memperhatikan, memberi
oleh trombosis akibat plak aterosklerosis arteri kenyamanan fisik, dan psikologis. Keluarga
otak atau suatu emboli dari pembuluh darah di mempunyai beberapa fungsi dukungan yaitu
luar otak yang tersangkut di arteri otak. Jenis berupa dukungan informasional, dukungan
stroke ini merupakan jenis stroke yang penilaian, dukungan instrumental dan
tersering didapatkan, sekitar 80% dari semua dukungan emosional (Friedman, 2010).
stroke. Stroke jenis ini juga bisa disebabkan
oleh berbagai hal yang menyebabkan Menurut Suiter (2011), dukungan keluarga
terhentinya aliran darah otak antara lain, syok, mempunyai arti yang besar dalam kekambuhan
hipovolemia, dan berbagai penyakit lain. berbagai penyakit, dan merupakan bantuan
Stroke jenis ini diakibatkan oleh pecahnya yang diterima salah satu anggota keluarga dari
suatu mikro aneurisma di otak. Stroke ini anggota keluarga lainnya dalam menjalankan
dibedakan atas perdarahan intraserebral, fungsi keluarga. Dukungan yang dimiliki oleh
subdural, dan subaraknoid. seseorang dapat mencegah berkembangnya
masalah akibat tekanan yang dihadapi.
Dukungan Keluarga Dukungan keluarga baik akan membantu
Hasil penelitian ini menunjukkan dukungan pasien dalam menghadapi dan mengatasi
keluarga mayoritas dengan kategori baik. masalahnya dibanding dengan pasien yang
Dukungan keluarga baik hal ini dikarenakan tidak memiliki dukungan keluarga. Keluarga
keluarga selalu mendampingi pasien karena idealnya seharusnya memberikan dukungan
kepedulian antar sesama anggota keluarga atau kepada anggota keluarga yang mengalami
bisa juga terjadi karena keluarga selalu masalah dengan cara keluarga berusaha
meluangkan waktu serta memperhatikan mengambil keputusan yang tepat untuk
anggota keluarga pasien pasca stroke. menyelesaikan masalah anggota keluarga dan
254
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

