Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN DAN BIOTEKNOLOGI


KEHUTANAN

OLEH:

Nama : Citty Asia Nst

Nim : 8176174005

Mata Kuliah : Bioteknologi

Dosen : Dr. Syahmi Edi, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PROGRAM PASCASARJANA BIOLOGI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq, hidayah, rahmat dan karunianya serta
kelapangan berpikir dan waktu, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah dengan
judul “BIOTEKNOLOGI PERTANIAN DAN BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN”. Makalah
ini  disusun sebagai tugas yang diberikan oleh guru pembimbing matapelajaran "Bioteknologi".

Kemudian saya juga menyadari bahwa materi dan teknik yangsaya sampaikan dalam makalah ini
masih memiliki beberapa kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca
sangat diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik. Atas kritik dan sarannya saya mengucapkan
terimakasih.

Akhir kata pengantar saya mengucapkan terima kasih karena telah berkenan membaca makalah ini.
Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.  

Medan , 16 Maret 2018

Citty Asia Nst


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................1

1.3 Tujuan ....................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 BIOTEKNOLOGI PERTANIAN............................................................................................3

2.1.1 Pengertian Bioteknologi Pertanian.............................................................................3

2.1.2 Aplikasi Bioteknologi Bidang Pertanian..........................................................6

2.1.3 Pemanfaatan Bioteknologi Bidang Pertanian.............................................................30

2.1.4 Dampak Bioteknologi Bidang Pertanian...................................................................31

2.2 BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN........................................................................................32

2.2.1 Pengertian Bioteknologi Kehutanan..........................................................................32

2.2.2 Aplikasi Bioteknologi Bidang Kehutanan......................................................33

2.2.3 Pemanfaatan dan Dampak Bioteknologi Bidang Kehutanan.....................................36

BAB III PENUTUP

 3.1 Kesimpulan............................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara definisi, istilah bioteknologi mempunyai pengertian: penerapan prinsip-prinsip
biologi , biokimia, dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan memanfaatkan agensia
jasad hidup dan komponen-komponenya untuk menghasilkan barang dan jasa.
Prinsip-prisip bioteknologi telah digunakan untuk membuat dan memodifikasi tanaman,
hewan, dan produk makanan. Bioteknologi yang menggunakan teknologi yang masih
sederhana ini disebut bioteknologi konvensional atau tradisional. Penerapan bioteknologi
konvensional ini sering diterapkan dalam pembuatan produk-produk makanan. Seiring
dengan perkembangan dan penemuan dibidang molekuler maka teknologi yang digunakan
dalam bioteknologi pada saat ini semakin canggih.bioteknologi yang menggunakan teknologi
canggih ini disebut bioteknologi modern. Salah satu nya adalah bioteknologi dalam bidang
pertanian dan bioteknologi kehutanan. Maka makalah ini akan di bahas secara khusus
tentang prinsip-prinsip ilmiah( biologi molekuler) dan perekayasaan (rekayasa genetik) yang
diterapkan didalam usaha pertanian dan bioteknologi dibidang kehutanan.

1.2 Rumusan Masalah

    Adapun Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Bioteknologi pertanian ?

2. Apa saja aplikasi dalam pengembangan Bioteknologi pertanian ?

3. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi pertanian ?

4. Apa saja dampak terhadap bioteknologi pertanian?

5. Apa yang dimaksud dengan Bioteknologi kehutanan ?

6. Apa saja aplikasi dalam pengembangan Bioteknologi kehutanan?

7. Bagaimana pemanfaatan bioteknologi kehutanan ?

8. Apakah ada dampak terhadap bioteknologi kehutanan?


1.3 Tujuan

AdapunTujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui pengertian Bioteknologi pertanian dan bioteknologi kehutanan;

2. Mengetahui cara aplikasi pengembangan bioteknologi pertanian dan bioteknologi


kehutanan ;

3. Mengetahui pemanfaatan bioteknologi pertanian dan pemanfaatan bioteknologi


kehutanan;

4. Mengetahui dampak bioteknologi pertanian dan bioteknologi kehutanan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bioteknologi Pertanian


2.1.1 Pengertian Bioteknologi Pertanian

Bioteknologi pertanian adalah pengembangan teknologi di bidang pertanian yang


bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin lama semakin meningkat, di era
moderen ini kebutuhan pangan semakin meningkat sehingga manusia di tuntut untuk
melakukan inovasi di dalam berbudidaya tumbuhan agar mendapat hasil yang melimpah,
kualitas yang bagus, bibit yang sehat dan baik dan produktifitas tanaman yang relatif cepat
untuk di panen.
Dalam konteks pertanian, ada beberapa ciri yang membedakan apakah usaha
pertanian tersebut menerapkan konsep-kosep bioteknologi modern atau tidak. Pertama,
bioteknologi modern menerapkan konsep dan pendekatan molekular untuk melakukan
perubahan atau perbaikan terhadap sistem dan budidaya pertanian. Misalnya, pemuliaan
tanaman dapat dilakukan dengan cara konvesional seperti yang sudah dilakukan oleh manusia
sejak ratusan tahun yang silam. Cara-cara pemuliaan tanaman konvesional dicirikan oleh
teknik yang dilakukan pada aras individu tanaman tanpa usaha mengubah sifat genetik
tanaman secara terarah pada bahan genetiknya. Pemulian tanaman secara konvesional dapat
dilakukan antara lain dengan melakukan persilangan melalui : 1) penyatuan serbuk sari
dengan putik antara tanaman yang berbeda dengan berbagai cara atau (2) penggabungan
antara bagian-bagian tanaman yang berbeda, misalnya sambung pucuk. Selain itu
mutagenesis secara acak, misalnya secara fisik dengan menggunakan radiasi, atau secara
kimia menggunakan senyawa yang bersifat mutagenik atau menimbulkan pengaruh berupa
pelipatgandaan jumlah kromosom. Dengan teknik semacam ini, hasil pemuliaan tanaman
tersebut tidak akan dapat diperhitungkan sebelumnya, karena mungkinsifat yang muncul pada
anaknya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh ciri dasar teknik
pemuliaan konvesional yang perubahan bahan genetik pada tanamannya tidak dilakukan
secara terarah. Berbeda halnya dengan pendekatan bioteknologi modern dalam pemuliaan
tanaman yang melibatkan usaha untuk mengubah komposisi bahan genetik tanaman secara
terarah. Pengubahan sifat genetik dapat dilakukan dengan menyisipkan gen dari tanaman lain,
atau bahkan dari jasad hidup bukan tanaman , ke dalam sel tanaman yang akan diubah
sifatnya dengan cara demikian maka sifat genetik dan fisiolog baru yang muncul pada
anaknya dapat diperhitungkan sehingga sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam metode pemuliaan tanaman secara konvesional, kendala utama yag dihadapi
adalah masalah inkompatibilitas (ketidak sesuaian) genetik antara tanaman yang disilangkan.
Suatu tanaman hanya dapat disilangkan dengan tanaman lain yang secara relatif mempunyai
hubungan kekerabatan yang dekat, misalnya suatu galur padi dengan galur padi lain. Memang
terdapat beberapa contoh keberhasilan persilangan antara dua macam tanaman berbeda
spesies, namun hal semacanm ini tidak selalu dapat dilakukan pada tanaman-tanaman yang
lain. Dengan pendekatan bioteknologi modern, masalah inkompatibilitas seperti ini dapat
diatasi sehingga dapat dihasilkan galur tanaman baru dengan sifat-sifat genetik dan fisiologi
baru yang tidak mungkin diperoleh dengan metode pemuliaan konvesional.
Kekuranga metode konvesional dalam pemuliaan tanaman adalah waktu yang
diperlukan relatif cukup lama untuk dapat menghasilkan galur tanaman yang baru dengan
sifat-sifat seperti yang dikehendaki. Penerapan bioteknologi modern dalam pemuliaan
tanaman , dengan teknik DNA rekombinan, dapat memperpendek jangka waktu untuk galur
tanaman baru.
Penerapan bioteknologi modern dalam bidang pertanian tidak hanya terbatas pada
pemuliaan tanaman, melainkan juga mencakup aspek perbaikan sistem budaya. Dalam proses
pertumbuhannya, tanaman di pengaruhi oleh berbagai macam faktor biotik maupun abiotik.
Salah satu faktor biotik yang dapat mempengaruhi budidaya tanaman adalah keberadaan
kelompok jasad mikroba. Mikroba yang ada di alam dapat bersifat sebagai patogen
(penyebab penyakit) maupun sebagai jasad simbion atau asosiatif yang dapat meningkatkan
kesuburan tanaman. Jasad patogen dapat di kendalikan dengan menggunakan perlakuan
kimia, misalnya fungisida atau dengan menggunakan mikrobia lain yang bersifat sebagai
antagonis bagi patogen. Dengan bioteknologi modern, dapat dikembangkan tanaman-tanaman
transgenik yang tahan terhadap patogen tertentu. Pendekatan bioteknologi modern semacam
ini dapat mengurangi potensi kerugian akibat penyakit tanaman, sekaligus mengurangi
pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahn kimia untuk mengendalikan patogen.
Faktor biotik lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha pertanian adalah
hama dan tumbuhan . dengan sistem konvesional , hama tumbuhan dapat diatasi dengan
peptisida kimi buatan atau peptisida alami. Penggunaan peptisida kimia buatan menyebabkan
pencemaran lingkungan . untuk mengatasi hal ini, terdapat peptisida alami yang dapat
digunakan sebagai pilihan , yaitu menggunakan senyawa kimia toksin yang dihasilkan oleh
suatu mikrobia atau bahkan tumbuhn tertentu untuk mengendalikan hama. Dalam beberapa
hal, bahkan sel-sel mikrobia tertentu digunakan secara langsung sebagai peptisida hayati,
misalnya penggunaan Bacillus thuringiensis. Dengan demikian, bioteknologi pertanian lebih
merupakan teknik atau metode perekayasaan yang diintroduksikan kedalam praktek
.pertanian.

