Anda di halaman 1dari 30

Bab 57

FRAKTUR PADA ANAK


dr. Mujaddid Idulhaq, SpOT(K) belum diedit samsek

PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK FRAKTUR PADA ANAK


Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya proses remodelling tulang
yang lebih besar dibandingkan pada orang dewasa.
• Pertumbuhan berlebihan (over growth) 1
Pertumbuhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada pertumbuhan tulang
panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami hiperemi pada waktu penyembuhan
tulang.
• Deformitas yang progresif1
Kerusakan permanen pada lempeng epifisis menyebabkan terjadinya pemendekan atau
deformitas anguler pada lempeng epifisis.
• Fraktur total1
Pada anak-anak, fraktur total jarang bersifat kominutif karena tulang pada anak cenderung
bersifat lebih fleksibel dibandingkan tulang pada orang dewasa.

Berdasarkan perbedaan anatomi, biomekanika, dan fisiologis, fraktur pada anak memiliki
beberapa gambaran khusus, yang penjabarannya adalah sebagai berikut.

A. Lebih Sering Terjadi daripada Fraktur pada Orang Dewasa


Fraktur pada anak-anak lebih sering terjadi karena tulang pada anak relatif ramping dan juga
kurang pengawasan. Beberapa fraktur pada anak seperti retak, fraktur garis rambut, fraktur
buckle, fraktur green-stick merupakan fraktur yang tidak berat, tetapi ada fraktur seperti fraktur
intra-artikuler atau fraktur epifisial merupakan fraktur yang akan berakibat jelek di kemudian
hari.

B. Periosteum yang Sangat Aktif dan Kuat


Periosteum yang kuat pada anak-anak membuatnya jarang mengalami robekan pada saat fraktur
sehingga sering salah satu dari periosteum merupakan bidai dari fraktur itu sendiri. Periosteum
pada anak-anak mempunyai sifat osteogenesis yang lebih besar.

C. Penyembuhan Fraktur Sangat Cepat


Penyembuhan fraktur pada anak-anak sewaktu lahir sangat menakjubkan dan berangsur-angsur
berkurang setelah anak menjadi besar karena sifat osteogenesis yang aktif pada periosteum dan
endosteum.

D. Terdapat Problem Khusus dalam Diagnosis


Gambaran radiologis epifisis sebelum dan sesudah perkembangan pusat osifikasi sekunder sering
membingungkan, walaupun demikian ada beberapa pusat osifikasi yang keberadaannya relatif
konstan. Lempeng epifisis pada foto rontgen dapat disalahartikan dengan suatu fraktur. Untuk itu
biasanya perlu dibuat pemeriksaan rontgen pada anggota gerak yang lain.

E. Koreksi Spontan pada Suatu Deformitas Residual


Fraktur pada orang dewasa tidak akan terjadi koreksi spontan dan bersifat permanen. Pada anak-
anak dengan deformitas residual cenderung mengalami koreksi spontan melalui remodelling
yang ekstensif, melalui pertumbuhan lempeng epifisis atau kombinasi keduanya.
Beberapa faktor yang memengaruhi koreksi fraktur adalah sisa waktu pertumbuhan dan
bentuk deformitas yang dapat berupa:
1. Angulasi
Angulasi residual yang terletak di dekat lempeng epifisis akan mengalami koreksi
spontan seandainya deformitas itu berada pada satu bidang dengan bidang gerakan sendi
yang terdekat. Namun, pada angulasi residual yang berada pada bidang tegak lurus dari
gerakan dekat sendi (misalnya angulasi lateral pada deformitas varus fraktur
suprakondiler humeri) tidak dapat mengalami koreksi spontan.
2. Aposisi Tidak Total
Pada fraktur di mana fragmen mengalami aposisi tidak total seperti samping ke samping
(bayonet), maka permukaan fraktur akan mengalami proses remodelling menuru hukum
Wolff.
3. Pemendekan
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang anak-anak yang sedang bertumbuh, terjadi
pula kerusakan arteri dan akan terjadi peningkatan alirah darah sebagai kompensasi pada
daerah epifisis yang akan menyebabkan akselerasi pertumbuhan tulang secara
longitudinal. Adanya pemendekan tulang pada anak-anak dapat ditoleransi dalam ukuran
tertentu.
4. Rotasi
Deformitas rotasi tidak akan mengalami koreksi spontan pada waktu penyembuhan
fraktur tulang panjang tanpa melihat umur dan lokasi.

F. Terdapat Perbedaan dalam Komplikasi


Beberapa komplikasi fraktur pada anak-anak mempunyai ciri yang khusus seperti fraktur
epifisis dan lempeng epifisis. Osteomielitis yang terjadi secara sekunder pada fraktur terbuka
atau reduksi terbuka pada suatu fraktur tertutup biasanya lebih hebat dan dapat menyebabkan
kerusakan pada epifisis. Komplikasi iskemik dan juga miositis osifikans sering ditemukan
pada anak-anak. Kompllikasi seperti kekakuan sendijarang ditemukan pada anak-anak.

