Anda di halaman 1dari 11

p-ISSN: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)

e-ISSN: 2548-8376 Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016 (69-78)


November 2016

KONSEPSI MANAJEMEN KELAS: MASALAH DAN PEMECAHANNYA

Ahmad Salabi
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Antasari Banjarmasin Kalimantan Selatan
e-mail: salabiahmad11@gmail.com

ABSTRACT
The success of student learning in the classroom, in addition to the factors affecting learning,
influenced by factors of class management. Management classes include child discipline
management, socio-emotional climate of the classroom, classroom social climate, and the
physical condition of class. Classroom management aims to create a classroom climate
conducive to ease the child's learning. For that, they need the skills of teachers in classroom
management is good. Many of the problems challenging classes derived from the class itself.
Therefore required a format appropriate solutions, systematic and well-planned.

Keywords: classroom management, conducive, teacher skills

ABSTRAK

Keberhasilan belajar siswa di kelas, disamping mempengaruhi faktor pembelajaran,


dipengaruhi pula oleh faktor manajemen kelas. Manajemen kelas mencakup manajemen
disiplin anak, iklim sosio-emosional kelas, iklim sosial kelas, dan kondisi fisikal kelas.
Manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif terhadap
kemudahan belajar anak. Untuk itu, diperlukan keterampilan guru dalam mengelola
kelas yang baik. Banyak masalah kelas yang menantang yang bersumber dari kelas itu
sendiri. Karenanya diperlukan format pemecahan yang tepat, sistematis, dan terencana.

Kata Kunci: manajemen kelas, kondusif, keterampilan guru

PENDAHULUAN
Manajemen kelas dan manajemen
pendidikan memiliki hubungan yang bersifat
MANAJEMEN MANAJEMEN
substantif. Manajemen kelas merupakan PENDIDIKAN PEMEBELAJARAN
substansi dari manajemen kurikulum,
sedangkan manajemen kurikulum
merupakan substansi manajemen
pendidikan. Oleh karena itu, manajemen FUNGSI MANAJEMEN
kelas juga merupakan substansi dari KELAS
manajemen pendidikan. Untuk kejelasan
hubungan antara manajemen kelas dan
manajemen pendidikan dapat dicermati pada SUBSTANSI
diagram berikut. MNJ. KURIKULUM
MNJ. KESISWAAN
MNJ. KURIKULUM
Dst.
hubungan interpersonal yang terjadi di
Gambar 1. Diagram Hubungan Substantif kelas. Iklim sosio-emosional yang positif
Manajemen Kelas dan Manajemen Pendidikan
dapat memperlancar proses belajar siswa.
A. Konsep Manajemen Kelas
Oleh karena itu, tugas guru di bidang
Ada beberapa definisi manajemen
manajemen kelas adalah mengembangkan
kelas yang bertolak dari sudut pandang
can mempertahankan iklim sosio-emosional
tertentu (Cooper, 1982). Pertama,
kelas yang positif, yang dicerminkan oleh
manajemen kelas dipandang sebagai proses
adanya keterbukaan hubungan antar siswa,
untuk mengontrol tingkah laku siswa agar
dan siswa dengan guru, suasana kelas yang
tidak melanggar tata tertib belajar di kelas.
hangat, dan tidak ada hambatan-hambatan
Tugas guru di bidang manajemen adalah
emosional-psikologis. Bertolak dari
menciptakan dan memelihara ketertiban ke-
pandangan itu, manajemen kelas adalah
las. Sehubungan dengan pandangan tersebut,
seperangkat kegiatan guru untuk
manajemen kelas adalah pandangan
mengembangkan dan mempertahankan
tersebut, manajemen kelas adalah
hubungan interpersonal dan sosio-emosional
seperangkat kegiatan guru untuk
kelas yang positif.
menciptakan dan mempertahankan
Kelima, manajemen tindakan kelas bertolak
ketertiban tingkah laku siswa di kelas.
dari pandangan bahwa kelas merupakan
Kedua, manajemen kelas
sistem sosial. Sebagai sistem sosial,
didasarkan atas pandangan yang bersifat
keutuhan kelas sebagai kelompok
permisif. Tugas guru di bidang manajemen
berpengaruh terhadap kesuksesan belajar
kelas adalah memaksimalkan perwujudan
anggota kelas tersebut. Sebaliknya, kelas
kebebasan siswa dalam belajar. Memberikan
yang terpecah belah tidak ada kekompakan,
ketentuan-ketentuan yang mengikat siswa
saling intimidasi, atau kelas yang tidak stabil
dalam belajarnya berarti menghalangi
dapat menghambat pencapaian hasil belajar
kebebasan siswa, yang berarti juga
anggota kelas tersebut. Tugas guru di bidang
menghambat perkembangan mereka. Setiap
manajemen kelas adalah menciptakan dan
siswa memiliki cara-.cara yang terbaik bagi
mempertahankan keutuhan organisasi kelas,
dirinya untuk melakukan aktivitas belajar,
mengendalikan unsur-unsur yang dapat
sehingga guru tidak berwenang mendiktekan
memecah belah keutuhan kelas. Oleh karena
cara-cara belajar yang dikehendakinya untuk
itu, manajemen kelas adalah seperangkat
dilakukan siswa. Sehubungan dengan itu,
kegiatan guru untuk menumbuhkembangkan
manajemen kelas adalah seperangkat.kegiat-
dan mempertahankan organisasi kelas yang
an guru untuk memaksimalkan belajar
kondusif untuk kelangsungan dan
siswa.
kelancaran aktivitas belajar siswa.
Ketiga, manajemen kelas
Bertolak dari pengertian
didasarkan atas prinsip-prinsip pengubahan
manajemen kelas di atas, pada dasarnya
tingkah laku. Tugas guru di bidang mana-
manajemen kelas adalah seperangkat
jemen kelas adalah mengembangkan tingkah
kegiatan guru yang bermakna: menciptakan,
laku siswa di kelas sesuai dengan tingkah
mengembangkan, mempertahankan,
laku yang relevan untuk kelancaran belajar
mengendalikan dan juga menyembuhkan
atau tingkah laku yang diinginkan guru. Di
iklim kelas agar kondusif untuk kegiatan
samping itu adalah meniadakan pola
pembelajaran.
perilaku anak di kelas yang tidak diinginkan
atau tingkah laku yang tidak relevan dengan
B. Ruang Lingkup Kegiatan Manajemen
tingkah laku yang diinginkan.
Kelas
Keempat, manajemen kelas dipan-
Ruang lingkup kegiatan manajemen
dang sebagai proses penciptaan iklimsosio-
kelas meliputi sejumlah kegiatan guru di
emosional yang positif. Kelancaran proses
kelas dalam melaksanakan pembinaan iklim
belajar mengajar bergantung pula pada iklim
kelas dari segi proses, kegiatan perencanaan,
sosial dan iklim emosional kelas, yakni
pelaksanaan, penilaian, dan monitoring.
70
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

