B. Kelompok 4citra Tubuh
B. Kelompok 4citra Tubuh
Mata Kuliah :
KEPERAWATAN JIWA
Dosen pembimbing
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Konsep Diri
(Gangguan Citra Diri)” telah disahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas
bantuan dari pihak lain yang menyumbang baik materi maupun pikiran.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Teori Caring Menurut Kristen M.
Swanson dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................... 2
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Klien dirawat di rumah sakit umum dengan masalah fisik juga mengalami masalah
psikososial seperti, berdiarn diri, tidak ingin bertemu dengan orang lain, rnerasa kecewa/ putus
asa, malu dan tidak berguna disertai keragu-raguan dan percaya diry yang kurang, Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan klien (laboratorium, CT.-scan) dan tindakan (suntik, infus, observasi
rutin) sering membuat klien merasa sebagai obyrk. Keluarga juga sering merasakan
kekhawatiran dan ketidakpastian keadaan klien ditarnbah dengan kurangnya waktu petugas
kesehatan (perawat dan dokter) untuk membicarakan, keadaan klien. Terutama pada ruangan
gawat darurat, tim kesehatan fokus pada penyelamatan klien. dengan segera. Klien dan keluarga
sering tidak diajak berkomunikasi, kurang diberi informasi yang dapat mengakibatkan perasaan
sedih, ansietas, takut, marah, frustrasi, tidak berdaya karena informasi yang tildak jelas disertai
ketidakpastian (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)
Mereka tidak mengetahui proses yang terjadi, sewaktu-waktu mereka dipanggil untuk
mernbeli obat atau alat. Mereka tidak berani bertanya, atau jika bertanya akan mendapat jawaban
yang tidak mernuaskan. Oleh karena itu, asuhan keperawatan konsep diri diperlukan. Konsep diri
dapat didefinisikan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan
Sudden, 1998). Dengan melakukan asuhan keperawatan pada konsep diri klien yang
diintegrasikan secara komprehensif pada program asuhan klien diharapkan klien dan keluarga
sesegera mungkin dapat berperan serta sehingga “self-care” (periwatan diri) dan “familv
support” (dukungan keluarga dapat terwujud) (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)
Keadaan klien dan keluarga ini dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas asuhan
pelayanan keperawatan. Salah satu aspek yang dapat dilakukan adalah asuhan keperawatan
psikososial khususnya perawatan konsep diri klien dengan memberdayakan keluarga dan sistern,
pendukung klien. Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa juga perlu dikaii konsep
dirinva. Respons individu dapat berfluktuasi dari adaptif ke maladaptif. Respons maladaptive
sering ditemukan pada klien gangguan jiwa. Dan, perlu diketahui bahwa Konsep diri mempunyai
1
beberapa komponen seperti citra diri (tubuh), ideal diri, peran diri, identitas diri, dan harga diri.
Yang akan dibahas dimateri ini adalah Citra diri yang merupakan salah satu komponen dalam
konsep diri (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk
bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya. Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang
dipersepsi oleh individu dengan bentuktubuh yang menurutnya ideal akan memunculkan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya (Amalia, 2007). Citra tubuh mulai terbentuk jauh sebelum
seorang anak mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun ide-idenya lewat kata-kata.
Melalui kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi dirinya sebagai seseorang yang dapat
menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya dengan menggunakan tangannya sebagai alat (Amalia,
2007).Tingkat Body image individu digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas
terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan serta menambahkan
tingkat penerimaan citra raga sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri
dari empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan oranglain, peranan individu dan
identifikasi terhadap orang lain (Thompson, 2000).
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah konsep diri (Gangguan Citra
Tubuh)
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari konsep diri dan Citra diri?
2. Untuk mengetahui rentang respon konsep diri ?
3. Untuk mengetahui etiologi (penyebab) gangguan citra diri ?
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan citra diri ?
5. Untuk mengetahui pathway konsep diri dan citra tubuh ?
6. Untuk mengetahui konsep askep konsep diri (gangguan citra tubuh) ?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada konsep diri (gangguan citra tubuh) ?
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap. Bayi mampu
mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap
individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Memahami
konsep diri penting bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya
penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat tertentu
tentang dirinya (Ah. Yusuf, 2015).
Definisi lain Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui. oleh individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991;372). Konsep diri termasuk persepsi individu akan sifat
dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan dan keinginannya.
Adapula definisi Menurut Beck, William dan Rawlin yang dikutip oleh Kelliat, 1992;2
bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh; fisikal, emosi,
intelektual,social dan spiritual.
Definisi Gambaran diri (Citra diri) adalah sikap seorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1995). Sejak lahir
individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai
memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat,1994).
4
Gambaran diri menurut Stuart and Sundeen, 1995 adalah sikap seseorang terhadap
tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen,
1995)
Body image menurut Hoyt (Naimah, 2008) diartikan sebagai sikap seseorang terhadap
tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika berdasarkan evaluasi individual dan
pengalaman efektif terhadap atribut fisiknya
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh.
perubahan ukuran, bentuk, struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan
tubuh. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan
lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat,1994).
Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang
negatif terhadap tubuhnya secara fisik. Persepsi tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana
kita memersepsikan diri kita secara fisik. Klien dengan gangguan citra tubuh memersepsikan saat
ini dia mengalami sesuatu kekurangan dalam menjaga integritas tubuhnya dimana dia merasa ada
yang kurang dalam hal integritas tubuhnya sehingga ketika berhubungan denganlingkungan
sosial merasa ada yang kurang dalam struktur tubuhnya. Persepsi yang negatif akan struktur
tubuhnya ini menjadikan dia malu berhubungan dengan orang lain. Klien tidak menerima
gambaran diri yang sebenarnya terutama terjadi saat ini (muhith, 2015).
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
5
a. Aktualisasi diri, kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk
persepsi masalalu akan diri dan perannya.
b. Konsep diri positif, menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi
masalah.
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah dimana
individu tidak mampu memecahkan masalah. Respon maladaptif gangguan konsep
diri adalah:
a. Harga diri rendah, transisi antara respon konsep diri positif dan maladaptif
b. Kekacauan identitas, identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016)
6
4. Preokupasi dengan bagian tubuh atau bagian yang berubah struktur dan fungsi tubuh
yang hilang
5. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
6. Mengungkapkan keputusasaan
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak (muhith, 2015).
2.1.3 Etiologi
Adapun etiologi Konsep diri (Citra diri) : Gangguan citra tubuh, yaitu :
1. Perubahan struktur atau bentuk tubuh (misalnya amputasi, trauma, luka bakar, obesitas,
jerawat)
2. Perubahan fungsi tubuh (misalnya proses penyakit, kehamilan, kelumpuhan)
3. Perubahan fungsi kognitif
4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan atau sistem nilai
5. Transisi perkembangan
6. Gangguan psikososial
7. Efek tindakan atau pengobatan (misalnya pembedahan, kemoterapi, terapi radiasi)
(SDKI, 2016).
7
4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
Data Objektif :
1. Menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan
2. Menghindari melihat dan atau menyentuh bagian tubuh
3. Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
4. Respon non verbal pada perubahan dan persepsi tubuh
5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu
6. Hubungan sosial berubah (SDKI, 2016).
2.1.5 Pathway
8
2.2 KONSEP ASKEP
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian klien dengan gangguan citra tubuh dapat dilakukan melalui observasi dan
wawancara oleh perawat. Hasil observasi pada klien sering ditemukan adanya perubahan
terhadap anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi, hilangnya bagian tubuh, menolak
melihat bagian tubuh atau aktivitas sosial yang menurun. Hasil wawancara oleh perawat
ditemukan adanya penolakan terhadap perubahan anggota tubuh saat ini seperti tidak puas
dengan kondisi kesehatannya, mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak
berfungsi, mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan,
menolak untuk berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
terhadap bagian tubuh yang terganggu, sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang
terjadi, Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang (Carson, 2000). Tanggapan individu
terhadap gangguan citra tubuh dapat dipengaruhi oleh banyak variabel. Perubahan
penampilan fisik, fungsi dan integritas tubuh, pengalaman tentang penyakit dan perawatan
medis masing - masing memiliki kapasitas untuk mengubah penampilan dan integritas tubuh.
