Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS

PADA AN. M DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL

RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Disusun Oleh :

NI PUTU DIANA CAHYANTI

24. 15. 0708

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XVI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2016
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan dan disetujui “Laporan Pendahuluan Tonsilitis pada An. M di Ruang

Instalasi Bedah Sentral RSUD Saras Husada Purworejo”, untuk memenuhi tugas

stase keperawatan maternitas di RSPAU Dr. S. Hardjolukito Yogyakarta Program

Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.

Yogyakarta, Januari 2016

Mahasiswa,

Ni Putu Diana Cahyanti

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Widodo S.Kep.,Ns.,MM Suib S.Kep.,NS.,CWCS


LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

A. DEFENISI

Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil

menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari

invasi organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun

ukuran tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar

daripada remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme

perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 :

940).

Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi

(Harnawatiaj , 2006).

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A

streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain

atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006), yaitu sebagai

berikut:

1. Tonsillitis akut

Tonsil akut merupakan radang akut pada tonsil. Disebabkan oleh

streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus

piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi

bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini

terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa

makanan yang tersangkut.


3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)

permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut

menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang

dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis kronik

Radang kronik pada pada tonsil. Tonsillitis kronik biasanya sering terjadi

pada anak-anak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya

pada usia 10 tahun. faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan)

pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene

mulut yang buruk.

B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya tonsillitis yaitu oleh adanya infeksi bakteri dan virus,

(Mansjoer, 2003):

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat

berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi

saluran nafas akut.

2. Streptokokus Pyogenesis

Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang

tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group

A. Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada

manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.


3. Streptokokus Viridans

Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal

yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans

memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang

memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang

rusak.

4. Virus Influenza

Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus

influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada

manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit

kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat

menyebabkan terjadinya pneumonia.

C. MANIFESTASI KLINIK

Menurut Megantara, Imam 2006, manifestasi klinik dari tonsillitis yaitu Nyeri

tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali

dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang

sama). Tanda dan gejala lainnya yaitu:

1. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis :

terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi

satu (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu.

2. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak

melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan,

terutama pada anak-anak.

3. Tonsila biasanya nampak bercak – bercak dan kadang diliputi oleh eksudat.

Eksudat ini mungkin keabu – abuan atau kekuningan. Eksudat ini dapat

mengumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat terjadi nekrosis
jaringan lokal, nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, mual dan kelenjar

limfa pada leher membengkak, malaise (perasaan tidak menentu pada tubuh

yang tidak nyaman ).

4. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)

5. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga

menjadi malas makan Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.

6. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot. Dapat disertai

batuk, pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran

kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.

7. Adakalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika

disertai pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian

belakang antara tenggorokan dan rongga hidung). Tentu tidak semua keluhan

dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan

bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke

dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan

8. Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat kronik, menghebat bila

terjadi serangan akut.

9. Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit kepala.

10. Pada adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur.

11. Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi

12. Arkus anterior posterior merah

13. Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup

sekret mukopurulen.

Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang

penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang

tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri

telan.
D. PATOFISIOLOGI

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian

atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar

melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil

menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar

dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat

mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat

berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit

tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang

menjalar ke telinga. (Nurbaiti 2001). 

Pada Tonsilitis Akut, Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman

menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan

Umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan

infiltrasi leukosit polimorfo nuclear, sedangkan tonsillitis kronik terjadi karena

proses radang berulang ,maka epitel mukosa dan jaringan limpoid terkikis,

sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpoid diganti oleh jaringan

parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara elompok melebar

(kriptus) yang akan diisi oleh detritus. Proses ini meluas hingga menembus

kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
PATHWAY
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada

dalam tubuh pasien merupkan akteri gruP A, karena grup ini disertai dengan

demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.

2. Pemeriksaan usap tenggorok

Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,

terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat

mengetahui kuman penyebabkan dan obat yang masih sensitive terhadapnya.