Secara substansial, kegiatan manajemen ke- tingkah laku manajemen yang


las mencakup pembinaan: (1) kedisiplinan mengembangkan atau mempermudah
siswa, (2) iklim sosial kelas, (3) iklim sosio- perkembangan kondisi-kondisi yang efektif
emosional kelas, dan (4) lingkungan fisikal di kelas (Cooper, 1982).
kelas.
3. Pembinaan Iklim Sosio-Emosional
1. Pembinaan Disiplin Siswa Kelas
Pembinaan disiplin siswa mengacu Iklim sosio-emosional kelas
pada upaya penegakan aturan dan tata tertib menekankan kajian pada hubungan
kelas, baik yang tertulis, maupun yang tidak interpersonal psikologis antar anggota kelas.
tertulis. Tata tertib kelas berisi larangan, Iklim sosio-emosional kelas adalah
peringatan, anjuran, perintah, dan nasihat kecenderungan-kecenderungan suasana
kepada siswa, beserta sanksi-sanksi bagi psikologis yang mewarnai hubungan antar
pelanggarnya. siswa di kelas. Sehubungan dengan hal itu,
tugas manajemen kelas adalah
2. Pembinaan Iklim Sosial Kelas mengembangkan, mempertahankan, dan
Membina iklim sosial kelas adalah mengembalikan suasana psikologis kelas
mengembangkan dan mempertahankan yang kondusif adalah (1) suasana hubungan
keeratan hubungan sosial dan kerjasama interpersonal anak yang hangat, akrab, dan
kelas secara harmonis. Tugas manajemen gembira, (2) tidak ada tekanan-tekanan
kelas adalah mendorong tumbuhnya iklim mental yang mengacaukan perasaan anak,
kelas yang positif dengan jalan (1) (3) anak terbebas dari perasaan takut, (4)
mengembangkan aturan-aturan atau tata suasana kelas yang demokratif, (5)
tertib sosial kelas, (2) mendorong hubungan guru murid yang bersahabat, (6)
tumbuhnya kebersamaan anggota kelas dan perasaan anak di kelas yang ekspresif, dan
menghindari konflik yang dapat memicu (7) hubungan kekerabatan anggota kelas
timbulnya perpecahan anggota kelas, (3) yang harmonis.
menumbuhkan rasa percaya dan saling Orientasi dan gaya komunikasi guru
menghormati, untuk menghindari timbulnya di kelas yang tepat dapat mempererat
prasangka-prasangka sosial yang negatif, (4) hubungan sosio-emosional kelas. Casse
mengembangkan sikap toleransi dan (dalam Sujak) mengelompokkan orientasi
tenggang rasa terhadap sesama anggota gaya komunikasisebagai berikut, (1)
kelas, (5) mendorong kemampuan penye- tindakan, (2) proses, (3) orang, dan (4) ide
suaian diri terhadap sesama anggota kelas, (Sujak, 1990). Selanjutnya terdapat 2 jenis
(6) menumbuhkan kerjasama di antara komunikasi, yaitu (1) gaya komunikasi yang
siswa, (7) mengendalikan tumbuhnya mementingkan isi dan (2) gaya komunikasi
persaingan yang bersifat negatif, (8) yang mementingkan proses. Tipe
mengendalikan kelas dari komunikasi guru di kelas dapat berpengaruh
timbulnyapenyimpangan-penyimpangan terhadap keeratan hubungan interpersonal
tingkah laku dan terhadap tata tertib kelas, kelas. Tipe komunikasi dapat dibedakan
baik secara individual maupun kelompok. dalam 2 pola, yakni tipe komunikasi verbal
Unsur-unsur dalam pembinaan sosial menggunakan bahasa, dan tipe komunikasi
kelas. Schmuck (dalam Cooper) non verbal menggunakan bahasa tubuh.
menyebutkan 6 unsur pembinaan terhadap Interaksi verbal antara guru siswa di kelas
iklim sosial kelas yang efektif dan produktif, dapat dibedakan ke dalam empat jenis: (1)
yakni (1) harapan, (2) kepemimpinan, (3) ucapan penstrukturan pembelajaran, yakni
kemenarikan, (4) norma, (5) komunikasi, ungkapan guru yang berfungsi untuk
dan (6) keeratan. Cooper mengemukakan memfokuskan perhatian anak terhadap topil
dua jenis kegiatan manajemen kelas yang pembelajaran yang akan dipelajari, (2)
paling penting, yaitu pemudahan dan ungkapan permintaan yang dapat berupa
mempertahankan. Pemudahan merupakan tanya jawab tentang topik yang akan
71
dipelajari dengan maksud untuk mendorong dan kawan-kawan, menyebutkan tiga