Perubahan tersebut juga mempengaruhi bagaimana orang lain memperlakukan klien.
Pada data objektif saat pengkajian dengan klien gangguan citra tubuh, yang dapat
ditemukan pada klien dengan gangguan citra tubuh adalah Hilangnya bagian tubuh,
perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi, menyembunyikan atau memamerkan
bagian tubuh yang terganggu, menolak melihat bagian tubuh, menolak menyentuh bagian
tubuh, aktivitas sosial menurun.
Sedangkan data subjektif dapat ditemukan pada klien gangguan citra tubuh adalah
menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi,
mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi, menolak berinteraksi
dengan orang lain, mengungkapkan keinginan yang terkalu tinggi terhadap bagian tubuh
yang terganggu, sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi, merasa asing
terhadap bagian tubuh yang hilang (zaini, 2019).
9
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah:
a. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang: nama mahasiswa, nama
panggilan, nama klien, nama panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik
yang akan dibicarakan. Tanyakan dan catat usia klien dan No. RM, tanggal pengkajian
dan sumber data yang didapat.
b. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang atau dirawat di rumah sakit,
apakah sudah tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah ini. Pengkajian klien dengan gangguan citra tubuh dapat dilakukan
melalui observasi dan wawancara oleh perawat.
1. Hasil observasi pada klien gangguan citra diri sering ditemukan adanya perubahan
terhadap anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi, hilangnya bagian tubuh,
menolak melihat bagan tubuh atau aktivitas sosial yang menurun
2. Hasil wawancara oleh perawat ditemukan adanya penolakan terhadap perubahan
anggota tubuh saat ini seperti tidak puas dengan kondisi kesehatannya, mengatakan
hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi, mengungkapkan
perasaan tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan, menolak untuk
berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
terhadap bagian tubuh yang terganggu, sering mengulang-ulang mengatakan
kehilangan yang terjadi, Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang (Carson,
2000).
c. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa, bagaimana hasil pengobatan
sebelumnya, apakah pernah atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, terjadi trauma yang tiba-tiba harus
dioperasi, kecelakaan, penyakit yang diderita dan tindakan kriminal.
Faktor predisposisi gangguan citra tubuh adalah:
Predisposisi Biologis
10
Adanya riwayat anggota keluarga menderita penyakit genetik (cacat tubuh) atau
klien mengalami Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
Predisposisi Psikologis
Adanya pembatasan kontak sosial akibat perbedaan budaya, malu untuk
bersosialisasi maupun akibat proses pengobatan yang lama
Usia: Pada usia tersebut individu tidak dapat mencapai tugas perkembangan yang
seharusnya sehingga mudah mengalami kecemasan. Teori yang diungkapkan oleh
Erikson (1963) mengemukakan jika tugas perkembangan sebelumnya tidak terpenuhi
dapat menjadi predisposisi terhadap gangguan ansietas.
Gender/jenis kelamin: pelaksanaan peran individu sesuai dengan jenis kelamin yang
tidak optimal akan mempermudah munculnya kecemasan
- Faktor precipitasi
Stressor biologis
Adanya kehilangan bagian dan fungsi tubuh, adanya penyakit akut yang mempengaruhi
fungsi tubuh, adanya efek samping pengobatan kemoterapi dan radiasi, Status gizi,
misalnya obesitas atau terlalu kurus, perubahan hormonal reproduksi (pubertas, dan
menopause) (Kumar et al., 2013).
Stressor psikologis
11
kepribadian: mudah cemas dan introvet atau menutup diri
Moral: tidak menerima reward dari masyarakat, penilaian diri yang rendah (self
defrifation) dan takut tentang definisi diri sendiri)
Adanya krisis maturasi atau individu tidak mampu mencapai tugas perkembangan yang
seharusnya, pembatasan yang dilakukan oleh rumah sakit akibat hospitalisasi, atau
pembatasan diri sendiri
Status sosial : aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat (pengurus), atau aktif dalam
lingkungan kerjanya
Peran sosial: tidak dapat menjalankan peran sosialnya lagi akibat perubahan fisik yang
sebelumnya dapat mengalami pengalaman kurang baik akibat dilakukan (zaini, 2019).
d. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan pada klien
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien. Memeriksa apakah ada kekurangan
pada kondisi fisiknya. Pada klien dengan gangguan citra tubuh terjadi peningkatan
tekanan darah, peningkatan frekuensi nadi atau yang berhubungan dengan penyakit.
e. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan, dan pola asuh. Penelusuran genetik yang
menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan
hingga saat ini.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai, reaksi
klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan bagian yang disukai. Pada
klien dengan gangguan citra tubuh klien cenderung mengalami penolakan
terhadap perubahan pada tubuhnya, mengungkapkan perasaan negatif tentang
12
perubahan tubuh, menolak berinteraksi dengan orang lain sehingga interaksi
sosialnya pun berkurang.
b. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien terhadap status
dan posisinya, kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan, keunikan yang
dimiliki sesuai dengan jenis kelaminnya dan posisinya. Klien dengan gangguan
citra tubuh lebih banyak murung, kurang percaya diri, dan tidak dapat
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.
c. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang
terjadi saat klien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan klien akibat perubahan
tersebut. Pada klien gangguan citra tubuh tidak mampu melakukan perannya
secara maksimal hal ini ditandai dengan adanya perubahan persepsi tentang
penampilan, struktur, dan fungsi tubuh secara fisik. Serta tidak bias
menjalankan peran seperti orang lain pada umunya karena merasa kurang
percaya diri dengan keadaannya.
d. Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas, peran dalam
keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien terhadap lingkungan, harapan
klien terhadap penyakitnya, bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan
harapannya. Pada klien gangguan citra tubuh klien cenderung kurang percaya
diri, selalu merendahkan martabat, dan penolakan terhadap kemampuan dirinya
e. Harga diri
Yaitu penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa
seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya. Pada klien
dengan gangguan citra tubuh klien akan merasa malu terhadap dirinya,
merendahkan martabat, pandangan hidup pesimis, penolakan terhadap
kemampuan diri, percaya diri kurang.
3. Hubungan sosial
13
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan upaya yang biasa
dilakukan bila ada masalah, tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat, keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam berinteraksi dengan
orang lain. Pada klien dengan gangguan citra tubuh interaksi engan orang lain
berubah karena malu dengan keadaannya, klien cenderung menarik diri dari
lingkungan sekitarnya, klien menghindari orang lain, hubungan sosial berubah.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan, kepuasan dalam
menjalankan keyakinan. Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih banyak
murung dan menyendiri sehingga cenderung tidak melaksanakan fungsi
spiritualnya. (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
f. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki apakah ada
yang tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak seperti
biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian, dampak ketidakmampuan
berpenampilan baik/berpakaian terhadap status psikologis klien.
2. Pembicaraan
Klien dengan gangguan citra tubuh bicaranya cenderung murung, sering
terhenti/blocking, lambat, menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan,
dan tidak mau mendiskusikan keterbatasan karena cacat/ perubahan pada
tubuh.