G. Terdapat Perbedaan dalam Metode Pengobatan


Prinsip utama pengobatan pada anak-anak adalah secara konservatif baik dengan cara
manipulasi tertutup atau traksi kontinu. Walaupun demikian beberapa fraktur khusus pada
anak-anak memerlukan tindakan operasi terbuka dengan fiksasi interna seperti fraktur
bergeser pada leher femur atau fraktur pada epifisis tertentu.

H. Robekan Ligamen dan Dislokasi Lebih Jarang Ditemukan


Ligamen pada anak-anak sangat kuat dan pegas. Ligamen ini lebih kuat dari lempeng epifisis
sehingga tarikan ligamen dapat menyebabkan fraktur pada lempeng epifisis dan bukan
robekan ligamen, misalnya pada sendi bahu tidak terjadi dislokasi tetapi akan terjadi fraktur
epifisis.

I. Kurang Toleransi terhadap Kehilangan Darah


Jumlah volume darah secara proporsional lebih kecil pada anak-anak daripada orang dewasa.
Pada anak-anak, jumlah volume darah diperkirakan 75 ml per kb berat bada sehingga pada
anak dengan berat badan 20 kg diperkirakan mempunyai jumlah darah 1500 ml. Perdarahan
sebesar 500 ml pada anak-anak akan kehilangan 1/3 jumlah volume darah sedangkan pada
orang dewasa hanya sebesar 10%.

FRAKTUR YANG SERING TERJADI PADA ANAK


Fraktur Greenstick
Fraktur greenstick terjadi pada anak-anak karena tulang mereka lebih lunak dan lebih fleksibel
daripada orang dewasa. Fraktur greenstick terjadi apabila tulang anak retak atau bengkok, tetapi
tidak patah seutuhnya. Mungkin sulit untuk mendiagnosis fraktur greenstick karena anak
mungkin masih dapat menggunakan anggota tubuhnya yang terpengaruh secara normal. Jenis
patah tulang ini sering salah didiagnosis sebagai luka atau keseleo.2
Fraktur pada anak paling sering terjadi akibat terjatuh. Fraktur lengan lebih umum
daripada fraktur kaki karena reaksi yang biasa terjadi adalah lengan terlempar ketika terjatuh,
misalnya karena:
 Jatuh sewaktu bermain atau berolahraga.
 Menggunakan lengan mereka untuk menahan diri mereka saat terjatuh (karena itulah,
keretakan tulang lengan lebih umum daripada keretakan tulang kaki).
Rasa sakit, pembengkakan, dan deformitas (kelainan) jelas khas patah tulang mungkin
tidak ada atau sangat minimal pada fraktur greenstick ringan. Fraktur greenstick lainnya dapat
dengan mudah didiagnosis karena lengan atau kaki yang cacat dan adanya pembengkakan yang
signifikan.2
Anak mungkin tidak menunjukkan gejala apa pun dan mungkin terus menggunakan
anggota tubuhnya yang terpengaruh dengan gerakan penuh jika fraktur greenstick tersebut
ringan. Namun demikian, pada sejumlah kasus, anak dapat menderita akibat hal-hal berikut ini:
 Cacat bentuk atau anggota badan yang terputar.
 Rasa nyeri.
 Pembengkakan yang signifikan.

Terapi fraktur greenstick mencakup:2


 Tindak lanjut dengan sinar X untuk memeriksa proses penyembuhan.
 Menghentikan gerakan anggota tubuh yang cedera dengan cara memasang gips atau splint.
Karena tulang anak-anak lebih cepat sembuh daripada orang dewasa, anak Anda mungkin
hanya perlu mengenakan splint atau gips selama tiga hingga empat minggu sebelum dilepas, atau
diganti dengan gips yang lebih kecil.
Tes sinar X dapat mengungkapkan kebanyakan fraktur greenstick. Beberapa fraktur
greenstick sulit untuk dilihat karena bengkokan kecil pada tulang mungkin tidak muncul pada
sinar X.

Fraktur Torus
Disebut juga fraktur buckle terjadi pada korteks di daerah metafisis 2−3 cm di atas lempeng
epifisis.2

A. Pengobatan
Pemasangan gips sirkuler di bawah siku selama 3 minggu.

Fraktur Komplet
Fraktur total pada radius dan ulna biasanya saling menyamping dan sulit untuk
mempertahankannya sehingga dilakukan reposisi.2

A. Pengobatan

Tetap dilakukan usaha untuk reposisi tertutup dan apabila gagal maka dilakukan reposisi terbuka
dengan fiksasi interna serta diperkuat dengan gips sirkuler selama 4 minggu tergantung umur
penderita. Fraktur terbuka radius atau ulna sering ditemukan dan dapat menyebabkan salah satu
tulang proksimal menonjol. Pada keadaan ini fraktur harus dirawat seperti suatu fraktur terbuka
dan disertai dengan debridemen yang baik dan dipertahankan dengan fiksasi interna.

Fraktur Epifisis
Fraktur epifisis merupakan suatu fraktur tersendiri dan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (1)
fraktur avulsi akibat tarikan ligamen, (2) fraktur kompresi yang bersifat kominutif, dan (3)
fraktur osteokondral.