respon siswa, (3) ungkapan tanggapan, yang pertimbangan dalam mendesain ruang kelas,
berfungsi untuk memenuhi harapan, dan (4) yakni: Visibility, berarti desain ruang kelas
ungkapan yang merupakan reaksi guru yang yang memungkinkan semua anak dapat
berfungsi untuk memenuhi harapan, dan (5) melihat tulisan guru dengan jelas di papan,
ungkapan yang merupakan reaksi guru yang atau papan display, ataupan papan
berfungsi untuk mengubah, mengklarifikasi transparan OHP, dan yang lainnya yang
atau membuat keputusan dalam kaitannya disajikan di depan kelas. Termasuk dalam
dengan ungkapan penstrukturan, permintaan desain ini adalah kemudahan guru untuk
atau penanggapan. Komunikasi non verbal memonitor anak di kelas. Accessbility,
yang dilakukan guru di kelas, memiliki lima menyangkut kemudahan arus keterlibatan
fungsi: (1) penyediaan informasi, (2) anak dalam aktivitis interaksi antar siswa
interaksi, (3) ekspresi, (4) latihan kontrol atau guru dengan siswa. Sementara
sosial, dan (5) fasilitasi pencapaian tujuan. distractibility berhubungan dengan
Selanjutnya, ada sepuluh perilaku guru yang ketergangguan kelas oleh hal-hal lain yang
bersifat non verbal, yakni: (1) senyuman, (2) ada di luar kelas, misalnya ruang kelas yang
kontak pandang, (3) anggukan kepala, (4) tidak mudah terganggu oleh anak yang
gerak isyarat, (5) pakaian, (6) jarak sedang bermain di luar kelas (Jacobsen,
interaksi, (7) sentuhan, (8) perubahan posisi, et.al., 1989).
(9) sikap badan, dan (10) sususan tempat
duduk (Omteins, 1990). C. Tujuan Manajemen Kelas
Efektivitas komunikasi antar pribadi Tujuan umum kegiatan manajemen
di kelas dapat dilacak dari kualitas kelas adalah untuk menciptakan kondisi
komunikasinya. Sedangkan kualitas ko- kelas yang kondusif bagi produktivitas
munikasi dapat diukur berdasarkan kegiatan pembelajaran. Kondisi kelas yang
bagaimana komunikasi itu dilakukan. Ada dimaksud meliputi aspek: (1) disiplin siswa,
tiga hal yang sangat menentukan kualitas (2) iklim sosial kelas, (3) iklim sosial-
hubungan interpersonal di kelas: (1) rasa emosional, dan (4) lingkungan fisikal kelas.
percaya, (2) sikap suportif, dan (3) sikap Efektivitas dan produktivitas kondisi kelas
terbuka (Rakhmat, 1986). dapat diukur berdasarkan kriteria: (1)
kelancaran, kemudahan dan kegairahan
4. Pengembangan Lingkungan Fisik proses belajar anak, (2) keoptimalan hasil
Kelas belajar yang dicapai anak. Selanjutnya,
Kondisi fisik kelas meliputi segala tujuan khusus manajemen kelas adalah: (1)
sesuatu yang ada di ruang kelas, di an- untuk menciptakan tumbuhnya perilaku
taranya papan buletin, furniture, penerangan, disiplin siswa, (2) menciptakan iklim sosial
temperatur ruang. Lingkungan ruang kelas kelas yang kondusif dan dinamis, (3) untuk
mencakup, (1) ruang, (2) waktu, (3) suara, menciptakan iklim sosio-emosional kelas
(4) temperatur, (5) warna, (6) penerangan, yang kohesif, dan (4) untuk menciptakan
dan (7) artefak. lingkungan fisikal yang kondusif (Egen &
Desain ruang kelas ditentukan oleh Kauchak, 1994).
beberapa faktor, yakni (1) ukuran ruang
kelas, (2) jumlah siswa per kelas,jumlah D. Sifat Manajemen Kegiatan Kelas
deret bangku dan kursi,kelengkapan Sifat kegiatan manajemen kelas
peralatan kelas, (5) posisi pintu, jendela, meliputi preventif dan kuratif. Menurut
kloset, tempat cuci tangan, tempat papan Jacobsen dan kawan-kawan, manajemen
tulis, dan tempat pengerat pensil, (6) alat- kelas yang bersifat preventif merupakan
alat peraga yang digunakan guru, dan (7) kegiatan mengantisipasi masalah (problem)
pengalaman guru. Ketujuh faktor tersebut kelas sebelum masalah itu terjadi (Jacobsen,
merupakan faktor pertimbangan dalam et.al., 1989). Secara sengaja direncanakan
mendesain ruang kelas. Sementara Jacobsen bagaimana menghindari masalah tersebut
72
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