3. Pemeriksaan darah lengkap yaitu

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada

anak, apabila ada menandakan anak terkena infeksi.

4. Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

F. TERAPI DAN PENGOBATAN

Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan

status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu

dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan

kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu

makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan

operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari

perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat

kumur dan vitamin C dan B.

Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan

karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan

kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan


drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak

dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih.

Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau

berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan

pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat

harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap

perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin

pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi,

dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak

terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan

untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan

nyeri tengkorak.

Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan

normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang

mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet

dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin,

asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin

dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang

terbentuk.

1. Penatalaksanaan tonsilitis akut

a) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat

kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan

eritromisin atau klindomisin.

b) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid

untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.


c)  Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari

komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan

tenggorok 3x negatif.

d) Pemberian antipiretik.

2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik

a) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

b) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi

konservatif tidak berhasil.

3. Perawatan Paska-bedah

a) Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

b) Memantau tanda-tanda perdarahan

c) Menelan berulang

d) Muntah darah segar

e) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur

Diet

a) Memberikan cairan bila muntah telah reda

b) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih

nyaman dari ada kepingan kecil).

c) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).

d) Menawarkan makanan

e) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.

f) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati

pada pagi hari setelah perdarahan.

g) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu

selama 1 minggu.

Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan

a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau


b) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)

c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.

d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.

e) Mengajari pasien mengenal hal berikut

f) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung

segera selama 1-2 minggu.

g) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.

h) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan

ke-8 setelah operasi.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :

1. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini

terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh

streptococcus group A.

2. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)

dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur

spontan gendang telinga.

3. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-

sel mastoid.

4. Laringitis

5. Sinusitis

6. Rhinitis
H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a) Identitas klien

1) Usia

Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada

usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya tonsillitis. Semua anak

dapat mengalami tonsillitis. Hal itu dipengaruhi dari makanan yang

mereka makan, perawatan hygiene yang kurang.

3) Agama

4) Pendidikan

5)  Alamat

b) Riwayat kesehatan

1)  Riwayat kesehatan sekarang

Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan

merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut

disertai dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring

terkena, suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring

hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis : terdapat detritus

(tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi sati

(tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu. Tampak arkus

palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati garis

tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan,

terutama pada anak-anak. Pembesaran adenoid dapat menyebabkan

pernafasan mulut, telinga mengeluarkan cairan, kepala sering panas,

bronchitis, nafas bau dan pernafasan bising. 


2) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien dengan tonsillitis diturunkan dari keluarga. Penyakit yang

mungkin di derita oleh keluarga adalah gangguan infeksi pernafasan.

Tetapi tonsilitis lebih disebabkan karena anak mengkonsumsi

makanan seperti makanan manis, mengandung banyak pengawet dan

perawatan mulut yang tidak baik.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Tidak ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar  belakang

dari tonsillitis. Hanya saja kemungkinan besar anak terserang

tonsillitis dikarenakan anak dilahirkan premature. Hal itu disebabkan

dari kegunaan organ tubuh yang belum matur sehingga akan

menyebabkan cepat dan gampang diserang penyakit. Hal itu termasuk

dengan tonsil pada anak.

2. Pemeriksaan fisik

a) Nadi

Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)

b) Suhu

Bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, > 37,5oC)

c) Pernapasan

Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.

d) B1 (breathing)

 Inspeksi

Pada pasien dengan tonsillitis terlihat adanya peningkatan usaha dan

frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan.