A. Fraktur Avulsi Akibat Tarikan Ligamen


Terutama terjadi pada spina tibia, stiloid ulna, dan basis falang. Fragmen tulang masih
mempunyai cukup vaskularisasi dan biasanya tidak mengalami nekrosis avaskular. Bila terjadi
fraktur yang bergeser, jarang terjadi penyatuan (union) karena pembentukan kalus dihambat oleh
jaringan sinovium. Fraktur yang bergeser juga menghambat gerakan dan juga menyebabkan
sendi menjadi tidak stabil. Pada keadaan ini diperlukan reduksi yang akurat dan mungkin
diperlukan tindakan operasi.

B. Fraktur Kompresi yang Bersifat Kominutif


Fraktur jenis ini jarang terjadi karena lempeng epifisis berfungsi sebagai shock absorber pada
tulang.

C. Fraktur Osteokondral
Fraktur osteokondral sering ditemukan pada femur distal, patela, atau kaput radius. Fraktur
bergeser akan menyebabkan gangguan yang menyerupai benda asing dalam sendi. Fragmen yang
besar sebaiknya dikembalikan dan yang kecil dapat dieksisi.

Fraktur Lempeng Epifisis


Lempeng epifisis merupakan suatu diskus tulang rawan yang terletak di antara epifisis dan
metafisis. Fraktur lempeng epifisis merupakan sepertiga dari seluruh fraktur pada anak-anak.
Pembuluh darah epifisis masuk ke dalam permukaan epifisis dan apabila ada kerusakan
pembuluh darah maka akan terjadi gangguan pertumbuhan.1
Tulang rawan lempeng epifisis lebih lemah daripada tulang. Daerah yang paling lemah
dari lempeng epifisis adalah zona transformasi tulang rawan pada daerah hipertrofi di mana
biasanya terjadi garis fraktur.1

A. Diagnosis
Secara klinis, kita harus mencurigai adanya fraktur lempeng epifisis pada seorang anak dengan
fraktur pada tulang panjang di daerah ujung tulang pada dislokasi sendi serta robekan ligamen.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan rontgen dengan dua proyeksi dan
membandingkannya dengan anggota gerak yang sehat.

B. Tata Laksana
Setelah reduksi dari fraktur epifisis tipe I, II, dan III akan terjadi osifikasi endokondral pada
daerah metafisis lempeng pertumbuhan dan dalam 2−3 minggu osifikasi endokondral initelah
mengalami penyembuhan. Sementara itu, tipe IV dan tipe V mengalami penyembuhan seperti
pada fraktur daerah tulang kanselosa.

Fraktur Akibat Trauma Kelahiran


Fraktur akibat trauma kelahiran biasanya terjadi pada saat persalinan yang sulit yaitu pada bayi
besar, letak sungsang atau ekstraksi bayi dengan alat forsep. Daerah yang biasanya mengalami
fraktur adalah humerus, femur, dan klavikula. Fraktur dapat berdiri sendiri tanpa adanya kelainan
neurologis yaitu kelumpuhan pleksus brakialis.1

A. Manifestasi Klinis
Biasanya anak menangis setiap digerakkan atau teraba adanya fraktur pada daerah yang
dimaksud. Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk memastikan diagnosis.

B. Tata Laksana
Fraktur pada bayi sembuh dalam waktu 1−3 minggu sehingga hanya diperlukan pemasangan
bidai sementara untuk mengurangi nyeri.

Fraktur Akibat Penyiksaan (Child Abuse)


Fraktur akibat penyiksaan merupakan suatu kelainan di mana fraktur pada bayi dan anak-anak
terjadi akibat penyiksaan oleh orang tua penderita. Child abuse biasanya dilakukan oleh orang
tua sehubungan dengan masalah emosional dan penyiksaan dilakukan secara berulang.1

A. Diagnosis
Ditemukan kebiruan pada badan anak. Pada pemeriksaan radiologis ditemukan fraktur multipel
pada iga, anggota gerak, tengkorak serta fraktur di daerah epifisis. Mungkin hanya ditemukan
reaksi periostel di beberapa tempat. Pengobatan diperlukan pencegahan dan pemeriksaan
psikiatri orang tua. Apabila ditemukan adanya fraktur maka pengobatan seperti biasanya pada
fraktur anak-anak.1

Fraktur Patologis
Fraktur patologis adalah fraktur yang disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya (1) kelainan
tulang lokal; kista tulang soliter, fibroma non-ossifying, (2) kelemahan tulang yang umum;
kelainan neuromuskuler, poliomielitis, distrofi muskuler, paralisis otak, spina bifida, dan (3)
kelainan tulang yang menyeluruh; misalnya pada osteogenesis imperfekta.2

Fraktur Stres
Pada anak-anak, fraktur stres terutama pada sepertiga bagian tibia proksimal, setengah bagian
fibula distal, metatarsal, iga, panggul, femur, dan humerus. Fraktur jenis ini biasanya terjadi pada
waktu liburan, di mana anak melakukan aktivitas yang berlebihan. Fraktur stres harus dibedakan
dengan kelainan karena keganasan.2