Gambar 1 : Daftar lembaga yang bergerak dalam penelitian bioteknologi pertanian


Sumber : Moeijopawiro (2000b)

Gambar 2 : kegiatan penelitian rekayasa genetik tanaman di indonesia


Sumber : Moeijopawiro (2000b)

Gambar 3: contoh teknik konvesional dan bioteknologi modern dalam praktek


pertanian
Sumber : (yuwono, 2006:4)

2.1.2 Aplikasi Bioteknologi Bidang Pertanian

1. Hidroponik
Hidroponik (hydroponics) berasal dari bahasa yunani yang memiliki dua kata, yaitu
hydro yang berarti air dan ponos yang memiki makna daya atau kerja. Jadi, dapat kita pahami
bahwa hidroponik berarti becocok tanam dengan memanfaatkan air. Seiring perkembangan
zaman, jika semula hidroponik hanya diartikan sebagai sistem budidaya tanaman yang
mengandalkan air, saat ini hidroponik berkembang menjadi soilles culture (bercocok tanam
tanpa tanah)

a. Sejarah tanaman hidroponik


Ribuan tahun yang lalu, penduduk mesir kuno mengabadikan kegiatan mereka
menanam disepanjang bantaran dan diatas perahu yang melintas sungai nil. Hal ini tergambar
dengan jelas hieloglyphic di dinding-dinding gua.
Para ahli sepakat bahwa Taman Gantung Babilonia yang termansyur sebagai salah
satu dari tujuh keajaiban dunia, menggunakan sistem tanam yang merupakan bentuk
sederhana dari hidroponik. Taman ini dibangun oleh kaisar Nebukadnesser sekitar 600 SM di
Mesopotamia terletak di sepanjang sungai Eufrat.
Sistem hidroponik ini sudah ada sejak tahun 1.600. Di buku Sylva Sylvalum yang
ditulis Francis Bacon (1627). Seorang ilmuwan Inggris menjelaskan tentang kegiatan
membudidayakan tanaman di lahan sempit dan tanah kurang subur. Sejak itu teknik budidaya
tanaman dengan media air menjadi semakin berkembang.
Bukan hal yang mengejutkan , bila kini sayuran hidroponik dari sebuah rumah kaca
telah memenuhi kebutuhan pangan, seperti yang ada di tengah-tengah Gurun Semenajung
Arab, Lebanon, Israel, hingga Afrika. Selain itu, di srilangka, Filipina, Mesiko, dan bahkan
kepulauan-kepulauan kecil di Atlantik telah ‘menjamur’ kebun-kebun hidroponik di dalam
rumah kaca. Atap-atap rumah di Kalkuta penuh dengan bawang spanyol yang bisa dipanen
disepanjang tahun. Sementara itu, di Texas bertahan tanaman hidroponik tomat beef dan
Zuccini.
Adapun keuntungan dengan cara hidroponik adalah sebagai berikut.
1) Tumbuhan bebas dari hama dan penyakit.
2) Produksi tanaman lebih tinggi.
3) Tumbuh lebih cepat.
4) Pemakaian pupuk lebih efisien.
5) Mudah pengerjaannya.
6) Tidak tergantung pada kondisi alam.
7) Tidak membutuhkan lahan luas.

b. Tahapan teknik hidroponik


Berdasarkan media tanamnya, ada dua cara budidaya hidroponik, yaitu hidroponik
substrat dan hidroponik non-substrat.
1) Hidroponik substrat ( sistem terbuka) . sistem ini tidak menggunakan air sebagai media,
tetapi memakai media padat yang dapat menyerap/menyediakan nutrisi, air, dan oksigen,
serta sedikit mengandung bahan organik . media substrat itu, diantaranya arang, sekam,
kerikil, perlite, vermikulit dan pasir. Teknik hiroponik yang menggunakan media padat ,
diantaranya teknik statis, pasang surut, irigasi tetes, dan run to waste.
2) Hidroponik non-substrat (sistem tertutup). Sistem ini merupakan model budidaya dengan
meletakkan akar tanaman pada aliran air dangkal yang tersirkulai dan mengandung nutrisi
sesuai dengan kebutuhan sayuran. Akar akan berkembang di dalam larutan nutrisi .
metode yang menggunakan non-substrat antara lain nutrient film technique (NFT),
aeroponik dan deep water culture.
Gambar 4: Teknik Hidroponik
Sumber: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com

1. Hidroponik Water culture system


Water culture system artinya adalah metode menanam hidroponik sistem rakit apung.
Teknik ini merupakan teknik bertanam hidroponik yang cukup sederhana. Konsep dari sistem
ini adalah membiarkan akar tanaman mengapung di air nutrisi sehingga tanaman dapat
asupan nutrisi selama 24 jam sehari non stop.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sistem rakit apung:
 Bak atau tempat penampungan air nutrisi
 Media tanam/ rockwoll.
 Netpot
 Sterofoam 
 Benih tanaman
 Larutan nutrisi hidroponik
Gambar 5: water culture system
sumber: https://www.lintangsore.com/2016/03/6-teknik-budidaya-hidroponik-sederhana.html

2. Hidroponik Drip system


Drip System atau Sistem tetes merupakan salah satu dari teknik menanam hidroponik
yang umum digunakan karena cara kerjanya yang cukup sederhana. Sistem ini menggunakan
timer untuk mengatur penetesan air nutrisi pada tanaman.

Gambar 6 : hidroponik sistem tetes


sumber: https://www.lintangsore.com/2016/03/6-teknik-budidaya-hidroponik-sederhana.html

3. Hidroponik Aeroponic system


Aeroponic system atau sistem Aeroponik ini menggunakan udara sebagai media
tanam. Konsepnya adalah membiarkan akar tanaman menggantung, lalu pada akar yang
menggantung tersebut disemburkan air/larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dengan
menggunakan irigasi sprinkler.

  Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Sistem Aeroponik:


 Bibit Tanaman
 Sterofoam
 Media tanam/Rockwool
 Sprinkler
 Pompa air
 Pipa Paralon dan Etilen
 Larutan nutrisi hidroponik
Gambar 7 : hidroponik sistem aeroponik
Sumber: https://www.lintangsore.com/2016/03/6-teknik-budidaya-hidroponik-sederhana.html

4. Hidroponik Wick system


Cara bertanam hidroponik wick system/sistem sumbu dibandingkan dengan berbagai
jenis sistem hidroponik lainnya, termasuk metode yang paling sederhana. Paling umum
dipakai terutama oleh para hobiis yang menanam hidroponik sederhana di rumah. 
Konsep dari cara bertanam hidroponik sistem sumbu adalah pemberian nutrisi tanaman di
media tumbuh melalui sumbu yang digunakan sebagai reservoir. Jadi akar tanaman tidak
tercelup langsung di dalam air, melainkan mereka tumbuh dalam beberapa bahan penahan air
seperti rockwool atau sabut kelapa. Sistem ini dapat menggunakan berbagai media tanam,
seperti kerikil pasir, serat/ serbuk kulit buah kelapa, sekam bakar dan rockwoll untuk
menahan/menyimpan air. Sedangkan untuk sumbunya, bisa menggunakan sumbu kompor,
kapas atau kain bekas.
Cara bertanam hidroponik sistem sumbu disebut paling sederhana dan tidak ribet
dikarenakan tidak memerlukan listrik/sumber energi untuk memberikan nutrisi hidroponik
pada tanaman. 
Larutan nutrisi sampai pada akar tanaman hanya memanfaatkan sifat kapilaritas air.
Ujung sumbu ditempatkan dalam reservoir yang berisi larutan nutrisi, sedangkan ujung yang
lain ditempatkan dalam media tanam menuju akar tanaman. Selain membasahi akar, media
tanam yang dilalui oleh sumbu ikut menjadi lembab oleh larutan nutrisi.
Selain sederhana dan simpel, kelebihan lainnya dalam penggunaan sistem sumbu
adalah akar tanaman dapat bernafas menyedot udara bersamaan dengan larutan nutrisi.
Seperti kita ketahui bersama, selain nutrisi, asupan udara yang cukup juga merupakan hal
esensial dalam pertumbuhan tanaman. 
Gambar 8 : Hidroponik sistem sumbu
Sumber:
https://www.lintangsore.com/2016/03/6-teknik-budidaya-hi

droponik-sederhana.html

Kelebihan/kemudahan berikutnya dari sistem hidroponik sumbu, ketika larutan nutrisi


pada penampungan/reservoir habis, dapat diisi lagi dengan mudah tanpa menggunakan
pompa seperti yang dilakukan dalam sistem hidroponik lainnya.

Gambar 9 : hidroponik sistem wick


Sumber: https://www.lintangsore.com/2016/03/6-teknik-budidaya-hidroponik-sederhana.html

5. Hidroponik NFT (nutrient film technique)


Pada metode NFT, tanaman ditanam dengan akar yang langsung menyentuh lapisan
air dan nutrisi yang tipis sehingga pasokan nutrisinya selalu tersirkulasi dan terjaga. Sistem
ini disebut nutrient film technique karena pada sistem ini air dan nutrisi yang digunakan
mengalir tipis seperti lembaran film dengan ketebalan 2-3 mm. Di Indonesia Metode ini
banyak ditemukan dan diaplikasikan oleh para petani hidroponik karena metode ini adalah
salah satu metode yang paling mudah digunakan dan dimodifikasi dalam penanaman.
Berbagai jenis tanaman dapat digunakan dalam metode hidroponik NFT seperti
selada, kangkung, sawi dan lainnya, selain itu metode ini juga dapat dilakukan pada tanaman
yang berbuah seperti tomat, cabai dan mentimun selama tanaman masih memiliki sistem
perakaran serabut, namun umumnya sistem NFT digunakan untuk menanam sayuran daun.
Perlu diingat bahwa tanaman yang menghasilkan umbi yang biasa tumbuh dalam tanah tidak
dapat ditanam dalam metode NFT karena pada metode ini akar tumbuh sangat terbatas.
NFT

Gambar 10 : Hidroponik NFT (nutrient film technique)


Sumber : https://pikabu.ru/story/tekhnika_pitatelnogo_sloya_nft_5169408

Cara kerja metode ini adalah dengan mengalirkan air dan nutrisi secara terus menerus
dan air yang telah mengalir akan kembali dan melewati jalur yang sama. Hal ini membuat
sistem hidroponik NFT sangat hemat air dan ramah lingkungan. Secara ringkasnya metode
ini menggunakan suatu wadah atau penampung air yang dicampur nutrisi kemudian air
dialirkan ke Gully atau tempat tumbuhnya tanaman dengan menggunakan pompa tanaman.
Air yang sudah mengalir dan melewati tanaman akan kembali dialirkan ke wadah
penampungan melalui pipa atau selang dan selanjutnya proses tersebut terjadi berulang-
ulang. Sirkulasi adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan sistem hidroponik NFT.
Beberapa peralatan yang biasa digunakan dalam metode NFT antara lain:
 pompa yang digunakan untuk mengalirkan air dan nutrisi
 wadah atau reservoir penampung air dan nutrisi
 selang untuk mengalirkan air dan nutrisi dari wadah melalui pompa dan mengalirkan air
 tempat tumbuh tanaman yang dapat dibuat dari paralon, pipa atau lainnya yang biasa
disebut dengan gully.
 Dudukan gully atau meja yang digunakan untuk menyangga tanaman sehingga dapat
dialiri air dan nutrisi.

Adapun beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh sistem atau metode hidroponik NFT antara
lain :
a) Sistem ini bersifat fleksibel dan dapat ditanam di area outdoor maupun indoor ( butuh
growlight ). Instalasi peralatan dapat disesuaikan dengan ruang dan lingkungan
penanaman.
b) Dapat digunakan untuk menanam beberapa jenis tanaman seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan yang berakar serabut.
c) Tingkat keberhasilan panen tinggi dan tanaman yang tumbuh dengan metode ini memiliki
kualitas yang baik.

kekurangan sistem ini antara lain modal yang cukup tinggi untuk membangun
peralatan dan sistem, tanaman rawan mengalami gagal tumbuh karena air dan nutrisi harus
dialirkan terus menerus dan dibutuhkan aliran listrik . Sistem ini tidak cocok digunakan di
daerah yang kurang baik pasokan listriknya dan sering mengalami pemadaman. Selain itu
sistem NFT memiliki tingkat perawatan dan pengontrolan tanaman yang cukup tinggi. 

6. Sistem Hidroponik Ebb and Flow


Sistem Hidroponik Ebb and Flow atau Flood and Drain System, yang dikenal sebagai
sistem hidroponik pasang surut. Sistem ini sangat populer digunakan oleh penanam
hidroponik rumahan dikarenakan beberapa alasan. Salah satunya adalah sistem ini mudah
untuk dibuat dan diimplementasikan di ladang sempit sekalipun. Untuk melancarkan teknik
hidroponik sistem pasang surut (Ebb and Flow System) Anda bisa menggunakan bahan apa
saja yang ada, jadi Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk menanam tanaman
hidroponik. Sistem ini juga bisa dibuat sedemikian rupa disesuaikan dengan lahan yang Anda
miliki baik ladang tanam indoor ataupun outdoor, dan tidak ada batasan untuk berkreatifitas
dan membuat perbedaan ketika Anda ingin membuatnya. Kemudian bersamaan dengan
kemurahan dan kemudahannya untuk dibuat, tanaman yang ditanam dengan menggunakan
sistem pasang surut akan tumbuh lebih sehat dan lebih baik dibandingkan dengan sistem lain.

Gambar 11: Hidroponik Ebb and Flow System


Sumber : http://mitalom.com/gambar-skema-ebb-flow-system/

Teknik hidroponik sistem pasang surut (Ebb and Flow System) tahapan prosesnya
tidak jauh berbeda dengan namanya, yakni dengan cara mengaliri sistem akar tanaman
dengan larutan kaya nutrisi, yang dilakukan berdasakan ukuran periode tertentu.
Kemudian mengenai bagaimana sistem pasang surut ini bekerja sebenarnya cukup
sederhana. Bagian utama dari sistem pasang surut adalah menahan dan menyuplai air pada
wadah dari tanaman yang tumbuhkan. menanam satu tanaman saja juga bisa, ataupun lebih
dari satu dengan menempatkan tanaman dan wadahnya didalam bentuk beberapa seri.
Kemudian Sebuah Timer (pengatur waktu) perlu disematkan dan dinyalakan pada pompa air,
dan kemudian larutan nutrisi dipompa melalui selang dari reservoir kebagian atas, bagian
utama sistem dengan menggunakan pompa air akuarium. Larutan nutrisi secara terus menerus
mengaliri sistem ini hingga aliran ini mencapai batasan tertinggi dari kapasitas daya tampung
sistem utama guna merendam bagian akar tanaman hidroponik dengan larutan kaya nutrisi
yang dialirkan tadi.
Kemudian setelah aliran air mencapai batas tinggi atau meluap, air akan disurutkan
kembali ke bagian bawah yakni reservoir, tempat dimana air tersebut beresirkulasi menuju
sistem kembali. Tabung overflow (luap) mengatur tingkat batas tinggi air dari sistem pasang
surut ini, sebagai alat untuk memastikan larutan nutrisi tidak keluar bersamaan dengan air
yang meluap ke bagian atas sistem saat pompa air masih menyala. Ketika pompa dimatikan,
pipa penyedot air kembali mengalirkan air ke reservoir melalui pompa dengan gaya gravitasi
sistem surut.

