Anda di halaman 1dari 7

Volume 17, Nomor 2, Hal.

68-74 ISSN:0852-8349
Juli – Desember 2015

UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

Miranti Sari Fitriani, Evita, Jasminarni


Fakultas Pertanian Universitas Jambi
Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361
e-mail: miranti_sari@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas beberapa Mikroorganisme Lokal (MOL)
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau sehingga didapat tanaman yang sehat dan
bebas dari pupuk sintesis untuk menuju pertanian organik. Penelitian dilaksanakan di Kebun
Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Darat
Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muara Jambi dengan Ketinggian ± 35 m dpl.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan November 2014. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor, yaitu pemberian mol
yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu:M0 = tampa pemberian mol, M1 = pemberian mol
bongkol pisang, M2 = pemberian mol tape, M3 = pemberian mol nasi, M4 = pemberian mol
keong mas, M5 = pemberian mol sayur-sayuran, M6 = pemberian mol buah-buahan, M7 =
pemberian mol sabut kelapa, M8 = Pemberian mol rebung. Variabel yang diamati adalah
tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman bobot kering tanaman dan hasil tanaman
sawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam MOL pada tanaman
sawi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman,
berat segar tanaman dan hasil. Hal ini diduga konsentrasi MOL yang diberikan sangat kecil,
seharusnya dapat langsung diberikan pada tanaman tanpa adanya pengenceran terlebih
dahulu. kecilnya konsentrasi tersebut tidak mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman
apalagi jika dicermati MOL ini sangat rendah kandungan unsur haranya.

Kata Kunci: Uji efektifitas, Mikroorganisme Lokal (MOL), Sawi

PENDAHULUAN panasnya cuaca yang menyengat, asalkan


dibarengi juga dengan penyiraman secara
Tanaman sawi hijau (Brassica rutin (Sunarjono, 2008)
juncea L.) merupakan jenis sayuran yang Menurut Zulkarnain (2010), sawi hijau
cukup popular, dikenal pula dapat dikategorikan kedalam sayuran daun
sebagai caisim, atau sawi bakso, sayuran berdasarkan bagian yang dikonsumsi. Sawi
ini mudah dibudidayakan dan dapat hijau memiliki nilai ekonomis tinggi
dimakan segar atau diolah menjadi asinan. setelah kubis crop, kubis bunga dan
Sawi dapat hidup di berbagai tempat, baik brokoli. Kandungan yang terdapat pada
di dataran tinggi maupun dataran rendah. sawi adalah protein, lemak, karbohidrat,
Namun, sawi hijau kebanyakan Ca, P, Fe, vitamin B, dan vitamin C
dibudidayakan di dataran rendah dengan Menurut data Badan Pusat Statistik
ketinggian antara 5-1200 m dpl, baik di Propinsi Jambi (2012) bahwa produksi
sawah, ladang, maupun pekarangan rumah. sawi hijau pada tahun 2011 mencapai
Sawi termasuk tanaman yang tahan 3.210 ton dengan luas areal lahan 376 ha
terhadap cuaca, pada musim hujan tahan dan hasil rata-rata produksi 8,5 ton/ha.
terhadap terpaan air hujan, sedang pada Produksi tanaman sawi hijau di Provinsi
musim kemarau juga tahan terhadap Jambi ini masih termasuk rendah apabila

