PERTEMUAN KE 14
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori
dari implementasi keperawatan, antara lain:
1.Cognitive implementations
meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan tingkat pengetahuan klien
dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan,
dan lain lain.
2.Interpersonal implementations
meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan
komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan,
memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan
lain lain.
3.Technical implementations
meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin
keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon
klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan
rujukan, dan lain-lain.
1.Independent implementations
adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu
klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu
dalam memenuhi activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur
posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan
motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-spiritual, perawatan alat invasive yang
dipergunakan klien, melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
3.Dependent implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli
gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian
nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik
(mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
B. Proses implementasi
d. PendekatanTindakan
Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan,
antara lain:
1) Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu
implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2) Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya,
hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan
intervensi.
3) Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4) Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta
upaya peningkatan kesehatan.
5) Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya.
6) Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada
klien.
C. Metodeimplementasi
1. MembantuDalamAktivitasKehidupanSehari-Hari
klienpascaoperatif yang
tidakmampuuntuksecaramandirimenyelesaikansemuaAKS,Sementaraterus
beralihmelewatiperiodepascaoperatif,kliensecarabertahapkurangbergantungpadaper
awatuntuk
menyelesaikan AKS.
2.Konseling
3.Penyuluhan
Digunakan menyajikan prinsip,prosedur dan teknik yang tepat tentang
perawatan kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang ststus
kesehatannya.
1. Impementasi Terapiutik
2. Implementasi
E. Keputusan implementasi
b. Ketepatgunaan yang dikaitkan dengan biaya apakah dalam bentuk uang, waktu,
tanaga dan bahan/peralatan yang diperlukan
G. Dokumentasi
PELAKSANAANTINDAKANKEPERAWATANHARUSDIIKUTIOLEHPENCATATAN YANG
A. Tujuan evaluasi
Tujuan umum :
B. Tipe evaluasi
a) Evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera pada
saat / setelah dilakukan tindakan keperawatan
b) Evaluasi Sumatif SOAPIER
C. Metoda evaluasi
c. Memeriksa laporan, dapat dilihat dari rencana Asuhan Keperawatan yang dibuat
dan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
F. Memodifikasi rencana
1. Evaluasi sruktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau
tidak langsung mempengarui dalam pemberian pelayanan. Persediaan
perlengkapan, fasilitas fisik ,ratio perawat client, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang di
inginkan.
2. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawt dan apakah perawat dalan
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok,tanpa tekanan,dan sesuai
wewenang. Area yang menjdi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis
informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik,falidasi dari
perumusan diagnose keperawatan dan kemampuan teknikal perawat.
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respond dan fungsi client. Respon perilaku client
merupakan pengaruh dari interfensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil.
Area konflik antara klien dan penyedia pelayanan kesehatan dapat terjadi
karena adanya perbedaan pengetahuan, perbedaan budaya, perbedaan
perkembangan dan kesenangan pribadi yang berbeda-beda.Sebagai contoh adalah
dalam kasus keluarga yang neneknya baru saja meninggal, orang tua mungkin lebih
suka kalau anak bungsunya yang masih kecil tidak hadir dalam pemakaman. Hal ini
terjadi karena keyakinan orang tua yang beranggapan bahwa anak-anak tidak
mengerti tentang kematian dan mungkin sangat susah bagi mereka kalau kematian
adalah hal yang traumatic. Selain itu, orang tua juga ingin untuk melindungi atau
menjaga perasaan anak-anaknya dari perasaan sedih.
Ada hal yang perlu ditekankan ketika terjadi suatu konflik yaitu, konflik perlu
diselesaikan bukan untuk terus dibiarkan.Ketika menghadapi konflik nilai yang
terjadi, terdapat dua sikap yang ditunjukkan oleh perawat yaitu sikap negative dan
positif terhadap konflik yang terjadi. Ketika perawat menunjukkan sikap yang
negative, perawat akan lebih merasakan bahwa dirinya terancam sehingga muncul
banyak pertanyaan dalam dirinya. Sebaliknya, jika perawat dapat menunjukkan
sikap yang positif, maka nilai-nilai yang muncul dalam diri perawat adalah rasa
menghormati, care, seimbang dan lain sebagainya.
Salah satu cara untuk mengatasi konflik nilai yang terjadi dalam asuhan
keperawatan adalah dengan adanya resolusi konflik. Oleh karena itu, tujuan yang
paling utama yang diberikan oleh perawat adalah menemani atau membantu klien
untuk menggali dan mendefinisikan masalah yang relevan, perilaku dan keyakinan
mereka. Klarifikasi atau penjelasan ini mungkin adalah suatu resolusi atau mungkin
menjadi tahap pertama dalam proses resolusi ( Craven& Hirnle:2000).
Definisi kedua tentang resolusi adalah resolusi terjadi karena menjawab suatu
pertanyaan.Klien mungkin memiliki banyak pertanyaan yang berhubungan dengan
kasus yang mereka alami. Peran perawat yang mungkin bisa menjadi resolusi dari
konflik nilai yang terjadi adalah dengan menawarkan diri siap membantu klien,
dengan cara bertanya kepada klien apakah klien ada hal yang ingin ditanyakan atau
tidak. Definisi lain resolusi adalah resolusi melibatkan atau menentukan tindakan
selanjutnya. Definisi keempat mengenai resolusi adalah resolusi melibatkan
pemecahan masalah.Mungkin perawat dan klien dapat setuju dengan beberapa
situasi yang memfasilitasi untuk terjadinya penyelesaian konflik nilai di antara
mereka.
I. Dokumentasi
Kedua, pengamatan dan pencatatan status klien adalah tanggung jawab legal dan
profesional.Undang-undang praktik perawat disemua negara bagian, dan
mewajibkan pengumpulan data dan pencatatan sebagai fungsi mandiri esensial
untuk peran perawat profesional.Menjadi faktual adalah mudah setelah hal tersebut
menjadi kebiasaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://syehaceh.wordpress.com/2010/03/09/tahap-pengkajian/
http://alfiyyahaee.blogspot.com/p/values-tentang-keyakinan.html