Alat dan Bahan yang di butuhkan untuk membuat sistem Ebb and Flow:

 Sebuah wadah untuk akar tanaman tumbuh.

 Sebuah wadah untuk reservoir untuk menampung larutan nutrisi.

 Sebuah pompa air mancur selam.

 Sebuah timer untuk menyalakn dan mematikan pompa air.

 beberapa meter selang atau tabung penyalur air untuk menyalurkan air dari pompa di
reservoir ke sistem yang akan dialiri.

 Sebuah tabung oengukur banjir untuk mengatur ketinggian air yang meluap.

 Beberapa macam media tanam.

2. Teknik Kultur Jaringan tanaman ( Kultur In-Vitro)


Pada tahun 1901 Morgan mengemukakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan
untuk berkembang menjadi suatu jasad hidup yang lengkap melalui proses regenerasi.
Kemampuan ini oleh Morgan disebut sebagai totipotensi (totipotency). Konsep totipotensi
tersebut mempuyai makna sangat penting dalam bidang kultur jaringan. Istilah kultut jaringan
mengacu pada teknik untuk menumbuhkan jasad multiseluler dalam medium padat maupun
cair menggunakan jaringan yang diambil dari jasad tersebut. teknik kultur jaringan tersebut
dilakukan sebagai alternatif perbanyakan tanaman bukan dengan menggunakan media tanah,
melainkan dalam medium buatan di dalam tabung. Teknik ini sekarang berkembang luas
sehingga bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal perbanyakan tidak hanya
dikenal teknik kultur sel. Oleh karena itu teknik ini secara umum disebut sebagai teknik in-
vitro.

a. Teknik dasar Kultur In-Vitro tanaman


Kultur In-Vitro tanaman memerlukan bebberapa komponen utama yaitu : 1) bahan
awal (starting materials), 2) medium yang sesuai, 3) tempat kultivasi. Bahan awal yang dapat
digunakan kultur In-Vitro tanaman bermacam-macam, antara lain: petiole, anther, pollen,
petal, ovule, akar dan lain-lain. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan awal kultur
in-vitro disebut eksplan.
Untuk mengembangkan tanaman secara in-vitro sampai menjadi plantlet dan akhirnya
menjadi tanaman lengkap yang siap dipindah ke medium tanah, maka terdapat beberapa
tahapan utama yang harus dilakukan, yaitu : (1) pemilihan sumber tanaman yang akan
digunakan sebagai bahan awal (jaringan meristem , eksplan, dan lain-lain), (2) penanaman
pada medium yang sesuai sampai terjadi perbanyakan (misalnya dalam bentuk kalus), (3)
pembentukan tunas dan akar sampai terbentuk plantlet, (4) aklimatisasi, yaitu proses adaptasi
pada lingkungan di luar sistem in-vitro, (5) penanaman pada medium biasa (tanahatau media
bukan artifisial lainnya).

b. Pemilihan dan menyiapkan eksplan.


Bahan yang akan digunakan sebagai eksplan sebaiknya berasal dari bagian tanaman
yang masih muda dan sehat. Sebelum digunakan, eksplan harus dibersihkan dengan air bersih
dan deterjen khusus, misalnya Tween-80, kemudian disterilkan. Bahan yang berupa biji yang
keras harus diperlakukan khusus menggunakan asam sulfat 50% untuk menghilangkan
dormansi biji, setelah itu dibersihkan dengan air mengalir selama 1-2 jam. Eksplan yang akan
digunakan dipotong-potong dengan ukuran yang sesuai dengan keperluan.
Salah satu prasyarat utama dalam teknik kultur in-vitro adalah kebersihan dan
sterilitas alat sertatempat yang digunakan. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi oleh bakteri atau jamur yang pertumbuhannya jauh lebih cepat dibanding dengan
pertumbuhan kultur sel atau jaringan tanaman. Oleh karena itu pekerjaan kultur in-vitro
sebaiknya dilakukan ditempat yang tertutup dan tidak digunakan untuk aktivitas yang lain.
Untuk menjaga sterilitas maka pekerjaan sebaiknya dilakukan didalam laminar air flow, yaitu
suatu kabin yang dirancang khusus untuk melakukan pekerjaan yang menuntut sterilitas.
Alat-alat dan bahan yang tahan panas dapat disterilisasi dengan autoklaf, sedangkan peralatan
atau tempat kerja yang lain dapat disterilkan dengan menggunakan alkohol atau disinfektan
yang sesuai, misalnya larutan merkuri klorida (HgCl2) 0,01-0,1%. Jarum atau pisau yang
digunakan untuk memotong atau mengambil dan menanam eksplan harus disterilkan juga
dengan membkar dengan lampu bunsen sesaat sebelum digunakan. pada prinsipnya semua
pekerjaan dalam kultur in-vitro harus dilakukan secara aseptik.
c. medium yang digunakan
medium yang digunakan untuk kultur in-vitro tanaman dapat berupa medium padat
dan cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi
membentuk tanaman yang lengkap (plantlet), sedangkan medium cair biasanya digunakan
untuk kultur sel. Medium yang digunakan mengandung lima komponen utama, yaitu
senyawa anorganik, sumber karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan suplemen organik.
Senyawa anorganik terdiri atas unsur-unsur makro dan mikro. Pada umumnya
medium mengandung nitrat dan potassium pada konsentrasi masing-masing 25 Mm.
Ammonium merupakan senyawa esensial untuk hampir semua kultur tetapi konsentrasi yang
diperlukan esensial untuk hampir semua kultur tetapi konsentrasi yang diperlukan lebih
rendah dibanding dengan nitrat. Konsentrasi kalsium, magnesium dan sulfat yang diperlikan
sekitar 1-3 Mm. Unsur-unsur mikro yang diperlukan antara lain iodine (I), Boron (B),
mangan (Mn), zinc (Zn), molybdenum (Mo), tembaga (Cu), kobalt (Co) dan besi (Fe).
Sumber karbon yang digunakan dapat berupa glukosa, fruktosa, maltosa atau sukrosa
dengan konsentrasi sekitar 2-4 %. Tetapi sukrosa merupakan sumner karbon yang banyak
digunakan dalam banyak sistem kultur.
Vitamin yang digunakan antara lain adalah thiamin, pyridoxine dan asam nikotinat.
Suplemen senyawa organik yang digunakan adalah asam amino (glycine), ekstrak khamir,
peptone, ekstrak malt. Meskipun demikian, biasanya medium sintetik yang jelas komposisi
kimiawinya lebih banyak digunakan. sedangkan suplemen organik yang tidak jelas komposisi
kimiawinya hanya digunakan jika dianggap esensial.
Zat pengatur tumbuh juga diperlukan dalam kultur in-vitro untuk mendukung
pertumbuhan. Kombinasi zat pengatur tumbuh yang digunakan meliputi : (1) untuk
perbanyakan (proliferation) sel digunakan 2,4 dichlorophenoxy acetie acid (2,4-D) atau 1-
naphtalene acetic acid (NAA) dan sitokinin. (2) untuk regenerasi diperlukan auxin dalam
konsentrasi rendah dan sitokinin dalam konsentrasi tinggi, tetapi bukan dalam bentuk 2,4-D.
Medium yang digunakan untuk kultur in-vitro sekarang dapat dibeli dalam bentuk jadi
meskipun harganya lebih mahal dibanding kalau dibuat sendiri di laboratorium. Komposisi
medium untuk kultur in-vitro dapat dilihat pada buku-buku manual kultur in-vitro.