68
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

dibandingkan dengan produksi sawi Universitas Jambi yang terletak di Desa


nasional mencapai 580.969 ton dengan Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar
hasil rata-rata 9,44 ton/ha. Upaya Kota Kabupaten Muara Jambi dengan
peningkatan produksi sawi hijau salah ketinggian ± 35 m dpl. Penelitian ini
satunya adalah dengan penggunaan pupuk, dilaksanakan pada bulan Maret sampai
termasuk pupuk organik cair untuk bulan November 2014
mengurangi penggunaan pupuk anorganik,
dimana penggunaan pupuk anorganik Bahan dan Alat
dalam jangka relatif lama berakibat buruk Bahan yang digunakan dalam penelitian
pada kondisi tanah. ini terdiri dari benih sawi hijau, pupuk
Pupuk organik yaitu pupuk yang kandang, bahn untuk pembuatan mol :
terbuat dari bahan-bahan organik yang bongkol pisang, tape, nasi, keong mas,
telah melapuk mempunyai kelebihan sayur-sayuran, buah-buahan busuk, sabut
antara lain meningkatkan kesuburan kimia, kelapa dan rebung. Alat yang digunakan
fisik, dan biologi tanah, serta mengandung adalah alat-alat untuk budidaya daya
zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertanian dan alat-alat tulis yang
pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, dibutuhkan.
2000). Penggunaan pupuk cair dengan
memanfaatkan jenis Mikroorganisme Rancangan Percobaan
Lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang Penelitian ini menggunakan Rancangan
kebutuhan unsur hara dalam tanah. Larutan Acak Kelompok (RAK) dengan satu
MOL mengandung unsur hara makro, faktor, yaitu pemberian mol yang terdiri
mikro, dan mengandung mikroorganisme dari 5 taraf perlakuan yaitu:
yang berpotensi sebagai perombak bahan M0 = tampa pemberian mol
organik, perangsang pertumbuhan, dan M1 = pemberian mol bongkol pisang
agen pengendali hama dan penyakit M2 = pemberian mol tape
tanaman sehingga baik digunakan sebagai M3 = pemberian mol nasi
dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida M4 = pemberian mol keong mas
organik (Purwasasmita, 2009). M5 = pemberian mol sayur-sayuran
Pengelolaan Mikro Organisme Lokal M6 = pemberian mol buah-buahan
(MOL) ini selain dapat digunakan sebagai M7 = pemberian mol sabut kelapa
dekomposer juga sebagai pupuk organik M8 = Pemberian mol rebung
cair. Menurut Purwasasmita dan Kunia Setiap perlakuan diulang sebanyak 3
(2009), larutan MOL adalah larutan hasil kali sehingga didapat 27 petak percobaan.
fermentasi yang berbahan dasar dari Ukuran petak percobaan 1,5 m x 1,5 m,
berbagai sumberdaya yang tersedia jarak antar petak 50 cm, Jarak antar
setempat. MOL berperan sebagai pengurai ulangan 1 meter dengan ketinggian
selulotik, dapat memperkuat tanaman dari petakan + 20 meter. Jarak tanam 25 cm x
infeksi penyakit, dan berpotensi sebagai 20 cm sehingga dalam petak percobaan
fungisida hayati. Pemanfaatan pupuk cair terdapat 36 tanaman, 16 tanaman dalam
MOL lebih murah, ramah lingkungan, dan petak ubinan dan 10 diantaranya sebagai
menjaga kesimbangan alam. tanaman sampel.

Pelaksanaan Percobaan
METODE PENELITIAN Persiapan Areal Pertanaman
Sebelum tanah diolah, dilakukan
Tempat dan Waktu pembersihkan lahan dari semak yang ada,
Penelitian ini akan dilaksanakan di akar - akar tumbuhan, dan kotoran lainnya.
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Kemudian dilakukan olah lahan dengan