dengan mengembangkan prosedur yang sosial kelas, masalah sosio-emosional kelas


sistematis. Kegiatan preventif berarti maupun masalah fisikal kelas. Tugas
tindakan pencegahan atau berjaga-jaga agar manajemen kelas adalah mengembalikan
tidak sampai terjadi masalah yang kondisi kelas ke dalam keadaan kelas yang
mengganggu efektivitas dan produktivitas normal, yang mengembalikan kondisi kelas
iklim belajar anak. Oleh karena itu, adalah manajemen kelas yang bersifat
manajemen kelas yang bersifat preventif kuratif. Hasibuan dan kawan-kawan
adalah seperangkat kegiatan guru yang menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan
diarahkan untuk mencegah terjadinya manajemen kelas yang bersifat kuratif: (1)
gangguan terhadap efektivitas dan penguatan negatif, (2) penghapusan, (3)
produktivitas iklim belajar anak, yang hukuman, (4) membicarakan situasi
aktualisasinya berupa kegiatan guru yang pelanggaran, tetapi memberikan respon
berkaitan dengan pengembangan dan positif terhadap tingkah laku positif, (5)
pemertahanan ketertiban kelas, kondisi memberikan tugas yang bersifat memimpin,
sosial kelas, kondisi sosio-emosional kelas, (6) memberikan tugas yang bersifat
kebebasan anak untuk berekspresi, dan menuntut keberanian, (7) memberikan tugas
keutuhan organisasi kelas. Hasibuan dan yang menuntut kekuatan fisik, (8) tidak
kawan-kawan menyebutkan manajemen memberikan respon dan melarang anak
kelas yang dikategorikan preventif meliputi untuk merespon kepada anak yang
tindakan guru yang (1) bersikap terbuka menunjukkan tingkah laku menyimpang, (9)
terhadap anak, (2) bersikap menerima dan tidak menyalahkan siswa secara langsung,
menghargai anak, (3) bersikap empatik, (4) (10) memperbaiki partisipasi sekolah, (11)
bersikap demokratif, (5) mengarahkan anak mendistribusikan partisipasi, (12)
untuk pencapaian tujuan kelas, (6) menurunkan ketegangan kelas, dan (13)
mengarahkan anak untuk menghasilkan mendamaikan konflik antar siswa atau antar
peraturan yang disepakati bersama, (7) kelompok siswa (Hasibuan, 1991).
mengusahakan tercapainya kompromi dalam
menetapkan peraturan bersama, (8) E. Fungsi Manajemen Kelas
memperjelas komunikasi, dan (9) Fungsi manajemen kelas meliputi:
menunjukkan kehadiran, dan lain-lain. (1) fungsi pengembangan, (2) pengendalian,
Manajemen kelas yang bersifat preventif dan (3) fungsi penyembuhan. Fungsi
bertujuan untuk mencegah terjadinya pengembangan adalah fungsi manajemen
masalah di kelas, baik masalah individual, kelas dimana secara proaktif guru
sosial, emosional, maupun fisikal (Hasibuan, merencanakan dan melaksanakan
dkk, 1991). seperangkat kegiatan pembelajaran yang
Sebaliknya, manajemen kelas yang berlangsung dengan lancar, tertib, efektif,
bersifat kuratif diterapkan bila kondisi kelas dan produktif. Merencanakan berarti
mengalami gangguan. Kuratif berarti menggali, memilih, menentukan, dan
penyembuhan, artinya manajemen kelas menetapkan berbagai komponen kegiatan
yang berfungsi untuk mengembalikan manajemen kelas yang efektif dan produktif
kondisi kelas yang terganggu pada kondisi bagi kegiatan pembelajaran. Perencanaan
semula. Kondisi kelas terganggu bila yang dimaksud meliputi (1) perencanaan
misalnya terjadi konflik beberapa anak saat disiplin anak, (2) iklim sosial kelas, (3)
proses belajar berlansung, kelas gaduh iklim sosio-emosional, dan (4) perencanaan
akibat adanya perilaku menyimpang dari be- lingkungan fisik kelas. Sedangkan,
berapa anak, anak-anak memasuki kelas melaksanakan berarti mengimplementasikan
dengan perilaku yang tidak disiplin, keadaan keseluruhan aspek perencanaan manajemen
udara dalam kelas yang pengap dan kelas yang telah ditetapkan dalam tindakan
menyesakkan nafas, ataupun keadaan kelas guru secara operasional di kelas pada saat
yang tegang karena guru marah-marah. aktivitas pembelajaran berlangsung (Thomas
Gangguan kelas dapat menyangkut masalah & Brophy, 1991).
73