FRAKTUR EKSTREMITAS ATAS


Fraktur Klavikula
Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada embrio dan paling
sering mengalami fraktur pada anak-anak.2

A. Mekanisme Trauma
Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada posisi lengan terputar atau
tertarik ke luar (outstretched hand), di mana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai
klavikula.2

B. Manifestasi Klinis
Biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh dari tempat tidur (atau trauma lain) dan
menangis. Kadang kala penderita datang dengan pembengkakan pada daerah klavikula yang
terjadi beberapa hari setelah trauma. Hal ini terjadi setelah pembentukan kalus.2

C. Pemeriksaan Radiologi
Fraktur pada daerah klavikula pada bagian tengah merupakan bagian yang paling sering
mengalami fraktur greenstick atau fraktur total. Mungkin juga terjadi fraktur pada bagian medial
klavikula, yaitu pada daerah epifisis.2

D. Tata Laksana
Pada anak-anak, fraktur klavikula tidak memerlukan tindakan khusus, tetapi cukup dengan
pemasangan mitela selama 2−3 minggu dan akan sembuh secara sempurna.
Fraktur Humerus
Fraktur humerus dapat terjadi pada epifisis, metafisis, maupun diafisis humerus.

A. Fraktur Epifisis Humerus


Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-Harris).

Mekanisme Trauma
Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi, misalnya jatuh pada saat
mengendarai sepeda atau kuda.2

Pemeriksaan Radiologi
Pada foto rontgen ditemukan adanya pemisahan epifisis dan metafisis, di mana epifisis bersama-
sama dengan sebagian metafisis yang tetap terletak dalam ruang sendi, sedangkan bagian distal
tertarik ke proksimal.2

Tata Laksana
Fraktur yang masih baru, terutama grade I, tidak memerlukan reposisi. Pada grade II reposisi
dapat dilakukan dengan mudah melalui pembiusan umum dan setelah itu dipasang mitela. Pada
fraktur humerus grade III dan IV harus dilakukan reposisi dengan pembiusan umum dan apabila
tidak berhasil dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna dengan menggunakan pin kecil.

B. Fraktur Metafisis Humerus


Fraktur metafisis biasanya tidak mengalami pergeseran dan pada keadaan ini terapi konservatif
merupakan pilihan pengobatan. Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian
distal menembus ke arah muskulus deltoid sampai subkutan. Pada keadaan ini biasanya perlu
dilakukan tindakan operasi untuk melepaskan fragmen.2

C. Fraktur Diafisis Humerus


Fraktur diagisis humerus terjadi karena adanya trauma langsung atau trauma putar pada daerah
humerus.
Manifestasi Klinis
Terdapat pembengkakan dan nyeri pada daerah humerus. Harus diperhatikan apakah fraktur
humerus ini disertai kelumpuhan nervus radialis (jarang ditemukan pada anak-anak).

Tata Laksana
Tata laksana fraktur diafisis humerus dilakukan dengan pemasangan gips sirkuler atau gips
berbentuk U yang dipertahankan selama beberapa minggu.

Fraktur Sekitar Sendi Siku


Fraktur sekitar sendi siku dapat terjadi pada humerus, radius, maupun ulna.
A. Humerus
a. Fraktur suprakondiler humeri
Mekanisme Trauma
Tipe ekstensi biasanya terjadi pada saat sendi siku berada dalam posisi hiper-ekstensi
atau sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam posisi dorsofleksi. Sementara itu,
tipe fleksi terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada
distal humeri.2

Klasifikasi2
 Tipe I: terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya berupa retak yang
berupa garis.
 Tipe II: tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut antara
humerus dan kondilus lateralis (normalnya adalah 40°).
 Tipe III: terdapat pergeseran fragmen tetapi korteks posterior masih utuh serta
masih ada kontak antara kedua fragmen.
 Tipe IV: pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali.

b. Fraktur epikondilus medialis (fraktur epifisis medialis)


Mekanisme Trauma
Terjadi fraktur pada saat sendi siku dalam regangan (strain) ke arah valgus yang
menyebabkan tekanan pada epikondilus medialis melalui otot-otot fleksor yang
melekat pada tulang ini.

Klasifikasi
 Tipe 1: terdapat fraktur epifisis tanpa pemisahan.
 Tipe 2: sedikit terdapat pemisahan.
 Tipe 3: terdapat pemisahan yang disertai dislokasi atau tanpa dislokasi pada sendi
siku.
 Tipe 4: terdapat pemisahan epifisis disertai jebakan dalam sendi tanpa dislokasi.
 Tipe 5: terdapat pemisahan epifisis, dislokasi, dan jebakan pada sendi siku.

c. Fraktur kondilus lateralis humeri


Fraktur ini biasanya terjadi karena trauma tidak langsung di mana tangan dalam
keadaan outstretched dan lengan bawah dalam keadaan abduksi, sendi siku dalam
keadaan ekstensi.

Diagnosis
Terdapat nyeri pada bagian lateral-distal humerus, pembengkakan, dan kebiruan.
Dengan pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya pusat osifikasi.2

Tata Laksana
Fraktur tanpa pemindahan fragmen cukup dengan istirahat dan pemakaian mitela.