73
Miranti Sari Fitriani., dkk: Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (brassica juncea L.)

menggunakan traktor, digemburkan dan ditanam samapai saat pemanenan


diratakan. Selanjutnya dibuat petakan dilakukan sebanyak dua kali sehari pada
dengan ukuran 1,5 m x 1,5 meter sebanyak waktu pagi hari dan sore hari kecuali
27 petak dengan ketinggian 20 cm. Setiap apabila hari hujan. Penyulaman dilakukan
petakan diberi pupuk kandang dengan setelah tanaman berumur 7 hari yaitu
dosis 20 ton ha-1 . Areal penelitian diberi untuk pengganti bibit yang tidak tumbuh.
pagar untuk menghindari gangguan dari Penyulaman dilakukan untuk pengganti
luar. tanaman yang mati atau terserang hama
dan penyakit dengan tanaman baru.
Persiapan Media Semaian Penyiangan dilakukan secara manual
Media semai yang digunakan adalah selama masa tanam atau disesuaikan
campuran tanah dan pupuk kandang dengan keberadaan gulma pada petakan.
dengan perbandingan 2 : 1. Pembibitan
dilakukan dengan menaburkan benih sawi Pemanenan
hijau ke tempat media semai. Tempat Pemanenan pada tanaman sawi
persemaian diberi naungan yang terbuat dilakukan berdasarkan kriteria umur dan
dari atap rumbia dengan ketinggian 100 sifat fisik pada tanaman. Panen dilakukan
cm di sebelah timur dan 75 cm disebelah ketika tanaman telah berumur 25 hari
barat. setelah tanam ditandai dengan dengan ciri
daun terbawah telah mulai menguningdan
Penanaman tanaman akan memasuki fase generatif.
Penanaman bibit ke lapangan dilakukan
setelah bibit berumur 3 minggu dan telah Variabel yang diamati
mempunyai 3 – 4 helai daun. Penanaman 1. Tinggi tanaman
dilakukan dengan cara mencabut bibit 2. Jumlah daun
dengan hati-hati, usahakan waktu 3. Bobot segar tanaman
mencabut bibit tanahnya terbawa. Setelah 4. Bobot kering tanaman
bibit selesai ditanam, maka tanah yang 5. Hasil tanaman sawi.
berada disekitarnya ditimbun dan ditekan
sampai padat, sehingga kedudukan bibit Analisis data
menjadi mantap. Untuk melihat pengaruh masing-
masing perlakuan yang diberikan, data
yang diperoleh pada hasil pengamatan
Penyemprotan pupuk cair mikro- dianalisis dengan sidik ragam dan
organisme lokal dilanjutkan dengan Uji Beda Jarak
Penyemprotan pupuk cair Berganda Duncan (Duncan New Multiple
mikroorganisme lokal dilakukan pada pagi Range Test – DNMRT) pada taraf nyata
hari atau sore hari dengan dosis anjuran. α=5%
Penyemprotan dilakukan merata pada
seluruh permukaan daun sampai basah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyemprotan pertama dilakukan saat
tanaman berumur 1 MST . Pemberian Hasil
selanjutnya dilakukan dengan interval Tinggi Tanaman
waktu satu minggu sampai sebelum panen. Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan beberapa MOL tidak
Pemeliharaan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
Pemeliharaan meliputi penyiraman, sawi hijau. Rata-rata tinggi tanaman sawi
penyulaman, penyiangan gulma. hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT
Penyiraman dilakukan sejak benih mulai

74
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

taraf 5 % pada beberapa macam MOL yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro
Oranisme Lokal (MOL)
Perlakuan Tinggi Tanaman
MO (Tampa mol) 28,08 a
M1 (Bongkol pisang) 28,36 a
M2 (Keong mas) 27,42 a
M3 (Batang pisang) 26,79 a
M4 (Sabut kelapa) 28,70 a
M5 (Nasi) 30,07 a
M6 (Rebung) 29,02 a
M7 (Sayuran) 28,91 a
M8 (Tape) 27,89 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%.
Tabel 1. menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
beberapa macam MOL yang diberikan tanaman sawi hijau. Rata-rata jumlah daun
tidak memberikan perbedaan yang nyata tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji
antar perlakuan terhadap tinggi tanaman. lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa
Jumlah Daun macam MOL yang diberikan dapat dilihat
Hasil analisis ragam menunjukkan pada Tabel 2
bahwa perlakuan beberapa MOL tidak
Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro
Oranisme Lokal (MOL)
Perlakuan Tinggi Tanaman
MO (Tampa mol) 7,33 a
M1 (Bongkol pisang) 7,70 a
M2 (Keong mas) 7,53 a
M3 (Batang pisang) 7,57 a
M4 (Sabut kelapa) 7,77 a
M5 (Nasi) 7,60 a
M6 (Rebung) 7,60 a
M7 (Sayuran) 6,60 a
M8 (Tape) 7,27 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%.
Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot segar
beberapa macam MOL yang diberikan tanaman sawi hijau. Rata-rata bobot segar
tidak memberikan perbedaan yang nyata tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji
antar perlakuan terhadap jumlah daun.. lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa
Bobot Segar Tanaman macam MOL yang diberikan dapat dilihat
Hasil analisis ragam menunjukkan pada Tabel 3
bahwa perlakuan beberapa MOL tidak