 Palpasi

Ekspansi paru meningkat, fremiktus traktil dada berkurang atau tidak

ada
 Perkusi

Pada dada terdengar suara normal, diafragma mendatar dan menurun,

penanjakan hati mengecil, batas paru dan hati lebih rendah, pekak

jantung berkurang.

e) B2 (Blood)

Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi,

serta terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga

terjadi pembengkakan tonsil.

f) B3 (brain)

Pada infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di

perlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien

apakah composmentis, somnolen,dll.

g) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan

kecukupan intake cairan, output urine menurun

h) B5 (Bowel)

 Mual/muntah (anoreksia)

 Nafsu makan memburuk

 Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan

tonsil

 Penurunan berat badan menetap.

i) B6 (Bone)

Penderita tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum

memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal tersebut diakibatkan karena kebutuhan nutrisi dan cairan pasien

berkurang akibat nyeri saat menelan makanan dan minuman.


3. Pola kebiasaan sehari-hari

4. Nutrisi

Pada anak yang memiliki gejala tonsillitis akan memiliki keluhan susah untuk

menelan, nafsu makan berkurang, mengeluh sakit ketika menelan, kadang-

kadang anoreksia. Hal itu ditandai dengan keadaan mulut kering. Biasanya

dengan keluhan ini berat badan anak menurun yang disebabkan oleh

kurangnya nutrisi dari makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh akibat dari

tonsillitis

a) Istirahat dan Tidur

Pasien yang menderita tonsillitis akan mengalami gangguan tidur. Hal ini

disebabkan karena nyeri yang dimiliki akibat dari pembengkakan pada

tonsil. Kesulitan tidur ini akan menghambat pertumbuhan dan daya tahan

tubuh dari anak.

b) Hygiene Personal

Pasien yang menderita tonsilitis  mandi 2x sehari, saat BAB dan BAK

peampres  langsung diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene

Personalnya dipenuhi oleh Ibunya dan dengan bantuan perawat

c) Eliminasi

Haluaran urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu

disebabkan oleh ketidak mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak

tidak mau meminum air akibat rasa sakit yang dirasakan ketika menelan.

Hal itu menyebabkan haluaran urin menjadi menurun.

5. Diagnosa keperawatan

Pre Operasi

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi nafas

karena adanya benda asing ; produksi secret berlebih


b) Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan

c) Gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi sehubungandengan infeksi

akut oleh mikroorganisme

d) Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada

daerah tonsil

e) Kecemasan s/d kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit

yang diderita oleh klien.

Post operasi

a) Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan ; insisi bedah

b) Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op

c) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan resiko

perdaran  akibat tindakan operatic tondilektomi

d) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat

invasif pasca operatif.

Intervensi

Pre operasi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan obstruksi

nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.

Tujuan: bersihan jalan nafas efektif

Kriteria hasil:

 Tidak ada penumpukan sekrret

 Frekuensi pernapasan dalam batas normal

 Tidak ada bunyi nafas tambahan

a. Kajian / pantau frekuensi pernafasan

R/: Takipnea dapat ditemukan pada penerimaan atau selama adanya

proses infeksi akut.


b.  Auskutasi bunyi nafas, cabit adanya bunyi nafas

R/: Adanya obstruksi jln nafas dapat / tidak dimanifestasikan adanya

bunyi nafas adventisius.

c. Catat adanya dispnea, gelisah, ansiebis distress pernafasan,

penggunaan otot Bantu

R/: Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap

proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan

dirumah sakit.

d. Kajian pasien untuk posisi yang nyaman, mis : Peninggian kepala

tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

R/: Peninggian tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan

menggunakan gravitasi

e. Lakukan oral hygiene dengan teratur.

R/: Oral hygiene dapat mencegah proses infeksi berlanjut dan dapat

mengontrol pengeluaran secret.

f. Bila perlu lakukan suctioning

R/: Suchoring membantu pengeluaran secret pada pasien yang tidak

mampu mengeluarkan secret secara mandiri melalui bentuk efektif.

g.  Oksigenasi

R/: Pemberian oksigen dapat membantu klien mencukupi kebutuhan

oksigen yang mungkin tidak tercukupi dengan baik akibat obstruksi

jalan nafas.

2. Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan nyeri telan

Tujuan: nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil:

 Nafsu makan meningkat

 Peningkatan BB
a. Tentukan kalori harian

R/: Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan dapat mengetahui

jumlah diit yang diperlukan.

b. Jelaskan pentingnya nutrisi  yang adekuat

R/: Nutrisi yang adekuat dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan

mempercepat penyembuhan luka.

c. Beri dorongan individu untuk makan, khususnya makanan lunak.

R/:.Asupan makanan yang cukup dan adekuat dapat meningkatkan

daya tahan tubuh.

d. Berikan kesenangan, suasana makan yang rileks

R/:.Suasana yang nyaman meningkatkan semangat klien untuk makan.

e. Sajikan makanan porsi kecil tapi sering

R/: Makanan dalam porsi kecil dapat mengurangi intensitas dalam

menelan.

3. Gangguan pengaturan suhu tubuh hipertermi sehubungandengan infeksi

akut oleh mikroorganisme

Tujuan: gangguan suhu tubuh teratasi

Kriteria hasil:

 Suhu tubuh kembali normal

a. Kaji tingkat demam

R/: Dengan mengkaji tingkat demam maka akan diketahui seberapa

berat infeksi yang dialami.

b. Beri kompres hangat pada daerah frontal / dahi

R/: Kompres hangat membantu vasodilatasi pembuluh darah dikepala

sehingga mempercepat penguapan panas.

c. Anjurkan keluarga klien untuk memakaikan pakaian yang tipis pada

klien
R/: Pakaian tipis membantu proses radiasi pada tubuh secara tidak

langsung.

d. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat golongan

antipiretik

R/: Pemberian obat antipiretik bertujuan untuk menurunkan panas.

4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur sehubungandengan adanya nyeri pada

daerah tonsil

Tujuan: istirahat/tidur terpenuhi

Kriteria hasil:

 Klien tidak mengelauh sulit tidur

 Klien tampak kuat dan segar

a. Atur posisi tidur yang baik untuk klien

R/: posisi tidur yang baik dapat menjamin kenyamanan saat tidur

b. Batasi jam berkunjung bagi tamu

R/: Berikan kesempatan kepada klien untuk beristirahat tanpa merasa

terganggu.

c. Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang

R/: Suasana nyaman dan tenang membantu mempercepat istirahat

tidur bagi klien

d. Berikan pengertian kepada klien tentang pentingnya istirahat tidur

R/: Pentingnya istirahat dan tidur sebab dapat memicu keadaan tubuh

untukk mengarah ke proses penyembuhan yang cepat.

5. Kecemasan s/d kurangnya pengetahuan atau informasi tentang penyakit

yang diderita oleh klien.

Tujuan: kecemasan teratasi

Kriteria hasil:

 Klien dan keluarga tidak bertanya lagi tentang penyakit yang diderita
a. Kaji tingkat kecemasan klien dengan mendengarkan keluhan klien dan

keluarganya

R/: Dengan mendengarkan semua keluhan yang diutarakan, perawat

bisa mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami dan

dapat memberikan intervensi yang selanjutnya.

b. Berikan informasi tentang penyakit yang sedang dideritai

R/: Dengan memberikan informasi dan penjelasan klien dapat

mengerti apa yang sedang dideritanyadan klien akan dapat

mengurangi rasa cemasnya.

c. Anjurkan klien untuk selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa

R/: Dengan berdoa serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha

Esa maka yakinlah bahwa kecemasan dan penyakit klien pasti bisa

berkurng dan sembuh.

d. Memberikan perawatan yang baik dan ramah pada klien

R/:    Dengan memberikan peleyanan yang baik dan ramah pada klien

maka klien akan merasa diperhatikan sehingga klien menjadi tenang

dan nyaman.