Komplikasi
Komplikasi fraktur kondilus lateralis humeri di antaranya adalah (1) non-union, (2)
kubitus valgus, (3) paralisis nervus ulnaris karena valgus, dan (4) nekrosis avaskuler
kapitulum.

B. Radius
a. Fraktur kaput radius (radius epifisis) dan fraktur leher radius
Mekanisme terjadinya fraktur adalah tangan dalam keadaan outstretched, sendi siku
dalam posisi ekstensi dan lengan bawah dalam posisi supinasi. Fraktur ini dibagi
menjadi tiga, yaitu (1) tipe 1, yaitu pergeseran 0−30°, (2) tipe 2, yaitu pergeseran
30−60°, dan (3) tipe 3, yaitu pergeseran sebesar 61−90°.

Komplikasi
Komplikasi fraktur ini dapat berupa (1) malunion, (2) fusi dini pada epifisis radius,
(3) nekrosis avaskuler, (4) pembentukan tulang baru yang mengganggu pergerakan
sendi siku, dan (5) sinostosis antara radius proksimal dan ulna.

b. Pulled elbow
Pulled elbow adalah suatu kelainan yang paling sering ditemukan pada anak-anak,
terutama anak yang berusia di bawah usia 4 tahun. Kelainan ini lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Mekanisme Trauma
Fraktur jenis ini biasanya disebabkan oleh traksi longitudinal yang mendadak sewaktu
sendi siku berada dalam posisi ekstensi dan lengan bawah berada dalam keadaan
pronasi.

Diagnosis
Segera setelah terjadi trauma, anak merasa nyeri pada daerah sendi siku. Mungkin
terdengar adanya bunyi klik. Terdapat nyeri tekan pada daerah radius proksimal.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal.

Tata Laksana
Biasanya terjadi reduksi spontan. Apabila masih terdapat subluksasi, dapat dilakukan
reposisi dengan atau tanpa pembiusan. Kemudian, dapat dilakukan mobilisasi dengan
mitela selama satu minggu.2

C. Ulna
a. Fraktur sepertiga proksimal ulna (fraktur Monteggia)2
Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dengan dislokasi radius proksimal disebut
sebagai fraktur Monteggia. Fraktur ini lebih sering ditemukan pada anak-anak
daripada orang dewasa dengan perbandingan 2:1. Fraktur dapat bersifat terbuka atau
tertutup. Biasanya ditemukan pada umur termuda 4 tahun. Laki-laki 5 kali lebih
sering daripada perempuan.

Mekanisme Trauma
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau terjadi karena hiperpronasi dengan
tangan dalam keadaan outstretched.

Klasifikasi
Menurut Bado (1962), terdapat beberapa tipe fraktur Monteggia, yaitu:
 Tipe 1: dislokasi kaput radius ke depan disertai angulasi ulna ke arah yang sama.
Insidensnya sebanyak 60−65% (tipe ekstensi).
 Tipe 2: dislokasi kaput radius ke belakang disertai angulasi ulna ke arah yang
sama, insidensnya sebanyak 15% (tipe fleksi).
 Tipe 3: dislokasi ke samping kaput radius disertai angulasi ulna ke arah yang
sama, dengan fraktur ulna tepat di distal prosesus koronoid, insidensnya sebanyak
20%.
 Tipe 4: dislokasi kaput radius ke depan disertai angulasi ulna ke arah yang sama
dengan tipe 1, bersama-sama fraktur radius di sebelah distal tuberositas bisipitalis.
Insidens sebanyak 5%.

Manifestasi Klinis
Penderita biasanya mengeluh nyeri dan bengkak pada lengan bawah dan datang
dengan tangan dalam posisi fleksi dan pronasi.

Tata Laksana
Pada fraktur terbuka, sebaiknya segera lakukan tindakan operasi disertai dengan
fiksasi ulna. Pengobatan fraktur tertutup pada anak-anak dicoba dengan reposisi
tertutup karena angka keberhasilannya sebesar 50%.2

Komplikasi
Komplikasi akibat fraktur ini dapat berupa:
1. Lesi saraf perifer; lesi nervus radialis dan nervus ulnaris.
2. Tulang ulna yang non-union
3. Ankilosis radiohumeral.
4. Sinostosis radioulnar.
5. Dislokasi kaput radius yang berulang-ulang
6. Miositosis osifikans

b. Fraktur olekranon dan epifisis ulna


Fraktur olekranon terjadi karena trauma langsung pada sendi siku atau tidak langsung
karena tarikan otot triseps yang tiba-tiba.

Manifestasi Klinis
Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada daerah olekranon.

Tata Laksana
Pada fraktur yang tidak bergeser cukup dengan pemasangan mitela. Pada fraktur yang
bergeser dilakukan operasi dengan fiksasi interna.

Komplikasi
Komplikasi fraktur ini dapat berupa gangguan ekstensi sendi siku serta gangguan
nervus ulnaris yang bersifat dini atau lanjut.

Fraktur Diafisis Ulna dan Radius


Fraktur tulang ulna dan radius dapat terjadi pada daerah sepertiga proksimal, sepertiga tengah,
atau sepertiga distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan
atau tanpa dislokasi sendi.2
Mekanisme Trauma
Trauma biasanya terjadi sewaktu tangan berada dalam keadaan outstretched.