3. Aktivitas motorik
Pada klien dengan gangguan citra tubuh lebih sering merasa malu,
menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan, fokus pada penampilan
karena mengkhawatirkan pandangan tentang orang lain akibat perubahan yang
terjadi pada tubuhnya, menghindari melihat dan/atau menyentuh bagian tubuh,
hipomotorik, hipermotorik, TIK, agitasi, grimaseren, tremor atau kompulsif.
4. Afek dan Emosi
14
Klien cenderung terlihat sedih dan terlihat murung, labil (emosi yang cepat
berubah-ubah, tanpa suatu pengendalian yang baik), cemas, gelisah, malu,
ketakutan, keputusasaan, khawatir.
5. Interaksi selama wawancara
Pada klien dengan gangguan citra tubuh klien kontak kurang (hanya fokus pada
pada perubahan tubuh atau penampilan), mudah tersinggung, cenderung tidak
berbicara/ menjawab pertanyaan dengan kalimat yang banyak. (Azizah,
Zainuri, & Akbar, 2016).
6. Proses pikir
a. Arus pikir
Klien dengan gangguan citra tubuh cenderung blocking (pembicaraan
terhenti tiba-tiba tanpa gangguan dari luar kemudian dilanjutkan kembali).
b. Bentuk pikir
Ostistik: bentuk pemikiran yang berupa fantasia atau lamunan untuk
memuaskan keinginan yang tidak dapat dicapai.
c. Isi pikir
1. Preokupasi: isi pikiran yang terpaku pada sebuah ide saja, biasanya
berhubungan dengan atau bernada emosional dan sangat kuat.
2. Alienasi/rasa terasing: pikiran/rasa dirinya sudah menjadi lain,
berbeda, asing dan aneh.
3. Pikiran rendah diri: mengungkapkan perasaan negatif tentang
perubahan tubuhnya, merasa bersalah dan penolakan terhadap
perubahan diri dan kemampuan diri/reaksi orang lain.
4. Pesimis: berpandangan bahwa masa depan dirinya yang suram
tentang banyak hal di dalam kehidupannya. (Azizah, Zainuri, &
Akbar, 2016).
7. Tingkat kesadaran
Klien dengan gangguan citra tubuh tingkat kesadarannya composmentis.
8. Memori
Klien dengan gangguan citra tubuh mampu mengingat memori jangka panjang
ataupun jangka pendek.
15
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien gangguan citra tubuh memiliki penurunan tingkat
konsentrasi karena selalu berpikir negatif tentang dirinya
10. Kemampuan penilaian/pengambilan keputusan
Klien dengan gannguan citra tubuh sulit menentukan tujuan dan mengambil
keputusan karena selalu terbayang tentang ketidakmampuan untuk dirinya
sendiri dan keterbatasan dirinya dalam melakukan sesuatu.
11. Daya tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik dan emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu minta
pertolongan/klien menyangkal keadaan penyakitnya. Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya: menyalahkan orang lain, kejadian atau lingkungan yang
menyebabkan timbulnya penyakit, perubahan bcitra tubuh atau masalah
sekarang (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
.
d. Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL). (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
e. Mekanisme koping
Bagaimana dan jelaskan reaksi klien bila menghadapi suatu permasalahan, apakah
menggunakan cara-cara yang adaptif seperti bicara dengan orang lain, mampu
menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktifitas konstruktif, mengungkapkan
perasaan positif tentang dirinya, dll ataukah menggunakan cara-cara yang maladaptif
seperti menciderai diri, berdiam diri, menghindar, isolasi diri, atau yang lainnya
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
aktifitas olahraga dan aktifitas lain di luar rumah, hobi dan kerajinan tangan, seni yang
ekspresif, kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan atau posisi, hubungan interpersonal,
dsb
Mekanisme koping gangguan citra tubuh :
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
16
2. Pertahanan koping dalam jangka panjang
3. Mekanisme pertahanan ego (muhith, 2015).
2.2.2 Diagnosa
a. Pohon Masalah pada klien gangguan citra tubuh
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah (Effect)
Penyakit fisik, pembedahan, efek pengobatan, proses tumbuh kembang, perubahan hormonal,
perubahan bentuk tubuh, dsb (etiologi) (zaini, 2019).
Untuk mencapai tujuan tersebut, intervensi keperawatan dengan gangguan citra tubuh dilakukan
pada klien dan keluarga.
17
Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat ini, perasaan, dan
harapan terhadap Citra tubuhnya saat ini
Motivasi pasien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara bertahap, bantu pasien
menyentuh bagian tubuh tersebut
Diskusikan aspek positif diri
Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang Terganggu
Ajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuh dengan cara sebagai berikut: gunakan
protese, kosmetik atau alat lain sesegera mungkin dan gunakan pakaian yang baru,
motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan tubuh yang
ideal.
Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara sebagai berikut susun jadwal kegiatan
sehari-hari, motivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan sosial, motivasi pasien untuk mengunjungi teman atau orang lain
yang berarti/mempunyai peran penting baginya, berikan pujian terhadap keberhasilan
pasien dalam melakukan interaksi.
2.2.4 Evaluasi
18
1. Klien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya
2. Klien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuh
3. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif diri
4. Klien dapat mengetahui cara untuk meningkatkan citra tubuh
5. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu (zaini, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, R. F. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Ifdil, A. U. (2015). Konsep Body Image Remaja Putri. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, Hlm.
55-61.
Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia
Pustaka.
SDKI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawataan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis Dan
Komunikasi. Sleman, Yogyakarta: Cv Budi Utama.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nn. A usia 26 tahun, merupakan seorang model. Ia mengalami kerusakan pada wajah
sebelah kanan karena kecelakaan 1 bulan yang lalu. Hasil wawancara dengan ibu klien
didapatkan: klien tidak melakukan pekerjaannya sebagai model karena khawatir pada
penolakan / reaksi orang lain dan malu karena keadaannya sekarang klien juga khawatir tidak
bisa melaksanakan perannya sebagai model dan merasa tidak berdaya. Klien tidak ingin
berinteraksi dengan siapapun kecuali dengan ibunya atau keluarga nya saja. klien hanya murung
di kamar emosi dan menangis setiap melihat wajahnya dikaca. klien sering memecahkan kaca
yang ada dalam kamarnya karena tidak ingin melihat kaca lagi. Ibu klien mengatakan Nn. A
merasa malu dengan keadaannya sekarang, menolak melihat wajahnya, klien juga jarang keluar
rumah. Ibu klien juga mengatakan sehari hanya makan ±7 sendok saja. BB sebelum kecelakaan
55 Setelah kecelakaan 48. Klien selalu berkata ke ibunya, bahwa dia sudah tidak cantik lagi
seperti dulu. Ibu klien selalu menenangkan dan memberi dukungan tapi klien masih belum dapat
menerima perubahan wajah yang klien alami. Saat pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD
130/90 mmhg, Nadi 90X/menit, Suhu 36,5 *C dan RR 22X/menit. Klien tampak gelisah dan
kontak mata buruk.
20
Individu dibantu untuk mengalami kemurnian hubungan. Terapi dilakukan didalam kelompok
dan klien dianjurkan untuk menggali dan menerima diri dan dibantu mengendalikan perilakunya.
c. Peran klien dan terapis
Klien bertanggungjawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman yang
berarti untuk mempelajari tentang dirinya. Terapis membantu klien mengenal nilai diri dan
mengklarifikasi realitas situasi dan mengenalkan pada klien dengan perasaan tulus dan
memperluas kesadaran diri.
b. Proses terapeutik
Klien dibantu untuk mengatasi system social dengan intervensi krisis. Manipulasi
lingkungan dan menunjukkan dukungan social dan dukungan kelompok.