d. Tempat kultivasi
Kultur in-vitro tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan dua macam medium
yaitu medium padat atau medium cair. Kultivasi sel atau jaringan secara in-vitro secara
prinsip dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam wadah, mulai dari tabung
reaksi, tabung erlenmeyer, bahkan botol gelas sederhana. Hal ini yang paling penting dalam
pemilihan wadah untuk kultur in-vitro adalah kemudahan untuk menjaga sterilitasnya selama
perbanyakan sel atau jaringan . jika menggunakan kultivasi pada medium cair dan perlu
penggojokan maka sebaiknya digunakan wadah yang memungkinkan untuk ditempatkan
secara mudah dan aman pada alat penggojok. Oleh karena itu tabung erlenmeyer merupakan
wadah yang ideal untuk kultur sel menggunakan medium cair

e. Kultur kalus
Tanaman dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan teknik kultur in-vitro
dengan tenknik kultur kalur atau kultur sel. Jika suatu eksplan ditanam pada medium padat
atau dalam medium cair yang sesuai, dalam waktu 2-4 minggu, tergantung spesies, akan
terbentuk masa kalus yaitu suatu masa amorf.yang tersusun atas sel-sel parenkim berdinding
sel tipis yang berkembang dari hasil proliferasi sel-sel jaringan induk. Kalus dapat di sub-
kultur dengan cara mengambil sebagian kalus dan memidahkannya pada medium baru.
Dengan sistem induksi yang tepat kalus dapat berkembang menjadi tanaman yang utuh
(plantlet)
Kultur kalus dapat dikembangkan dengan menggunakan eksplan yang berasal dari
berbagai sumber, misalnya tunas muda, daun, ujung akar, buah, dan bagian bunga. Kalus
dihasilkan dari bagian luar sel-sel korteks pada eksplan melalui pembelahan sel berulang-
ulang. Kultur kalur tumbuh berkembang lebih lambat dibanding kultur yang berasal dari
suspensi sel. Kalus terbentuk melalui 3 tahapan, yaitu induksi pembelahan sel dan
diferensiasi. Pembetukan kalus ditentukan sumber eksplan, komposisi nutri pada medium dan
faktor lingkungan . eksplan yang berasal dari jaringan meristem berkembang lebih cepat
dibanding jaringan dari sel-sel berdinding tipis dan mengandung lignin. Untuk memilahara
kalus, maka perlu dilakukan sub kultur secara berkala, misalnya setiap 30 hari .
Kultur kalus bermanfaat untuk mempelajari beberapa aspek dalam metabolisme
tumbuhan dan diperensiasinya, misalnya(1) mempelajari aspek nutrisi tanaman , (2)
diperensiasi dan morfogenesis sel dan organ tanaman, (3) variasi somaklonal, (4)
transformasi genetik menggunakan teknik biolistik, (5) produksi metabolit sekunder dan
regulasinya.

f. Kultur sel
Kultur sel tanaman dapat ditumbuhkan dengan menggunakan medium cair dalam
erlenmeyer. Sebagai “inokulum” digunakan sebagian kalus yang ditumbuhkan dalam
medium cair dan digojok sehingga sel dapat terpisah. Selain membuat sel menjadi
terpisah (tidak mengelompok) , penggojokan juga berfungsi memberikan air asi pada
kultur. Banyaknya inokulum yang digunakan sering kali mempengaruhi laju pertumbuhan
sel, karena itu dikenal suatu konsep yang disebut kerapatan sel awal kritis (critical
initial cell density) yaitu jumlah inokulum terendah bervolume medium yang
memungkinkan kultur sel dapat tumbuh.

g. Kultur protoplas
Kultur protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari
spesies yang sama (intra-spesies), atau antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau
antargenus dari satu famili (inter-genus). Penggunaan fusi protoplas memungkinkan
diperolehnya hibrida-hibrida dengan tingkat heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat
keberhasilannya sangat ditentukan oleh genotipenya. Teknologi kultur protoplas juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan terhadap hama dan
penyakit serta cekaman abiotik.

f. Pemilihan Lingkungan
Keadaan lingkungan yang baik yaitu memenuhi syarat-syarat aseptic sebagai prinsip
dari kultur jaringan. Artinya, semua tahapan yang dilakukan dalam proses kultur haruslah
steril. Hal ini bertujuan supaya menghindari kontaminasi kuman maupun bakteri. Sterilisasi
eksplan dan media dapat dilakukan di dalam laminar air flow. Tempat penyimpanan juga
haru sdiperhatikan, yaitu tempat yang suhu, pencahayaan, dan pengaturan udara yang baik.

PROSES DAN TAHAPAN KULTUR


1. Pemilihan dan Persiapan Tanaman Induk sebagai Sumber Eksplan
Hal ini merupakan hal yang sangat penting. Pemilihan tanaman dimulai dari jenis,
spesies, dan varietas yang jelas. Tanaman juga harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
Persiapan pemilihan dapat dilakukan di dalam laminar air flow atau juga dapat dilakukan di
greenhouse, agar tanaman yang ingin dikultur dapat tumbuh dengan baik.

2. Inisiasi Kultur
Tujuan dari inisiasi kultur disini yaitu untuk memenuhi prinsip aseptic dan aksenik.
Aseptic ialah bebas dari mikroorganisme, sedangkan aksenik yaitu bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan. Eksplan yang dikulturkan dapat menginisiasi
pertumbuhan tanaman yang baru, sehingga kita dapat memilih bagian tanamn yang paling
baik untuk proses kultur selanjutnya.

3. Sterilisasi
Sterilisasi dilakukan untuk memenuhi persyaratan bahwa segala sesuatu usaha yang
dilakukan dalam proses kultur jaringan harus terbebas dari kontaminan. Tempat yang steril
yang berada di dalam laminar air flow, alat yang ingin dipakai juga haru sdisterilkan dengan
menggunakan larutan etanol, serta orang atau teknisi yang melakukan kultur juga harus steril.

4. Multiplikasi
Tahap ini dilakukan untuk menggandakan atau memperbanyak bahan tanaman dan
juga memelihara bahan tanaman ini untuk dapat digunakan pada waktu-waktu tertentu.
Perbanyakn dapat dilakukan melalui perangsangan pertumbuhan tunas cabang dan aksiler dan
merangsang terbentuknya tunas pucuk yang adventif, baik secara langsung maupun melalui
perangsangan kalus terlebih dahulu.

5. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar


Tunas-tunas yang dihasilkan pada saat multiplikasi dipindahkan dari media in-vitro
yang bersifat steril ke lingkungan luar untuk proses pemanjangan tunas. Setelah tumbuh
cukup panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas maupun pengakaran dapat
dilakukan dengan sekaligus ataupun dengan tahap satu persatu. Keberhasilan tahap ini
ditentukan oleh mutu yang dihasilkan pada proses sebelumnya.

6. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika
pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru. Lingkungan baru yang dimaksud
disini ialah lingkungan yang non aseptic seperti botol dengan media tanah atau pakis,
sehingga planlet dapat terus bertahan menjadi tanaman yang siap untuk diindukkan.
Aklimatisasi merupakan prosedur yang sangat penting dan kritis di dalam keseluruhan
proses kultur jaringan. Keberhasilan kultur jaringan dinyaatakan berhasil jika planlet dapat
diaklimatisasi ke lingkungan eksternal dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.
Gambar 12 : teknik kultur jaringan
Sumber : https://4.bp.blogspot.com/kultur%2Bjaringan.png

MANFAAT KULTUR
 Dapat menciptakan tanaman baru yang bebas dari kontaminan berupa penyakit atau
virus atau bakteri.
 Dapat melestarikan tanaman dengan sifat yang sama dengan induknya.
 Dapat memproduksi tanaman baru dengan waktu yang singkat.
 Pelaksanaannya tidak bergantung musim.
 Untuk menciptakan varietas baru berdasarkan rekayasa genetik.