Klasifikasi
Fraktur dapat bersifat greenstick (tidak total), kompresi (buckle atau torus), atau total.

Manifestasi Klinis
Dapat ditemukan nyeri, pembengkakan, atau adanya krepitasi serta deformitas pada daerah
lengan bawah.

Tata Laksana
Prinsip pengobatannya adalah reposisi tertutup, dengan penjabaran sebagai berikut.
1. Reduksi yang baik dapat dipertahankan lebih lama daripada suatu reduksi yang kurang baik.
2. Aposisi korteks dengan korteks tanpa adanya rotasi.
3. Imobilisasi fraktur sesuai dengan lokalisasi fraktur.
4. Dapat dilakukan rekoreksi sebelum terjadi fraktur secara klinis (3 minggu). Kemungkinan
dapat dilakukan operasi serta fiksasi interna terutama pada anak di atas usia 10 tahun.
5. Keluarga penderita perlu diperingatkan bahwa ada kemungkinan dilakukan remanipulasi.

Komplikasi
1. Refraktur terjadi apabila union belum solid.
2. Gangguan vaskularisasi karena pemasangan gips yang ketat.
3. Trauma saraf, yaitu pada nervus medianus, ulnaris, atau interoseus posterior.
4. Sinostosis.
5. Malunion.

Fraktur Radius, Ulna Distal, dan Fraktur Epifisis


Fraktur radius, ulna distal, dan fraktur epifisis merupakan fraktur yang sering ditemukan pada
anak-anak di lengan bawah (82%). Hal ini terjadi karena daerah metafisis pada anak-anak relatif
masih lemah.
Mekanisme Trauma
Terjadi pada saat tangan dalam keadaan outstretched di mana pergelangan tangan dalam keadaan
hiperekstensi.

Manifestasi Klinis
Terdapat trauma dengan mekanisme seperti di atas dengan pembengkakan dan nyeri tekan di
sekitar pergelangan tangan.

Pemeriksaan Radiologi
Dengan pemeriksaan radiologi, dapat ditentukan jenis-jenis fraktur, yang dapat berupa fraktur
greenstick, fraktur epifisis, fraktur torus, fraktur total, dan fraktur Galeazzi.

A. Fraktur Greenstick
Fraktur greenstick terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks pada daerah konveks
deformitas. Fraktur dapat mengenai salah satu tulang baik radius atau ulna saja, tetapi
kebanyakan pada kedua tulang.

Mekanisme Trauma
Fraktur greenstick terjadi karena kompresi longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur
greenstick, yaitu:
1. Angulasi volar, yang lebih sering ditemukan.
2. Angulasi ke dorsal, yang lebih jarang ditemukan.

Tata Laksana
Tidak semua fraktur greenstick perlu dilakukan reduksi tertutup, terutama bagian distal dekat
sendi. Pada umumnya, angulasi <20° pada usia 10−12 tahun tidak memerlukan reduksi dan
hanya pemasangan gips di atas siku dengan posisi pronasi selama 3−4 minggu karena dapat
terjadi koreksi angulasi secara spontan.

B. Fraktur Epifisis
Fraktur epifisis radius distal paling sering ditemukan, terutama pada anak umur 6−12 tahun. Pada
umumnya adalah tipe I atau II (Salter-Harris) dan sangat jarang ditemukan tipe III maupun tipe
IV (Salter-Harris). Fraktur epifisis ulna jarang ditemukan.

Tata Laksana
Reposisi tertutup sangat mudah dilakukan dan diimobilisasi dengan gips sirkuler di bawah siku
selama 3 minggu. Operasi dilakukan apabila fraktur sudah terjadi beberapa hari dan terdapat
pergeseran yang hebat.

C. Fraktur Torus
Fraktur torus disebut juga fraktur buckle dan fraktur ini terjadi pada korteks di daerah metafisis
2−3 cm di atas lempeng epifisis.

Tata Laksana
Pemasangan gips sirkuler di bawah siku selama 3 minggu.

D. Fraktur Total
Fraktur total pada radius dan ulna biasanya saling menyamping dan sulit untuk
mempertahankannya sehingga dilakukan reposisi.

Tata Laksana
Tetap dilakukan usaha untuk reposisi tertutup dan apabila gagal maka dilakukan reposisi terbuka
dengan fiksasi interna serta diperkuat dengan gips sirkuler selama 4 minggu, tergantung umur
penderita. Fraktur terbuka radius atau ulna sering ditemukan dan dapat menyebabkan salah satu
tulang proksimal menonjol. Pada keadaan ini, fraktur harus dirawat seperti suatu fraktur terbuka
dan disertai dengan debridemen yang baik dan dipertahankan dengan fiksasi interna.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
1. Infeksi
2. Kontraktur iskemik Volkmann
3. Lempeng pertumbuhan yang berhenti
4. Malunion
5. Refraktur

E. Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi adalah fraktur radius pada sepertiga distal dan dislokasi sendi radio-ulnar distal.
Fraktur ini lebih jarang ditemukan daripada fraktur Monteggia. Kebanyakan ditemukan pada
orang dewasa dan jarang pada anak-anak.