Klien secara aktif menyampaikan masalah dan bekerjasama dengan terapis menyelesaikan
masalah dengan menggunakan sumber yang ada dimasyarakat. Terapis menggali system social
klien dan membantu menggunakan sumber yang tersedia serta menciptakan sumber yang baru
(Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).
21
3.3.2 Faktor Presipitasi
Klien malu akan perubahan yang terjadi pada wajahnya, menolak keadaannya dan enggan
bersosialisasi selain itu Klien tidak bisa melakukan perannya sebagai model. Klien sangat
terpukul dengan keadaannya hingga pada suatu ketika dia memecahkan kaca ketika bercermin
3.3.5 Koping
Saat pengkajian mekanisme koping klien adalah menangis dan menurut Keluarga klien,
klien sering murung bahkan pernah memecahkan kaca dan menghindar
22
3.4 PROSES KEPERAWATAN JIWA
3.4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Keluhan Utama : klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan
karena kecelakaan
Faktor Precipitasi : Klien malu akan perubahan yang terjadi pada wajahnya, menolak
keadaannya dan enggan bersosialisasi selain itu Klien tidak bisa melakukan perannya sebagai
model. Klien sangat terpukul dengan keadaannya hingga pada suatu ketika dia memecahkan kaca
ketika bercermin.
1. Riwayat Penyakit Dahulu : Klien mengatakan ia tidak pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya
23
2. Pengobatan sebelumnya : Klien mengatakan ia tidak pernah menggunakan atau
mengkonsumsi obat obatan sebelumnya
3. Trauma :
Penolakan tahun - - -
Jelaskan No 1,2,3 : Klien tidak pernah mengalami trauma baik itu aniaya fisik, aniaya seksual,
penolakan, kekerasan dalam rumah tangga, tindakan krimial, atau lain-lain.
Klien tidak pernah mengalami riwayat masalalu yang tidak menyenangkan baik
kegagalan, perpisahan, kematian, trauma sepanjang hidup klien
3. Keluhan fisik : klien merasa aneh pada perubahan yang terjadi pada wajahnya
24
4. Pemeriksaan Fisik (Fokus)
Masalah Keperawatan :
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
25
= adik klien
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri : klien tidak mau melihat atau menyentuh wajah sebelah kanannya karena
kerusakan yang terjadi akibat kecelakaan membuatnya terpuruk
b. Identitas diri : pasien adalah seorang model, sejak kejadian ini pasien tidak bisa
menjalankan perannya dan pekerjaannya. Klien sering murung
c. Peran diri : klien adalah seorang model dan semenjak kejadian yang menimpa dirinya klien
tidak lagi melakukan pekerjaannyaa
d. Ideal diri : Klien merasa tidak percaya diri bahkan malu jika bertemu dengan orang lain.
Klien khawatir jika orang lain memandang dirinya aneh karena wajah sebelah kanannya
mengalami kerusakan
e. Harga diri : klien tidak percaya diri dan tidak mau berinteraksi dengan siapapun kecuali
ibunya, ia suka murung di kamar
Masalah Keperawatan :
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : ibu klien adalah orang yang berarti baginnya saat ini
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien tidak mau berinteraksi dengan
orang lain selain ibunya
26
Masalah Keperawatan :
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : klien beragama islam dan yakin kepada Allah SWT
1. Penampilan :
Bagaimana penampilan klien dalam hal berpakaian, mandi, makan, toilet training dan
pemakaian sarana prasarana atau instrumentasi dalam mendukung penampilan, apakah klien :
Jelaskan : cara berpakaian pasien tidak seperti sebelumnya, sekarang klien suka menutupi
wajahnya
2. Pembicaraan :
Jelaskan : Respon pasien cukup lambat dan lirih karna ia malu untuk mengatakannya
27
3. Aktifitas Motorik
Jelaskan : pasien tampak lesu dan suka menunduk karna ia malu untuk memperlihatkan
wajahnnya
Jelaskan : pasien berbicara dengan nada sendu terkadang juga marah lalu tiba tiba
menangis
Jelaskan : klien sedih ketika ia mengingat kejadian yang menimpanya dan klien khawatir
tidak dapat menjalankan peran sebagai model
Masalah keperawatan :
O Risiko tinggi cidera O Risiko diri menciderai diri O Risiko diri menganiaya diri V
Ansietas O Ketakutan O Isolasi sosial Oketidakberdayaan
28
6. Persepsi – Sensori :
7. Proses Pikir:
b. Isi Pikir :
8. Tingkat Kesadaran :
9. Memori :
29
Jelaskan : klien kurang konsentrasi
Jelaskan : pasien bisa menilai sesuatu yang ringan sedangkan menilai dirinnya sendiri
atau menilai yang berat pasien membutuhkan bantuan oranglain
Jelaskan : klien mennyalahkan dirinnya sendiri atas apa yang terjadi pada wajahnya
Makanan V
Keamanan V
Peawatan kesehatan V
Pakaian V
Transportasi V
Tempat tinggal V
Keuangan V
Lain-lain
30
Jelaskan : klien perlu dukungan keluarga dalam melakukan aktifitas sehari-hari, agar bisa
menerima apa yang terjadi pada dirinnya dan bias berinteraksi dengan oranglain
Masalah Keperawatan :
Mandi - -
Kebersihan - V
Makan - V
Ganti pakaian - -
Jelaskan : pasien membutukan bantuan makan, minum dan dalam kebersihan, karna
pasien perlu dorongan dari orang terdekat dengan semua tindakan itu
b. Nutrisi :
* Apakah anda puas dengan pola makan anda? O Puas V Tidak puas
Bila tidak puas, jelaskan : karna klien tidak nafsu untuk makan
31
* Nafsu makan : O Meningkat V Menurun O Berlebihan O Sedikit – sedikit
Jelaskan : pasien mengatakan tidak nafsu makan dan berat badan pasien menurun
Masalah keperawatan :
c. Tidur :
* Apakah ada masalah tidur? O Tidak ada V Ada, jelaskan psien sulit untuk mengawali
tidur
* Apakah merasa segar setelah bangun tidur? O Segar V Tidak segar, jelaskan. Karena
masih memikirkan wajahnya yang tidak seperti dulu lagi
* Tidur malam jam : 23:00 bangun jam : 04:00 rata – rata tidur malam : 5 jam
* Apakah ada gangguan tidur? V Sulit untuk tidur O Bangun terlalu pagi
32
Jelaskan pasien merasa sukit untuk tidur karna dia masih kepikiran dengan apa yang
terjadi dengannya
33
- Tehnik relaksasi - Bekerja berlebihan
Masalah keperawatan :
Masalah Keperawatan :
34
Operubahan pada eliminasi urin ( inkontinensia total ) Operubahan kinerja peran
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang tentang
suatu hal?
35
3.4.2 Analisa Data
NO DATA MASALAH
36
3. Subyektif :
N: 90 kali/menit,
S: 36,5oC,
RR: 22 kali/menit.
Diagnosa Keperawatan
37
Gangguan konsep diri : Gangguan Konsep diri : Gangguan citra tubuh
38
perubahan keluarga untuk 4. Agar klien
struktur, dapat menerima
merawat klien
bentuk atau realita
fungsi tubuh. dengan gangguan
kehidupannya
citra tubuh. secara perlahan.
5. Klien dapat
menyusun
cara-cara 5. Agar klien
menyelasaikan tidak cemas saat
masalah memulai
y a n g dihadapi sosialisasi
dengan orang
sekitar
Nomor RM : .................................
39
No Diagnosa Tindakan keperawatan Evaluasi TTD
keperawatan
4. Meningkatkan kegiata
klien sesuai toleransi
kondisi klien.