Dampak positif dan negatif kultur jaringan


Dampak Positif :
 Bibit yang dihasilkan bervariasi
 Pengadaan bibit tidak bergantung kepada musim
 Dapat menghasilkan bibit yang banyak dengan waktu yang singkat
 Biaya transportasi lebih murah dan mudah
 Bibit yang dihasilkan terhindar dari penyakit
 Bibit yang diperoleh mempunyai sifat yang sama dengan induknya
 Metabolit sekunder tanaman dapat segera diperoleh tanpa menunggu tanaman dewasa

Dampak Negatif :
 Memerlukan proses aklimatisasi, Karena penyesuaian tempat hidup tanaman
 Memerlukan biaya awal yang relative mahal
 Hanya mampu dilakukan oleh orang dengan keahlian khusus
 Dalam kultur sel hewan, hasil kultur tidak dapat menghasilkan individu baru selain
kultur embrio
 Tidak dapat mengubah sifat tanaman yang dihasilkan

Gambar 13: skema prosedur dasar teknik kultur jaringan tanaman eksplan
Sumber : (yuwono, 2006: 168)
Gambar 14: contoh tanaman yang berhasil dikulturkan secara in-vitro
Sumber : (yuwono, 2006: 180)

3. Teknologi Tanaman Transgenik


a. Pengertian tanaman transgenik.
Tanaman transgenik merupakan tanaman yang telah disusupi DNA asing sebagai
pembawa sifat yang diinginkan.   Tujuan tanaman transgenik adalah memindahkan gen
tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang memiliki sifat yang lebih baik. DNA
tersebut dapat berasal dari tumbuhan yang beda jenis. Untuk menghasilkan tanaman
transgenik dibutuhkan teknik rekayasa genetika dan vector sebagai pembawa gen sifat yang
diinginkan. Sebagai vector digunakanlah DNA yang berasal dari bakteri Agrobacterium
tumefaciens yang lebih dikenal dengan nama Ti plasmid (tumor-inducing plasmid). Ti
plasmid memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sel tumbuhan selama proses infeksi.

b. Tahapan tanaman transgenik


Adapun tahapan untuk memperoleh tanaman transgenik, adalah sebagai berikut:
1) Ti plasmid dikeluarkan dari sel bakteri
2) Ti plasmid dipotong pada sisi yang spesifik dengan menggunakan enzim restriksi.
3) DNA yang berasal dari sel tanaman dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang
sama agar diperoleh sisi yang speksifik. Kemudian gen tanaman yang membawa sifat
yang diinginkan dipisahkan dari DNA-nya.
4) Gen tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam plasmid sehingga menghasilkan DNA
rekombinan.
5) Plasmid yang telah mengandung gen tersebut dimasukkan ke dalam sel tanaman yang
dikultur. Saat ini, sel tanaman telah memiliki gen dari tanaman lain.
6) Terjadi regeberasi sel tumbuhan yang akan terus mengalami pembelahan hingga menjadi
satu individu tanaman baru. Tanaman baru ini memiliki sifat baru yang diinginkan dan
merupakan tanaman transgenik.

Teknologi transgenik telah dilakukan pada beberapa tanaman pertanian seperti


jagung, kapas, tomat, padi, kedelai, dan papaya. Pada kedelai telah dimasukkan beberapa gen
yang menyebabkan variasi pada tanaman kedelai. Pada tanaman jagung telah dimasukkan gen
cry dari Bacillus thuringiensis disebut dengan jagung Bt, yang menyebabkan jagung
menghasilkan protein yang dapat membunuh serangga, seperti kupu-kupu.
Tanaman transgenik ini tidak perlu disemprot dengan pestisida untuk menyingkirkan
hama dan penyakit, sebab dengan sisipan gen tersebut akan menghasilkan senyawa
endotoksin ( senyawa racun) sehingga tanaman transgenik dapat membrantas hama dengan
senyawa racun yang dikandungnya.

Gambar 15: teknik tanaman transgenik


Sumber : (yuwono, 2006: 244)
Gambar 16: teknik tanaman transgenik
Sumber : http://kimeni-kim.blogspot.com/2012/11/tanaman-transgenik.html

c. Dampak Negatif tanaman Transgenik

Adapun Dampak negatif pada tanaman transgenik adalah


1. Berubahnya urutan informasi genetik yang dimiliki, maka sifat organisme yang
bersangkutan juga berubah.
2. Kemungkinan adanya bakteri hasil rekayasa yang lolos lab atau pabrik yang dampaknya
tidak dapat diperkirakan.
3. Dapat menimbulkan keracunan atau alergi.
4. Bakteri yang masuk ke tubuh sebagian besar adalah bakteri yang tahan antibiotik

d. Dampak Positif tanaman Transgenik

Adapun  Dampak positif pada tanaman transgenik adalah:

1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber yang lebih
sedikit.

2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrim sehingga lebih mudah
dikembangkan dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan dapat direkayasa agar terasa lebih lezat dan menyehatkan.

4. Menghemat devisa karena tanaman transgenik tidak membutuhkan banyak pestisida


ataupun bahan kimia lain.

5. Mereduksi kehilangan dan kerusakan

6. Mengurangi resiko gagal panen

e. Cara mendeteksi tanaman transgenik

Untuk membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah


dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.

1) Dengan menggunakan strip aliran – lateral ( semacam tongkat ukur ). Benih tanaman
yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kemudian strip tersebut dicelupkan
kedalamnya. Apabila dalam waktu 5 – 10 menit muncul dua garis pada strip maka sempel
tersebut positif merupakan tanaman transgenik.

2) Menggunakan reaksi berantai polimerase ( PCR ) dan ELISA ( enzyme-linked


immunosorbent assay ). Uji PCR merupakan salah satu metode diagnostik molekular
yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung. Sementara
ELISA dan strip- lateral merupakan metode imunodignostik yang mendeteksi protein
hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.

Beberapa jenis tanaman unggul baru yang dibuat dengan pemanfaatan bioteknologi adalah
sebagai berikut.
1) Padi Golden Rice
Padi merupakan tanaman pangan utama dunia. Dengan demikian padi menjadi
prioritas utama dalam bioteknologi. Selain padi, tanaman pangan yang telah banyak
mendapat sentuhan bioteknologi adalah kentang. Penerapan bioteknologi pada tanaman padi
sebenarnya telah lama dilakukan. Salah satu produknya adalah pari jenis golden rice yang
dikenalkan pada tahun 2001. Diharapkan padi jenis ini dapat membantu jutaan orang yang
mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A
sangat penting untuk penglihatan, respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang,
reproduksi, hingga penting untuk pertumbuhan embrionik.
Nama Golden Rice diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning
menyerupai emas karena mengandung karotenoid. Rekayasa genetika merupakan metode
yang digunakan untuk produksi Golden Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma
nutfah padi yang mampu untuk mensintesis karotenoid.

2) Kentang Russet Burbank


Teknik bioteknologi saat ini telah banyak digunakan dalam produksi kentang. Baik
dalam teknik penyediaan bibit, pemuliaan kentang, hingga rekayasa genetika untuk
meningkatkan sifat-sifat unggul kentang. Dalam hal penyediaan bibit, saat ini teknik kultur
jaringan telah banyak digunakan. Teknik kultur jaringan me-mungkinkan petani mendapatkan
bibit dalam jumlah besar yang identik dengan induknya. Contoh varietas kentang baru adalah
kentang Russet Burbank yang memiliki kandungan pati yang tinggi yang dapat menghasilkan
kentang goreng dan kripik kentang dengan kualitas yang lebih baik karena menyerap lebih
sedikit minyak ketika digoreng.

3) Tomat FlavrSavr
Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman hortiklutura.
Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah tomat FlavrSavr, yaitu jenis tomat yang buah
matangnya tidak lekas rusak/membusuk. Hal ini sangat berbeda dengan tanaman tomat lain,
di mana buah yang matang cepat menjadi rusak. Sifat tomat FlavrSavr ini sangat berguna
dalam pengiriman buah ke tempat yang jauh sebelum tiba di tangan konsumen.