Manifestasi Klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.

Tata Laksana
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya dilakukan operasi dengan
fiksasi interna.

Fraktur Metakarpal dan Falang


Fraktur tulang metakarpal dan falang pada anak-anak jarang ditemukan. Beberapa jenis fraktur
yang biasa ditemukan adalah:
1. Fraktur kominutif falang distal.
2. Fraktur falang tengah.
3. Fraktur metakarpal.
4. Fraktur Bennett.

FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH


Fraktur Pelvis
Prevalensi
Angka kejadian fraktur pelvis adalah sekitar 5% dari seluruh fraktur yang terjadi pada anak.

Ciri Khas
Lesi Morel-Lavellee.

Etiologi
Kecelakaan kendaraan bermotor.

Manifestasi Klinis
Memar pada daerah panggul, nyeri pada penekanan di daerah panggul, panjang ekstremitas yang
tidak sama, nyeri pada pergerakan sendi panggul.

Diagnosis
 Pemeriksaan foto polos sinar X pelvis, jarak antar-simfisis dan taut sakroiliak lebih lebar
dibandingkan dewasa, sering kali menyebabkan salah interpretasi.
 CT scan, yang dilakukan apabila terdapat indikasi untuk tindakan pembedahan.

Fraktur Toddler
Prevalens
Sering terjadi pada anak-anak usia 2,5 tahun, angka kejadian pada anak laki-laki lebih sering
daripada anak perempuan.

Ciri Khas
Fraktur spiral tibia tanpa disertai oleh fraktur fibula.

Etiologi
Jatuh dari ketinggian dengan rotasi eksternal kaki dan lutut yang terfiksasi.

Manifestasi Klinis
Nyeri pada kaki, berjalan pincang, atau anak menolak untuk memijak tanah.

Diagnosis
Pemeriksaan fisik dimulai dari daerah proksimal ke distal, yang dimulai dari panggul, paha,
lutut, pergelangan kaki, dan kaki. Foto polos sinar X tibia dan fibula dengan proyeksi
anteroposterior, lateral, dan internal rotation oblique.

Tata Laksana
Imobilisasi dengan long leg atau short leg cast selama 3−4 minggu.
Fraktur Tibia Proksimal
Prevalensi
Jarang terjadi, angka kejadiannya <5% dari fraktur pada anak. Puncak insidensi terjadi pada usia
3−6 tahun.

Ciri Khas
Biasanya mengenai lempeng epifisis.

Etiologi
Mekanisme utama penyebab terjadinya cedera adalah low energy force pada aspek lateral tibia
pada saat lutut ekstensi.

Manifestasi Klinis
Pasien mengeluh nyeri, bengkak, dan nyeri tekan pada lokasi fraktur. Nyeri pada pergerakan
lutut.

Diagnosis
Pemeriksaan sinar X dengan proyeksi AP dan lateral. Jika curiga adanya fraktur epifisis maka
ditambahkan sinar X dengan rotasi internal dan eksternal.

Tata Laksana
 Non-displaced fracture. Imobilisasi dengan long leg cast dengan lutut hampir ekstensi penuh
dan posisi varus.
 Tata laksana operatif.

Fraktur Batang Tibia dan Fibula


Prevalensi
Paling sering terjadi pada sepertiga tengah tibia (39%), 30% kasus fraktur batang tibia disertai
oleh fraktur fibula.

Ciri Khas

Fraktur tibia tanpa disertai oleh fraktur fibula.


Etiologi
Langsung: trauma langsung pada tungkai, biasanya pada kecelakaan kendaraan bermotor.
Tidak langsung: pada anak-anak usia muda, fraktur tibia terjadi karena kekuatan torsional.

Manifestasi Klinis
Nyeri, bengkak, nyeri tekan pada daerah fraktur.

Diagnosis
Foto polos sinar X AP dan lateral pada daerah tungkai.

Tata Laksana
 Tata laksana non-operatif
Kasus fraktur tibia dan fibula yang tidak mengalami komplikasi (non-displace atau
minimally displaced) biasanya ditata laksana dengan simple manipulation dan casting.
Fracture displaced ditata laksana dengan closed reduction dan casting dengan anestesi
umum.
 Tata laksana operatif
Indikasi operasi adalah:
o Fraktur terbuka
o Fraktur yang gagal bergabung dengan closed reduction
o Terkait dengan cedera vaskuler
o Fraktur dengan sindrom kompartemen
o Fraktur comminuted
o Floating knee
o Fraktur pada palsi serebral, cedera kepala, hemofilia
o Pasien dengan cedera multisistem

Fraktur Batang Femur


Prevalensi
 1,6% dari kejadian fraktur pada populasi
 Laki-laki lebih sering terkena dengan rasio 2,6:1
 Puncak usia terjadinya fraktur femur pada anak adalah usia 2−4 tahun dan pada usia
pertengahan remaja (adolescence)

Ciri Khas

Fraktur femur pada anak usia 7 bulan.