Selanjutnya, fungsi pengendalian pintu kelas yang terbuka, anak duduk di
adalah seperangkat kegiatan guru yang tempat yang berdesakan. Sumber-sumber
bermakna menjaga, membina, mem- kerawanan kelas tersebut perlu diantisipasi
pertahankan, dan mengendalikan kondisi sedini mungkin oleh guru sehingga tidak
kelas agar tetap efektif dan produktif bagi potensial bagi timbulnya gangguan kelas.
kegiatan pembelajaran. Tugas guru di Fungsi penyembuhan sama dengan
bidang manajemen kelas ini adalah menjaga, manajemen kelas yang bersifat kuratif.
mengontrol, mempertahankan, dan Fungsi manajemen kelas ini adalah
mengendalikan ketahanan kelas. Ketahanan mengembalikan kondisi kelas yang telah
kelas berarti kondisi kelas yang dinamis, terkontaminasi oleh gangguan ke dalam
terkontrol, dan terkendali, sehingga perilaku keadaan semula seperti sebelum terjadinya
disiplin anak, iklim sosial, sosio-emosional, gangguan. Contoh kegiatan manajemen
dan lingkungan fisik kelas memiliki kelas yang berfungsi penyembuhan ini,
stabilitas yang tinggi, efektif dan produktif dapat dilihat pada contoh manajemen kelas
bagi iklim belajar anak (Hasibuan, dkk, yang bersifat kuratif.
1991).
Kegiatan mempertahankan kondisi F. Keterampilan Dasar Manajemen
kelas merupakan fungsi manajemen kelas di Kelas
bidang pengendalian kelas. Melalui fungsi Aktualisasi proses manajemen kelas
ini, kondisi kelas yang tingkat efektivitasnya terwujud dalam perilaku guru di kelas yang
dan produktivitasnya tinggi perlu dijaga, mendorong tumbuhnya iklim kelas yang
dibina dan dipertahankan stabilitasnya agar kondusif dan produktif. Perilaku guru dalam
tidak potensial bagi timbulnya ancaman, pembelajaran yang secara teknis dapat
tantangan, dan gangguan, dan hambatan, berpengaruh terhadap perwujudan iklim
baik dari dalam maupun dari luar kelas. kelas meliputi enam jenis perilaku: (1) sikap
Kegiatan-kegiatan guru yang bermakna tanggap, (2) kemampuan dalam membagi
mempertahankan kondisi kelas adalah perhatian, (3) kemampuan memusatkan
misalnya memberikan motivasi dan perhatian kelompok, (4) kemampuan
penguatan, membuka jendela atau menutup memberi petunjuk secara jelas, (5)
jendela di saat yang tepat, mendekati kemampuan dalam memberi penguatan, dan
kelompok anak yang menunjukkan motivasi (6) kemampuan memberikan teguran.
belajar tinggi, memvariasi gaya mengajar Keenam jenis perilaku tersebut secara teknis
untuk menghindari kejenuhan belajar, dan harus dikuasai dan diaktualisasikan guru da-
lain-lain. Untuk dapat mempertahankan, lam perilaku mengajar di kelas. Hal ini perlu
efektivitas dan produktivitas kondisi kelas, agar guru mampu mewujudkan iklim kelas
guru perlu membuat antisipasi yang cermat yang kondusif. Oleh karena aktualisasi
tentang sumber-sumber yang potensial bagi keenam jenis perilaku tersebut merupakan
timbulnya gangguan dan kerawanan kondisi dasar pembentukan iklim kelas yang
kelas, dapat sedini mungkin mendeteksi kondusif dan produktif, ke enam jenis
gejala timbulnya gangguan kelas, dan perilaku tersebut dinamakan komponen
bertindak cepat agar gejala timbulnya keterampilan dasar manajemen kelas
gangguan kelas dapat dieliminasi (dibatasi (Mercer & Mercer, 1989).
ruang geraknya) dan dipatahkan sehingga Kebermaknaan aktualisasi enam
tidak sampai menjadi gangguan kelas yang jenis keterampilan dasar manajemen kelas di
aktual. Sumber-sumber potensial yang kelas, sangat bergantung pada teknik
menyebabkan timbulnya gangguan kelas penggunaannya. Untuk menjaga
misalnya saling meminjam buku atau alat kebermaknaan aktualisasi, guru dituntut
tulis menulis di antara siswa, adanya anak untuk mendasarkan diri pada prinsip-prinsip
yang berdiri di kelas sehingga menghalangi penggunaan yang tepat. Prinsip-prinsip
pandangan temannya saat mencatat tulisan penggunaan tersebut meliputi prinsip: (1)
guru di papan, guru meninggalkan kelas, kehangatan, (2) antusiasme, (3) variasi, (4)
74
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