5. Berikan pendidikan
kesehatan pada
keluarga untuk
merawat klien dengan
gangguan citra tubuh
40
kesehatan pada tubuh
keluarga untuk
merawat klien
dengan gangguan
citra tubuh
Senin 5 Gangguan 1. Beri kesempatan S : klien mengatakan
april konsep diri : pada klien untuk masih malu ada luka pada
2020 gangguan citra mengungkapkan wajah bagian kanannya
perasaannya.
07.00 tubuh
2. Beri pujian atas O : klien masih tampak
aspek positif dan cemas dan murung
kemampuan yang
masih dimiliki A : masalah belum
klien teratasi
3. Meningkatkan
kegiatan klien P : intervensi nomor 1
sesuai toleransi sampai dengan 4 pada
kondisi klien.
klien dengan gangguan
4. Berikan pendidikan
kesehatan pada citra tubuh di lanjutkan
keluarga untuk
merawat klien
dengan gangguan
citra tubuh
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) BERDASARKAN PERTEMUAN
1. SP 1
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Tanyakan pada klien tentang :
- Persepsi citra tubuhnya saat ini
- Aspek positif yang ada pada klien
c. Beri kesempatan pada Klien untuk mengungkapkan perasaannya
41
2. SP 2
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Evaluasi kemampuan klien
c. Meningkatkan kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien
d. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
3. SP 3
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Evaluasi kemampuan klien
c. Memberi reinforcement positif
d. Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan hariannya
4. SP 4
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan untuk mengurangi rasa sedih dan gelisah yang dihadapi klien.
c. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat.
d. Beri motivasi klien untuk dapat berbaur dengan lingkungan sosial
e. Memberi reinforcement positif
5. SP 5
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
42
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Mengevaluasi kegiatan yang diagendakan
c. Memberi reinforcement positif
6. SP 6
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Mengevaluasi kegiatan yang diagendakan
c. Memberi reinforcement positif
7. SP 7
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Evaluasi kegiatan harian pasien
c. Motivasi klien agar tetap semangat untuk menerima keadaannya
d. Memberi reinforcement positif
A. SP 1 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
2. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
gangguan citra tubuh
3. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi gangguan citra
tubuh
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk merawat klien dengan
gangguan citra tubuh Pengertian gangguan citra tubuh
- Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
43
- Penyebab gangguan citra tubuh
- Latih keluarga cara merawat klien dengan gangguan citra tubuh
B. SP 2 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
5. Mengucapkan salam terapeutik
6. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
2. Evaluasi kemampuan keluarga
3. Melatih keluarga merawat langsung klien
4. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien
C. SP 3 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
7. Mengucapkan salam terapeutik
8. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
2. Evaluasi kemampuan keluarga
3. Evaluasi kemampuan klien
4. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
kecelakaan
44
b. Klien mengatakan bahwa dia sudah tidak cantik lagi
c. Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang orang karena malu
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
e. Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
9. Mengucapkan salam terapeutik
10. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Tanyakan pada klien tentang :
11. Persepsi citra tubuhnya saat ini
12. Aspek positif yang ada pada klien
c. Beri kesempatan pada Klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum mbak, perkenalkan nama saya Siska panggil saja Mbak Siska saya
perawat yang sedang bertugas di rumah sakit ini, nama mbak siapa? mbak suka
dipanggil apa?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagimana perasaan mbak hari ini? Bagaimana tidur mbak semalam? O, jadi
semalam mbak sedih?”
3. Kontrak
45
“Baiklah mbak bagaimana tentang perasaan yang ibu rasakan? Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang selama 35 menit? Kita berbicang-bincang dimana? Baiklah kita
akan berbincang-bincang diruangan ini”
Kerja:
“Tadi mbak katakan, mbak merasa sedih dan gelisah, tidak bisa tidur, coba ceritakan
lebih lanjut tentang perasaan mbak? Apa yang sedang mbak pikirkan? Apa yang mbak
lakukan terkait dengan perasaan tersebut? Apa yang terjadi sehingga mbak merasa sedih
dan gelisah?”
“Oh, jadi mbak mengalami kecelakaan yang menyebabkan wajah sebelah kanan mbak
rusak? O, jadi mbak sudah tidak percaya diri lagi dengan keadaan mbak yang sekarang?
Bagaimana persepsi pada mbak tentang keadaan mbak saat ini? Oh mbak merasa tidak
cantik lagi? Apakah sebelumnya mbak pernah mengalami kondisi selain ini?”
“Jadi mbak sebelumnya sering merasa sedih dan gelisah seperti ini karena keadaan
mbak?“Selama ini, bila mbak punya masalah yang mengganggu, apa yang mbak
lakukan?” “Jadi kalau mbak punya masalah, mbak akan memikirkan terus masalah itu
sehingga mbak merasa sedih dan gelisah?”
“ Kalau mbak mempunyai masalah dengan siapa mbak bercerita? Oh dengan orang tua
mbak terutama ibu nya? Bagaimana cara ceritanya mbak sehingga bisa menceritakan
semua yang terjadi pada ibu?” “bisa dipraktikkan bagaimana cara mbak bercerita? Nah
sekarang coba praktikkan. Wah bagus sekali, mbak sudah mampu melakukannya,
bagaimana perasaan mbak setelah bercerita pada orangtua mbak? Oh sedikit plong ya?”
“Wah.. mbak sangat hebat bisa menyelesaikan masalahnya yang cukup berat, saya sangat
yakin mbak sekarang juga bisa menyelesaikan keadaan yang mbak alami sekarang”
Kegiatan apa saja yang sering mbak lakukan dirumah sebelum berada disini? Oh kegiatan
yang mbak lakukan dirumah memasak, membersihkan rumah? wah, bagus itu mbak”.
“Terus kegiatan apalagi yang mbak lakukan ? Kalau tidak salah mbak juga suka
46
mendesain ya? Wah bagus sekali sangat menarik ya kegiatan yang mbak suka. Lalu apa
lagi kegiatan yang mbak lakukan?.. oh besok saja ya
Terminasi
a. Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang? mbak merasa rileks? Oh
jadi mbak juga senang karena bias mengutarakan perasaan mbak?”
b. Obyektif
“Coba sebutkan apa yang membuat mbak sedih dan gelisah, lalu apa yang mbak
rasakan dan apa yang mbak lakukan untuk meringankan sedih dan gelisah mbak? Nah
Betul mbak bercerita pada orang tua?,
c. Rencana tindak lanjut (RTL)
“Baiklah mbak, jangan lupa apabila mbak merasa sedih dan gelisah mbak cerita pada
orang terdekat mbak seperti orang tua mbak dan nanti mbak ingat-ingat ya
kemampuan mbak yang lain dan belum sempat mbak ceritakan kepada saya,“besok
bisa kita bicara lagi”
d. Kontrak yang akan datang
13. Topik
“Bagaimana kalau besok kita bicarakan kembali kegiatan /kemampuan yang dapat
mbak lakukan di rumah dan selama di RS”
14. Tempat
“Tempatnya mau dimana mbak? ”
15. Waktu
“Berapa lama kita akan bercakap – cakap?”. “Bagaimana kalau 30 menit”
“Setuju!” “Sampai bertemu lagi besok ya, mbak”
47
Ruangan : Anggrek
Nama Klien : Nn. A
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
kecelakaan
b. Klien mengatakan bahwa dia sudah tidak cantik lagi
c. Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang orang karena malu
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
e. Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
6. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
A. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
48
“Assalamualaikum mbak, selamat pagi! Masih ingat dengan saya mbak?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini? Apakah mbak sudah bercerita lebih dalam
tentang keadaan yang mbak rasakan pada orangtua mbak? Bagaimana perasaan
mbak? Apakah mbak sudah merasa lebih baik?