juga memberikan perawatan kepada anggota terjadi pada tulang panjang. Program latihan
keluarga yang sakit sebagai tugas keluarga kekuatan latihan otot dapat mengoptimalkan
(Suprajitno, 2010). kekuatan otot sehingga meningkatkan
perawatan diri secara maksimal (Smeltzer &
Latihan Kekuatan Otot Bare, 2011).
Hasil penelitian ini menujukkan latihan
kekuatan otot dalam kategori baik. Latihan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kekuatan otot adalah latihan responden yang mendapatkan dukungan
penguatan/pengencangan otot gluteal dan keluarga dalam kategori baik dan responden
kuadrisep serta latihan pergerakan sendi yang yang mendapatkan dukungan keluarga kurang
dilakukan sebelum tindakan operasi dengan tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
tujuan untuk memelihara kekuatan otot yang Dukungan keluarga dalam kategori baik dalam
diperlukan untuk berjalan (Smeltzer & Bare, penelitian ini yaitu (55,6%) responden,
2011). Latihan kekuatan otot merupakan salah sedangkan responden yang mendapatkan
satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi dukungan keluarga kurang yaitu dengan nilai
yang dinilai masih cukup efektif untuk (44,4%).
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien
dengan stroke. Latihan ini adalah salah satu Hasil dari penelitian didapatkan bahwa jumlah
bentuk intervensi fundamental perawat yang responden yang mendapatkan dukungan
dapat dilakukan untuk keberhasilan regimen keluarga kurang terhadap latihan kekuatan otot
terapeutik bagi pasien dan dalam upaya baik lebih banyak dibandingkan dengan
pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen responden yang mendapatkan dukungan
pada pasien pasca perawatan di Rumah Sakit keluarga baik terhadap latihan kekuatan otot
sehingga dapat menurunkan tingkat baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak
ketergantungan pasien pada keluarga. ada perbedaan antara latihan kekuatan otot
Latihan pada pasien stroke dilakukan beberapa pasien pasca stroke yang memperoleh
kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi, dukungan keluarga baik dan yang memperoleh
semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka keluarga kurang.
kemungkinan pasien mengalami defisit
kemampuan akan semakin kecil (National Hasil penelitian tidak sependapat dengan
Stroke Association, 2009). Oleh karena itu, penelitian Saudah dan Lestari (2016), bahwa
untuk menilai sejauhmana latihan kekuatan ada hubungan antara dukungan keluarga
otot dapat meningkatkan mobilitas sendi dengan latihan Range of Motion (ROM)
sehingga mencegah terjadinya berbagai dengan hasil uji statistik menggunakan korelasi
komplikasi seperti yang telah dipaparkan Spearman Rank Rho diperoleh hasil p value
sebelumnya dan menilai sejauhmana latihan ini 0,000 < α 0,05. Penelitian Karunia (2015)
memberikan dampak pada kemampuan menyebutkan antara dukungan keluarga
fungsional yang terkait erat dengan kekuatan dengan kemandirian aktivitas kehidupan
otot pada pasien stroke iskemik yang dirawat sehari-hari kelompok responden yang memiliki
dirumah sakit (Smeltzer & Bare, 2011). dukungan keluarga yang baik lebih banyak
yang mandiri, diperoleh hasil p value 0,018 < α
Latihan kekuatan otot pada pasien yang 0,05.
mengalami kelemahan pada awalnya sangat
penting untuk mencegah terjadinya kontraktur Pasien yang melakukan latihan kekuatan otot
sehingga dapat mengurangi risiko deformitas pasca stroke yang memperoleh dukungan
menetap dan palsi akibat dari tekanan keluarga baik dan yang memperoleh dukungan
(Ginsberg, 2007). Program latihan kekuatan keluarga kurang tidak ada perbedaan hal ini
otot makin dini dilakukan maka makin bagus dikarenakan banyak faktor yang
pula hasilnya karena tidak ada kerusakan lanjut mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
yang tidak dapat disembuhkan, makin cepat mempengaruhi pasien untuk melakukan latihan
otot menjadi kuat maka makin sedikit pula kekuatan otot terbagi dalam dua kategori
kemungkinan terjadi atropi, makin dini pasien diantaranya adalah yang pertama faktor
diberikan latihan maka makin adanya intrinsik meliputi pengetahuan, motivasi, dan
kesempatan perubahan osteoporosis yang sikap, kedua adalah faktor ekstinsik meliputi