Etiologi
 Langsung: kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, kekerasan dalam rumah
tangga.
 Tidak langsung: rotational injury.
 Fraktur patologis: osteogenesis imperfekta, non-ossifying fibroma, kista dan tumor
tulang.

Manifestasi Klinis
Tidak dapat berjalan, nyeri yang sangat hebat, bengkak, deformitas yang tampak.

Diagnosis
Foto polos sinar X femur posisi AP dan lateral.
Foto polos sinar X panggul dan lutut juga diperlukan untuk mengetahui adanya cedera pada
daerah lain.

Tata Laksana
Tata laksana fraktur femur sangat dipengaruhi oleh usia sebagaimana yang ditunjukkan oleh
Tabel xxxx di bawah ini.

Tabel xxxx. Pilihan tata laksana fraktur batang femur


Usia Tata Laksana
Dari kelahiran hingga 24 bulan Pavlik harness (neonatus hingga 6 bulan)
Early spica cast
Traksi  spica cast (sangat jarang)
24 bulan−5 tahun Early spica cast
Traksi  spica cast
Fiksasi eksternal (jarang)
Flexible intramedullary nails (jarang)
6−11 tahun Flexible intramedullary nails
Traksi  spica cast
Submuscular plate
Fiksasi eksternal
12 tahun hingga dewasa Trochanteric entry intramedullary rod
Flexible intramedullary nails
Submuscular plate
Fiksasi eksternal (jarang)
Pilihan tata laksana dipengaruhi oleh pola fraktur, berat badan anak, adanya cedera lain (kepala,
dada, perut, dan sebagainya) serta trauma jaringan lunak terkait.

Fraktur Tiga Bidang (Triplane) dan Tillaux


Prevalensi
Biasanya terjadi pada anak usia 18 bulan. Disebut juga sebagai fraktur transisi karena
kejadiannya terjadi pada usia-usia di mana lempeng epifisis mengalami peralihan dari terbuka
menuju tertutup.
Ciri Khas
Fraktur Tillaux adalah fraktur Salter-Harris tipe III yang meliputi tibia distal anterolateral.

Triplane fracture adalah sebuah grup fraktur dengan penampakan fraktur Salter-Harris tipe 3
pada radiografi AP dan fraktur Salter-Harris tipe 2 pada radiografi lateral.
Etiologi
Rotasi eksternal.

Manifestasi Klinis
Nyeri yang sangat hebat dan deformitas yang tampak sangat jelas.

Diagnosis
Foto polos sinar X posisi AP dan lateral.
CT scan diperlukan untuk mengetahui kompleks anatomi pada fraktur yang terjadi.

Tata Laksana
 Below knee dan above knee casts digunakan untuk imobilisasi fraktur non-displaced.
 Fraktur dengan displacement >2 mm dengan keterlibatan fraktur intra-artikuler dapat
direduksi dengan open atau closed reduction.

Fraktur Metatarsus
Prevalensi
Fraktur yang sangat umum terjadi pada anak-anak. Presentasenya adalah sekitar 60% kasus
fraktur pada kaki anak.

Etiologi
Langsung: trauma pada dorsum pedis, kejatuhan benda berat.
Tidak langsung: axial loading atau torsional force akibat twisted pedis.

Manifestasi Klinis
Gejala yang tampak pada pasien adalah bengkak, nyeri, ekimosis, dan tidak mampu berjalan.

Diagnosis
Foto polos sinar X posisi AP, lateral, dan oblik pada kaki

Tata Laksana
 Tata laksana non-operatif
Kebanyakan fraktur metatarsal diobati dengan splinting, kemudian diikuti oleh shortleg
walking cast ketika pembengkakan sudah mulai berkurang. Penggunaan cast selama
kurang lebih 3 sampai 6 minggu hingga tulang bergabung secara radiografis.
 Tata laksana operatif
Dilakukan jika ditemukan adanya sindrom kompartemen. Fraktur yang tidak stabil
(unstable) biasanya ditata laksana dengan percutaneous pinning dengan k-wire.

Fraktur Falang Jari Kaki


Prevalensi
Fraktur falang jari kaki memiliki prevalensi sebesar 18% dari kasus trauma pada kaki pediatri.

Ciri Khas

Gambaran fraktur ibu jari.

Etiologi
Trauma langsung atau kejatuhan benda berat.

Manifestasi Klinis
Nyeri, biasanya luka terbuka

Diagnosis
Foto polos sinar X posisi AP dan lateral.

Tata Laksana
Buddystrapping ke phalang indicis.

Komplikasi
Komplikasi fraktur falang jari kaki pada anak di antaranya adalah:
1. Gangguan pertumbuhan dan deformitas pascatrauma yang disebabkan oleh fraktur
lempeng epifisis.
2. Malunion
3. Non-union
4. Kelemahan otot
5. Panjang ekstremitas yang tidak sama

DAFTAR PUSTAKA

• Salter, R.B. 2008. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal


system. Third edition. Orthopaedi FKUI RSCM.
• Brunner, R. et al. 2007. Pediatric Orthopaedics in Practice. Springer-verlag berlin
heiderberg.

Anda mungkin juga menyukai