3. Kontrak
“Baiklah mbak sesuai janji saya kemarin saya akan menanyakan kegiatan lain yang
belum sempat disebutkan”
Kerja:
“Baik, tadi mbak mengatakan sudah sedikit relaks setelah mengikuti saran saya yang
bercerita pada keluarga mbak apabila mbak merasa sedih dan gelisah. Nah sekarang saya
ingin bertanya. Sekarang apakah perasaan sedih masih sering muncul? Oh iya mbak, Dan
apakah mbak memiliki kegiatan lain yang mbak lakukan di RS? Oh setelah bangun tidur
mbak sholat dan menonton TV, lalu untuk kegiatan yang sangat mbak sukai?, Oh jadi
mbak sangat suka mendesain baju dan make up?. Wah mbak sudah memiliki karya saat
dulu mendesain baju? Oh yang mbak desain kerudung? Wah boleh saya lihat hasil
gambaran dan karyanya mbak? Oh di handphone mbak? Boleh ditunjukkan mbak? Wah,
bagus sekali hasil gambaran dan karya mbak, apakah saat disini mbak masih sering
mendesain? Wah masih dilakukan ya? Oh tidak selesai semuanya? Tidak apa-apa mbak,
mbak bisa melanjutkan desainan mbak yang siapa tahu bisa mengalihkan rasa sedih mbak
sehingga mbak tidak terlalu merasa tertekan. Baiklah sekarang mbak kan sudah tau
kegiatan apa yang mbak sukai dan bisa lakukan siapa tahu dapat mengalihkan rasa sedih
mbak. Disini saya sudah menyiapkan kertas dan alat tulis untuk mbak. Jadi saya rasa
disaat mbak sedih bisa menggambar desain disini agar rasa sedih mbak bisa bekurang.
Coba silahkan mbak mulai mendesain disini. Wah mbak sangat hebat gambaran mbak
bagus sekali” oh tidak apa-apa mbak walaupun belum diberi warna tapi sudah bagus”
Terminasi
e. Subyektif
49
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang dan kegiatan yang mbak
sukai tadi? Ya betul...mbak terlihat lebih santai ”
f. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak sebutkan kegiatan apa yang mbak sukai tadi? lalu apa yang mbak rasakan
setelah melakukan kegiatan tersebut?, coba tunjukkan kepada saya kegiatan tersebut”
g. Rencana tindal lanjut (RTL)
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan dan tuliskan dalam jadwal kegiatan
harian mbak”
h. Kontrak yang akan datang:
1) Topik:
“Nah, mbak tadi kan kita sudah melakukan kegiatan yang mbak sukai. Apakah
apakah ada kegiatan lain yang mbak suka selain kegiatan tersebut?. Baiklah besok
kita akan berdiskusi lagi, bagaimana menurut mbak?” “baiklah kalau mbak setuju”
2) Tempat
“mbak ingin bercakap – cakap dimana besok?”, “...oooo di ruangan sini saja,
baiklah.”
3) Waktu
“Bagaimana kalau kita bercakap – cakap 25 menit?”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
kecelakaan
b. Klien mengatakan bahwa dia sudah tidak cantik lagi
50
c. Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang orang karena malu
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Perasaan sedih, murung dan gelisah klien dapat berkurang
e. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
f. Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
g. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan sesuai kemampuan di
rumah sakit
4. Tindakan keperawatan
e. Bina hubungan saling percaya dengan klien
6. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
51
kegiatan yang mbak sukai sudah dipraktekkan dalam jadwal harian mbak? bagus
sekali mbak”
3. Kontrak
“baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan
yang mbak rasakan sekarang?
Kerja:
“Tadi mbak katakan, mbak merasa sedih dan gelisah lagi? Coba mbak katakan mengapa
mbak merasa sedih lagi? Oh.. jadi mbak masih memikirkan tentang keadaan mbak dan
membuat mbak merasa sedih dan gelisah kembali? Dan mbak masih tidak percaya diri
dengan keadaan yang mbak alami? Lalu apakah kegiatan yang kemarin masih mbak
lakukan? Seperti mbak menonton TV dan melakukan kegiatan yang mbak suka seperti
mendesain gambar? Baik sudah dilakukan. Nah sekarang saya ingin menyarankan pada
mbak bagaimana cara nya supaya mbak dapat percaya diri lagi”. “mbak kan kemarin
bilang bahwa punya karya dari hasil desain berupa kerudung? Apa dibawa hasil desainan
kerudungnya ke sini? Oh dibawa ya mbak? Karena ingin menunjukkan pada saya? Wah
terima kasih mbak saya sangat menghargai itu”. “ baik mbak jika dibawa saya ingin
membantu mbak untuk percaya diri dengan mengenakan kerudung hasil desainan mbak
ini. Apakah mbak bersedia?” baik mari kita lakukan”. “ wah bagus sekali mbak cocok
dan cantik sekali, nah coba mbak lihat di kaca” “tenang mbak tidak perlu takut, saya
bimbing ya mbak” “nah, bisa dilihat mbak terlihat cantik bukan? mbak bisa memakai
kerudung ini kapanpun mbak mau untuk mengurangi rasa tidak percaya diri itu”
Terminasi
a. Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang tentang masalah yang mbak
rasakan dan memberi saran mbak untuk tetap percaya diri dengan memakai kerudung
hasil desainan mbak?”
b. Obyektif
“Coba ibu praktikkan kembali apa yang telah kita lakukan tadi. Bagus, ternyata mbak
masih ingat apa yang telah kita lakukan tadi”
52
c. Rencana tindal lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang sudah kita lakukan hari ini ke mbak dapat mbak praktekkan
supaya mbak dapat meningkatkan rasa percaya diri mbak”
d. Kontrak yang akan datang
1)Topik:
“mbak sudah tidak terasa sudah 25 menit kita berbincang-bincang. Kegiatan yang kita
lakukan pada hari ini semoga bisa mengurangi rasa sedih dan gelisah mbak serta dapat
meningkatkan rasa percaya diri pada mbak, kita bertemu besok lagi ya mbak untuk
berbincang-bincang tentang yang sudah kita lakukan kepada mbak”
2) Tempat
“kita berbincang-bincang dimana mbak? “oh di ruangan mbak saja ya?” baiklah
mbak”,
3)Waktu
“Kita mau bercakap –cakap berapa lama, bagaimana kalau 30 menit?”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
53
kecelakaan
b. Klien mengatakan bahwa dia sudah tidak cantik lagi
c. Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang orang karena malu
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
e. Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
f. Motivasi klien untuk berbaur dengan lingkungan sosialnya supaya tidak
mengurung diri terus-menerus
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
16. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang terlah dibuat.
A. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mbak?”
2. Evaluasi dan validasi
54
“Bagimana perasaan mbak hari ini? Bagaimana tidur mbak semalam? Apakah mbak
masih merasa sedih dan gelisah? Apakah mbak masih merasa tidak percaya diri
dengan keadaan mbak?”
3. Kontrak
“Baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang jadwal
kegiatan yang kemarin kita buat? Dan membicarakan kembali tentang
ketidakpercayaan mbak? “baiklah kalau mbak bersedia” Baiklah kita berbincang-
bincang disini saja selama 30 menit.
Kerja:
“Baiklah bagaimana perasaan mbak sekarang? Apakah mbak masih sedih dan gelisah?