73
Miranti Sari Fitriani., dkk: Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (brassica juncea L.)

Tabel 3. Rata-rata bobot segar tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis
Mikro Oranisme Lokal (MOL)
Perlakuan Bobot segar tanaman (gram)
MO (Tampa mol) 93,54 a
M1 (Bongkol pisang) 100,16 a
M2 (Keong mas) 94,86 a
M3 (Batang pisang) 81,49 a
M4 (Sabut kelapa) 87,98 a
M5 (Nasi) 103,30 a
M6 (Rebung) 94,64 a
M7 (Sayuran) 83,92 a
M8 (Tape) 79,72 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%.
Tabel 3. menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot kering
beberapa macam MOL yang diberikan tanaman sawi hijau. Rata-rata bobot kering
tidak memberikan perbedaan yang nyata tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji
antar perlakuan terhadap berat segar lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa
tanaman. macam MOL yang diberikan dapat dilihat
Bobot Kering Tanaman pada Tabel 4.
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa perlakuan beberapa MOL tidak

Tabel 4. Rata-rata bobot kering tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis
Mikro Oranisme Lokal (MOL)
Perlakuan Bobot kering tanaman (gram)
MO (Tampa mol) 14,18 a
M1 (Bongkol pisang) 14,62 a
M2 (Keong mas) 11,49 a
M3 (Batang pisang) 12,21 a
M4 (Sabut kelapa) 15,33 a
M5 (Nasi) 11,04 a
M6 (Rebung) 9,97 a
M7 (Sayuran) 9,01 a
M8 (Tape) 8,37 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan Hasil Tanaman Sawi.
beberapa macam MOL yang diberikan Hasil analisis ragam menunjukkan
tidak memberikan perbedaan yang nyata bahwa perlakuan beberapa MOL tidak
antar perlakuan terhadap berat kering berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman
tanaman. sawi hijau. Rata-rata hasil tanaman sawi
hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT
taraf 5 % pada beberapa macam MOL
yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 5

74
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains

Tabel 5. Rata-rata hasil tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro
Oranisme Lokal (MOL)
Perlakuan Hasil tanaman sawi (gram)
MO (Tampa mol) 5742,52 a
M1 (Bongkol pisang) 6625,76 a
M2 (Keong mas) 6320,96 a
M3 (Batang pisang) 6098,69 a
M4 (Sabut kelapa) 6260,97 a
M5 (Nasi) 999,68 a
M6 (Rebung) 969,54 a
M7 (Sayuran) 869,73 a
M8 (Tape) 891,11 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom berarti tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 5%