spontanitas, (5) fleksibelitas, (6) yang terbuka sehingga anak mudah


memberikan tantangan, (7) menekankan terganggu dengan situasi di luar kelas,
pada hal yang positif, dan (8) penanaman di- sedangkan kondisi fisi kelas yang
siplin diri siswa sendiri. Guru perlu mengganggu misalnya, udara kelas yang
menghidari penggunaan sikap acuh tak pengap, panas, dan kurang cahaya (Mercer
acuh, mencela dan mencemoohanak, & Mercer, 1989).
kelenyapan, penyimpangan, pemenggalan Gangguan kelas dapat dilihat dari
penjelasan, dan interupsi (Egen & Kauchak, berbagai sudut: (1) menurut jumlah pe-
1994). lakunya, masalah dapat dikategorikan
sebagai, (a) masalah individual, dan (b)
G. Masalah-Masalah Kelas masalah kelompok, (2) sedangkan
Problema kelas yang mungkin diha- berdasarkan substansi masalahnya, dapat
dapi guru dalam kegiatan pembelajaran diklasifikasikan ke dalam (a) masalah
misalnya, masalah anak berbicara di kelas disiplin kelas, (b) masalah sosial kelas, (c)
saat guru menerangkan, masalah anak masalah sosio-emosional kelas, dan (d)
bertengkar saat belajar berlangsung, anak masalah fisikal kelas.
melucu di kelas, anak tercekam emosinya,
takut, tertekan, kalut, temperatur kelas yang H. Pemecahan Masalah Kelas
panas, tempat duduk yang berjubel, susunan Dalam memecahkan masalah kelas,
tempat duduk yang tidak cocok untuk ada dua pendekatan utama yaitu pendekatan
berdiskusi, dan lain-lain (Cooper, 1982). tanpa teori dan yang berdasar teori.
Kedua jenis gangguan tersebut saling Pendekatan tanpa teori dapat diuraikan
berkaitan satu sama lain dan pada sebagai berikut (Jacobsen, et.al., 1989).
hakikatnya dibedakan dalam empat kategori, Pendekatan larangan dan anjuran.
yakni gangguan disiplin, iklim sosial, iklim Pendekatan larangan dan anjuran tidak
sosio-emosional, dan gangguan fisik. berangkat dari dasar teori yang empiris dan
Gangguan disiplin berkaitan teruji. Pendekatan ini berisi larangan dan
dengan timbulnya pelanggaran terhadap tata anjuran bagi guru dalam memecahkan
tertib kelas. Sedangkan gangguan sosial masalah, misalnya, jangan menegur siswa di
adalah gangguan iklim pembelajaran yang hadapan temannya, jangan memperingatkan
berhubungan dengan adanya hambatan anak dengan suara yang keras, bersikaplah
interaksi sosial anak di kelas. Gangguan ini adil dan tegas kepada anak, buktikan
dapat berupa gangguan interaksi antar anak kesalahan sebelum anak dihukum. Dalam
atau antara anak dan guru. Gangguan antar penerapan pendekatan ini, ada sejumlah
anak misalnya anak tidak saling menyapa. rambu-rambu yang harus dihindari guru
Dari sebab masalah ini, gangguan dalam memecahkan masalah iklim
manajemen yang muncul adalah iklim sosial pembelajaran.
kelas yang kurang harmonis, ada gangguan Pendekatan hukuman dan ancaman.
interaksi di antara sejumlah anak di kelas. Pendekatan ini penerapannya ditujukan bagi
Sementara itu, gangguan sosio-emosional pelanggar tata tertib atau disiplin kelas.
berkait dengan iklim sosio psikologis kelas. Tindakan hukuman dan ancaman bagi
Misalnya anak cemas, takut tertekan, tidak pelanggar tata tertib adalah dengan
ada hubungan batin antar pribadi di kelas menghukum anak melalui kekerasan,
sebagai satu kebutuhan, saling mencurigai, menghardik secara kasar, mencemooh,
tidak ada komunikasi pribadi yang menertawakan, menghukum salah seorang
harmonis. Selanjutnya, gangguan fisik kelas anak dengan maksud sebagai contoh atau
berhubungan dengan kondisi fisik dan fisis memaksa anak untuk minta maaf.
kelas yang tidak kondusif. Kondisi fisik Pendekatan masa bodoh. Penerapan
yang dimaksud misalnya, setting ruang kelas pendekatan ini adalah dengan
yang tidak tepat, susunan kursi yang tidak tidakmemecahkan masalah. Hal ini karena
kondusif, anak duduk berjubel, jendela kelas pemecahan masalah yang diterapkan guru
75
tidak bertolak dari masalahnya sendiri, terbentuknya perilaku anak yang
misalnya, guru mengacuhkan kejadian, dikehendaki.
sehingga seolah-olah tidak ada kejadian, Ada beberapa teknik pengubahan
mengalihkan perhatian anak kepada situasi dan pembentukan tingkah laku yang dapat
lain agar anak tidak memperhatikan keadaan diterapkan guru untuk memecahkan masalah
yang terjadi, membiarkan anak yang mela- iklim pembelajaran. Teknik-teknik tersebut
kukan pelanggaran supaya bosan dengan adalah (1) teknik penguatan, (2) teknik
sendirinya. hukuman, dan (3) penghilangan. Teknik
Pendekatan kekuasaan. Pendekatan penguatan meliputi penguatan positif dan
ini penerapannya dilakukan dengan cara penguatan negatif. Penguatan positif
pemaksaan. Anak atau sekelompok anak difungsikan untuk meneguhkan perilaku
yang melakukan pelanggaran kelas dipaksa yang dikehendaki. Sedangkan penguatan
secara kasar untuk menghentikan negatif difungsikan untuk meneguhkan
perbuatannya, misalnya anak dikeluarkan proses pengubahan perilaku ke arah yang
dari kelas secara paksa, anak yang dikehendaki (Jacobsen, et.al., 1989).
mengganggu kelancaran belajar diminta Penerapan penguatan positif dilaku-
berdiri di depan kelas, mempermalukan kan dengan memberikan ganjaran, atau
anak di depan kawan-kawannya, guru gerak gestural (acungan jempol atau
memarahi anak dengan memaki. Pendekatan anggukan kepala) atau pernyatan verbal
ini bertolak dari legalitas kekuasaan guru yang menyatakan kesetujuan guru atas
atas kelas yang diajar. Karena guru adalah perlakuan anak. Demikian pula penerapan
penguasa tunggal di kelas. Guru dapat penguatan negatif. Anak, yang menunjukkan
menentukan segala sesuatu di kelas atas perubahan perilaku dari perilaku negatif ke
kehendaknya sendiri. Sementara, anak harus arah perilaku positif, dapat diberi pe-
patuh mengikuti kemauan guru. Apabila ca- neguhan. Bentuk peneguhannya adalah guru
ra-cara yang digunakan tidak lagi me- mengurangi tindakan yang selama ini
nyelesaikan masalah, guru menggunakan dianggap anak tidak menyenangkan baginya
orang lain yang berpengaruh, misalnya karena melakukan penyimpangan. Misalnya,
kepala sekolah. apabila biasanya guru marah, dengan adanya
Jenis pendekatan lain dalam meng- perubahan ke arah positif yang ditunjukkan
atasi masalah adalah pendekatan yang anak, guru tidaklagi marah padanya. Pada
berdasar teori yang diuraikan sebagai perubahan berikutnya guru mulai tersenyum
berikut ini. terhadap anak tersebut, hingga akhirnya
guru memberi ucapan selamat setelah
1. Pendekatan pengubahan tingkah laku perbuatan anak betul-betul tidak menyim-
Pendekatan ini bertolak dari asumsi pang. Hukuman dan penghilangan di-
dasar bahwa tingkah laku anak terbentuk terapkan untuk meniadakan tingkah laku
karena belajar. Oleh karena itu, perilaku menyimpang. Hukumanadalah bentuk
menyimpang yang diperbuat anak pada rangsanan yang tidak menyenangkan anak.
dasarnya juga diperoleh dari belajar. Dengan rangsanganyang tidak
Pendekatan ini bertolak pula dari asumsi menyenangkan, diharapkan anak dapat
dasar bahwa proses belajar terjadi akibat menghilangkan perilaku yang menyimpang.
adanya rangsangan eksternal. Mengingat hal
itu, melalui pengaturan rangsanganeksternal 2. Pendekatan sosio-emosional
yang disediakan. Berangkat dari asumsi Pendekatan ini menekankan penting-
dasar tersebut, untuk mengubah tingkah laku nya hubungan interpersonal. Kunci sukses
menyimpang, guru dapat memulakan iklim pembelajaran adalah komunikasi antar
rangsangan eksternal tertentu pada anak, se- pribadi. Timbulnya masalah iklim
hingga rangsangan eksternal yang sudah pembelajaran karena komunikasi antar
dipolakan tersebut dapat mengubah ke arah pribadi tidak berjalan lancar. Masalah iklim
pembelajaran timbul akibat
76
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