Dan apakah mbak masih tidak percaya diri dengan keadaan mbak?”. Apakah mbak masih
melakukan kegiatan harian seperti yang sebelum-sebelumnya kita lakukan? Baiklah mbak
kalau sudah. Disini saya ingin meningkatkan rasa percaya diri mbak supaya rasa sedih
mbak sudah sedikit berkurang” baiklah mbak, disini saya ingin meningkatkan rasa
percaya diri mbak dengan cara mari kita jalan-jalan dan keluar ruangan supaya mbak
tidak murung dan mengurung diri” tidak apa-apa mbak tidak perlu mengkhawatirkan
respon orang lain mengenai keadaan mbak sekarang”. “Dengan bersosialisasi diluar
ruangan mbak mendapatkan aspek positif juga” apabila mbak malu, mbak bisa
mengenakan kerudung yang kemarin kita lakukan mbak”. mbak bersedia?” “ mari ibu
berkerudung terlebih dahulu dan kita jalan-jalan atau duduk-duduk diluar”. (perawat
mengajak keluar jalan-jalan dan duduk ditaman)”. “Wah bagus sekali mbak sudah bisa
keluar ruangan”
Terminasi
a. Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang mengenai jadwal harian?
Dan bagaimana perasaan mbak setelah kita keluar ruangan dan jalan-jalan tadi?”
“tidak apa-apa mbak jika masih kurang percaya diri itu wajar, mbak bisa melakukan
kegiatan ini ya mbak agar rasa percaya diri mbak tumbuh”
b. Obyektif
55
“Coba sebutkan kembali kegiatan apa yang kita lakukan?” “iya betul sangat bagus
sekali mbak”
c. Rencana tindal lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang sudah kita lakukan dapat mbak praktekkan salah satunya atau
bahakan semuanya saat mbak merasa sedih, gelisah, dan kurang percaya diri”
d. Kontrak yang akan datang
1)Topik:
“mbak sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang, apakah ada yang
ingin mbak tanyakan?, baiklah jangan lupa besok kita berbicang-bincang lagi ya
mbak?”
2)Tempat
“Sebaiknya kita berbincang-bincang di mana mbak?”, “mbak mau di luar ruangan?”
“baiklah Alhamdulillah, jika mbak mau”
3)Waktu
“Mau berapa lama mbak?”, “15 menit? boleh sampai ketemu lagi mbak”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
56
kecelakaan
b. Klien mengatakan bahwa dia sudah tidak cantik lagi
c. Klien tidak mau bersosialisasi dengan orang orang karena malu
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
5. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mbak?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagimanaa perasaan mbak hari ini? Apakah masih sedih dan gelisah? Alhamdulillah
jika sedih dan gelisahnya sudah mulai berkurang
3. Kontrak
57
“baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang kegiatan
apa saja yang kemarin mbak lakukan? mbak maunya dimana? Baiklah kita
berbincang-bincang disini saja selama 15 menit.
Kerja:
“baik, kata mbak tidur kemarin sudah mulai enak? Apa yang mbak lakukan? Oh jadi
mbak berusaha untuk tidak memikirkan masalah mbak dengan cara bercerita pada orang
tua mbak? Oh mbak tidak bisa kalau ditinggal sendirian karena tidak ada yang mengajak
berbicara?” “baik nanti saya bantu bicara pada keluarga mbak untuk menemani mbak
ya?” “lalu, mbak kemarin melakukan kegiatan apa saja? Apakah kegiatan itu sangat
membantu mbak untuk tidak memikirkan masalah mbak? Oh jadi mbk kemarin
mengahabiskan waktu dengan mendesain kerudung lagi? Boleh saya lihat hasil desainan
mbak? Wah sangat indah sekali mbak, sangat bagus sekali dan pasti jika direalisasikan
akan sangat bagus untuk dikenakan oleh mbak”. “Saya harap mbak bisa melakukan
kegiatan sesuai jadwal yang kita buat agar mbak bisa mengurangi rasa sedih, gelisah dan
murung mbak perlahan-lahan”
Terminasi
a. Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang mengenai perasaan mbak
hari ini”
b. Obyektif
“Coba mbak sebutkan kembali kegiatan apa yang kemarin mbak lakukan sehingga
mbak merasa sedikit rileks?, sangat bagus sekali mbak bisa mengingatnya”
c. Rencana tindal lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang sudah saya sarankan dan lakukan ke mbak dapat mbak
praktekkan salah satunya atau bahkan semuanya saat mbak merasa sedih dan gelisah”
d. Kontrak yang akan datang
58
1) Topik:
“mbak sudah tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang-bincang, apakah ada
yang ingin mbak tanyakan?, baiklah jangan lupa besok kita berbicang-bincang lagi
ya mbak?”
2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana lagi mbak untuk besok?”, “ di teras lagi
ya? Oh iya baik mbak”
3) Waktu
“Mau berapa lama mbak?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi mbak”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
kecelakaan
b. Klien telah mengetahui/dapat mengenal beberapa kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
c. Klien mulai bisa berbaur dengan lingkungan walaupun belum maksimal
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
59
e. Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Tindakan keperawatan
6. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, selamat pagi mbak?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?
3. Kontrak
“baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
perkembangan mbak tentang berbaur di lingkungan sekitar RS”
Kerja
“baik, bagaimana perasaan mbak? Apakah mbak sudah merasa lebih baik? “ oh iya saya
ingin mengevaluasi kegiatan mbak saat berbaur dengan lingkungan” “bagaimana
perasaan mbak setelah mencoba berbaur?” “oh mbak masih belum percaya diri kalau
keluar sendirian dan harus ditemani?” “tidak apa-apa mbak, itu sudah merupakan
perkembangan yang baik apabila mbak sudah mencoba dan melakukan kegiatan
60
terjadwal untuk berbaur ini””saran saya tetap mbak lakukan supaya dapat meningkatkan
rasa percaya diri mbak”. “Saya harap mbak bisa melakukan kegiatan sesuai jadwal yang
kita buat juga agar mbak bisa mengurangi rasa sedih, gelisah dan murung dan mbak bisa
meningkatkan rasa percaya diri perlahan-lahan”
Terminasi
a. Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang mengenai perasaan dan
perkembangan mbak saat ini?”
b. Obyektif
“Coba mbak sebutkan kembali kegiatan apa yang kemarin mbak lakukan sehingga
mbak merasa sedikit rileks?, sangat bagus sekali mbak bisa mengingatnya”
c. Rencana tindal lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang sudah saya sarankan dan lakukan ke mbak dapat dipraktekkan
salah satunya atau bahkan semuanya saat mbak merasa sedih dan gelisah”
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik:
“mbak sudah tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang-bincang, apakah ada
yang ingin mbak tanyakan?, baiklah jangan lupa besok kita berbicang-bincang lagi
ya mbak?”
2) Tempat
“Sebaiknya kita bercakap – cakap di mana lagi mbak untuk besok?”, “ di teras lagi
ya? Oh iya baik mbak”
3) Waktu
“Mau berapa lama mbak?”, “15 menit, boleh sampai ketemu lagi mbak”
61
Ruangan : Anggrek
Nama Klien : Nn. A
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Klien mengatakan ia mengalami kerusakan pada wajah sebelah kanan karena
kecelakaan
b. Klien telah mampu mengenal menyusun jadwal kegiatan yang dapat dilakukan di
rumah sakit
c. Klien telah berhasil melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat
d. Klien sudah merasa perasaannya lebih membaik daripada kemarin-kemarin
2. Diagnosa
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien dapat meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b. Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d. Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
e. Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Evaluasi kegiatan harian pasien
c. Motivasi klien agar tetap semangat untuk menerima keadaannya
d. Memberi reinforcement positif
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
62
“Assalamualaikum, selamat pagi mbak?”
2. Evaluasi dan validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?
3. Kontrak
“Baiklah mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang keadaan
mbak sekarang? mbak maunya dimana? Baiklah kita berbincang-bincang disini
selama 15 menit.