255
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dukungan tenaga kesehatan dan dukungan otot pasien pasca stroke yang memperoleh
keluarga (Notoatmodjo, 2012). dukungan keluarga baik dan dukungan kurang.
(p = 0,727 > α.
Penanganan yang cepat, tepat, adekuat dan
melibatkan kerja sama antar disiplin ilmu DAFTAR PUSTAKA
seperti dokter, Physiotherapist, speech Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan Keluarga
therapist, occupational therapist juga termasuk Konsep Teori, Proses dan Praktik.
keterlibatan keluarga pasien diharapkan akan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
mempercepat penyembuhan serta dapat
memperkecil risiko kecacatan fisik dan Andarwati, N.A. (2013). Pengaruh latihan
komplikasi lainnya yang akan timbul. ROM terhadap peningkatan kekuatan
Permasalahan yang sering ditemui dapat otot pasien hemiparase post stroke.
berupa kelemahan pada anggota gerak yang Skripsi. Universitas Muhammadiyah
berakibat berkurangnya kemampuan Surakarta.
fungsional motorik, namun dengan latihan
kekuatan otot maka dapat meningkatkan Andhre, S. R., dan Rizky, M. T. (2015).
kembali nilai kekuatan otot. Latihan kekuatan Hubungan Faktor Usia, Jenis Kelamin,
otot ini dilakukan pada lengan, tangan, bahu Dan Pekerjaan Dengan Jenis Stroke Di
dan ektremitas bawah karena pasien akan Poli Saraf RSUD Kraton Kabupaten
menunggung seluruh berat tubuh pada otot– Pekalongan. Skripsi. Stikes
otot ini untuk melakukan aktivitas. Otot trisep Muhammadiyah Pekajangan
dan latissimus dorsi adalah otot-otot Pekalongan.
pentingyang digunakan dalam mendukung saat
berjalan. Bushnull. (2009). Manajemen Stroke.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Hasil penelitian diatas dapat peneliti
asumsikan bahwa keluarga kurang dominan Efendi, F. (2010). KeperawatanKesehatan
membantu pasien pasca stroke untuk Komunitas: Teori Dan Praktek. Dalam
melakukan latihan kekuatan otot karena Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
keluarga hanya pasif kepada pasien sehingga
responden yang mempengaruhi latihan Fajar. (2010). Pengaruh Range Of
kekuatan otot itu sendiri dari kesadaran pasien Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot
untuk melakukan proses penyembuhan. Peran Dan Rentang Gerak Pasien Pasca
keluarga adalah tingkah laku spesifik yang Perawatan Stroke. Poltekes Kemenkes
diharapkan oleh seseorang dalam konteks Tanjungkarang
keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan seperangkat perilaku Irdawati, S. (2008). Latihan gerak terhadap
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan keseimbangan pasien stroke non
dengan individu dalam posisi dan situasi hemoragik di rumah sakit dr. Moewardi
tertentu. Surakarta.
http//journal.unnes.ac.id/nju/index.php/k
SIMPULAN emas/article/ diunduh pada tanggal 27
Karakteristik responden dengan rerata usia 56 September 2017.
tahun, lama menderita stroke menunjukkan
nilai tengah 8 bulan. Jenis kelamin yang paling Irfan, M. (2010). Fisioterapi bagi insan stroke.
banyak laki-laki (74,1%), pekerjaan responden Jakarta : Graha ilmu
paling banyak bekerja sebagai petani (46,3%),
pendidikan terakhir pasien paling banyak SD Iskandar, J. (2011). Stroke waspadai
(55,6%), dan tipe stroke pasien paling banyak ancamananya. Yogyakarta: Cv andi
stroke non iskemik (51,9%). Dukungan offset
keluarga sebagian besar adalah kategori baik
Junaidi, (2011). Hipertensi Pengenalan,
(55,6%) dan latihan kekuatan otot pasien
Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta :
sebagian besar adalah kategori baik yaitu
PT Bhuana Ilmu Populer.
(51,9%). Hasil uji chi square menunjukkan
tidak ada perbedaan antara latihan kekuatan
256
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Mardjono. (2012). Neurologi Klinik Dasar,


cetakan ke 15. Jakarta: Dian Rakyat

Misbach, (2007). Aspek Diagnostik,


Patofisiologi, Manajemen. Jakarta : FK-
UI

Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan


Keperawatan Klien Dengan Gangguan.
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba
Medika.

Rizald&Laksmi. (2010). Stroke iskemik.


Medan: Yandira Agung.

Ropper, A.H. (2015). Principles of Neurology.


Edisi 8. McGraw-Hill. New York

Saefulloh, M., Wayunah. (2016). Analisis


faktor yang berhubungan dengan
kejadian stroke di RSUD indramayu.
Manuskrip. Stikes Indramayu.

Rosiana, P. W. (2016). Rehabilitasi Stroke


Pada Pelayanan Kesehatan Primer.
Majalah Kedokteran Indonesia, Vol59.
No. 2.

257
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 9 No 3 Juli 2019, Hal 249-258
LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

258

Anda mungkin juga menyukai