Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSONAL HYGIENE

Di susun oleh :
Amanda Mutiara Carrystra
J2014901083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020

A. Konsep Kebutuhan Personal Hygiene


1. Definisi
Personal Hygiene (kebersihan diri) merupakan perawatan diri yang di
lakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan diri sendiri baik secara
fisik maupun mental. Tingkat kebersihan diri seseorang umumnya di lihat dari
penampilan yang bersih dan rapih serta upaya yang di lakukan seseorang
untuk menjaga kebersihan dan kerapihan tubuhnya setiap hari (Lyndon
saputra, 2013)
2. Patofisiologi Personal Hygiene
Personal hygiene adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk
memelihara kebersihan diri. Personal hygiene dapat terganggu apabila
individu sedang sakit. Selan itu fasilitas yang kurang, kurangnya pengetahuan
tentang personal hygiene yang tepat, ekonomi yang kurang dan faktor
lingkungan sekitar. Akibatnya individu akan mrngalami defisit personal
hygiene.
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan
menimbulkan dampak baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
 Gangguan integritas kulit
 Gangguan mukosa mulut
 Infeksi pada mata dan telinga
 Gangguan fisik pada kuku
Dampak psikologis yang mungkin muncul adalah:
 Kebutuhan harga diri
 Gangguan interaksi sosial
 Aktualisasi diri
 Gangguan rasa nyaman
 Kebutuhan mencintai dicintai

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene


a. Citra tubuh (body image)
Citra tubuh mempengaruhi cara seseorang memelihara hygiene.
Jika seseorang klien rapih sekali maka perawat mempertimbangkan
kerapihan ketika merencanakan keperawatan dan berkonsultasi pada klien
sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan perawatan
hygiene, klien yang tampak berantakan atau tidak perduli dengan hygiene
atau pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat 13 kemampuan klien
berpartisipasi dalam hygiene harian (Potter dan Perry, 2009 dalam buku
Natalia Erlina Yuni, 2015)
b. Praktik Sosial
Kelompok sosial wadah seseorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi selama masa kanak-kanak. Selama
masa kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka.
Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, ketersediaan air panas dan air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
perawatan kebersihan (Wahit Iqbal Mubarak dkk,2015)
c. Status Sosial Ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat
praktik kebersihan yang digunakan. Perawat harus menentukan apakah
klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant ,
shampo, pasta gigi, dan kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika
penggunaan produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang
dipraktikkan kelompok sosial klien.
d. Pengetahuan dan Motivasi Kesehatan
Pengetahuan tentang pentingnya kesehatan dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Meskipun demikian,
pengetahuan sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk
memelihara kesehatan diri. Seringkali pembelajaran tentang penyakit
mampu mendorong klien untuk meningkatkan hygiene.
e. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi
perawatan hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti
praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Diasia kebersihan dipandang
penting bagi 14 kesehatan dinegara-negara eropa, hal ini biasa untuk
mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Kebiasaan atau pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan
untuk mandi, bercukur dan melakukan pearawatan rambut. Klien memiliki
produk yang berbeda (misalnya sabun, shampo, deodorant, dan pasta gigi)
menurut pilihan dan kebutuhan pribadi (Haswita dkk,2017) g. Kondisi
Fisik Seseorang Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat
diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (misalnya kanker
tahap lanjut) atau menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau
ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi. Seorang klien yang
menggunakan gips pada tangannya atau menggunakan traksi
membutuhkan bantuan untuk mandi yang lengkap (Haswita dkk,2017)
g. Macam Macam Gangguan Kebutuhan Personal Hygiene
Menurut laily is’roin dkk (2012) terdapat beberapa dampak pada masalah
personal hygiene, yaitu:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
aktualisasi diri menurun, dan gangguan dalam interaksi sosial.
B. ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN SPIRITUAL
A. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari sarana dan
prasarana yang dimiliki serta faktor yang mempengaruhi personal hygiene
individu baik faktor pendukung maupun faktor pencetus.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik kaji personal hygiene individu, mulai dari
ektremitas atas sampai bawah.
1) Rambut: Amati kondisi rambut (warna, tekstur, kuantitas) apakah
tampak kusam? Apakah ditemukan kerontokan?
2) Kepala: Amati dengan saksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan
adanya ketombe, kebotakan atau tanda-tanda kemerahan.
3) Mata: Amati adanya tanda-tanda ikterius, konjungtiva pucat, sekret
pada kelopak mata, kemerahan atau gatalgatal pada mata.
4) Hidung: Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,
perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh,
tanda-tanda alergi atau perubahan pada daya penciuman.
5) Mulut: Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembapannya.
Perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi atau sariawan,
kekeringan, atau pecah-pecah.
6) Gigi: Amati kondisi kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda
karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau gigi palsu.
7) Telinga: Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya
serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi atau perubahan daya
pendengaran.
8) Kulit: Amati kondisi kulit (tekstur, turgor, kelembapan) dan
kebersihannya. Perhatikan adanya perubahan warna kulit, stria, kulit
keriput, lesi atau pruritus.
9) Kuku tangan dan kaki: amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan
adanya kelainan atau luka.
10) Genetalia: Amati kondisi dan kebersihan genetalia berikut area
perineum. Perhatikan pola pertumbuhan rambut pubis. Pada laki-laki
perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
11) Personal hygiene secara umum: Amati kondisi dan kebersihan kulit
secara umum. Perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk
tubuh.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit Perawatan Diri