Kerja:
“baik mbak apakah kemarin mbak melakukan kegiatan sesuai jadwal? Baik apakah mbak
sekarang lebih merasa lebih rileks?” “alhamdulillah jika mbak sudah merasa lebih rileks”
saya harap mbak tetap semangat dan tetap lakukan kegiatan-kegiatan harian dan kegiatan
yang mbak sukai agar mbak bisa merasa lebih tenang dan merasa jauh lebih bahagia dan
percaya diri”. “ apa mbak masih mengingat kegiatan-kegiatan yang sudah saya sarankan
dan lakukan dengan mbak? Wah mbak sangat hafal dan mengingatnya” “baik, mbak
harus lebih mencintai diri kita terlebih dahulu, terlepas apa yang terjadi pada diri mbak.
mbak masih memiliki hal yang positif masih mempunyai kelebihan yang positif” “masih
banyak orang lain yang menyayangi mbak terutama keluarga mbak sehingga mbak harus
bisa menerima keadaan yang mbak alami saat ini” “tidak apa-apa mbak memang semua
perlu waktu “ “ saya harap mbak tetap semangat melakukan jadwal kegiatan tersebut
sehingga keadaan mbak semakin membaik pula.” “ dan saya juga salut dengan mbak
yang mampu mengurangi sedikit demi sedikit rasa sedih, gelisah dan ketidak percayaan
diri tersebut”
Terminasi
a. Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang mengenai keadaan mbak
saat ini?” “Oh mbak termotivasi dengan kata-kata saya dan ingin berusaha membaik?”
“wah mbak hebat sekali”
b. Obyektif
63
Klien mampu memahami apa yang telah disampaikan oleh perawat
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi keluarga klien
Keluarga klien mengetahui bagaimana kondisi klien. Keluarga juga tidak mengetahui
pentingnya peran keluarga dalam mengatasi gangguan citra tubuh. Ibu pasien hanya
bisa menenangkan saja.
2. Diagnosa klien
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a) Klien dapat menigkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya.
b) Klien mengidentifkasi perubahan citra tubuh.
c) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimilki.
d) Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
e) Klien dapat menyusun cara-cara menyelesaikan masalah yang dihadapi
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
- Mengucapkan salam terapeutik
- Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
b. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi
kesedihan
64
c. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi kesedihan
d. Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk merawat klien dengan
gangguan citra tubuh Pengertian gangguan citra tubuh
- Pengertian gangguan citra tubuh
- Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
- Penyebab gangguan citra tubuh
e. Latih keluarga cara merawat klien dengan gangguan citra tubuh
f. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga untuk merawat klien dengan
gangguan citra tubuh
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu...”
2. Evaluasi/Validasi
“Apa benar dengan keluarga mbak A? Kalau boleh tau dengan ibu siapa yaa?”
3. Kontrak:
Topik : “ Jadi untuk hari ini, saya akan menjelaskan beberapa hal yang berkaitan
dengan kondisi mbak A ”
Waktu : “Untuk waktunya sekitar 10-15 menit saja yaa Bu”
Tempat : “Untuk tempat enaknya kita berbincang dimana Bu?”
Kerja:
““Jadi begini bu… apakah ibu mengetahui bagaimana kondisi mbak A sekarang?”
“Jadi mbak A sekarang mengalami gangguan citra tubuh . Gangguan citra tubuh itu
sendiri merupakan perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan
ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek tubuh. ”
“Salah satu tanda dan gejalanya yaitu tekanan darah klien meningkat, tampak kesal,
merasa sedih dan gelisah dsb.”
65
“Untuk penyebab dari gangguan citra tubuh ini adalah merasa tidak nyamannya dan
menolak perubahan yang terjadi pada dirinya dll..”
“Apabila masalah gangguan citra tubuh ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
stress,gelisah, tidak percaya diri, melamun dll.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian ibu dan keluarga lainnya harus sabar
menghadapi Nn. A. dan untuk merawat Nn. A, keluarga perlu melakukan beberapa hal.
Pertama, keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan Nn.A yang caranya
adalah bersikap peduli dengan Nn. A . Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan
dorongan kepada Nn. A untuk mengurangi kesedihannya. Berilah pujian yang wajar dan
jangan mencela kondisi pasien.
“Selanjutnya, jangan biarkan Nn. A sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap
dengan Nn. A. Misalnya, sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan
kegiatan rumah bersama.”
“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu?”
Terminasi
66
Topik : “Bagaimana jika pertemuan yang akan datang kita mempraktekkan langsung
dengan Nn. A ”
Waktu: “Baiklah bu, kita akan bertemu besok lagi. Apakah ibu setuju?”
Tempat: “Untuk tempat kita mencoba di luar ruangan saja. Bagaimana bu? Atau ibu
ingin di tempat lain?”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi keluarga klien
Keluarga klien sudah mendapatkan penjelasan tentang kondisi klien dan mengetahui
cara merawatnya.
2. Diagnosa klien
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenal gangguan citra tubuh
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
e. Klien dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
67
c. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu...”
2. Evaluasi/Validasi
“Apa benar dengan keluarga mbak A?
3. Kontrak:
Topik : “ Jadi untuk hari ini, mari kita praktekkan langsung ke Nn. A ”
Waktu : “Berapa lama waktunya Bu? Baik kita coba 30 menit”
Tempat : “Baiklah sekarang mari temui Nn. A?”
Kerja:
Terminasi
68
b. Evaluasi klien (objektif)
Klien mampu menguraikan perasaannya setelah mempraktekkan cara merawat
klien.
2. Tindak lanjut klien
“Mulai sekarang ibu sudah bisa bagaimana cara merawat Nn. A”
3. Kontrak yang akan datang
Topik : “Bagaimana jika besok ibu datang lagi kesini dan kita akan mencoba lagi cara
merawat Nn. A samapi ibu lancar melakukannya ”
Waktu: “Baiklah bu, kita akan bertemu besok lagi. Apakah ibu setuju?”
Tempat: “Untuk tempat kita mencoba di luar ruangan saja. Bagaimana bu? Atau ibu
ingin di tempat lain?”
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi keluarga klien
Keluarga klien sudah mendapatkan penjelasan tentang perawatan klien.
2. Diagnosa klien
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Citra Tubuh
3. Tujuan
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya
b. Pasien mampu mengenal gangguan citra tubuh
c. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
d. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
69
e. Klien dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala
4. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
b. Mengucapkan salam terapeutik
c. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan tempat
d. Evaluasi kemampuan keluarga
e. Evaluasi kemampuan klien
f. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan
B. Strategi komunikasi
Orientasi:
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu...”
4. Evaluasi/Validasi
“Apa benar dengan keluarga mbak A?
5. Kontrak:
Topik : “ Jadi untuk hari ini, mari kita praktekkan langsung ke Nn. A lagi. ”
Waktu : “Berapa lama waktunya Bu? Baik kita coba 30 menit”
Tempat : “Baiklah sekarang mari temui Nn. A?”
Kerja:
“Buk ini jadwal Nn. A selama dirumah sakit. Coba diperhatikan apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semua dirumah? Jangan lupa tetap perhatikan Nn. A agar tetap menjalankan
dirumah. Dan jangan lupa beri tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakan)”.
“Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sikap Nn. A jika Nn. A masih saja terus merasa
sedih dan gelisah dan teknik teknik yang dijadwal tidak berpengaruh. Ibu bisa hubungi
kami atau membawa ke puskesmas terdekat”
Terminasi
“Apa yang ingin ibu tanyakan? Bagaimana perasaan ibu? Sudah siap ibu melanjutkan
dirumah”
70
“Ini jadwal kegiatan hariannya, ini surat rujukannya. Kalau ada apa apa ibu boleh juga
menghubungi kami , silahkan menyelesaikan administrasi ke kantor depan”
71