ketidakmampuan anak memahami akibat pelajaran; (7) menjadi kawan, dengan tetap
tingkah laku yang menyimpang (Jacobsen, menjaga jarak dengan anak; (8) senantiasa
et.al, 1989). Untuk memecahkan masalah, tenang dan menjaga ketenangan anak
guru perlu membantu anak untuk memahami khususnya bila terjadi kondisi yang tidak di-
ciri-ciri masalah. Ini artinya, menurut inginkan; (9) mengantisipasi tingkahlaku
pendekatan sosioemosioanl, jika ada anak; dan (10) mengharapkan tetapi tidak
masalahiklim pembelajaran, maka adalah menerima penyimpangan tingkah laku anak
siswa sendiri yang harus memecahkannya, (Ornteins, 1990).
sementara guru hanya membantu. Hal Menurut Good & Brophy, prosedur
penting dalam memecahkan masalah iklim untuk pemecahan masalah iklim
pembelajaran adalah (1) sikap guru yang pembelajaran dapat mengikuti langkah-
terbuka dan menghindari kepura-puraan, (2) langkah sebagai berikut: (1) menentukan
menerima dan menaruh kepercayaan masalah (jenis dan sifatnya); (2)
terhadap anak, dan (3) memiliki sikap menentukan alternatif (kemungkinan)
empati terhadap anak. pemecahan masalah; (3) mengevaluasi
Pendekatan proses kelompok. Pen- alternatif pemecahan; (4) menetapkan
dekatan ini menekankan interaksi sosial. alternatif pemecahan yang terbaik; (5)
Kelas merupakan sistem sosial. mengaplikasikan teknik pemecahan yang
Penyimpangan tingkah laku akibat adanya terbaik; dan (6) mengevaluasi efektivitas
gangguan interaksi sosial. Untuk pemecahan masalah (Thomas & Brophy,
memecahkan masalah iklim pembelajaran 1991).
dapat dilakukan dengan memperbaiki
interaksi sosial kelas. Keutuhan sosial PENUTUP
adalah kunci sukses iklim pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan
Hubungan baik, kerja sama, dan partisipasi diperlukan adanya manajemen kelas yang
semua anggota kelas adalah dasar peme- baik dan terukur keberhasilanya sebab
cahan masalah-masalah kelas. manajemen kelas yang merupakan substansi
daripada manajemen kurikulum. Sedangkan
I. Teknik Identifikasi Masalah Kelas manajemen kurikulum merupakan sibstansi
Mercer & Mercer menyebutkan lima manajemen pendidikan. Manajemen kelas
kategori teknik untuk menyebutkan merupakan kegiatan guru untuk men-
gangguan-gangguan iklim pembelajaran: (1) ciptakan, mengembangkan, memper-
observasi langsung, (2) instrumen tahankan, mengendalikan, dan juga
komersial, (3) teknik qsort. (4) sosiometri, menyembuhkan iklim kelas agar kondusif
dan (5) teknik laporan diisi sendiri (Mercer untuk kegiatan pembelajaran sehingga
& Mercer, 1989). dibutuhkan seorang guru yang tahu dan
Untuk mengatasi masalah iklim mampu mengendalikan ruang lingkup dan
pembelajaran. Ornstein mengajukan strategi tujuan manajemen kelas.
umum yang didasarkan atas pengalaman Fungsi manajemen kelas meliputi
guru, yang disebutnya sebagai maging fungsi pengembangan, fungsi pengendalian,
problem students. Strategi umum tersebut dan fungsi penyembuhannya. Seorang guru
adalah: (1) menerima siswa sebagaimana seharusnya mampu memecahkan masalah
adanya dengan menekankan kualitas dengan memilih beberapa pendekatan yang
perilaku positif mereka; (2) percaya; (3) lebih bermanfaat, pendekatan tanpa teori,
menyediakan struktur; (4) menjelaskan misalnya: pendekatan larangan dan anjuran,
peranan guru dan secara rutin; (5) pendekatan hukuman dan ancaman,
mengkonsumsikan harapan positif guru pendekatan masa bodoh dan pendekatan
tentang belajar siswa dan kerja kekuasaan, dan pendekatan berdasarkan
akademiknya; (6) mengandalkan motivasi teori, dimana tingkah laku siswa
dan bukan kecakapan guru untuk me- dipengaruhi oleh faktor eksternal sehingga
melihara aturan, minatnya terhadap diperlukan beberapa pendekatan-pendekatan
77
sosio-emosional. Pendekatan proses ke-
lompok dengan kemampuan guru
mengidentifikasi masalah kelasnya maka
akan mudah guru mencapai tujuan
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Cooper. 1982. Manajemen Kelas. Program