Post operasi

1. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah

Tujuan: nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil:

 Klien tidak menunjukan ekspresi kesakitan

 Klien dapat beristirahat dengan tenang

a. Kaji tingkat nyeri

R/: menentukan intervensi selanjutnya


b. Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung,perubhan posisi) dan

aktifitas hiburan

R/: Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan

perhatian pd sesuatu disamping diri sendiri/ketidaknyamanan

c. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva atau penghisap mulut

dengan hati-hati bila tdk mampu menelan

R/: Menelan menyebabkan aktifitas otot ygdpt menimbulkan nyeri

karena adanya edema/regangan jahitan

d. Selidiki perubahan karakteristik nyeri,periksa mulut jahitan atau

trauma baru

R/: Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yg memerlukan

evaluasi lanjut/intervensi jaringan yg terinflamasi dan kongesti,dpt

dgn mudah mengalami trauma dgn penghisapan kateter,selang

makanan

e. Catat indikator non verbal dan respon automatik terhadap

nyeri,evaluasi efek analgesik.

R/: Alat menentukan adanya nyeri,kebutuhan terhadap keefektifan

obat

f. Anjurkan penggunaan perilaku manajemen stress contoh : teknik

relaksasi, bimbingan imajinasi

R/: Meningkatkan rasa sehat, tidak menurunkan kebutuhan analgesic

dan meningkatkan penyembuhan

g. Berikan irigasi oral, anestesi sprei dan kumur-kumur. Anjurkan pasien

melakukan irigasi sendiri

R/: Memperbaiki kenyamanan, meningkatkan penyembuhan dan

menurunkan bau mulut. Bahan pencuci mulut berisi alcohol / fenol

harus dihindari karena mempunyai efek mengeringkan.


h. Berikan analgetik

R/: Derajat nyeri sehubungan dengan luas dan dampak psikologi

pembedahan sesuai dengan kondisi tubuh

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan rapuhnya jaringan post op

Tujuan: tidak terjadi perdarahan

Kriteria hasil:

 Tidak menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan

a. Beri kalung es disekitar area operasi

R/: Es mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga

menekan perdarahan

b. Beri es cream ( yang halus, tidak merangsang batuk ), sesering

mungkin

R/: Batuk menyebabkan penekanan pada vaskuler sehingga

mempertinggi resiko perdarahan

c. Hindari makanan panas dan kasar selama 1 minggu

R/: Makanan panas mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang

meningkatkan resiko perdarahan, makanan kasar bisa melukai area

post operasi yang bisa menyebabkan perdarahan.

3. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan

akibat tindakan operatif tondilektomi.

Tujuan: cairan tubuh terpenuhi

Kriteria hasil:

 TTV stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik

 Turgor kulit normal, membrane mukosa lembab

 Pengeluaran urine individu yang sesuai

a. Catat pemasukan dan pengeluaran catatan inroperasi


R/: Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi

pengeluaran cairan / kebutuhan penggantian dan pilihan yang

mempengaruhi intervensI.

b. Munculnya mual / muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan

R/: Semakin lama durasi anestesi, semakin besar rasio mual yang

mempunyai kecenderungan mabuk perjalanan mempunyai resiko

mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pascaoperasi.

c. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer

R/: Kulit yang dingin / lembab, denyut yang lemah mengindikasikan

untuk penggantian cairan tambahan.

d. Berikan cairan parenteral, sesuai petunjuk

R/: Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat

waktu penggantian nol rupulasi yang potensial bagi penurunan

komplikasi.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat

invasif pasca operatif.

Tujuan: infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

 Tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi

 Suhu badan normal

a. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

R/: Deteksi dini terjadinya infeksi.

b. Observasi TTV.

R/: Mengetahui keadaan umum klien dan Merupakan tanda adanya

infeksi apabila terjadi peradangan

c. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.


R/: Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman penyakit

untuk berkembang biak


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall .2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC

Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.

Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.

Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.

Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung

Tenggorokan. Jakarta:Gramedia.

Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.

Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

http://www.medicastore.com  diakses tanggal 12 Juni 2008.

Anda mungkin juga menyukai