4) Tembakau Rendah Nikotin


Salah satu dari sekian banyak kerugian merokok adalah gangguan kesehatan karena
kadar nikotin yang tinggi. Pendekatan bioteknologi dilakukan untuk mengatasi permasalahan
ini yaitu dengan merakit tanaman tembakau yang bebas kandungan nikotin. Pada tahun 2001
jenis tembakau ini diklaim dapat mengurangi resiko serangan kanker akibat merokok. Selain
bebas nikotin, sentuhan bioteknologi lain juga dilakukan untuk tanaman tembakau misalnya
dengan meningkatkan aroma menggunakan gen aroma dari tanaman lain. Salah satu yang
telah berhasil adalah mengabungkannya dengan aroma buah lemon.
Gambar 17 : status pengujian tanaman transgenik di indonesia
Sumber : Moeljopawiro (2000b)

Gambar 18: tanaman transgenik hasil kerja sama luar negeri


Sumber: Moeljopawiro (2001)

4. Penggunaan Teknologi Nuklir


Teknologi nuklir menggunaan unsur-unsur radioaktif yang dapat memancarkan sinar
radioaktif, antara lain sinar gama (γ ), sinar alfa (α ) dan sinar beta (β).
Manfaat dari radioaktif seperti sinar gama (γ ) berguna untuk pemuliaan tanaman, yaitu
dengan meradiasi sel atau jaringan sehingga akan terjadi mutasi yaitu terjadinya perubahan
jumlah kromosom atau gen yang terdapat dalam inti sel, dengan tujuan agar menghasilkan
atau memiliki keturunan dengan bibit unggul.
Hasil dari mutasi yang sering dinamakan mutan, ternyata memiliki beberapa
keuntungan di antaranya cocok ditanam di persawahan pasang surut yang memiliki kadar
garam cukup tinggi, tahan wereng cokelat dan hijau, tahan penyakit busuk daun, umur lebih
pendek, dapat ditanam pada musim kemarau dalam waktu lebih singkat, hasil panennya lebih
banyak. Tanaman hasil mutasi ini bersifat poliploidi (jumlah kromosomnya berkelipatan dari
kromosom normal) sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, misalnya cepat
berbuah, buahnya lebih besar, dan tidak berbiji.

2.1.3 Manfaat bioteknologi  dalam bidang pertanian

Dalam bidang pertanian bioteknologi dapat di aplikasikan. Sekarang ini para ilmuan
berhasil meningkatkan tampilan buah dan sayur, memperpanjang waktu makanan untuk di
simpan, meningkatkan kandungan nutrisi tanaman dan membuat tanaman tahan terhadap
penyakit dan hama.

Pada masa yang akan datang, para ahli pertanian mengharapkan bioteknologi mampu
menghasilkan tanaman yang tahan lama terhadap segala kondisi iklim, seperti iklim kering,
iklim panas, atau dingin. Oleh karena itu, bioteknologi menjadikan petani mampu
memanfaatkan tanah yang sebelumnya jarang diusahakan. Dengan mmanfaatkan
bioteknologi ini dapat menghasilkan tanaman yang identik dalam waktu singkat. Selain itu
modifikasi tanaman hias membuka jalan untuk menghasilkan warna-warna yang tidak biasa
sehingga mampu meningkatkan nilai varietas dan nilai ekonominya.
(https://fitrimarwaningsih.wordpress.com/2012/12/12/bioteknologi-dalam-bdang-pertanian)

2.1.4 Dampak Bioteknologi di bidang pertanian


a. Dampak Negatif
Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh
potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. inang produk bahan
pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi.
Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan
internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut
dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi
yang maju, Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi
modern sangat mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang. Ketidakadilan,
misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi
agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin
menambah dominasi negara maju

b. Dampak Positif
Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan
rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor
maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan,
hewan, juga manusia. Pemilihan donor / resipien gen bergantung pada jenis produk yang
dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis
bisnis. Oleh karena itu, kegiatan bioteknologi dengan menggunakan rekayasa genetik menjadi
tidak terbatas dan membutuhkan suatu kajian sains baru yang mendasar dan sistematik yang
berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan manusia. Kegiatan tersebut disebut sebagai
bioprespecting. 
      Perdebatan tentang positif untuk mengatasi dampak negatif yang dapat ditimbulkan
bioteknologi, antara lain pada tahun 1992 telah disepakati konvensi keanekaragaman Hayati,
( Convetion on Biological Diversity )yang mengikat secara hukum bagi negara-negara yang
ikut mendatanginnya . Sebagai tindak lanjut penadatanganan kovensi tersebut, Indonesia
telah meratifikasi Undang-Undang No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui, Negara Amerika
Serikat tidak ikut menadatangani konvensi tersebut. Di sepakati Pula Cartegena Protocol on
Biosafety ( Protokol Cartegena tentang pengamanan hayati ). Protokol tersebut menyinggung
tentang prosedur transpor produk bioteknologi antara negara untuk mencegah bahaya yang
timbul akibat dampak negatif terhadap keanekaragaman hayati. Ekosistem, dan kesehatan
manusia.
2.2 BIOTEKNOLOGI KEHUTANAN
2.2.1 Pengertian Bioteknologi Kehutanan

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Fungsi hutan yang memiliki nilai lebih sebagai
pemukiman penduduk: hutan Sebagai Penyerap Karbondioksida, sebagai sumber kehidupan,
pencegah banjir, sumber air cadangan, dan sebagai pengatur iklim

Hutan, seiring dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia, telah


mengalami penyusutan luas. Eksploitasi hutan dengan tujuan ekonomi telah menyebabkan
hilangnya sebagian besar hutan. Untuk mencegah laju penyusutan luas hutan atau deforestrasi
yang semakin besar diperlukan adanya usaha global untuk memasukan tumbuhan-tumbuhan
hutan penghasil kayu ke dalam era modern pemuliaan tanaman (plant breeding). Penggunaan
bioteknologi dalam bidang kehutanan perlu ditingkatkan sampai pada aspek molekular. Hal
ini sangat penting diperhatikan mengingat tumbuhan-tumbuhan hutan akan menjadi target
utama dalam rekayasa genetik dan pemuliaan molekuler (molecular breeding).

Penggunaan bioteknologi dalam bidang kehutanan perlu ditingkatkan sampai pada


aspek molekular. Hal ini sangat penting diperhatikan mengingat tumbuhan-tumbuhan hutan
akan menjadi target utama dalam rekayasa genetik dan pemuliaan molekuler (molecular
breeding) . Potensi bioteknologi untuk menunjang program-program pemuliaan tumbuhan
hutan dapat dilaksanakan dalam berbagai tingkatan, mulai dari (1) propagasi klon dari
genotip terpilih melalui teknik kultur jaringan (in vitro technique), (2) teknik sel somatik
(somatic-cell technique) seperti hibridisasi somatik dengan menggunakan protoplas, (3)
teknik mutasi terinduksi, sampai pada, (4) teknik rekayasa genetik, terutama melalui
transformasi genetik untuk memperoleh varietas tanaman yang lebih unggul.

2.2.2 Aplikasi Bioteknologi Bidang Kehutanan

Adapun aplikasi bioteknologi dalam bidang kehutanan adalah sebagai berikut :


1. propagasi klon dari genotip terpilih.

Propagasi klonal invitro dikenal dengan istilah mikropropagasi. propagasi klonal


adalah multiplikasi dari individu gen identik melalui reproduksi aseksual sedangkan klon itu
sendiri adalah satu populasi tanaman derivat (turunan) dari satu individu tunggal yang
dihasilkan melalui reproduksi aseksual. Berikut ini adalah tahapan metodenya:

 Tahap 1 yaitu tahap awal atau induksi (inisiasi) .


 Tahap 2 yaitu tahap perbanyakan (multiplikasi).
 Tahap 3 persiapan plantlet.
 Tahap 4 adalah aklimatisasi.

2. Teknik Sel Somatik.

Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun
tidak langsung (melewati fase kalus). Embriogenesis somatik langsung adalah proses
perkembangan embrio secara langsung pada potongan eksplan tanpa melalui fusi gamet, dan
terjadi pada eksplan yang masih muda (George dan Sherrington, 1984). Sedangkan
embryogenesis somatik tidak langsung yaitu proses perkembangan embrio melalui
pembentukan kalus yang berasal dari akar, tangkai daun, tangkai bunga, daun, batang, atau
embrio zigot yang mampu membentuk kalus embrigionik.

3. Teknik Mutasi Terinduksi.

Mutasi merupakan salah satu teknik sebagai upaya untuk meningkatkan keragaman
genetik tanaman untuk mendapatkan sifat baru sebagai sarana untuk perbaikan genetik
tanaman, terutama pada tanaman yang selalu diperbanyak secara vegetatif.Beberapa tanaman
hasil mutasi kombinasi yang telah dilepas antara lain pada mawar Rosmarum,Yulikara dan
Rosanda oleh Balithi.

Studi Kasus : Perbanyakan Massal Tanaman Sagu ( Metroxylon sagu Rottb. ) Melalui
Embriogenesis Somatik

Adapun Tahapan Teknik Embriogenesis Somatik:


1) Stadia Globuler.
Tahap pertama embrio somatik adalah stadia globuler, pada tahap ini embrio tumbuh
secara merata ke segala arah (isodiametrik).

