Anda di halaman 1dari 109

TINGKATAN PROSES KOMUNIKASI

S. Bekti Istiyanto, S.Sos, M.Si

Menurut Denis McQuail (1987) “ Mass Communication Theory “


Proses komunikasi dalam masyarakat berlangsung dalam 6 tingkatan sbb :

-Komunikasi dalam sedikit kasus


masyarakat luas

-Komunikasi organisasi

-Komunikasi antar kelompok\


organisasi

-Komunikasi dalam kelompok

-Komunikasi antar pribadi

-Komunikasi intra pribadi banyak kasus

1. Komunikasi intra pribadi proses komunikasi yang terjadi dalam diri


seseorang
2. Komunikasi antar pribadi kegiatan komunikasi secara langsung antar
manusia
3. Komunikasi dlm kelompok kegiatan komunikasi yang berlangsung
diantara anggota suatu kelompok
4. Komunikasi antar kelompok kegiatan komunikasi yang berlangsung
antara satu kelompok dengan kelompok lain
5. Komunikasi organisasi mencakup kegiatan-kegiatan komunikasi
dalam suatu organisasi
6. Komunikasi dgn masyarakat luas komunikasi ditujukan pada masyarakat
secara luas bentuk komunikasi dapat
dilakukan lewat media massa dan langsung
misal : ceramah
JENIS KOMUNIKASI DAN TEKNIKNYA

1. Kom. Informatif.
Komunikasi informatif adalah jenis komunikasi yang bertujuan memberikan informasi
atau penjelasan. Isi informasi itu sendiri bisa bersifat pemaparan pandangan misalnya,
penjelasan mengenai pelaksanaan otonomi daerah. Ada tiga hal yang harus diperhatikan
agar komunikasi informatif ini dapat berhasil yaitu:
(a) menarik perhatian;
(b) mengusahakan agar komunikan bersedia menerima isi pesan:
(c) komunikan bersedia menyimpan isi pesan.

2. Kom. Instruksional.
Maknanya bukan instruksi sebagai perintah yang harus diturut tapi berupa komunikasi
yang terjadi dalam proses belajar mengajar/pendidikan, antara guru dengan siswa atau
antar pelatih dengan yang dilatih. Tahap-tahap penerimaan pesan sama dengan yang
terjadi pada komunikasi informatif, tetapi disini efektifitas lebih mudah tercapai karena
sudah terjadi semacam kontrak pembelajaran antara komunikator dengan komunikan,
yaitu bahwa komunikator berperan sebagai guru sedangkan komunikan sebagai murid.

3. Kom. Persuasif.
Tahap-tahap penyampaian efektivitas komunikasi persuasif sama dengan komunikasi
informatif, tetapi tujuannya lebih jauh lagi, yaitu mengajak komunikan untuk bertindak
sesuai dengan isi pesan komunikator. Komunikan diberi pandangan-pandangan baru lalu
diajak meneliti kembali kerangka acuan bertindak dan pola tingkah lakunya selama ini,
dan akhirnya dibujuk untuk mengubah kerangka acuan dan pola bertindaknya itu sesuai
dengan yang dikehendaki komunikator. Sekarang ini banyak bidang yang mendasarkan
pada teknik ini seperti : periklanan/advertising, propaganda, negoisasi, direct selling,
kampanye,dsb.

4. Kom. Hiburan.
Komunikasi hiburan bertujuan untuk menghibur. Meskipun tahap-tahap prosesnya sama
dengan jenis komunikasi lainnya, pencapaian tujuannya lebih ringan daripada ketiga jenis
informasi lainnya, karena tidak perlu mengubah pandangan ataupun pola tindak
komunikan. Tetapi, untuk dapat menjalankan komunikasi menghibur dengan berhasil,
komunikator perlu mengetahui keadaan komunikan. Kalau tidak, pesan yang diharapkan
menghibur mungkin bisa diterima sebagai penghinaan. Jadi, dalam pelaksanaanya perlu
pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik.
KOMUNIKASI VERBAL
& NON VERBAL
 Komunikasi Verbal
 Komunikasi Non Verbal
HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL
 Faktor Inteligensi
 Faktor Budaya

 Faktor Pengetahuan

 Faktor Kepribadian

 Faktor Biologis

 FaktorPengalaman
JENIS-JENIS KOMUNIKASI NONVERBAL

 Komunikasi objek
 Sentuhan

 Kronemik

 Gerakan tubuh

 Proxemik

 Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi


4 ruang interpersonal: Jarak intim, Jarak
personal, Jarak sosial, Jarak publik
 Vokalik

 Lingkungan
PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL & NON
VERBAL
 1. Struktur dan derajat kepentingan.
 2. Diskresi dan keberlangsungan.

 3. Peluang terjadinya kesalahpahaman.

 4. Proses neuro-fisiologis.

 5. Durasi waktu yang dibutuhkan.

 6. Kesalahpahaman berdasarkan waktu dan


situasi.
 7. Presensi dan jarak.

 8. Bukti atau dokumentasi.

 9. Penggunaan

 10. Tujuan
FUNGSI KOMUNIKASI NON VERBAL
 Pengulangan
 Pelengkap

 Pengganti

 Memberikan penekanan

 Memperdayakan
RUANG LINGKUP KOMUNIKASI
KOMUNIKASI ILMU MULTI DISIPLINER

PERTAMUAN KE 3
RUANG LINGKUP KOMUNIKASI
• Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang
mempelajari, menelaah dan meneliti kegiatan-
kegiatan komuikasi manusia yang luas ruang
lingkupnya dan banyak dimensinya berikut ini
adalah penjelasan komunikasi berdasarkan
konteksnya yang merujuk pada Effendy (2003):
Bidang Komunikasi

• Komunikasi sosial
• Komunikasi organisasional
• Komunikasi bisnis
• Komunikasi politik
• Komunikasi internasional
• Komunikasi antarbudaya
• Komunikasi pembangunan
• Komunikasi tradisional

Selain bidang komunikasi diatas, ruang lingkup komunikasi dalam


berbagai literatur tidak jarang dijumpai bidang lainnya, seperti
komunikasi keluarga, komunikasi kesehatan dan sebagainya.
Sifat Komunikasi

Ditinjau dari sifatnya, komunikasi diklasifikasikan menjadi:


komunikasi verbal (verbal communication), komunikasi
nirverbal (non-verbal communication), dan lain-lain.
• Komunikasi verbal dapat diklasifikasi lagi ke dalam
komunikasi lisan (oral communication) dan komunikasi
tulisan (written communication).
• Komunikasi nonverbal terbagi lagi komunikasi kial
(gestural/body communication) dan komunikasi gambar
(pictorial communication), Postural (sikap tubuh), Facial
Expressions (ekspresi muka)
• Komunikasi lain-lain terdiri dari komunikasi tatap muka
(face-to-face communication) dan komunikasi bermedia
(mediated communication).
Tatanan Komunikasi

Yang dimaksud disini adalah proses komunikasi ditinjau dari jumlah


komunikan. Berdasarkan situasi komunikan seperti itu maka
diklasifikasikan menjadi bentuk-bentuk sebagai berikut:
• Komunikasi Pribadi terdiri dari Komunikasi intrapribadi dan
Komunikasi antarpribadi
• Komunikasi Kelompok terdiri dari Komunikasi kelompok kecil dan
Komunikasi kelompok besar
• Komunikasi Massa (Komunikasi media massa cetak dan Komunikasi
media massa elektronik
• Komunikasi Medio (komunikasi bermedia)
mencakup Surat, Internet, e-mail dan lain-lain media yang tidak
termasuk media massa.
Tujuan dan Fungsi Komunikasi

Tujuan Komunikasi
• Mengubah sikap
• Mengubah opini, pendapat
• Menguubah perilaku
• Mengubah masyarakat

Fungsi Komunikasi
Berdasarkan fungsinya komunikasi dapat digunakan dalam kegiatan
sebagai berikut:
• Menginformasikan (Public Information)
• Mendidik (Publik Education)
• Menghibur (Publik Entertaiment)
• Mempengaruhi (Publik Persuasion)
Tekhnik Komunikasi

Berdasarkan keterampilan berkomunikasi yang dilakukan


komunikator, tekhnik komunikasi diklasifikasikan menjadi:

• Komunikasi Informatif (Informative Communication).


• Komunikasi Persuasif (Persuasive Communication).
• Komunikasi Pervasif (Pervasive Communication).
• Komunikasi Koersif (Coersive Communication).
• Komunikasi Instruktif (Instructive Communication).
• Hubungan Manusiawi (Human Relations)
Metode Komunikasi
Metode komunikasi meliputi kegiatan yang terorganisasi
sebagai berikut:
• Jurnalisme/Jurnalistik (journalism). Terdiri dari jurnalisme
cetak (printed journalism) dan jurnalisme elektronik
(electronic journalism).
• Jurnalisme Radio (Radio Journalism).
• Jurnalisme Televisi (Television Journalism).
• Hubungan Masyarakat (Public Relations).
• Periklanan (Advertising).
• Propaganda
• Perang Urat Syarat (Psychological Warfare).
• Perpustakaan (Library)
Model komunikasi

• One Step Flow Communication, komunikasi


dilakukan dengan satu tahap antara satu
orang langsung dengan orang lain.
• Two Step Flow Communication, komunikasi
dua tahap dari seseorang pada orang lain lalu
disampaikan pada orang lain lagi.
• Multi Step Flow Communication, disampaikan
pada banyak orang secara bertahap.
KOMUNIKASI ILMU MULTI DISIPLINER

• Ilmu Komunikasi adalah salah satu ilmu pengetahuan


sosial yang bersifat multidisipliner. Itu terjadi karena
ilmu komunikasi berkembang melalui beberapa
pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang
dipergunakan yang mempengaruhi peta ilmu
komunikasi, berasal dari berbagai disiplin ilmu lain
seperti psikologi, politik, linguistik, antropologi dan lain
sebagainya. Sifat multidisipliner•ini tidak dapat
dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu
komunikasi sangat luas dan kompleks, menyangkut
berbagai aspek social, budaya, ekonomi dan politik dari
kehidupan manusia.
Lanjutan..
• Berkaitan dengan pendekatan yang
mempengaruhi perkembangan ilmu
komunikasi, Littlejohn dalam buku Theories of
Human Communications, menyatakan bahwa
secara umum terdapat tiga cara pandang ilmu
dan kaitannya dengan objek pokok
pengamatannya. Ketiga pendekatan itu
adalah:
A.Pendekatan Scientific (Ilmiah-
Empiris)
Umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu
eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran,
matematika, dll. Pendekatan atau aliran ini ditandai
beberapa hal:
1.Mengasosiasikan ilmu dengan objektifitas.
Objektifitas yang dimaksud adalah objektivitas
yang menekankan prinsip standarisasi observasi
dan konsistensi.
2.Fokus perhatiannya pada dunia hasil penemuan
(discovering world)
Lanjutan….
3.Terdapat pemisahan yang tegas antara known (objek
atau hal yang ingin diketahui/diteliti) dan knower
(subjek pelaku
atau pengamat).
4.Aliran ini lazim menggunakan metode eksperimen.
Melalui metode ini si peneliti secara sengaja
melakukan suatu
percobaan terhadap objek yang ditelitinya.
5.Pemahaman dan kesimpulan terhadap suatu fenomena
dilakukan dengan berupaya memperoleh konsensus.
B.Pendekatan Humanistic
1.Mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas, yang
mengutamakan kreatifitas individual.
2.Bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan
subjektif individual.
3.Memfokuskan perhatiannya dunia para penemunya
(discovering person).
4.Ilmu pengetahuan dilihat sebagai bagian dari diri
(pemikiran/interpretasi) peneliti.
5.Terhadap fenomena yang diamati aliran ini pemahaman
dilakukan dengan mengutamakan interpretasi-interpretasi
alternatif.
Lanjutan…
6.Metode penelitian yang lazim digunakan adalah
partisipasi observasi. Melalui penelitian seperti
ini, peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku
dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan
melibatkan diri secara aktif.
7.Cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan
menentukan penggambaran dan penguraiannya
tentang hal tsb.
8.Aliran ini biasanya mengkaji persoalan-persoalan
yang menyangkut sistem nilai, kesenian,
kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.
C.Pendekatan Khusus Ilmu
pengetahuan sosial (Sosial Sciences)
• Pendekatan ini pada dasarnya adalah gabungan
antara dua aliran sebelumnya yaitu Scientific dan
humanistic. Dalam banyak hal pendekatan ilmu
social merupakan perpanjangan tangan dari
pendekatan ilmu alam (natural science), karena
beberapa metode yang diterapkan banyak
diantaranya yang diambil dari ilmu alam. Namun
metode-metode pendekatan aliran humanistic
juga diterapkan.
Lanjutan…
• Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu
sosial pada dasarnya memfokuskan pada
pemahaman tentang bagaimana tingkah laku
manusia dalam menciptakan,
mempertukarkan dan menginterpretasikan
pesan-pesan untuk tujuan tertentu, terdapat
dua aliran utama dalam mengembangkan ilmu
komunikasi yaitu:
Lanjutan…
1.Aliran komunikasi yang menfokuskan pada proses. Atau disebut
sebagai The process school. Aliran ini melihat pentingnya nilai-nilai
efektifitas, keakuratan dari suatu kegiatan komunikasi. Karenanya
nilai-nilai standar dan objektivitas merupakan suatu keharusan
dalam aliran ini.
2.Aliran komunikasi yang memfokuskan pada makna, atau disebut
sebagai the semiotic School. Teori ini memfokuskan
bagaimana makna dipertukarkan dan diciptakan (production and
exchange of meaning).
Kedua aliran di atas secara metodologis membagi pendekatan
keilmuwannya menjadi dua pengelompokan yaitu pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif
memfokuskan pada bagaimana mengukur pengaruh suatu variable
dengan variable lainnya, sementara pendekatan kualitatif berusaha
untuk memahami dan mengerti bagaimana suatu fenomena dimaknai.
TUGAS
1. Membuat Ringkasan materi kuliah Model
komunikasi, ruang lingkup komunikasi dan
komunikasi sebagai ilmu multi disipliner.
2. Membuat soal pilihan ganda masing-masing
10 soal dari 3 materi (model, ruang lingkup &
multi disipliner)
MODEL KOMUNIKASI

PERTEMUAN KE 3
TANGGAL 24 SEPTEMBER 2020
PENDAHULUAN
• Komunikasi adalah sebuah proses yang sangat
kompleks karenanya sangat sulit untuk
mengetahui siapa yang memulai komunikasi,
kepada siapa komunikasi ditujukan, dan
dimana komunikasi berawal dan berakhir.
Untuk memahami proses komunikasi yang
sedemikian kompleks, diperlukan suatu
instrumen yang membantu menjelaskan
proses komunikasi. Instrumen tersebut adalah
model komunikasi.
DIFINISI MODEL KOMUNIKASI
• Model komunikasi adalah sebuah model
konseptual untuk menjelaskan proses
komunikasi manusia dan memperlihatkan
proses komunikasi dengan menggunakan
berbagai simbol. Model komunikasi
membentuk perspektif komunikasi dengan
menguraikan komunikasi yang begitu
kompleks menjadi lebih sederhana tanpa
menghilangkan komponen-komponen yang
ada di dalamnya.
LANJUTAN…
• Model Komunikasi adalah gambaran yang sederhana dari
proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu
komponen komunikasi dengan komponen lainnya.
• Model adalah kerangka kerja konseptual yang
menggambarkan penerapan teori untuk kasus-kasus
tertentu. Sebuah model membantu kita mengorganisasikan
data-data sehingga dapat tersusun kerangka konseptual
tentang apa yang akan diucapkan atau ditulis. Kerap kali
model-model teoritis, termasuk ilmu komunikasi,
digunakan untuk mengekpresikan definisi komunikasi,
bahwa komunikasi adalah proses transmisi dan resepsi
informasi antara manusia melalui aktivitas encoder yang
dilakukan pengirim dan decoder terhadap sinyal yang
dilakukan oleh penerima.
MODEL MENURUT PARA AHLI
• David Crystal dalam bukunya A Dictionary of
Linguistics Phonetics kerap memodelkan
komunikasi melalui definisi, komunikasi terjadi
ketika informasi yang sama maksudnya dipahami
oleh pengirim dan penerima.
• Edmondson dan Burquest mengatakan bahwa
bahasa sebagai alat komunikasi berisi jenis-jenis
kode yang dikomunikasikan melalui suatu proses
encoding suatu konsep yang akan disandi balik
melalui proses decoding.
LANJUTAN..
• Sereno dan Mortensen model komunikasi merupakan
deskripsi ideal mengenai apa yang dibutuhkan untuk
terjadinya komunikasi. Model komunikasi
mempresentasikan secara abstrak ciri-ciri penting dan
menghilangkan rincian komunikasi yang tidak perlu
dalam dunia nyata.
• B. Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi
yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari
keseluruhan, unsur, sifat, atau komponen yang penting
dari fenomena yang dijadikan model. Model adalah
gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori, dengan kata lain, model adalah teori
yang lebih disederhanakan.
LANJUTAN….

• Werner J. Severin dan James W. Tankard Jr mengatakan


model membantu merumuskan teori dan menyarankan
hubungan. Oleh karena hubungan antara model
dengan teori begitu erat, model sering
dicampuradukan dengan teori. Oleh karena kita
memilih unsur-unsur tertentu yang kita masukkan
dalam model, suatu model mengimplikasikan penilaian
atas relevansi, dan ini pada gilirannya
mengimplikasikan teori mengenai fenomena yang
diteorikan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi
teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori
dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki
konsep-konsep.
JENIS-JENIS MODEL KOMUNIKASI
Dari berbagai model komunikasi yang telah
dirumuskan oleh para ahli, dapat ditarik
benang merah bahwa model komunikasi
dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) jenis
model komunikasi yaitu :
1. Model komunikasi linear,
2. Model komunikasi transaksional,
3. Model komunikasi interaksional.
1. Model Komunikasi Linear
• Model komunikasi linear adalah model
komunikasi yang sangat sederhana dan
menggambarkan komunikasi berlangsung secara
satu arah. Arus pesan digambarkan bersifat
langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan.
Dalam model komunikasi linear tidak terdapat
konsep umpan balik dan penerima pesan bersifat
pasif dalam menerima pesan. Model komunikasi
yang merujuk pada model komunikasi linear
diantaranya adalah model komunikasi Aristoteles,
model komunikasi Lasswell, model komunikasi
SMCR Berlo, dan model
komunikasi Shannon dan Weaver.
2. Model Komunikasi Transaksional
• Model komunikasi transaksional adalah model
komunikasi yang menekankan pada pentingnya
peran pengirim pesan dan penerima pesan dalam
proses komunikasi yang berlangsung dua arah.
Model komunikasi transaksional mengaitkan
komunikasi dengan konteks sosial, konteks
hubungan, dan konteks budaya. Dalam model ini
digambarkan bahwa kita berkomunikasi tidak
hanya sebagai ajang untuk pertukaran pesan
melainkan untuk membangun hubungan. Model
komunikasi yang merujuk pada model komunikasi
transaksional diantaranya adalah model
komunikasi transaksional Barnlund.
3. Model Komunikasi Interaksi
• Model komunikasi interaksi adalah model komunikasi
yang menggambarkan komunikasi berlangsung dua
arah. Umumnya model komunikasi interaksi digunakan
dalam media baru seperti internet atau media
komunikasi modern. Model komunikasi yang merujuk
pada model komunikasi interaksi adalah
model Osgood dan Schramm. Para ahli telah
mengenalkan berbagai macam model komunikasi
sebagai upaya untuk menggambarkan dan menjelaskan
proses komunikasi serta berbagai faktor yang
mempengaruhi arus serta efektivitas komunikasi.
Model Arisroteles
Model Aristoteles adalah model yang paling klasik atau disebutbjuga
model retoris. Oleh karena itu, model ini merupakan penggambaran
dari komunikasi retoris, konu8mikasi publik atau pidato. Aristoteles
adalah orang pertama yang merumuskan model komunikasi verbal
pertama. Proses komunikasi terjadi ketika ada seorang pembicara
berbicara kepada orang lain atau khalayak lain dala rangka merubah
sikap mereka.
Aristoteles mengemukakan tiga unsur yang harus ada dalam proses
komunikasi :
• 1. Pembicara (speaker)
• 2. Pesan (message)
• 3. Pendengar (listener)
Menurut Aristoteles, persuasi dapat dicapai oleh :
• 1. Siapa Anda (etos-kepercayaan anda)
• 2. Apa argumen Anda (Logos-logika dalam pendapat Anda)
• 3. Dengan memainkan emosi khalayak (pathos-emosi khalayak)
Lanjutan…
• Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi
linear yang ditujukan untuk menggambarkan atau menjelaskan
proses public speaking. Model ini merupakan model komunikasi
pertama dan merupakan model komunikasi yang diterima secara
luas diantara model komunikasi lainnya.
• Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara
(speaker) dan bicara (speech). Model ini memiliki lima elemen,
yaitu speaker, speech, occasion, audience, dan effect.

• Salah satu kelemahan model ini adalah bahwa proses komunikasi


dipandang sebagai suatu yang statis dan tidak mempedulikan
saluran, umpan balik, efek, dan kendala-kendala. Disanping itu,
model ini juga berfokus pada komunikasi yang disengaja
(komunikator mempunyai keinginan secara sadar untuk merubah
sikap orang lain).
Model Laswell
Model ini merupakan sebuah pandangan umum tentang komunikasi
yang dikembangkan dari batasan ilmu politik.
“Who say what in which channel to whom with what effect ?”

Laswell mengemukakan tiga fungsi komunikasi, yaitu :


1. Pengawasan lingkungan,
2. Korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespon
lingkungan.
3. Transmisi warisan sosial.

Model ini melihat komunikasi sebagai transmisi pesan : Model ini


mengungkapkan isu “efek” dan bukannya “makna”. Efek secara tak
langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan
diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang bisa
diidentifikasi dalam prosesnya. Model ini lebih sesuai diterapkan
pada kajian komunikasi massa.
Model komunikasi Lasswell memiliki 5 (lima) komponen, yaitu :
• who (sender) – komunikator atau pengirim atau sumber
pesan.
• says what (message) – isi pesan.
• channel (media) – medium atau media.
• to whom (receiver) – penerima pesan atau khalayak.
• with what effect (feedback) – umpan balik yang diberikan
oleh penerima pesan kepada pengirim pesan.
Lanjutan..
Kelima komponen tersebut seringkali dijadikan sebagai bahan analisis
atau kajian untuk mengevaluasi masing-masing komponen dan proses
komunikasi secara keseluruhan. Adapun analisis yang dilakukan
terhadap kelima komponen komunikasi tersebut adalah sebagai
berikut :
• Analisis kontrol, umumnya dilakukan untuk membantu pengirim
pesan untuk memiliki seluruh kekuatan.
• Analisis isi, umumnya dikaitkan dengan stereoptipe dan
representasi perbedaan kelompok politik dan berhubungan dengan
tujuan pesan yang disampaikan.
• Analisis media, umumnya mengkaji pemilihan media yang akan
digunakan untuk mencapai khalayak
• Analisis khalayak, umumnya mengkali siapa yang menjadi target
sasaran.
• Analisis efek, umumnya dilakukan sebelum proses dimulai dengan
tujuan untuk memprediksi efek pesan terhadap target sasaran
Lanjutan…
• Model komunikasi Lasswell awalnya dikembangkan
untuk menganalisis komunikasi massa, khususnya studi
tentang media propaganda. Namun, pada
perkembangannya, model ini digunakan pula untuk
menganalisis komunikasi interpersonal atau komunikasi
kelompok yang menjadi sasaran diseminasi pesan.
Selain itu, Lasswell juga membawa konsep proses
komunikasi yang efektif. Menurutnya, terdapat
hubungan antara penyajian fakta-fakta dengan
bagaimana fakta-fakta tersebut dapat menyebabkan
efek yang berbeda. Penggunaan konsep efek membuat
model Laswell tidak seperti namanya. Hal ini
dikarenakan efek dapat berperan juga
sebagai feedback atau umpan balik.
Model SMCR Berlo

• Model ini hanya memperlihatkan komunikasi satu


arah dan hanya terdiri dari empat komponen
utama, yaitu sumber, saluran dan penerima. Akan
tetapi pada masing-masing komponen tersebut
ada sejumlah faktor kontrol.
• Model komunikasi Berlo disamping menekankan
ide bahwa meaning are in the people. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa interpretasi
pesan terutama tergantung kepada arti dari kata
atau pesan yang di tafsirkan oleh pengirim atau
penerima pesan.
Gambar Model SMCR Berlo;
Keterangan gambar

Dalam model ini terdapat beberapa komponen


yaitu sender, message,channel, dan receiver dimana
masing-masing komponen dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
1. Pengirim (sender)
Sumber pesan atau orang yang mengorganisasi
pesan. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pengirim pesan dan penerima
pesan, yaitu : Keterampilan komunikasi , Sikap,
Pengetahuan, Sistem sosial, dan Budaya .
Lanjutan…
2. Pesan (message)
Pesan adalah hal substansif yang dikirimkan oleh
pengirim pesan kepada penerima pesan. Pesan dapat
berbentuk suara, teks, video atau lain-lain. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pesan adalah : Isi pesan ,
Elemen pesan, Perlakuan, Struktur pesan, dan Kode.
3. Media (channel)
Media yang digunakan untuk mengirim pesan merujuk
pada bentuk atau konteks komunikasi lain seperti
misalnya komunikasi interpersonal merujuk pada
kelima rasa melalui panca indera yang dimiliki oleh
manusia, yang turut mempengaruhi arus dan
efektivitas komunikasi yaitu mendengarkan, melihat,
menyentuh, mencium, dan merasakan.
Lanjutan….

4. Penerima (receiver)
Orang yang menerima pesan yang dikirmkan
oleh pengirim pesan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penerima pesan sama dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengirim
pesan, yaitu :
Keterampilan komunikasi , sikap ,
Pengetahuan , Sistem sosial , dan Budaya
Model Shannon dan Weaver
Model ini mengandaikan sebuah sumber daya
informasi (source information) yang menciptakan sebuah
pesan (message) dan mengirimnya dengan suatu
saluran (channel) kepada penerima (receiver) yang
kemudian membuat ulang (recreate) pesan tersebut.
• Model ini terdiri dari lima elemen :
a) Information Source adalah yang memproduksi pesan.
b) Transmitter yang menyandikan pesan dalam bentuk
sinyal.
c) Channel adalah saluran pesan.
d) Receiver adalah pihak yang menguraikan atau
mengkonstruksikan pesan dari sinyal.
e) Destination adalah dimana pesan sampai.
Lanjutan…
• Suatu konsep penting dalam model ini adalah
gangguan (noise), yakni setiap rangsangan
tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu kecermatan pesan yang
disampaikan. Konsep-konsep lain yang
merupakan andil Shannon dan Weaber adalah
entropi dan redudansi. Model ini diterapkan pada
konteks-konteks komunikasi lainnya seperti
komunikasi antarpribadi, komunikasi publik atau
komunikasi massa. Lemahnya model ini hanya
memberikan gambaran yang parsial mengenai
proses komunikasi.
• Gambar model Shannon dan Weaver sbb:
Model Barnlund
• Model komunikasi berikutnya adalah sebuah model
komunikasi yang dibuat oleh Dean C. Barnlund, yang
menggambarkan sebuah model
komunikasi transaksional, yang menjadi dasar
komunikasi interpersonal yang menggambarkan proses
pengiriman dan penerimaan pesan terjadi secara simultan
tanpa ada salah satu pihak hanya berperan pasif sebagai
partisipan komunikasi.

• Model komunikasi Barnlund dikenal dengan nama Model


Komunikasi Transaksional Barnlund. Model ini merupakan
respon terhadap model komunikasi linear yang bersifat
statis ke model komunikasi yang bersifat dinamis dan
model komunikasi dua arah.
Lanjutan…
• Model komunikasi transaksional Barnlund menggambarkan
proses komunikasi yang berlangsung secara
berkesinambungan dimana pengirim dan penerima saling
bertukar peran dan bertukar tempat secara seimbang. Pesan
berjalan mengambil tempat dengan umpan balik konstan yang
diberikan oleh partisipan komunikasi. Umpan balik yang
diberikan oleh salah satu pihak adalah pesan bagi pihak
lainnya.

• Model komunikasi ini berdapat beberapa komponen,


yaitu cues (tanda untuk melakukan sesuatu, speech
act (tindakan berbicara), filter (subjek yang terkait dengan
komunikasi, dan noise (gangguan yang terjadi selama
komunikasi berlangsung). Dari model komunikasi ini dianggap
antara penerima dan pengirim pesan saling bergiliran
mengambil posisi sebagai pengirim dan penerima sehingga
komunikasi yang terjadi bersifat simultan.
Model Osgood dan Schramm
Model komunikasi Osgood dan Schramm, atau
dikenal pula sebagai Model Komunikasi Encode-
Decode.
model ini Osgood mengganti komunikasi linear
menjadi komunikasi sirkuler,
kemudian Schramm menambahkan konsep field of
experience sebagai hal-hal yang mempengaruhi
pemahaman dan interpretasi pesan di dalam proses
komunikasi.
Lanjutan..
Di dalam proses komunikasi Osgood dan Shcramm, ada beberapa
komponen komunikasi, yaitu:
• Sender (pengirim pesan)
• Encoder (orang yang mengubah pesan ke dalam bentuk kode)
• Decoder (orang yang mendapatkan pesan dari encoder dan
mengubahnya pada bahasa lain yang telah dimengerti oleh
penerima pesan)
• Interpreter (orang yang mencoba untuk memahami dan
menganalisa pesan)
• Receiver (orang yang menerima pesan dan melakukan
proses decoding dan menginterpretasikan pesan)
• Message (pesan)
• Feedback (proses merespons pesan yang diterima oleh subjek
penerima pesan)
• Medium (media untuk mengirimkan pesan)
• Noise (gangguan dalam proses komunikasi)
Lanjutan..
Menurut Schram komunikasi membutuhkan setidaknya tiga unsur :
1. Sumber, bisa berupa :
· Seorang individual berbicara, menulis, menggambar, bergerak.
· Sebuah organisasi komunikasi (koran, rumah produksi, televisi).
2. Pesan, dapat berupa tinta dalam kertas, gelombang suara dalam
udara, lambaian tangan, atau
sinyal-sinyal lain yang memiliki makna.
3. Sasaran, dapat berupa individu yang mendengarkan, melihat,
membaca, anggota dari sebuah kelompok, mahasiswa dalam
perkuliahan, khalayak massa, pembaca surat kabar, penonton
televisi, dll.

Schramm melihat komunikasi sebagai usaha yang bertujuan untuk


menciptakan commonness antara komunikator dan komunikan. Hal
ini karena komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang
artinya sama.
Model stimulus-Respons
• Model ini adalah model komunikasi paling dasar.
Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi,
khususnya yang beraliran bihavioristik. Komunikasi
dianggap sebagainsuatu proses aksi-reaksi yang sangat
sederhana. Ketika saya tersenyum pada Anda dan Anda
membalas senyiman saya, itulah model S-R. Model ini
mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan),
isyarat-isyarat non verbal, gambar-gambar, dan
tindakan-tindakaj tertentu akan merangsang orang lain
untuk memberikan respon dengan cara tertentu.
Model ini mengabaikan adanya faktor manusia seperti
sistem internal individu. Singkatnya model ini
menganggap bahwa komunikasi itu bersifat statis.
Lanjutan…
• Kita dapat juga mengatakan bahwa proses ini
merupakan perpindahan informasi ataupun
gagasan. Proses ini dapat berupa timbal balik dan
mempunyai efek yang banyak. Setiap efek dapat
merubah perilaku dari komunikasi berikutnya.
• Manusia selalu karena adanya stimulus atau
rangsangan dari luar, bukan berdasarkan
kehendak, keinginan atau kemauan bebasnya.
Oleh karena itu, model ini kurang tepat kalau
diterapkan pada proses komunikasi manusia.
TUGAS
1. Apa saja model-model komunikasi ?
2. Jelaskan pengertian dari model-model
komunikasi tersebut!
3. Bagaimana komunikasi sebagai proses ?
4. Definisi Model Komunikasi
UNSUR DAN PRINSIP
KOMUNIKASI
PERTEMUAN KE 2
KAMIS, 17 SEPTEMBER 2020

SEMESTER V TPH
POLTEK AUP
Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah interaksi antara dua
atau lebih manusia yang melibatkan proses pengiriman
serta penerimaan pesan dari komunikator atau sumber
informasi kepada komunikan atau target pesan.
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa komunikasi
terdiri dari berberapa unsur yang mempengaruhinya.
Unsur tersebut antara lain komunikator, pesan, media
komunikasi, komunikan, dan feedback. Kelima unsur
tersebut merupakan unsur utama dalam komunikasi
yang menandakan adanya proses komunikasi yang
berlangsung. Jika hanya komunikator dan pesan saja
tanpa adanya feedback dari komunikan, komunikasi
hanya berjalan satu arah
Lanjutan..
• Komunikasi ini memiliki tujuan tertentu, baik
untuk mentransfer ide, mengedukasi, atau untuk
mengubah sesuatu. Agar tujuan komunikasi
tercapai maka seluruh proses komunikasi harus
berjalan dengan baik. Agar proses komunikasi
berjalan dengan baik, maka setiap unsur dalam
komunikasi harus diperhatikan sedemikian rupa,
sehingga dapat menghasilkan feedback positif
dari komunikan. Berikut ini unsur – unsur
komunikasi yang memiliki peran penting dalam
keberhasilan sebuah proses komunikasi.
UNSUR KOMUNIKASI
• Unsur-unsur komunikasi Adalah yang
membuat komunikasi dapat berjalan. Setiap
unsur saling mempengaruhi dan jika ada yang
salah atau terganggu maka komunikasi dapat
mengalami miscommunication atau tidak
efektif
Lanjutan…

• Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu


proses yang menjelaskan
• Unsur menurut Lasswell (awal komunikasi) Who
Says what In which channel To whom With what
effect
• siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa,
kepada siapa? Dengan akibat apa
atau hasil apa? (Who? Says what? In which
channel? To whom? With what
effect?)
Unsur Komunikasi
1. Komunikator /Source (sumber) : encoder
Communicator, encoder, sender, pengirim pesan
Communican, audience, khalayak, decoder atau
sasaran
2. Message (pesan): content, informasi
3. Channel (saluran) : media, saluran, sarana, alat
4. Komunikan /Receiver (penerima) : kecakapan
komunikasi, sikap, pengetahuan, keadaan lahiriah
5. Effect/ pengaruh: dampak Feedback, umpan
balik, tanggapan Noice, gangguan dan hambatan
1. Komunikator/Source
• Komunikator merupakan unsur komunikasi yang
bertindak sebagai penyampai pesan. Komunikator
merupakan sumber informasi bagi komunikan.
Sehingga bagaimana komunikator mendeliver sebuah
pesan sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi.
Apakah komunikan dapat menangkap dan mengerti
sebuah pesan atau tidak, dan bagaimana respon yang
dihasilkan komunikan sangat ditentukan oleh
kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan.
• Berikut beberapa hal yang perlu dimiliki oleh seorang
komunikator agar pesan yang disampaikan dapat
diterima oleh komunikan:
Hal-hal yang di miliki seorang komunikator
• Menguasai tehnik bicara atau menulis untuk
menyampaikan pesan.
• Memiliki pengetahuan luas mengenai pesan yang akan
disampaikan.
• Memiliki kemampuan untuk menyusun isi pesan dengan
baik.
• Memiliki kemampuan untuk memilih media yang paling
tepat untuk digunakan dalam menyampaikan pesan.
• Memiliki kredibilitas yang baik dimata audience atau
komunikan.
• Memiliki pengetahuan untuk mengantisipasi gangguan
yang mungkin timbul.
• Memiliki kemampuan untuk memberikan tanggapan atas
feedback yang diberikan komunikan.
2. Message (pesan)

• Pesan merupakan ide, informasi atau berita


yang ingin disampaikan komunikator kepada
komunikan. Pesan disini bisa berupa kata-kata,
tulisan, gambar atau lainnya. Pesan
mengandung materi yang ditujukan untuk
mempengaruhi atau mengubah komunikan.
Pesan sendiri terbagi dalam beberapa jenis
sebagai berikut:
Jenis Pesan
• Pesan informatif
Pesan informatif adalah pesan yang sifatnya memberikan keterangan,
fakta, atau informasi lainnya. Pesan jenis ini merupakan pesan yang dapat
dijadikan acuan dalam pengambilan sebuah keputusan oleh komunikan.
Contoh pesan jenis ini misalnya informasi mengenai bencana alam, jenis
bantuan apa yang dibutuhkan oleh pengungsi.
• Pesan persuasif
Pesan persuasif adalah pesan yang bersifat membujuk. Tujuan pesan jenis
ini adalah untuk merubah sikap komunikan. Dengan pesan jenis ini
komunikan dapat perubahan sikap komunikan didapatkan tanpa adaya
paksaan, namun berasal dari keinginan komunikan sendiri. Contoh pesan
jenis ini misalnya iklan sebuah produk.
• Pesan koersif
Berkebalikan dengan pesan persuasif, pesan koefsif merupakan pesan
yang bersifat memaksa. Dalam mencapai tujuannya, yaitu merubah prilaku
komunikan, pesan jenis ini mengandung unsur paksaan seperti pemberian
sanksi atau semacamnya. Contoh pesan persuasif misalnya peraturan
pegawai dalam sebuah perusahaan.
3. Channel /Media komunikasi
• Media komunikasi merupakan sarana atau saluran yang
digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan sebuah
pesan. Dalam berkomunikasi, pesan akan diterima oleh
pancaindra manusia baru selanjutnya diproses dalam
pikirannya dan kemudian menghasilkan sebuah feedback.
Pesan yang disampaikan dalam bentuk sebuah gambar dan
suara biasanya akan lebih menarik dari pada pesan
yang hanya disampaikan lewat tulisan saja.
• Pemilihan media atau sarana komunikasi yang digunakan
untuk menyampaikan sebuah pesan, bergantung pada sifat,
jenis, atau bentuk pesan yang akan disampaikan. Pesan
dalam bentuk tulisan misalnya, dapat disampaikan
menggunakan media Koran atau majalah, sedangkan media
televisi bisanya digunakan untuk menyampaikan pesan
dalam bentuk video (gambar dan suara).
Media komunikasi dikelompokkan kedalam dua
kategori, yaitu:
• Media Personal
Media personal merupakan media komunikasi yang
digunakan oleh dua orang yang berkomunikasi secara
personal atau pribadi. Misalnya media telepon, media
perpesanan atau chatting seperti whatsapp, telegram, line,
bbm, atau media video call seperti skype, whatsapp dan
semacamnya.
• Media Massa
Media massa merupakan media komunikasi yang
digunakan untuk mengkomunikasikan pesan kepada
masyarakat luas. Target yang ditentukan tidak spesifik
seperti komunikasi person to person. Pesan yang
disampaikan melalui media ini biasanya berdampak besar
bagi banyak orang, sebab sifatnya yang masif. Contoh
media massa misalnya televisi, Koran, atau radio.
4. Komunikan / Penerima Pesan

• Komunikan merupakan penerima pesan, pihak


yang menjadi sasaran komunikasi. Target yang
ditentukan oleh komunikator untuk menerima
pesan yang disampaikannya. Komunikan bisa
seorang indivisu, kelompok, organisasi atau
lainnya. Komunikan mempunyai tanggung jawab
untuk dapat memahami apa yang disampaikan
komunikator kepadanya, untuk itu seorang
komunikan yang baik harus memperhatikan apa
yang disampaikan komunikator dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari seorang komunikan :
• Kecakapan komunikasi
Kecakapan komunikasi disini berkaitan dengan kecakapan komunikan
dalam membaca, medengar serta menangkap apa yang dibaca dan
didengarnya.
• Sikap
Sikap disini berkaitan dengan sikap komunikan terhadap komunikator
serta pesan yang disampaikannya. Ketika seorang memiliki asumsi yang
negatif misalnya, komunikan cenderung akan bersikap acuh atau juga
sebaliknya
• Pengetahuan
Pengetahuan komunikan terhadap pesan yang disampaikan juga sangat
mempengaruhi ringkat pemahaman komunikan terhadap pesan yang
disampaikan. Misalnya pesan berisi informasi mengenai kehamilan tidak
tepat untuk disampaikan kepada anak SD.
• Keadaan Lahiriah
Manusia normal memliki indra penglihatan, pendengaran, peraba, perasa,
dan penciuman. Namun terdapat beberapa orang yang mengalami
disabilitas taua kecacatan seperti tidak bisa melihat atau mendengar. Hal
ini perlu diperhatikan, agar pesan yang disampaikan dapat diterima
dengan baik.
5. Effect (Feedback)

• Feedback atau umpan balik merupakan respon yang


diberikan komunikan untuk menanggapi pesan yang telah
diterimanya dari komunikator. Sama seperti keempat unsur
komunikasi yang telah disebutkan sebelumnya, feedback
memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan
komunikasi. Feedback dari komunikan akan mengukur
apakah komunikasi berjalan dengan baik, apakah
komunikan memahami pesan yang disampaikan, dan
apakah tujuan komunikasi tercapai atau tidak.
• Feedback dari komunikan bisa berupa apa saja, baik
gesture tubuh seperti gelengan atau anggukan kepala,
senyuman atau prilaku seperti mencatat informasi, atau
juga ucapan tanggapan berupa gumaman tertentu.
Feedback sendiri dibagi menjadi dua kategori, yatu:
2 Kategori Feedback

• Feedback negatif
Feedback negatif merupakan respon yang
sifatnya cenderung tidak setuju atau menolak
pesan yang disampaikan. Contohnya bersikap
acuh, gelengan kepala, atau semacamnnya.
• Feedback positif
Feedback positif merupakan respon yang
menunjukkan persetujuan komunikan terhadap
pesan yang disampaikan. Misalnya berupa
anggukan kepala, senyuman, atau sikap responsif
lainnya.
PRINSIP KOMUNIKASI
▪ Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada
suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
▪ Ada 12 prinsip komunikasi menurut (Deddy
Mulyana, 2005) yaitu :
PRINSIP 1 : KOMUNIKASI ADALAH SUATU PROSES
SIMBOLIK
• Salah satu kelebihan manusia dari makhluk lain
(hewan) adalah ia diberi kemampuan untuk berfikir
sehingga manusia mempunyai kemampuan untuk
menggunakan lambang. Hal inilah yang membedakan
manusia dengan makhluk lain, yaitu kemampuannya
dalam menggunakan simbol (animal symbolicum).
• Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan
untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi
kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek
yang maknanya disepakati bersama. Kata kunci dari
lambang atau simbol ini adalah adanya kesepakatan
sekelompok orang, tanpa adanya kesepakatan tersebut
maka simbol tersebut tidak akan dapat dijadikan
sebagai komunikasi.
PRINSIP 2: SETIAP PELAKU KOMUNIKASI
MEMPUNYAI POTENSI KOMUNIKASI
• Setiap orang tidak bebas nilai, pada saat orang tersebut
tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi
dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah
terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh,
ekspresi wajah ( komunikasi non verbal ) seseorang
dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
• Kita tidak dapat berkomunikasi (We Cannot not
communicate), tidak berarti bahwa semua perilaku
adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang
memberi makna pada perilaku orang lain atau
perilakunya sendiri.
PRINSIP 3: KOMUNIKASI PUNYA DIMENSI ISI
DAN DIMENSI HUBUNGAN
• Dimensi isi menunjukkan muatan (isi)
komunikasi sedangkan dimensi hubungan
menunjukkan bagaimana cara mengatakannya
dan mengisyaratkan, bagaimana hubungan
para peserta komunikasi dan bagaimana
seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dimensi isi
disandi secara verbal sedangkan dimensi
hubungan disandi secara non verbal.
PRINSIP 4: KOMUNIKASI ITU BERLANGSUNG
DALAM BERBAGAI TINGKAT KESENGAJAAN
• Komunikasi dilakukan manusia dari yang tidak
sengaja hingga yang sengaja dan sadar serta
terencana melakukan komunikasi. Kesadaran
akan lebih tinggi ketika berkomunikasi dalam
situasi-situasi khusus.
PRINSIP 5: KOMUNIKASI TERJADI DALAM
KONTEKS RUANG DAN WAKTU
• Pesan komunikasi yang dikirim oleh pihak
komunikan baik secara verbal maupun non-
verbal disesuaikan dengan tempat, dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada
siapa pesan itu dikirim dan kapan komunikasi
itu berlangsung. Seseorang yang
berkomunikasi akan menimbulkan makna-
makna tertentu, sedangkan makna tersebut
berhubungan dengan konteks fisik/ruang,
waktu, sosial, dan psikologis.
PRINSIP 6: KOMUNIKASI MELIBATKAN
PREDIKSI PESERTA KOMUNIKASI
• Ketika orang-orang berkomunikasi, mereka
meramalkan efek perilaku komunikasi mereka.
Dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh
aturan atau tatakrama. Artinya, orang-orang
memilih strategi tertentu berdasarkan bagaimana
orang yang menerima pesan akan merespon.
• Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering
belangsung cepat. Kita dapat memprediksi
perilaku komunikasi orang lain berdasarkan
peransosialnya.
PRINSIP 7: KOMUNIKASI ITU BERSIFAT SISTEMIK

• Komunikasi bersifat sistemik, yaitu menyangkut 2


hal: internal dan eksternal. Internal adalah
seluruh sistem nilai yang dibawa individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi sehingga
membentuk pribadi yang unik. Sistem internal
adalah lingkungan sosial, keluarga, kelompok, dll.
• Sistem, eksternal adalah unsurunsur diluar
individu, seperti cahaya ruang, kegaduhan, isyarat
fisik, pilihan kata, dll.
PRINSIP 8: SEMAKIN MIRIP LATAR BELAKANG
SOSIAL BUDAYA SEMAKIN EFEKTIFLAH
KOMUNIKASI
• Jika dua orang melakukan komunikasi berasal
dari suku yang sama, pendidikan yang sama,
maka ada kecenderungan dua pihak tersebut
mempunyai bahan yang sama untuk
berkomunikasi. Komunikasi efektif: memiliki
kesamaan persepsi dan harapan
PRINSIP 9: KOMUNIKASI BERSIFAT
NONSEKUENSIAL
• Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti
tidak berlangsung satu arah. Melibatkan
respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa
pesan yang dikirimkan itu diterima dan
dimengerti.
PRINSIP 10: KOMUNIKASI BERSIFAT PROSESUAL,
DINAMIS DAN TRANSAKSIONAL
• Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi
adalah sebuah proses adalah komunikasi itu
dinamis dan transaksional. Ada proses saling
memberi dan menerima informasi diantara
pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
PRINSIP 11: KOMUNIKASI BERSIFAT
IRREVERSIBLE
• Setiap orang yang melakukan proses
komunikasi tidak dapat mengontrol
sedemikian rupa terhadap efek yang
ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika
seseorang sudah berkata menyakiti orang lain,
maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu
saja pada diri orang lain tersebut.
PRINSIP 12: KOMUNIKASI BUKAN PANESEA
UNTUK MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH
• Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-
satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah. Banyak
persoalan dan konflik antar manusia
disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun
komunikasi bukanlah panasea (obat mujarab)
untuk menyelesaikan persoalan atau konflik
itu, karena konflik atau persoalan tersebut
mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
TUGAS
• Lakukan wawancara kepada orang tentang
profesi mereka. Tulis pertanyaan dan hasil
jawaban wawancara kemudian simpulkan.
(minimal ada 20 pertanyaan)
TERIMA KASIH
Persepsi: Inti Komunikasi menurut Prof.
Deddy Mulyana dalam Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar
Ketika para ahli meneliti fenomena alam, atau ketika para insinyur menguji sebuah mesin,
persepsi mereka boleh jadi mendekati akurat. Namun ketika mereka berkomunikasi dengan
manusia, baik dengan sesama ilmuwan atau bahkan dengan pasangan hidup mereka masing-
masing, persepsi mereka mungkin kurang atau bahkan tidak cermat karena berdasarkan
motif, perasaan, nilai, kepentingan, dan tujuan yang berlainan.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi,
yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi.

Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak
mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu
pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi
antarindividu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Persepsi meliputi penginderaan (sensasi) melalui alat-alat indra kita, atensi, dan interpretasi.
Sensasi merujuk kepada pesan yang dikirimkan melalui otak lewat penglihatan, pendengaran,
sentuhan, penciuman, dan pengecapan.

Semua indra punya andil dalam bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Penglihatan
menyampaikan esan nnverbal ke otak untuk diinterpretasikan. Oleh karena itu otak menerima
kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual, penglihatan mungkin merupakan indra
yang paling penting.

Kenneth K, Sereno, dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearson, dan Paul E. Nelson,
menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu : seleksi, organisasi, dan
interpretasi. Yang dimaksud seleksi sebenarnya mencakup sensasi dan atensi, sedangkan
organisasi melekat pada interpretasi, yang dpat didefinisikan sebagai “meletakan suatu
rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu keseluruhan yang
bermakna.”

Atensi tidak terelakkan karena sebelum kita merespons atau menafsirkan karena sebelum kita
merespons atau menafsirkan kejadian atau rangsangan apa pun, kita harus terlebih dulu
memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Ini berarti bahwa persepsi mensyaratkan
kehadiran objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain juga diri sendiri.

Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atau informasi yang kita peroleh melalui
salah satu atau lebih indra kita. Pengetahuan yang kita peroleh melalui persepsi bukan
pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana
tampaknya objek tersebut.

Alih-alih mengenali objek-objek tersebut sebagai spesifik dan kejadian-kejadian tertentu


memiliki polat tertentu. Alasannya sederhana saja, karena persepsi kita adalah proses aktif
yang menuntut suatu tatanan dan makna atas berbagai rangsangan yang kita terima.
Sebenarya hanya rangsangan-rangsangan tertentu yang kita perhatian, mungkin sebagian
kecil saja dari semua rangsangan tersebut, sementara kita mengabauikan sebagian besar
lainnya karena selain tidak sesuai dengan kepentingan kita, kemampuan pancaindra pun
terbatas; dan lagi, tidak semua rangsangan itu mempunya daya tarik yang sama.

Umumnya kita hanya dapat memperhatikan satu rangsangan saja secara penuh. Kalau kita
memperhatikan dua atau lebih rangsangan pada saat yang sama, kualitas perhatian kita akan
berkurang terhadap rangsangan-rangsangan tersebut.

Persepsi manusia sebenarnya terbagi menjadi dua: persepsi terhadap objek dan persepsi
terhadap manusia. Persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia
bersifat dinamis. Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi terhadap
lingkungan sosial. Perbedaan tersebutmencakup hal-hal berikut :

• Persepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap


orang melalui lambang verbal dan nonverbal.
• Persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan persepsi terhadap
manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (perasaan, motif, dan sebagainya).
• Objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi.

PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN FISIK

Persepsi sering mengecoh kita. Itulah yang disebut ilusi perseptual. Kita merasa dunia ini
datar, padahal bulat.

Dalam mempersepsi lingkungan fisik, kita terkadang melakukan kekeliruan. Indra tidak
jarang menipu kita. Anda mungkin pernah menyaksikan bagaimana tongkat lurus yang
dimasukkan ke dalam bak air tampak bengkok.

Dalam pendengaran, kita tidak akan mampu mengenali berbagai nada suara atau bunyi.
Meskipun penglihatan merupakan indra terkaya, pendengaran kita diperkirakan dapat
menangkap kira-kira 340.000 nada berlainan. Penciuman, sentuhan, dan pengindraan lainnya
memperkya pengalaman perseptual kita di luar pemahaman dan imajinasi kita.

Seperti juga hidung dan lidah, mata yang dimiliki orang-orang akan menangkap realitas yang
sama. Perhatikan bagaimana mata sering menipu kita. Kereta api yang kita naiki mulai
berangkat. Ketika melihat keluar jendela, kita merasa rumah-rumah dan pohon bergerak, dan
kitalah yang seolah-olah diam.

Tipuan mata juga sering menimbulkan perbedaan pendapat antara wasit, pemain, dan
penonton olahraga mengenai jalannya pertandingan, seperti apakah terjadi pelanggaran oleh
pemain atau tidak. Realitas adalah sesuatu yang terjadi di sini – dalam pikiran, ketimbang
yang berlangsung di sana – di lapangan.

Latar belakang pengalaman, budaya, dan suasana psikologis yang berbeda juga membuat
persepsi kita berbeda atas suatu objek.
PERSEPSI SOSIAL

Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang
kita alami dalam lingkaran kita. Manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap
mereka bersifat berisiko.

Berberapa prinspi penting mengenai persepsi sosial yang menjadi pembenaran atas perbedaan
persepsi sosial ini adalah sebagai berikut.

Persepsi berdasarkan pengalaman

Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap halhal
itu berdasarkan pengalaman (dan pembelajaran) masa lalu mereka dengan orang, objek, atau
kejadian serupa.

Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek jelas akan membuat
seseorang menafsirkan objek tersebut berdasarkan dugaan semata, atau pengalaman yang
mirip.

Oleh karena kita terbiasa merespons suatu objek dengan cara tertentu, kita sering gagal
mempersepsikan perbedaan yang samar dalam objek lain yang mirip. Kita memperlakukan
objek itu seperti sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek tersebut. Kita
misalnya sering tidak melihat kekeliruan ejaan yang terdapat dalam tulisan makalah kita
sendiri, namun lebih sering menemukan kesalahan ejaan dalam tulisan orang lain. Bila
berdasarkan pengalaman kita sering melihat suatu objek diperlakukan dengan cara yang
lazim, kita mungkin akan bereaksi lain terhadap cara baru memperlakukan objek tersebut,
berdasarkan persepsi kita yang lama itu.

Persepsi bersifat selektif

Setiap saat Anda diberondong dengan jutaan rangsangan indrawi. Anda harus menafsirkan
setiap rangsangan tersebut, Anda bisa gila. Kita belajar mengatasi kerumitan ini dengan
memperhatikan sedikit saja rangsangan. Atensi kita terhadap suatu merupakan faktor utama
yang menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut

Faktor internal yang mempengaruhi atensi

Atensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal : faktor biologis, faktor finologis, dan faktor-
faktor sosial budaya . semakin besar perbedaan aspek-aspek tersebut secara individu, maka
semakin besar perbedaan persepsi mereka mengenai realitas

Motivasi merupakan salah satu faktor internal yang penting.

Persepsi manusia juga dipengaruhi oleh pengharapan (expectation)nya. Apabila orang telah
belajar mengharapkan sesuatu untuk terjadi, maka mereka akan mempersepsi informasi yang
menunjukkan kepada mereka bahwa apa yng mereka harapkan telah terjadi. Mereka tidak
akan memperhatikan informasi yang menunjukkan kepada mereka tidak terpenuhi.
Emosi kita jelas mempengaruhi persepsi kita. Ketika kita sedang bahagia, misalnya kita baru
saja lulus ujian atau memperoleh keuntungan besar, kita tidak teralu kesal ketika sedang
kehujanan dan melewati gang becek berlumpur. Namun, boleh jadi kita akan menggerutu
menghadapi keadaan itu ketika kita baru saja bertengkar hebat dengan istri atau kita baru
dipecat dari pekerjaan.

faktor eksternal yang mempengaruhi atensi

Atensi Anda pada suatu objek juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni atribut-atribut
objek yang dipersepsi seperti gerakan, intensitas, kontras, kebaruan, dan perulangan objek
yang dipersepsi.

Suatu objek yang bergerak lebih menarik perhatian daripada objek yang diam. Itu sebabnya,
kita lebih menyenangi televisi sebagai gambar bergerak daripada komik sebagai gambar
diam. Rangsangan yang intensitasnya menonjol juga akan menarik perhatian.

Orang atau objek yang penampilannya lain daripada yang lain, juga akan menarik perhatian,
seperti seseorang bule diantara bangsa dewek, orang berkulit hitam diantara orang berkulit
putih, wanita berbikini diantara wanita berpakaian lebih sopan di pantai.

Suatu peristiwa yang berulang jelas lebih potensial untuk kita perhatikan, seperti iklan di
televisi swasta yang disiarulangkan setiap periode tertentu.

Persepsi bersifat dugaan

Oleh karena data yang kita peroleh mengenai objek lewat pengindraan tidak pernah lengkap,
persepsi merupakan loncatan langsung pada kesimpulan. Seperti proses seleksi, langkah ini
dianngap perlu karena kita tidak mungkin memperoleh seperangkat rincian yang lengkap
lewat kelima indra kita.

Proses persepsi yang bersifat dugaan itu memungkinkan kita menafsirkan suatu objek dengan
makna yang lebih lengkap dari suatu sudut pandang manapun. Oleh karena informasi yang
lengkap tidak pernah tersedia, dugaan diperlukan unutk membuat kesimpulan berdasarkan
informasi yang tidak lengkap lewat pengindraan itu. Kita harus mengisi ruang yang kosong
untuk melengkapi gambaran dan menyediakan informasi yang hilang dengan demikian
persepsi juga adalah proses mengorganisasikan informasi yang tersedia, menempatkan
rincian yang kita ketahui dalam skema organisasional tertentu yang memungkinkan kita
memperoleh makna lebih umum.

Persepsi bersifat evaluatif

Kebanyakan orang menjalani hari-hari mereka dengan perasaan bahwa apa yang mereka
persepsi adalah nyata. Mereka pikir bahwa menerima pesan dan menafsirkannya sebagai
proses yang alamiah. Akan tetapi terkadang alat-alat indra dan persepsi kita menipu kita
sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas yang sebenarnya.

Dengan demikian, persepsi bersifat pribadi dan subjektif. Menggunakan kata-kata Andrea L.
Rich, “persepsi pada dasarnya mewakili keadaan fisik dan psikologis individu alih-alih
menunjukan karakteristik dan menunjukan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.” Steve
Duck mengungkapkan bahwa realitas tidak dapat dipersepsi tanpa melalui suatu proses unik
dan alasan sangat pribadi untuk bertindak dalam suatu hubungan sosial. Tidak seorang pun
mempersepsi suatu objek tanpa mempersepsi seberapa baik atau buruk objek tersebut. Ketika
kita menilai kemampuan bergaul (sosiabilitas) dalam orang lain, kita menggunakan ukuran
sosiabilitas orang-orang yang kita kenal untuk mencapai adaptasi.

Dalam konteks komunikasi massa, tidak ada satu surat kabar, majalah, radio atau televisi pun
yang objektif, independen, atau netral dalam melaporkan fata dan kejadian melalui beritanya,
karena merekapun tidak hidup dalam vacum sosial dan vacum budaya. Berbagai kepentingan,
termasuk kepentingan bisinis dan ekonomi akan mempengaruhi beritanya, sekecil apapun
pengaruhnya.

Persepsi bersifat kontekstual

Dari semua pengaruh dalam persepsi kita, konteks merupakan salah satu pengaruh paling
kuat.

Dalam mengorganisasikan objek, yakni melataknannya dalam suatu konteks tertentu, kita
menggunakan prinsip-prinsip berikut:

Prinsip pertama: strktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan
dan kelengkapan. Hingga kini para ahli tidak dapat menjawab mengapa kita melakukan
pengorganisasian perseptual ini. Kecenderungan ini nampaknya bersifat bawaan. Secara lebih
spesifik, kita cenderung mempersepsi rangsangan yang terpisah sebagai hubungan sejauh
rangsangan-rangsagan itu berdekatan satu sama lainnya, baik dekat secara fisik ataupun
dalam urutan waktu, serta mirip dalam bentuk, aturan, warna, atau atribut lainnya.

Selain mengorganisasikan data berdasarkan kedekatan dan kemiripan, kita cenderung


“mengisi kesenjangan” dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap sebagai
lengkap.

Maka, dalam konteks pengiriman pesan, kita cenderung melengkapi pesan yang tidak
lengkap dengan bagian bagian yang terkesan logis untuk melengkapi pesan tersebut.

Prinsip Kedua: kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian yang terdiri
dari objek dan latar belakangnya.

Dalam kehidupan sehari-haripun kita bisa membuat pembedaan antara figur dan latarnya,
seperti ketika kita menyaksikan gedung pencakar langit dengan latar bangunan-bangunan
kecil disekitarnya, langit dibelakang dan diatasnya, sebuah tempat pengeboran minyak di laut
lepas dengan latar air dan langit, atau seorang penyanyi yang sedang beraksi di panggung
dengan latar para pemain band yang mengiringinya.

PERSEPSI DAN BUDAYA

Faktor-faktor internal bukan saja mempengaruhi atensi sebagai salah satu aspek persepsi,
tetapi juga mempengaruhi persepsi kita secara keseluruhan, terutama penafsiran atau suatu
rangsangan. Agama, ideologi, tingkat intelektualitas, tingkat ekonomi, pekerjaan, dan cita
rasa sebagai faktor-faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap realitas.
Dengan demikian, persepsi itu terikat oleh budaya. Kelompok-kelompok budaya boleh jadi
berbeda dalam mempersepsi kredibilitas.

Oleh karena persepsi berdasarkan budaya yang telah dpelajari, maka persepsi seseorang atas
lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan budaya antara dua orang semakin
besar pula perbedaan persepsi mereka terhadap realitas. Dan oleh karena tidak ada dua orang
yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama, maka tidak pernah ada dua orang yang
mempunyai persepsi yang pasti sama pula.

Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengemukakan enam unsur budaya yang secara
langsung mempengaruhi persepsi kita ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain,
yakni:

• Kepercayaan, nilai, dan sikap


• Pandangan dunia
• Oraganisasi sosial
• Tabiat manusia
• Orientasi kegiatan
• Persepsi tentang diri dan orang lain

Meskipun keenam aspek tersebut dapat kita bahas secara sendiri-sendiri, aspek-aspek tersebut
saling berkaitan. Kita dapat mengalami peristiwa yang sama, dan sepakat mengenai apa yang
kita lihat secara fisik. Namun kita sering berbeda dalam memaknai peristiwa atau objek yang
kita lihat.

Kepercayaan, nilai, dan sikap

Kepercayaan adalah anggapan subjektif bahwa suatu objek atau peristiwa punya nilai
tertentu, dengan atau tanpa bukti. Kepercayaan kita tidak terbatas, misalnya tuhan itu esa,
adam adalah manusia pertama di bumi, AIDS adalah penyakit berbahaya, atau kemampuan
berbahasa inggris itu penting untuk menitik karir. Sering kepercayaan sekelompok orang atau
bangsa tidak masuk akal.

Nilai adalah komponen evaluatif dari kepercayaan kita, mencakup: kegunaan, kebaikan,
estetika, dan kepuasan. Jadi nilai bersifat normatif, memberitahu suatu anggota budaya
mengenai apa yang baik dan buruk, benar dan salah, siapa yang harus dibela, apa yang harus
diperjuangkan, apa yang harus kita takuti, dan sebagainya.

Nilai biasanya bersumber dari isu filosofis yang lebih besar yang merupakan bagian dari
lingkungan budaya, karena itu nilai bersifat stabil dan sulit berubah. Misalnya, berdasarkan
pandangan mereka yang individualis, orang-orang barat lebih mengagung-agungkan privasi
daripada orang-orang timur.

Sebagian komunitas menganggap tanah sebagai bagian dari agama atau kepercayaan mereka.
Tanah Palestina misalnya, di persepsi bagsa Israel sebagai bagian dari Iman yahudi mereka,
tepatnya sebagai milik pusaka, sehingga hingga kapanpun, mereka berupaya untuk
memperoleh tanah tersebut, sementara bagi bangsa arab muslim, tanah Palestina hanya
diperuntukna bagi orang-orang yang menaati perintah Tuhan, sehingga tampaknya
pertentangan antara bangsa Yahudi dan bangsa Palestina tidak akan pernah berakhir sampai
kiamat pun.

Pandangan dunia

Pandangan dunia adalah perorientasi budaya terhadap Tuhan, kehidupan, kematian, alam
semesta, kebenaran, materi, dan isu-isu filosofis lainnya yang berkaitan dengan kehidupan.
Pandangan dunia mencakup agam dan ideologi. Berbagai agama dunia punya konsep
ketuhanan dan kenabian yang berbeda. Ideologi-ideologi berbeda juga punya konsep berbeda
mengenai hubungan antar manusia. Jelas, pandangan dunia merupakan unsur penting yang
mempengaruhi persepsi seseorang ketika berkomunikasi dengan orang lain, khususnya yang
berbeda budaya.

Tak terelakan, pandangan dunia akan mewarnai persepsi kita atas realitas di sekeliling kita.
Sebagai contoh, seseorang peneliti menemukan bahwa anak-anak sekolah Amerika, ketika
ditanya mengapa orang-orang Rusia menanam pohon sepanjang pinggir jalan, mereka
menjawab bahwa pohon-pohon itu menghalangi pandangan mata dan memperkejakan para
penghuni penjara. Anak-anak yang sama menunjukan bahwa orang-orang amerika menanam
pohon-pohon di pinggir jalan sebagai peneduh.

Organisasi sosial

Organisasi sosial yang kita masuki, apakah formal atau informal, juga mempengaruhi kita
dalam mempersepsi dunia dan kehidupan ini, yang pada gilirannya mempengaruhi perilaku
kita. Perangkat aturan yang ditetapkan keluarga kita mempengaruhi cara kita berkomunikasi,
begitupun perangkat aturan yang ditetapkan pemerintah kita. Lembaga-lembaga lain diantara
kedua lembaga itu yang mempengaruhi persepsi kita adalah lembaga pendidikan, komunitas
agama, komunitas etnik, kelas sosial, dan partai politik.

Pemerintah, malalui aturan-aturannya, hingga derajat tertentu menetapkan norma komunikasi


warganya, baik komunikasi langsung ataupun komunikasi bermedia, termasuk komunikasi
massa.

Sebagai anggota kelompok, peran kita dalam kelompok tersebut, apakah sebagai pemimpin
atau anggota biasa, norma-norma kelompok yang kita anut, dan reputasi kelompok tersebut,
mempengaruhi persepsi kita, terhadap kelompok lain, dan kounikasi kita terhadap mereka.

Keanggotaan kita dalam partai politik juga mempengaruhi kita dalam memandang ralitas
kemasyarakatan bahkan realitas kenegaraan. Loyalitas terhadap partai politik dapat
sedemikian kuat, terkadang membabi buta sehingga tidak jarang menimbulkan konflik
diantara orang-orang yang berbeda partai politik tersebut.

Keanggotaan dalam kelas sosial juga mempengaruhi komunikasi kita. Kelas atas cenderung
bergaul dengan kelas atas lagi, sedangkan kelas bawah cenderung bergaul dengan kelas
bawah pula. Persepsi mereka terhadap realitas akan berbeda juga.
Tabiat manusia

Pandangan kita tentang siapa kita, bagaimana sifat kita juga mempengaruhi cara kita
memepersepsi lingkungan fisik dan sosial kita. Kaum muslim misalnya, berpandangan bahwa
manusia adalah makhluk yang paling mulia diantara makhluk lainnya karena diberkahi akal.
Namun kemuliaan itu hanya dapat diperoleh bila mereka beriman dan beramal soleh.
Sebagian kelompok lagi punya pendapat yang berbeda. Kelompok – kelompok manusai itu
punya teori yang berbeda beda mengenai apa yang membuat manusia itu punya watak
tertentu. Pandangan manusia mengenai hal ini jelas memepengaruhi persepsi mereka, dari
pandangan yang primitif-irasional, ilmiah hingga yang religius.

Orientasi manusia mengenai hubungan manusia dengan alam juga mempengaruhi persepsi
mereka dalam memperlakukan alam. Mereka yang memandang manusia sebagai penguasa
alam dan penakluk alam akan memanfaatkan alam demi kesejahteraan mereka. Sedangkan
mereka yang percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam atau bersatu dengan alam, akan
berusaha bertindak selaras dengan alam, memanfaatkan alam, namun berupaya pula
memeliharanya agar tidak rusak dan punah.

Orientasi kegiatan

Orientasi ini paling baik dianggap sebagai suatu rentang : dari Being (siapa seseorang) hingga
Doing (apa yang dilakukan seseorang). Dalam suatu budaya mungkin terdapat dua
kecenderungan ini, namun salah satu biasanya dominan.

Persepsi tentang diri dan orang lain

Suatu budaya sebenarnya dapat saja memiliki kecenderungan individualis dan kolektivis,
hanya saja, seperti orientasi kegiatan, salah satu biasanya lebih menonjol.

Dalam masyarakat kolektivis, individu terikat oleh lebih sedikit kelompok, namun keteriktan
pada kelompok lebih kuat dan lebih lama. Selain itu hubungan antar indivudu dalam
kelompok bersifat total, sekaligus lingkungan domestik dan di ruang publik. Konsekuensinya,
perilaku individu sangat dipengaruhi kelompoknya. Individu tidak dianjurkan untuk menonjol
sendiri. Keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok. Oleh karena identifikasi yang
kuat oleh kelompok, maka kolektivis sangat peduli dengan peristiwa-peristiwa yang
menyangkut kelompoknya.

Berbeda dengan manusia yang individualis yang hanya merasa wajib membantu keluarga
langsungnya, dalam masyarakat kolektivis orang merasa wajib membantu keluarga luas,
kerabat jauh, bahkan teman sekampung, dengan mencarikan pekerjaan meskipun pekerjaan
itu tidak sesuai dengan keahliannya. Dalam masyarakat kolektivis tidaklah diterima bila
seorang anggota keluarga kaya raya sementara anggota lainnya kekurangan.

Oleh karena masyarakat kolektivis mempunyai konsep yang berbeda tentang diri dan
hubungannya dengan orang lain, mereka menemui kesulitan dalam berkmunikasi dengan
orang yang berbudaya individualis. Mereka mengharapkan hubungan persahabatan yang
langgeng, sementara manusia individualis tidak terbiasa demikian, dalam pandangan orang
individualis mereka tampak kekanak-kanakan dan serba bergantung ketika bergaul dengan
orang individualis yang merasa mandiri.
Kontras dengan mahasiswa kolektivis, orang individualis kurang terikat dengan
kelompoknya, termasuk keluarga luasnya. Manusia individdualis lebih terlibat kepada
hubungan horisontal dibandingkan hubungan vertikal. Hubungan di antarasesama mereka
sendiri tampak lebih dsangkal dibandingkan dengan hubungan antara orang-orang kolektivis,
juga lebih kalkulatif. Hubungan akan bertahan lama sejauh menguntungkan secara material.

KEKELIRUAN DAN KEGAGALAN PERSEPSI

Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu penyebabnya adalah asumsi atau pengharapan
kita. Kita mempersepsi sesuatu atau seseorang sesuai dengan pengharapan kita. Berberapa
bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi tersebut adalah sebagai berikut.

Kesalahan atribusi

Atribusi adlah proses dalam diri internal kita untuk memahami penyebab perilaku orang lain.
Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan berberapa sumber informasi. Faktor
seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai sifat-sifat
utama mereka.

Sering juga kita menjadikan perilaku orang sebagai sumber informasi mengenai sifat-sifat
mereka. Kita mengamati perilaku luar mereka, kemudian menduga sifat, motif, dan tujuan
mereka berasal dari perilaku tersebut. Akan tetapi, cra ini juga tidak selalu membawa hasil.
Lagi pula perilaku bisa saja karena pengaruh eksternall, bukan perilaku yang sifatnya
konsisten.

Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah menaksir makna pesan atau maksud si
pembicara. Andaikan seseorang menguap, misalnya, apakah ia bosan, mengantuk, capek,
cuek, dan khawatir.

Atribusi kita juga keliru apabila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh
faktor internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau sebaliknya
kita menduga faktor eksternal menggerakkan seseorang, padahal fakto internal-lah yang
membangkitkannya.

Perilaku yang khas dan konsisten biasanya dibangkitkan oleh faktor internal, misalnya
keprivbadiannya (sifat rajin, keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain, ambisi untuk
maju) atau keahliannya. Namun bila perilaku seseorang itu kurang konsisten, kemungminan
besar perilakunya dipengaruhi oleh faktor eksternal, misalnya gaji yang tinggi, keinginan
untuk diperhatikan, bonus, dipuji, dan sebagainya. Dalam banyak kasus, perilaku orang
didorong oleh faktor internal dan faktor eksternal sekaligus. Dari perspektif sendiri, kita
cenderung mempersepsi perilaku orang, terutama negatif, berdasarkan sifat0sifat mereka
seniri (internal), sementara mempersepsi perilaku kita berdasarkan perilaku-perilaku
situasional (eksternal).

Salah satu sumber kesalahan atribusi lainnya adalah pesan yang dipersepsi tidak utuh atau
tidak lengkap. , sehingga kitaberusaha menafsirkan sendiri kekurangannya, atau mengisi
kesenjangan dan mempersepsi rangsangan atau pola yang tidak lengkap itu sebagai lengkap.
Efek halo

Kesalahan persepsi yang disebut efek halo (halo effects) merujuk pada fakta bahwa begitu
kita membentuk kesan menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini
cenderung menimbulkan efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik.
Gagasan-gagasan yang dianggap biasa bahkan usang apabila dikemukakan oleh oleh
orangawam boleh jadi akan dianggap brilian atau kreatif bila hal itu dikemukakan oleh tokoh
nasional, sehingga diliput oleh pers.

Salah satu efek halo terbesar yang pernah menghinggapi banyak orang di Indonesia, terutama
para pengagum Gus Dur, adalah sangkaan bahwa Gus Dur akan menjadi Presiden RI yang
sukses, tapi nystsnys tidak karena Gus Dur tidak ajeg dalam berkomunikasi dengan
bawahannya dan rakyatnya. Akhirnya Gus Dur dilengserkan oleh DPR.

Efek halo ini memang lazim berpengaruh kuat pada diri kita dalam menilai orang lain. Bila
kita terkesan oleh seseorang karena kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang,
kita cenderung memperluas kesan awal kita. Nila ia baik dalam satu hal, seolah ia pun baik
dalam hal-hal lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin menemukan sifat jujur atau positif yang menonjol
pada seseorang, misalnya melihat orang itu jujur, atau periang, atau murah hati. Melihat sifat
positifnya itu, kita cenderung menganggap bahwa ia pun mempunyai sifat-sifat positif
lainnya. Dengan kata lain, kita cenderung mengelompokkan sifat-sifat secara kaku. Kalau
kita menemukan berberapa – apalagi banyak – sifat orang yang positif, kita merasa hampir
tidak mungkin orang itu memiliki sifat negatif. Sebaliknya, bila kita menemukan bahwa
seseorang memiliki beerberapa sifat negatif, kita cenderung menganggap bahwa ia punya
berberapa sifat negatif lainnya, dan suliit mengakui bahwa ia mempunyai sifat-sifat positif.

Kesan menyeluruh yesebut sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya
berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum
keprimaan” (law of primacy). Itu mungkin karena kita menyesuaikan pandangan berikutnya
agar cocok dengan gambaran pertama kita menyesuaikan pandangan berikutnya agar cocok
dengan gambaran pertama kita, atau mungkin kita lelah untuk memahami data baru.

Pengaruh “efek keprimaan” (primacy effects) itu begitu kuat dalam benak kita. Hari pertama
di sekolah, cinta pertama, hari pertama kerja di kantor, malam pertama, anak pertama, sering
kuta anggap paling penting dan paling berkesan dari yang lain-lainnya. Kita umumnya tidak
pernah melupakan orang pertama yang pertama kali mencuri hati kita, apalagi bila ia
menyakiti hati kita kelak.

Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorng sering mempengaruhi
persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenamilan lebih menarik
dianggap berpeluang lebih besar daam hidupnya.

Steorotip

Kesulitan komunikasi akan muncul penstereotipan (stereotyping), yakni menggeneralisasikan


orang-orang berdasarkan informasi yang sedikit dan membentuk asumsi mereka berdasarkan
keanggotaan mereka dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses
menempatkan orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan atau
penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang
dianggap sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka.

Stereotip bersal dari buku Public Opinion Walter Lippman yang berarti “pictures in our
head”. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mendefinisikan steretip sebgai persepsi atau
kepercayaan yang kita anut mengenai kelompok-kelompok atau individu-individu
berdasarkan pendapat sikap yang lebh dulu terbentuk. Ringkasnya stereotip adalah
kategorisasi atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan-
perbedaan individual. Kelompok-kelompok ini mencakup ras, etnik, tua, pekerjaan, atau
penampilan fisik tertentu.

Mengapa terdpat stereotip? Menurut Baron dan Paulus, berberapa faktor tampaknya berperan.
Pertama, sebagai manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori: kita dan
mereka. Lebih jauh, orang-orang yang kita persepsi sebagai kelompok diluar kita dipandang
sebagai lebih mirip satu sama lain daripada orang-orang dalam kelompok kita sendiri.
Dengan kata lain, karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita cenderung
menyamaratakan mereka semua, dan menganggap mereka semua homogen. Kedua, stereotip
tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja kognitif sesedikit
mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan memasukkan orang ke dalam
kleompok, kita dapat mengasumsikan baha kita mengetahui banyak tentang mereka, dan kita
menghemat tugas kita yang menjemukkan bagi untuk memahami mereka sebagai individu.

Pengkategorian atas orang lain memang tidak terhindarkan karena manfaat fungsionalnya.
Tidak seorang pun dapat merespons orang lain dalam sebuah individualitas mereka yang
unik. Sayangnya, pengkategorian itu pada umumnya berlebihan atau keliru sama sekali.
Dengan kata lain, stereotip menimbulkan persepsi selektif terhadap orang-orang dan segala
sesuatu di sekitar kita.

Pada umumnya stereotip bersifat negatif. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita simpan dalam
kepala kita. Akan tetapibahayanya sangat nhata apabila stereotip diaktifkan dalam hubungan
manusia. Apa yang Anda persepsi bergantung pada apa yang Anda harapkan. Ketika Anda
mengharapkan orang lain untuk berperilaku tertentu, Anda mungkin mengkomunikasikan
harapan Anda kepada mereka dengan cara yang sedemikian rupa sehingga mendorong anda
untuk berperilaku sesui dengan yang Anda harapkan.

Prasangka

Suatu kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep yang
sangat dekat dengan stereotip. Prasangka adalah sikap tidak adil terhadap seseorang atau
suatu kelomok, misalnya ketika Laura menemukan bahwa Wasif, lelaki yang baru ia jumpai
seorang Muslim, ia akan menstereotipkankannya bila ia memandangnya semata-mata
berdasarkan persepsinya atas kepercayan Muslim mengenai wanita alih-alih berdasarkan
perilaku individual Wasif. Berberapa Pakar cenderung menganggap bahwa stereotip itu
identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fragin. Dapat dikatakan bahwa
stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari prasangka, sedangkan prasangka
juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati
daripada stereotip.

Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin prajudicium yang berarti preseden, atau
penilaian terhadap keputusan dan pengaaman terdahulu. Richard W. Beslin menganggap
prasangka sebagai tindakan yang tidak adil, menyimpang atau tidak toleran terhadap
sekelompok orang. Prasangka umumnya bersifat negatif. Prasangka ini bermacam-macam,
yang populer adalah prasangka rasial., prasangka kesukuan (etnik), prasangka gender, dan
prasangka agama. Prasangka mungkin dirasakan atau dinyatakan. Prasangka mungkin
diarahkan kepada kelompok secara keseluruhan, atau seseorang karena ia anggota kelompok
tersebut. Prasangka rasial disebut rasisme sedangkan prasangka gender disebut seksisme.
Menurut Vredeber, rasisme dan seksisme adalah dua yang memanifestasikan prasangka yang
menyebabkan problem utama dalam hubungan sosial.

Meskipun kita cenderung menganggap prasangka berdasarkan suatu dikotomi, yaitu


prasangka atau tidak prasangka, lebih bermanfaat untuk menganggap prasangka ini sebagai
bervariasi dalam suatu rentang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Brislin menyatakan
bahwa prasangka itu mencakup hal-hal berikut: memandang kelompok lain rendah, sifat
memusuhi kelompok lain, bersikap ramah pada kelompok lain, pada saat tertentu namun
menjaga jarak pada saat tertentu juga, berperilaku yang dibenci kelompok lain. Ini berarti
bahwa hingga derajat tertentu kita sebenarny berprasangka terhadap suatu kelompok. Jadi
kita tidak dapat tidak berprasangka. Wujud prasangka yang ekstrim adalah diskriminasi.

Sebagaimana stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan. Penggunaan prasangka
memungkinkan kita untuk merespons lingkungan secara umum alih-alih secara khas,
sehingga terlalu menyederhanakan masalah. Budaya dan kepribadian sangat mempengaruhi
prasangka. Dengan kata lain, prasangka dapat dipelajari, hanya saja prasangka yang
berlebihan dapat menghambat komunikasi. Kita biasanya lebih menyukai orang yang
memiliki kesamaan atau mirip dengan diri kita. Bahkan, kita lebih kritis terhadap orang yang
berbeda dengan kit secara fisik dan sosiobudayanya. Oleh karena itu, orang-orang yang
punya sedikit prasangka pun terhadap suatu kelompok tetap saja lebih suka berkomunikasi
dengan orang-orang yang mirip dengan mereka karena interaksi lebih menyenangkan
dibandingkan interaksi dengan orang tak dikenal.

Akal sehat memberitahu kita bahwa cara memelihara atau meningkatkan prasangka terhadap
kelompok luar adalah dengan menghindari kontak dengan mereka. Karen itu adalah cara
terbaik untuk menghindari prasangka adalah denga meningkatkan kontak dengan mereka dan
mengenal mereka lebih baik, meskipun hal ini tidak berhasil dalam segala situasi.

Gegar budaya

Menurut Kavalero Oberg gegar budaya (culture shock) ditimbulkan oleh kecemasan karena
hilangnya tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt
mengatakan bahwa gegar budaya adalah bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri
(personality mal-adjustment) yang merupakan reaksi terhadap upaya sementara yang gagal
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru.

Meskipun gegar budaya sering dikaitkan dengan fenomena memasuki suatu budaya (yang
identik dengan negara) asing, lingkungan budaya baru yang dimaskud di sini sebenarnya bisa
juga merujuk kepda agamua baru, lembaga pendidikan baru, lingkungan pekerjaan baru, atau
keluarga besar baru yang dimasuki melewati pernikahan. Brunet menyebutkan fenomena
yang diperluas ini dengan sebutan transition shock, suatu konsekuensi alamiah yang
disebabkan ketidakmampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan baru dan
berubah dala berbagai situasi, seperti perceraian, relokasi, kematian seseorang yang dicintai,
dan perubahan nilai yang berkaitan dengan inovasi sosial yang cepat, juga kehilangan
kerangka rujukan yang dikenal dalam memasuki budaya lain.

Gegar budaya sebenarnya adalah benturan persepsi, yang didasarkan pada penggunaan
persepsi berdasarkan faktor-faktor internal yang telah dipelajari orang yang bersangkutan
dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami. Kita
biasanya menerima begitu saja nilai-nilai yang kita anut dan kita bawa sejak lahir, yang juga
dikonfirmasikan oleh orang-orang disekeliling ita. Namun, ketika kita memasuki lingkungan
baru, kita menghadapi situasi yang membuat kita mempertanyakan kembali asumsi-asumsi
kita itu, tentang apa yang disebut kebenaran, moralitas, kebaikan, kewajaran, kesopanan,
kebijakan, dan sebagainya. Benturan persepsi tersebut menimbulkan konflik dalam diri kita.

Kita tidak langsung mengalami gegar budaya ketika kita memasuki lingkungan baru.
Fenomena ini dapat digambarkan oleh berberapa tahap. Peter S. Adler mengemukakan lima
tahap dalam pengalaman transasional ini: kontak, disintegrasi, reintegrasi, otonomi, dan
independensi. Tahap kontak biasanya ditandai dengan kesenangan, keheranan, dan kekagetan,
karena kita melihat hal-hal yang eksotik, unik dan luar biasa.

Kita mulai memasuki tahap kedua yang ditandai dengan kebingungan dan disorientasi.
Perbedaan lebih nyata ketika perilku, nilai, dan sikap yang berbeda menganggu realitas
perseptual kita. Kebingungan, keterasingan, dan depresi lalu menimbulkan disintegrasi
kepribadian kita ketika bingung mengenai identitas kita dalam skema budaya yang baru itu
terus meningkat.

Tahap reintegrasi menurut Adler ditandai dengan penolakan atas budaya kedua. Kita
menolak kemiripan dan perbdeaan budaya melalui penstereotipan, generalisasi, evalusasi,
perilaku dan sikap yang serba menilai. Kita membenci apa yang kita alami tanpa alasan yang
jelas. Pada tahap transisi ini, kita mungkin mencari hubungan dengan orang-orang yang
berasal dari budaya yang sama.

Tahap otonomi dalam transisi ini ditandai dengan kepekaan budaya dan keluwesan pribadi
yang meningkat, pemahaman atas budaya baru, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan
budaya baru itu. Kita menjadi lebih santai dan mamu memahami orang lain secara verbal dan
nonverbal. Akhirnya, menurut Adler, pada tahap independensi kita menghargai kemiripan
dan perbedaan budaya, bahkan menikmatinya. Kita menjadi ekspresif, humoris, kreatif, dan
mampu mengaktualisasikan diri kita. Terpenting, kita mampu menjalankan transisi lebih jauh
dalam kehidupan kita melewati dimensi-dimensi baru dan menemukan cara-cara baru
menjelajahi keragaman manusia.

Manusia antarbudaya adalah manusia yang telah mencapai tingkat tinggi dalam proses antar
budaya yang atribut-atribut internalnya tidak didefinisikan secara kaku, namun terus
berkembang melalui parameter-parameter psikologis suatu budaya. Manusia antarbuday
dilengkapi dengan kemampuan secara efektif dalam lebih dari satu budaya dan memiliki
kepekaan budaya yang berkaitan erat dengan kemampuan menunjukkan empati budaya.

Banyak penulis lain menguraikan berbagai reaksi psikologis, sosial, dan fisik yang menandai
gegar budaya. Taft, meringkaskannya ke dalam sejumlah reaksi yang meliputi :

• Kelelahan fisik.
• Perasaan kehilangan karena tercabut dari lingkungan yang dikenal.
• Penolakan individu terhadap anggota-anggota lingkungan baru.
• Perasaan tak berdaya karena tidak mampu menghadapi lingkungan asing.

Gegar budaya ini dalam berbagai bentuknya adalah hal yang alamiah saja. Intensitasnya
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang pada dasarnya terbagi menjadi dua: yakni faktor
internal dan faktor eksternal. Tidak ada kepastian kapan gegar budaya itu akan muncul
dihitung sejak kita memasuki budaya lain. Itu bergantung pada sejauh mana perbedaan
budaya yang ada, dan apakah kita memiliki ciri kepribadian yang kondusif untuk mengatasi
gegar budaya tersebut. Berbagai penelitian empiris membuktikan bahwa gegar budaya
sebenarnya merupakan titik pangkal untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan
budaya kita, sehingga kita dapat menjadi orang-orang yang luwes dan terampil dalam bergaul
dengan orang-orang dari berbagai budaya, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai budaya kita
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

• Mulyana, Deddy. 2010. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Jenis-jenis komunikasi nonverbal
Komunikasi objek

Seorang polisi yang menggunakan seragam merupakan salah satu bentuk komunikasi objek.

Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari
jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk
stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya
menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih
mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi
objek adalah seragam.

Sentuhan

Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan
dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung,
mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan
pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan
suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.

Kronemik

Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal.
Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi
suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu
tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).[1]

Gerakan tubuh

Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gestur adalah gerakan tubuh meliputi kontak
mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk
menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk
mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja
untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan;
atau untuk melepaskan ketegangan.[2][3]

Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan
orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak
menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain,
menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap
orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat
dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal:

• Jarak intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini
untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
• Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan
juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu
setengah kaki sampai empat kaki.
• Jarak sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam
jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain,
keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
• Jarak publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.[4]

Vokalik

Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara.
Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada
suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain.
Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga
tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus
dihindari.[5]

Lingkungan

Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya


adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.[6]
1. Struktur dan derajat kepentingan. Perbedaan budaya telah mengembangkan bahasa dan
kata-kata melalui berbagai Negara ke keadaan seperti sekarang. Hal ini membuat komunikasi
menjadi lebih mudah. Itulah alasannya mengapa komunikasi verbal begitu penting.

• Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terstruktur memiliki aturan-aturan tata


bahasa dan memberikan pesan secara jelas.
• Komunikasi nonverbal tidak terstruktur dan tidak memiliki pola-pola yang khusus.
Komunikasi nonverbal dapat ditafsirkan oleh sesuai dengan keinginan setiap orang.
Walaupun begitu, komunikasi nonverbal sangatlah penting karena berperan dalam
mendukung komunikasi verbal.

2. Diskresi dan keberlangsungan.

• Komunikasi verbal memiliki titik awal dan titik akhir.


• Komunikasi nonverbal tidak berawal dan tidak berakhir karena berlangsung secara
terus menerus tanpa adanya interupsi. Misalnya, dalam proses komunikasi
interpersonal, komunikasi nonverbal akan terus terjadi pada tataran individu. Bahkan
ketika kita berhenti berkomunikasi, mereka tetap menunjukkan petunjuk-petunjuk
nonverbal.

3. Peluang terjadinya kesalahpahaman.

• Komunikasi verbal memiliki makna yang pasti sehingga dapat meminimalisir


kesalahan penafsiran.
• Komunikasi nonverbal memiliki ribuan ekspresi wajah yang dapat dibuat hanya
dengan 20 otot wajah. Bersamaan dengan itu, dalam komunikasi nonverbal terdapat
beberapa jenis komunikasi nonverbal yang dapat menciptakan peluang terjadinya
kesalahan penafsiran.

4. Proses neuro-fisiologis.

• Komunikasi verbal ditafsirkan oleh otak kiri yang dapat membantu dalam melakukan
analisis. Hal ini terjadi hampir setiap kali namun otak tidak mengikuti setiap waktu.
• Komunikasi nonverbal ditafsirkan oleh otak kanan. Oleh karena itu, penafsiran yang
terjadi melibatkan berbagai kegiatan ruang, gambar, dan gestalt dalam otak dan
menciptakan berbagai macam respon.

5. Durasi waktu yang dibutuhkan.

• Komunikasi verbal berlangsung secara cepat dan efisien.


• Komunikasi nonverbal memakan waktu yang lebih lama bila dibandingkan
komunikasi verbal.

6. Kesalahpahaman berdasarkan waktu dan situasi.

• Komunikasi verbal memiliki umpan balik segera dan sangat minimal terjadi
kesalahpahaman.
• Komunikasi nonverbal tidak selalu terjadi umpan balik dan sangat mungkin terjadi
kesalahpahaman.
7. Presensi dan jarak.

• Komunikasi verbal dapat digunakan dalam berbagai bentuk seperti surat, chat,
telepon, dan lain-lain. Jarak tidak menjadi masalah dalam komunikasi verbal.
• Komunikasi nonverbal tidak dapat terjadi dalam jarak yang terlalu lebar. Selain itu,
partisipan komunikasi haruslah bertatap muka satu sama lain agar dapat menerima
pesan-pesan nonverbal.

8. Bukti atau dokumentasi.

• Komunikasi verbal dapat disampaikan secara keras dan orang lain dapat
menyaksikannya. Karena itu, komunikasi verbal dapat didokumentasikan dan menjadi
barang bukti.
• Komunikasi nonverbal tidak dapat didokumentasikan dan dijadikan barang bukti.
Kecuali ada pihak ketiga yang menjadi saksi terjadinya komunikasi nonverbal yang
dilakukan oleh para partisipan komunikasi.

9. Penggunaan

• Komunikasi verbal yang digunakan oleh manusia hanya sekitar 7 (tujuh) persen saja
dari keseluruhan komunikasi yang dilakukan.
• Komunikasi nonverbal sangat penting dibandingkan komunikasi verbal. Hal ini
dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Albert Mehrabian yang
menunjukkan bahwa sebanyak 93 persen dari komunikasi yang dilakukan oleh
manusia adalah komunikasi nonverbal.

10. Tujuan

• Komunikasi verbal utamanya ditujukan untuk menginformasikan pengetahuan karena


kata-kata sangatlah berpengaruh. Selain itu, komunikasi verbal dapat digunakan
sebagai alat dalam komunikasi persuasi, debat publik, diskusi kelompok, dan lain-
lain. Komunikasi verbal juga dapat digunakan untuk membentuk hubungan karena
kata-kata dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan.
• Komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk mengekspresikan kedekatan dan emosi.

Anda mungkin juga menyukai