Tabel. 5 menunjukkan bahwa perlakuan Tabel. 1 menunjukkan perlakuan


beberapa macam MOL yang diberikan beberapa MOL tidak berpengaruh nyata
tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman sawi hijau, tinggi
antar perlakuan terhadap hasil tanaman. tanaman tertinggi terdapat pada MOL nasi
dan terendah terdapat pada MOL bongkol
Pembahasan pisang. Menurut Setianingsih (2009) MOL
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bonggol pisang memiliki peranan dalam
pemberian beberapa macam MOL pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan
tanaman sawi tidak berpengaruh nyata tanaman toleran terhadap penyakit. Kadar
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, asam fenolat yang tinggi membantu
berat kering tanaman, berat segar tanaman pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga
dan hasil. Hal ini diduga konsentrasi MOL membantu ketersediaan P tanah yang
yang diberikan sangat kecil, seharusnya berguna pada proses pembungaan dan
dapat langsung diberikan pada tanaman pembentukan buah, sedangkan tanaman
tanpa adanya pengenceran terlebih dahulu. sawi adalah tanaman berumur pendek, jadi
kecilnya konsentrasi tersebut tidak mol yang diberikan belum terserap,
mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman sudah dipanen.
tanaman apalagi jika dicermati MOL ini Faktor-faktor yang menentukan kualitas
sangat rendah kandungan unsur haranya. larutan MOL antara lain media fermentasi,
MOL adalah cairan kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan
yang berbahan dari berbagai sumber daya sifat mikroorganisme yang aktif di dalam
alam yang tersedia setempat. proses fermentasi, pH, temperatur, lama
MOLmengandung unsur hara makro dan fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL
mikro dan juga mengandung mikroba yang (Suriawiria,1996; Hidayat, 2006).
berpotensi sebagai perombak bahan Penelitian Muriani (2011) menyimpulkan
organik, peransang pertumbuhan dan bahwa perlakuan konsentrasi 300 g daun
sebagai agen pengendalian hama penyakit gamal dan fermentasi tiga minggu
tanaman. Berdasarkan kandungan yang memberikan kualitas larutan MOL yang
terdapatdalam MOL tersebut, maka terbaik sebagai pupuk cair dan konsentrasi
MOLdapat digunakan 300 g daun gamal dengan lama fermentasi
sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan dua minggu memberikan kualitas yang
sebagai pestisida organic. terbaik sebagai aktivator.

73
Miranti Sari Fitriani., dkk: Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (brassica juncea L.)

KESIMPULAN DAN SARAN Marsono dan Sigit, 2000. Pupuk dan cara
Pemupukan. Penetbit Bathara Karya
Kesimpulan Aksara. Jakarta
Berdasarkan hasil pengamatan dan Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme
perhitungan dapat diambil kesimpulan Lokal Sebagai Pemicu Siklus
Bahwa pemberian berbagai macam MOL Kehidupan Dalam Bioreaktor
tidak memberikan pengaruh yang nyata Tanaman. Seminar Nasional Teknik
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Kimia Indonesia, 19-20 Oktober
sawi hijau. 2009.
Suhendar, H. 2007. Bertanam 15 Sayuran
Saran Organik dalam Pot. Niaga Swadaya.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut JakartaPurwasasmita dan Kunia
pada tanaman sawi, jenis MOL yang (2009) Mikro Organisme Lokal
berbeda dengan konsentrasi yang berbeda . (Mol)
http://madanioke.blogspot.com/2013
DAFTAR PUSTAKA /07/mikro-organisme-lokal-
mol.html/ Tanggal akses 25 Februari
Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi 2014
Budi Daya Sawi Hijau. Yayasan Rukmana R, 2002. Bertanam Sawi dan
Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Petsai. Penebar Swadaya. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Sunarjono, 2008.Bertanam 30 Jenis
Tanaman Hortikultura Indonesia, Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
http:www.bps.go.id (diakses 24 Sari, D, Ni, S Kurniasih, R. Dan T,
Februari 2014). Rostikawati, 2012. Pengaruh
Fonendi, B, 2014. Respon Pertumbuhan Pemberian Mikroorganisme Lokal
Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas (Mol) Bonggol Pisang Nangka
L) Varietas Boko Terhadap Berbagai Terhadap Produksi Rosella (Hibiscus
jenis MOL (Mikroorganisme Lokal). Sabdariffa L). Program Studi
Universitas Jambi Pendidikan Biologi Fakultas
Hadinata, I. 2008. Membuat Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Mikroorganisme Lokal Universitas Pakuan
Http://Ivanhadinata.blogspot.com/.T Suhastyo, Arum Asriyanti. 2011. Studi
anggal akses 20 Februari 2014 Mikrobiologi dan Sifat Kimia
Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu, Mikroorganisme Lokal (MOL) yang
2002. Sawi dan Selada. Penebar Digunakan Pada Budidaya Padi
Swadaya, Jakarta. Metode Sri. Tesis Pascasarjana.
Heru, P dan Yovita, H., I. 2003. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Zulkarnain. 2009. Dasar Dasar
Hobi dan Bisnis. Gramedia, Jakarta. Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.

74

Anda mungkin juga menyukai