2) Eksplan dan Inisiasi Kalus.


Seleksi tanaman sagu yang akan diambil eksplannya dilakukan berdasarkan beberapa
sifat unggul dari individu (genotipe) tanaman sagu dewasa. Bahan eksplan berupa anakan
yang tumbuh di sekitar pohon induk dengan tinggi sekitar 1 m dan diameter pangkal batang 5
– 10 cm. Bahan eksplan ini selanjutnya segera dikirim ke laboratorium untuk dikultur.

3) Proliferasi Kalus Embriogenik.


Kalus embriogenik dapat diperbanyak pada media padat atau cair. Media yang
digunakan adalah MMS. Pada kultur cair, labu Erlenmeyer diletakkan pada shaker dengan
putaran 100 rpm. Hasil penelitian menunjukkan pada kultur SPS dan cair meningkatkan
bobot basah kalus embriogenik sagu sebesar 6,5 kali.

4) Induksi dan Pendewasaan Embrio Somatik.


Induksi embrio somatik dari kalus embriogenik dilakukan pada medium padat. Tahap
perkembangan pertama dari embrio somatik adalah fase globuler.

5) Perkecambahan Embrio Somatik.


Embrio somatik sagu fase lanjut (kotiledon) pada medium padat atau cair
ditumbuhkan lebih lanjut menjadi kecambah

6) Pembesaran dan Pembentukan Akar Planlet.


Kecambah yang terbentuk dalam media padat atau SPS dipindahkan pada media padat
dalam botol kultur untuk perkembangan tunas.

7) Aklimatisasi pada Lingkungan Ex Vitro.


Aklimatisasi adalah proses adaptasi planlet yang tumbuh heterotrof di laboratorium
(in vitro) dengan medium yang kaya dan lingkungan terkendali ke lingkungan luar (ex vitro)
yang fluktuatif dan ekstrem, serta planlet harus menyerap hara dan air sendiri (autotrof)
Gambar 19: Tahapan embriogenesis somatik tanaman sagu: (A). Kalus remah (friable), (B).
Embrio somatic pada berbagai tahap perkembangan, (C). Pertumbuhan planlet pada medium
padat, (D). Pembentukan akar planlet dalam medium cair, (E). Aklimatisasi bibit sagu

Sumber : https://spark.adobe.com/page/YMEJ2/

Aplikasi bioteknologi dalam bidang kehutanan seperti yang telah diuraikan di atas,
bukanlah hanya sekedar teori. Usaha-usaha melalui uji coba dari skala laboratorium hingga
penerapannya di lapangan, bahkan perhitungan secara ekonomi untuk skala hutan indistri
telah dilakukan di beberapa negara seperti Canada dan New Zealand.

Dengan melihat laju deforestrasi di negara yang saat ini masih terus berlangsung,
aplikasi bioteknologi akan sangat bermanfaat dalam menciptakan hutan industri yang cukup
berkualitas, dimana kebutuhan akan kayu baik untuk bahan kontruksi maupun untuk bahan
baku kertas dan pulp ataupun sebagai sumber energi tidak lagi tergantung pada hutan-hutan
alami yang ada.

Secara tidak langsung terciptanya hutan sebagai produk bioteknologi juga dapat
menjaga lestarinya keanekaragaman hayati yang ada. Disamping itu, sumber daya hutan akan
mampu secara berkelanjutan menunjang kehidupan manusia dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

2.2.3 Pemanfaatan dan Dampak dari Bioteknologi Bidang Kehutanan


Manfaat hutan kini tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan manusia secara
langsung saja, tetapi juga sebagai tempat tersimpannya sumber plasma nutfah, yakni sebagai
tempat berkumpulnya jenis-jenis alami yang melalui sentuhan teknologi bisa menjadi jenis
yang berguna bagi manusia. Dalam sistem perekonomian bangsa dan bahkan sistem
perekonomian dunia, hutan juga memiliki arti yang sangat penting. Hutan bisa mendatangkan
devisa yang sangat besar bagi negara. Manfaat lain yang tidak kalah penting adalah bahwa
hutan merupakan wahana dalam melestarikan ekosistem, baik dalam pengertian regional
maupun global.

Dari segi kepentingan komersial, hutan merupakan sumber kayu untuk konstruksi
atau bahan bangunan, sumber bahan mentah untuk produksi kertas dan pulp, serta sebagai
sumber energi. Secara teoritis pemenuhan kepentingan akan kayu yang bersumber dari hutan
diharapkan tidak mengurangi luasnya hutan yang ada, serta tidak merusak dan mengurangi
jenis-jenis makhluk hidup yang ada di dalamnya, sehingga hutan akan tetap mampu
menyangga kehidupan manusia di masa yang akan datang serta mampu mempertahankan
keseimbangan ekosistem. Konsep pengelolaan hutan seperti ini sesuai dengan apa yang
diinginkan dalam konsep pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, dalam
kenyataannya eksploitasi hutan untuk memenuhi kebutuhan akan kayu telah menyebabkan
berbagai kerusakan hutan hingga hilangnya sebagian luas hutan. Ketidakseimbangan antara
laju penebangan dan penanaman kembali merupakan penyebab utama hilangnya sebagaian
luas hutan. 

Untuk mencegah laju penyusutan luas hutan atau deforestrasi yang semakin besar
diperlukan adanya usaha global untuk memasukan tumbuhan-tumbuhan hutan penghasil kayu
ke dalam era modern pemuliaan tanaman (plant breeding). Optimasi produktivitas hutan
dengan memperhatikan jenis tumbuhan yang menjadi sumber utama penghasil kayu di masa
yang akan datang melalui program-program peningkatan kualitas yang terakselerasi dengan
memadukan teknik-teknik konvensional dan modern merupakan kunci keberhasilan
reforestrasi (penghutanan kembali) dan managemen hutan komersial di masa yang akan
datang. (http://fdib.tripod.com/makalah/adi.html)
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Dengan adanya bioteknologi pertanian maka perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan
dengan teknik modifikasi genetik melalui rekayasa genetika untuk memperoleh
varietas unggul, produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan herbisida. Perkembangan
Biologi Molekuler memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan ilmu
pemuliaan ilmu tanaman (plant breeding). Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri
bahwa perbaikan genetis melalui pemuliaan tanaman konvensional telah memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia.

 Dengan adanya Aplikasi bioteknologi dalam pengelolaan hutan sangat berperan


penting dalam meningkatkan produktivitas dan kovervasi sumber daya hutan.
Biotekonlogi di bidang kehutanan meliputi 3 bagian utama, yaitu penggunaan
metode kultur jaringan, penggunaan penanda molekuler dan rekayasa genetik
untuk memproduksi tanaman transgenik. Penanda molekuler dapat digunakan
untuk mendukung kegiatan pemulian dan konservasi sumber daya genetik.
Dengan menggunakan penanda molekuler, bibit unggul dapat dihasilkan dengan
waktu yang lebih cepat dan lebih tepat. Penerapan teknik penanda molekuler juga
sangat penting dalam konservasi sumber daya genetik. Dengan menggunakan teknik
penanda molekuler dapat mengetahui tingkat keragaman genetik dan sebarannya di
hutan alam maupun tanaman bahkan keanekaragaman satwa.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Jimmy. 2007.Teknik Hidroponik. Penebar Swadaya, Yogyakarta

http://fdib.tripod.com/makalah/adi.html (14/03/2018) 10:00

https://hidroponikalami.blogspot.co.id/2016/10/teknik-hidroponik-sistem-pasang-surut.html
(14/03/2018) 12:45

http://www.atobasahona.com/2016/08/peranan-bioteknologi-ekonomi-kehutanan.html

http://www.rain.org/global-garden/hydroponics-history.html (14/03/2018) 12:53


http://www.urbanhidroponik.com/2016/04/sejarah-ringkas-hidroponik-indonesia-dan-
dunia.html(14/03/2018) 10:30

Sunarlim, Novianti dan Sytrisno.2003.Perkembangan Penelitian Bioteknologi Pertanian Di


Indonesia.buletin AgroBio 6 (1):-7, Balai Penelitian Dan Sumber Daya Genetik Pertanian
Bogor

Yuwono, Triwibowo. 2006. Bioteknologi Pertanian. Penerbit: Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai