PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konservasi Tanah dan Air adalah mata kuliah yang mempelajari
bagaimana teknik-teknik untuk mengawetkan tanah dan air sehingga produktivitas
lahan dapat terjaga. Mata kuliah ini lebih menekankan pada sifat fisik tanah
(tekstur dan struktur tanah) daripada kesuburan tanah. Pada awalnya, upaya
konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Naluri manusia
untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain
dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk
memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan. Sejak jaman
dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun
konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan).
Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari
konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada
upaya memelihara dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana.
4. Topografi
Kemiringan dan panjang lereng menentukan besarnya kecepatan dan
volume limpasan hujan. Menurut Nurpilihan (2000) bahwa secara umum erosi
akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang lereng. Pada lahan
datar, percikan butir air hujan melemparkan partikel tanah ke udara ke segala arah
secara acak, pada lahan miring, partikel tanah lebih banyak yang terlempar ke
arah bawah dari pada ke atas, dengan proporsi yang makin besar dengan
meningkatnya kemiringan lereng. Selanjutnya, semakin panjang lereng cenderung
makin banyak air permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran permukaan baik
kecepatan dan jumlah semakin tinggi. Kombinasi kedua variabel lereng ini
menyebabkan laju erosi tanah tidak sekedar proporsional dengan kemiringan
lereng tetapi meningkat secara drastis dengan meningkatnya panjang lereng.
Menurut Buol, Hole dan McCracken 1973 dalam Suripin (2001 dalam
Bafdal et al., 2011) laju pembentukan tanah di seluruh muka bumi berkisar antara
0,01 sampai 7,7 mm/tahun. Teknik konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada
tiga prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan
butirbutir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan
organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi laju
aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut (Agus
et al., 1999).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Membuat patok dan menancapkan patok ke bagian bawah lahan dan bagian
atas lahan yang akan dihitung kemiringannya. Dan untuk menghitung tinggi
suatu benda menggunakan 1 patok untuk arah memulai pengukuran dan
benda yang akan diukur sebagai patokan kedua.
2. Gunakan meteran untuk mengukur tinggi dan kelurusan patok.
3. Beri tanda pada kedua patok agar memudahkan dalam melakukan
pengukuran.
4. Kemudian gunakan clinometer untuk mengukur derajat kemiringan lereng
dan tinggi suatu benda.
5. Catat hasil yang sudah kita dapatkan kemudian hitung menggunakan
kalkulator.