Akta Mengajar V-B. Jakarta:
Depdikbud-DIKTI.
Egen & Kauchak. 1994. Education
Psychology, Classroom Conections.
Second Edition. NewYork: Macmillan
College Publishing Company
Massachesetts: Allyn and Bacon A
Division of Simon and Shcuster, Inc.
Good Thomas L & Brophy. 1991. Looking
in Classrooms. FifthEdition. USA:
Harper, Collins Publishers.
Hasibuan, dkk. 1991. Proses Belajar
Mengajar, Keterampilan Dasar
Pengajaran Mikro. Bandung: P.T.
Remaja Rosdakarya.
Jacobsen, et.al. 1989. Methods for Teaching,
A Skid Approach. Third Edition.
Columbus. Ohio: Merril Publishing
Company.
Mercer & Mercer. 1989. Teaching Students
with Learning Problem. Columbus,
Ohio: Merril Publishing Company a
Bee& Howel Information Company.
Ornteins. 1990. Strategies for Effective
Teaching. USA: Harper Collings
Publishers, Inc.
Rakhmat. 1986. Psikologi Komunikasi.
Bandung:P.T. Remaja Rosda Karya.
Robinson. 1986. Beberapa Perspektif
Sosiologi Pendidikan. Jakarta: P.T.
Rajawali.
Sujak, Abi. 1990. Kepemimpinan Manajer,
Eksistensi dalam Perilaku Organisasi.
Jakarta: Pusdiklat Depdikbud.

78
Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan)
Vol. 5 No. 2. Juli – Desember 2016

79

Anda mungkin juga menyukai