Definisi
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan melakukan atau menyelesaikan
aktivitas perawatan diri.
Penyebab
Penyebab kondisi defisit perawatan diri dapat ditimbulkan oleh beberapa situasi
seperti dibawah ini;
1. Gangguan muskuloskeletal
2. Gangguan neuromuskuler
3. Kelemahan
4. Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5. Penurunan motivasi/minat
Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif
 Menolak melakukan perawatan diri
2. Objektif
 Tidak mampu mandi/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
 Minat melakukan perawatan diri kurang
Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif
 [tidak ada]
2. Objektif
 [tidak ada]
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula spinalis
3. Depresi
4. Arhtritis reumatoid
5. Retardasi mental
6. Delirium
7. Demensia
8. Gangguan amnestik
9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
10. Fungsi penilaian terganggu

2. Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan


Definisi :

Beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis, dan/atau epidermis) atau jaringan

(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi

dan/atau ligamen)

Faktor Risiko

1. Perubahan sirkulasi

2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

3. Kekurangan/kelebihan volume cairan

4. Penurunan mobilitas

5. Bahan kimia initatif

6. Suhu lingkungan yang ekstrem


7. Faktor mekanis (mis. penekanan, gesekan) atau faktor elektris

(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)

8. Terapi radiasi

9. Kelembaban

10. Proses penuaan

11. Neuropati perifer

12. Perubahan hormonal

13. Penekanan pada tonjolan tulang

14. Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/ melindungi

integritas jaringan

Kondisi Klinis Terkait

1. Imobilitas

2. Gagal jantung kongesif

3. Gagal ginjal

4. Diabetes melitus

5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)

6. Kateterisasi jantung

Keterangan

Dispesifikkan menjadi kulit atau jaringan, Kulit hanya terbatas pada dermis dan

epidermis, sedangkan jaringan meliputi tidak hanya kulit tetapi juga mukosa,

kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen

Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tindakan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawata Hasil
n
1 Defisit Setelah di berikan  Bantuan  Memudahkan
Perawatan tindakan asuhan perawatan mengenakan
Diri keperawatan selama diri : pakaian yang
3x24 jam, diharapkan Berpakain tepat.
pasien dapat memakai  Identifikasi area    Meninjau
pakaian secara mandiri di mana pasien perkembangan
tanpa bantuan orang membutuhkan pasien memakai
lain dengan indicator bantuan dalam pakaian
sebagai berikut : berpakain  Memberikan rasa
 Pasien terbebas  Monitor nayaman dalam
dari bau badan kemampuan berpakaian
 Menyatakan pasien untuk  Pasien merasa
kenyamanan berpakain senang dengan
terhadap  Pakaikan pasien
  pilihan pakaian
kemampuan setelah yang dikenakan
untuk membersihkan  Memudahkan
melakukan diri diselesaikan pasien dalam
ADLs  Dukung pasien perawatan diri
 Dapat untuk bertisipasi  Mempermudah
melakukan dalam pemilihan pasien dalam
ADLs dengan pakaian perawatan diri
bantuan  Dukung secara tepat
penggunan  Agar pasien dan
perangkat keluarga
perawatan diri mengerti
dengan tepat kemandirian
 Sediakan dalam
bantuan sampai berpakaian
pasien mampu secara baik
secara utuh
melakukan
perawatan diri.
 Ajarkan
pasien/keluarga
untuk
mendorong
kemandirian,
untuk
memberikan
bantuan hanya
jika pasien tidak
mampu untuk
melakukan

2 Resiko Setelah dilakukan  Kaji kembali  Data dasar


gangguan asuhan keperawatan pola kebutuhan dalam
integritas
selama 3 x 24 jam personal melakukan
kulit
diharapkan pasien tidak hygiene pasien intervensi
mengalami gangguan  Kaji keadaan  Menentukan
integritas kulit luka pasien intervensi
 Jaga kulit agar lebih lanjut\
 Pola kebersihan
tetap utuh dan  Menghindari
diri pasien
kebersihan kulit risiko infeksi
normal dan kulit
pasien dengan kulit
utuh
cara membantu  Mengurangi
 Keadaan kulit,
mandi pasien tekanan dan
rambut kepala
bersih  Jaga kebersihan menghindari
 Klien bebas bau tempat tidur, luka
badan selimut bersih dekubitus
 Klien dapat dan kencang  Penyembuha
mandiri dalam  Lakukan n luka
kebersihan diri perawatan luka  Mencegah
sendiri dengan teknik infeksi secara
steril sesuai dini
program  Mencegah
 Observasi dekubitus
tanda-tanda  Tekanan
infeksi lama lebih
 Lakukan pijat besar
pada kulit dan berisiko
lakukan kerusakan
perubahan kulit
posisi setiap 2  Emolien
jam menghaluska
 Ubah posisi n dan
secara teratur mencegah
(minimal setiap kehilangan
2 jam) kelembaban
 Keringkan kulit,
setelah itu
gunakan losion
setelah mandi
Daftar Pustaka
Haswita & Reni. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: TIM.

Laily, Andarmoyo dan Sulistyo. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Potter PA & Perry AG. 2009. Fundamental keperawatan, edisi 7. Jakarta:


Salemba Medika

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa

Wahit Iqbal, Mubarok, Joko Susanto dan Lilis Indrawati. 2015. Buku Ajar Ilmu,
Keperawatan Dasar (hlm. 3-24). Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai