Anda di halaman 1dari 5

Jurnal MKMI Vol 6 No.

3 Juli 2010, hal 180-184 Tinjauan Pustaka I

TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


DI BIDANG PERTANIAN DI INDONESIA

Haerani

ABSTRAK

Most of Indonesian works in agriculture. Unfortunately, accident occurence in this field is


high since the increasing use of farm equipment and pesticide. Compare with developed
countries, the accident occurrence in developing countries is four times higher. It is found that
developed countries have a comprehensife regulations include those in agriculture field. Mo-
reover, occu-pational health and safety (OHS) has already been a culture. On the other hand,
Indonesia still encounters problem in inadequate regulations for OHS in agriculture, low safety
awareness (safety culture) and lack of law enforcement towards safety regulations. Thus an
improvement for the implementation of OHS in agriculture should be done through: the revision
of OHS regulations; specifically develop the OHS regulations in agriculture; law enforcement;
build OHS programs to increase safety awareness (safety culture); and ratify ILO convention on
agricultural OHS in a scheduling time

Key Words: Occupational Health And Safety, Safety Awareness, Safety Regulations, And
Accident

PENDAHULUAN di bidang pertanian beresiko terkena sengatan mata-


Sektor pertanian di Indonesia memegang pera- hari dan hawa panas. Situasi akan semakin buruk jika
nan penting, mengingat lebih dari 40% angkatan air bersih untuk diminum tidak ada atau kurang terse-
ker[\janya menggantungkan hidup di sektor ini. Ber- dia dan sanitasi yang tidak memadai sehingga dapat
dasarkan data International Labour Organisation menimbulkan penyakit menular. Bahaya lain melipu-
(ILO), sekitar 1,3 juta orang bekerja di bidang per- ti semua jenis nyeri otot akibat keseleo/terkilir akibat
tanian di seluruh dunia (setengah dari jumlah kese- mengangkat atau membawa beban, melakukan peker-
luruhan pekerja). Dari angka tersebut, 60% dianta- jaan yang sama berulang-ulang dan bekerja dengan
ranya bekerja di negara berkembang 1. Tingkat kece- postur tubuh yang salah, dan berbagai masalah psiko-
lakaan fatal di negara berkembang empat kali lebih sosial. Risiko terkena tanaman beracun atau berba-
tinggi dibanding negara industri. Di negara berkem- haya, serangan binatang buas, gigitan serangga dan
bang kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat ular juga merupakan risiko yang sudah umum dike-
kerja terjadi di bidang pertanian, perikanan, perka- tahui 4.
yuan, pertambangan dan konstruksi. Di lain pihak, di Faktor lain yang memicu terjadinya kecelakaan
Indonesia kelima sektor industri ini memberikan di bidang pertanian adalah terbatasnya waktu yang
konstribusi yang sangat penting bagi perekonomian. ter-sedia untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
Berdasarkan data yang diperoleh dari database diakibatkan oleh batasan iklim. Hal ini mengakibat-
ASEAN OSHANET dan ILO, kecelakaan kerja di kan terburu-burunya pekerja di dalam menyelesaikan
Indonesia yang terjadi di industri pertanian mendudu- pekerjaan, yang berujung pada ketidakacuhan terha-
ki tempat kedua atau ketiga terbesar dibanding in- dap keselamatan dirinya. Selain itu penggunaan alat
dustri lain2. Pada tahun 1999, dari 1.476 kasus kema- dan mesin pertanian yang didesain untuk melaksa-
tian yang terjadi, 280 kasus diantaranya menimpa pe- nakan beberapa pekerjaan sekaligus, mengakibatkan
kerja pertanian3. dituntutnya operator untuk memiliki tingkat keteram-
Penggunaan mesin-mesin dan alat-alat berat se- pilan dan konsentrasi yang tinggi yang dapat menga-
perti traktor, mesin pemanen, alat tanam dan seba- kibatkan kelelahan yang berujung pada kecelakaan5.
gainya di sektor pertanian merupakan sumber bahaya Boswell mengatakan adanya pola kecelakaan yang
yang dapat mengakibatkan cedera dan kecelakaan unik di bidang pertanian, mengingat biasanya keluar-
kerja fatal. Selain itu, penggunaan pestisida dapat ga petani tinggal di sekitar lahan pertanian dimana
menyebabkan keracunan atau penyakit yang serius, anak kecil bebas bermain atau bahkan terlibat di da-
serta debu binatang dan tumbuhan hasil bumi dapat lam pekerjaan pertanian tersebut yang bisa mengaki-
mengakibatkan alergi dan penyakit pernafasan. Kare- batkan terjadinya kecelakaan akibat kecerobohan. Bi-
na Indonesia merupakan negara tropis, maka pekerja dang pertanian juga umumnya digeluti oleh orang
180
Jurnal MKMI, Juli 2010, hal 180-184

lanjut usia yang rawan terkena kecelakaan kerja6. ranya penyeba-ran informasi K3. Undang-undang ini
Hal yang mempengaruhi tingginya kecelakaan meliputi semua tempat kerja dan menekankan pen-
kerja di negara berkembang (termasuk Indonesia) di- tingya upaya dan tindakan pencegahan primer9. Saat
bandingkan dengan negara maju adalah perspektif ini terjadi perdebatan untuk merevisi UU no. 1 tahun
masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan 1970 dan disesuaikan dengan perkembangan dan tan-
dan keselamatan kerja, sistem yang berjalan dan pe- tangan globalisasi sehingga memadai untuk melindu-
rangkat hukum yang memadai. Di negara maju, ke- ngi pekerja. Sanksi UU ini juga dinilai terlalu lunak8.
sadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan Lebih lanjut, pemerintah Indonesia telah menga-
keselamatan kerja sangat tinggi, hal ini diakibatkan tur pelaksanaan sistem manajemen K3 untuk peru-
oleh adanya perangkat sistem dan hukum yang me- sahaan-perusahaan yang beresiko tinggi di dalam Pe-
madai dan diterapkannya hukum secara tegas. Di lain raturan Menteri No. 5 tahun 1996. Sistem manaje-
pihak, di negara berkembang, perangkat hukum kese- men K3 didesain untuk mencegah terjadinya kecela-
lamatan dan kesehatan kerja (K3) biasanya tidak me- kaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan menge-
madai atau bahkan tidak ada. Hal ini diperparah de- nali potensi bahaya kecelakaan kerja dan tindakan
ngan rendahnya penegakan hukum. Selain itu ren- yang dapat dilakukan untuk mencapai kondisi kerja
dahnya tingkat pendidikan dan tingginya tingkat buta yang aman. Peraturan menteri ini juga mengatur ko-
huruf di Negara berkembang juga menjadi faktor pe- mitmen untuk menerapkan, mengontrol dan menge-
micu, serta kendala biaya di dalam penerapan K3 valuasi pelaksanaan K3 secara teratur10. Menurut
mengingat sebagian besar merupakan industri skala Markanen, Indonesia merupakan satu-satunya Ne-
kecil yang mudah menghadapi masalah ekonomi 5. gara di Asia yang telah secara hukum mewajibkan
Terjadinya kecelakaan ini tentu saja merugikan pelaksanaan sistem manajemen K3 di perusahaan-pe-
secara ekonomi dan terhadap kondisi kesehatan pe- rusahaan besar8. Kewajiban untuk melaksanakan K3
kerja. Kecelakaan bisa mengakibatkan hilangnya dan sistem manajemen K3 juga diatur dalam UU no.
waktu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan 13 tahun 2003 tentang Ketenaga-kerjaan11.
pekerjaan pertanian yang waktu pengerjaannya ter- Pemerintah Indonesia telah membentuk 3 lem-
batas. Pada kondisi ekstrim, kecelakaan bisa beraki- baga administratif untuk pelaksanaan K3, yaitu Pusat
bat pada hilangnya nyawa pekerja. Untuk itu penera- Pengembangan K3 (dibawah kementerian tenaga ker-
pan keselamatan dan kesehatan kerja di bidang perta- ja dan transmigrasi), Direktorat Standar K3 (dibawah
nian perlu diperhatikan. kementerian tenaga kerja dan transmigrasi), dan Pu-
Tingkat kecelakaan kerja pada bidang pertanian sat Kesehatan Kerja (di bawah Kementerian Kese-
di Indonesia dibanding industri lain tergolong tinggi. hatan)2. Markkanen mengatakan, bahwa Direktorat
Hal ini perlu diperhatikan secara khusus mengingat K3 telah menerbitkan sejumlah buku saku K3 ten-
sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian tang pekerja dalam berbagai kegiatan dalam pereko-
dan besarnya konstribusi sektor ini terhadap pereko- nomian informal. Khusus untuk bidang pertanian,
nomian negara. Pemerintah Indonesia telah berupaya pemerintah dan Asosiasi pengusaha Indonesia (A-
membuat perangkat hukum keselamatan dan keseha- PINDO) telah membicarakan cara-cara mengajarkan
tan kerja (K3) yang cukup lengkap, namun perangkat K3 kepada petani dengan cara yang sederhana dan
hukum yang spesifik pada bidang pertanian kurang efektif8.
memadai. Kondisi ini diperparah dengan le-mahnya
penegakan hukum dan rendahnya kesadaran, perila- PENERAPAN K3 DI BIDANG PERTANIAN DI
ku, dan sikap untuk menanamkan budaya keselama- INDONESIA
tan dan kesehatan kerja (K3)(7). Studi ini menga- Sebagaimana negara lain, penggunaan alat-alat
nalisa penerapan keselamatan dan kesehatan kerja berat pada lahan pertanian di Indonesia juga dilaku-
(K3) di bidang pertanian dan menganalisa perangkat kan, misalnya penggunaan traktor, alat penyiang gul-
hukum K3 di bidang pertanian di Indonesia sehingga ma, alat pemanen, dan sebagainya. Dalam pengguna-
tingkat kecelakaan kerja dapat berkurang. an alat-alat berat ini, resiko timbulnya kecelakaan
dapat terjadi. Selain itu, resiko lain kegiatan perta-
PERAN PEMERINTAH DAN PERANGKAT nian yang umum dilakukan adalah penggunaan pesti-
HUKUM K3 DI INDONESIA sida yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Landasan hukum penerapan keselamatan dan Pemerintah Indonesia telah mengatur perangkat
kesehatan kerja (K3) di Indonesia adalah UU No. 1 hukum K3 untuk bidang pertanian, namun perangkat
tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yang berisi 3 hukum ini hanya terbatas pada penggunaan pestisida
hal penting, yaitu syarat-syarat keselamatan kerja saja, yaitu PP. No. 7 tahun 1973 tentang pengawasan
(memuat tentang kondisi kerja yang aman); hak dan distribusi, penyimpanan, dan penggunaan pestisida12
kewajiban pekerja termasuk penggunaan alat pelin- dan Peraturan Menteri No. 3 tahun 1986 tentang pe-
dung diri; dan kewajiban manajemen/pemilik dianta- makaian pestisida di tempat kerja13. Perangkat hu-
181
Jurnal MKMI, Vol 6 No.3, 2010

kum yang secara spesifik mengatur penggunaan alat persyaratan yang mendasar dan detail untuk alsintan
dan mesin pertanian (alsintan) secara aman (safety) tertentu, kegiatan pertanian, dan sebagainya. Peratu-
tidak ditemukan. Adapun PP Republik Indonesia No. ran yang bersifat umum dibuat dengan mengacu pada
81 tahun 2001 tentang alat dan mesin budidaya tana- UU tahun 1974 tentang ke-sehatan dan keselamatan
man hanya memberikan penjelasan umum tentang di tempat kerja. Isi peraturan multi industri ini me-
kewajiban memperhatikan K3 dalam penggunaan al- mang bersifat umum, namun didukung oleh Appro-
sintan dan kewajiban pengawasan penggunaan alsin- ved Codes of Practice (pedoman pelaksanaan). Pedo-
tan untuk menjamin tercapainya K314. man pelaksanaan ini harus mendapat persetujuan dari
Mengingat Indonesia merupakan Negara agraris Komisi K3 dan pelaksanaannya tidak mengikat seca-
dengan sekitar 70% wilayahnya terdiri dari daerah ra hukum, metode lain selain pedoman pelaksanaan
pedesaan dan pertanian, maka konvensi ILO No. 184 dapat digunakan dalam menjalankan peraturan per-
tahun 200115 tentang keselamatan dan kesehatan ker- undang-undangan. Peraturan perundang-undangan
ja di bidang pertanian dianggap sebagai perangkat menjelaskan secara eksplisit kewajiban K3 dan me-
kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas, Indo- nggunakan pendekatan modern dalam mengatur pe-
nesia dianggap tidak siap meratifikasi konvensi ini laksanaan K3, risiko kerja (risk management), dan
karena rendahnya tingkat kesadaran K3 diantara pe- pemilihan metode pencegahan dan perlindungan
kerja pertanian. Tingkat pendidikan umum pekerja yang tepat 6.
pertanian juga rendah, rata-rata hanya 3 sampai 4 Pelaksanaan K3 di Amerika Serikat berdasarkan
tahun di Sekolah Dasar. Oleh karena itu, sebelum UU tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
meratifikasi konvensi ini, terlebih dahulu perlu dilak- Kerja. Beberapa peraturan perundang-undangan yang
sanakan program pendidikan dan pelatihan tentang berkaitan dengan alsintan dan pengoperasiannya juga
penerapan K3 di bidang pertanian 8. telah dibuat, diantaranya adalah: penggunaan traktor
20 HP harus dilengkapi dengan sabuk pengaman dan
PENERAPAN K3 DI NEGARA MAJU rollover protective structure (ROPS) untuk mencegah
Di negara maju, industri pertanian sukses ber- traktor terguling; implemen traktor yang mengguna-
transisi dari industri dengan tingkat tenaga kerja kan tenaga PTO harus dilengkapi dengan perisai;
tinggi dan tingkat produktivitas rendah, ke industri penggunaan perisai pada bagian alsintan yang berge-
dengan tingkat tenaga kerja rendah dan produktivitas rak; batasan kebisingan di dalam pekerjaan pertanian;
tinggi. Peningkatan mekanisasi pertanian, elektrifika- dan penggunaan sarung tangan, kacamata dan masker
si pertanian dan penggunaan bahan kimia (pestisida) dalam peng-gunaan ammonia16. Occupational Safety
merupakan faktor yang mendorong perubahan ini, and Health Administration/OSHA (Badan yang me-
namun di lain pihak, faktor-faktor ini juga mening- nangani K3 di Amerika Serikat) menetapkan pelaksa-
katkan risiko kerja yang berpengaruh terhadap kese- naan manajemen K3 yang terdiri dari: komitmen
hatan dan keselamatan kerja. Pengurangan tenaga pihak manajemen dan keterlibatan pekerja; analisa
kerja ini menuntut pekerja harus kompeten di dalam tempat kerja; pencegahan dan pengontrolah risiko/
melaksanakan beberapa pekerjaan pertanian, dan se- bahaya; dan pelatihan K317. UU juga mewajibkan
ringkali harus bekerja seorang diri tanpa ada yang pencatatan kematian, cedera dan penyakit akibat
mengawasi. Dalam situasi ini, pengetahuan dan pe- kerja; dan mengharuskan pelaporan kecelakaan yang
mahaman tentang K3 dan sikap positif terhadap K3 mengakibatkan kematian atau perawatan rumah sakit.
adalah prasyarat untuk mencegah terjadinya kecela- Penegakan hukum dilakukan dengan mengadakan
kaan dan penyakit akibat kerja 6. inspeksi secara rutin atau berdasarkan laporan dari
Peraturan perundang-undangan K3 yang diapli- pekerja. Disamping itu petani juga harus mengikuti
kasikan di Eropa (khususnya Inggris) dan Amerika survei dari Biro Statisitik(16). Organisasi-organisasi
Serikat diambil sebagai acuan negara maju di dalam yang bergerak dalam bidang pertanian secara aktif
studi ini. Pada dasarnya, peraturan perundang-unda- membuat program-program K3, menerbitkan seleba-
ngan K3 dibagi ke dalam 2 grup, yaitu: peraturan ran tentang cara bertani yang aman, dan memberikan
yang secara khusus mengatur pelaksanaan K3 di bi- informasi K3 kepada organisasi yang melibatkan pe-
dang/pekerjaan pertanian, dan peraturan yang bersifat tani18.
lebih umum atau multiindustri. Di Inggris, peraturan Dua pendekatan, yaitu tradisional dan modern
yang secara khusus mengatur pengoperasian alsintan dilakukan dalam menekan angka kecelakaan kerja.
telah ada pada awal abad 19, namun baru pada tahun Pendekatan tradisional (pendekatan kecerobohan pe-
1952 dikeluarkan UU Pertanian (tentang Bahan Bera- kerja) mempertimbangkan kesalahan pekerja sebagai
cun) dan tahun 1956 seiring dengan pesatnya peng- faktor penyebab kecelakaan kerja, sehingga metode
gunaan alsintan dikeluarkan UU Pertanian (tentang pencegahan yang dilakukan diantaranya adalah: pe-
ketentuan Keselamatan, Kesehataan dan Kesejahtera- masangan poster K3, skema insentif/penghargaan
an). Peraturan khusus di bidang pertanian ini memuat bagi pekerja, pelatihan, seleksi pekerja (misal: tes
182
Jurnal MKMI, Juli 2010, hal 180-184

kesehatan) dan penggunaan alat pelindung diri19. Di kesehatan kerja di bidang pertanian akan mendorong
lain pihak, pendekatan modern mempertimbangkan penerapan K3 di bidang pertanian secara lebih serius.
akar penyebab utama terjadinya kecelakaan, yaitu de- Ratifikasi Konvensi ini akan mengurangi tingkat ke-
ngan mengidentifikasi risiko/bahaya yang dapat me- celakaan kerja mengingat konvensi ini meliputi kese-
nyebabkan kematian, penyakit dan cedera akibat ker- luruhan aspek kegiatan pekerjaan pertanian, yaitu:
ja. Dalam hal ini dilakukan metode manajemen re- tindakan-tindakan yang berhubungan dengan keama-
siko19. nan mesin dan ergonomic, penanganan dan transport-
tasi bahan, penanganan bahan kimia, penanganan he-
PENINGKATAN PENERAPAN K3 DI INDONE- wan ternak, perlindungan terhadap risiko biologis,
SIA dan fasilitas akomodasi dan kesejahteraan pekerja.
Secara umum peningkatan penerapan K3 di In- Selain itu, konvensi iniomh2001 tentang an fasilitas
donesia dapat diawali dengan peninjauan kembali akomodasi dan kesejahteraan pekerja ternak, dang
landasan hukum penerapan K3, yaitu UU no. 1 tahun pertanian dan kehutanan. Konvensi memang bertu-
1970, mengingat sanksi yang diberikan terlalu lunak juan mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera
dan tantangan globalisasi yang semakin berat. Pene- yang disebabkan oleh pekerjaan di bidang pertanian
rapan manajemen resiko pada Peraturan Menteri No. dan kehutanan.
5 tahun 1996 dengan mengenali potensi bahaya me- Terlihat bahwa pencegahan risiko yang dilaku-
rupakan langkah maju bagi Indonesia. Hanya saja pe- kan oleh Negara maju adalah mendesain alsintan
negakan hukum di Indonesia masih terlalu lemah, se- yang risiko kecelakaan kerjanya rendah (aman di-
hingga kesadaran pekerja dan pemilik usaha untuk gunakan). Hal ini juga perlu diterapkan di Indonesia
mematuhi peraturan masih rendah. Selain itu, inspek- melalui seperangkat peraturan standar desain alsintan
si K3 oleh pemerintah juga perlu diperhatikan. yang aman, sehingga produsen alsintan di Indonesia
Indonesia dapat meningkatkan penerapan K3 di dapat mengacu pada standar desain ini. Peraturan ini
bidang pertanian melalui penyusunan perangkat pera- harus mengikat secara hukum, sehingga sanksi bagi
turan perundang-undangan yang lengkap dan secara mereka yang tidak mematuhinya dapat diterapkan.
khusus mengatur K3 di bidang pertanian, sebagai- Pencapaian tingkat kecelakaan kerja yang ren-
mana yang dilakukan di negara maju. Sebagai con- dah hanya dapat dicapai apabila semua pihak yang
toh, pemerintah dapat membuat peraturan yang terlibat (yaitu: pemerintah, asosiasi, pekerja, dan pe-
menggagas penggunaan alsintan yang umum diguna- milik usaha) memberikan perhatian yang serius dan
kan di Indonesia, mengingat alsintan merupakan sa- memprioritaskan penerapan K3. Hanya saja di Indo-
lah satu penyebab terbesar terjadinya kecelakaan. Pe- nesia K3 belum mendapat perhatian yang serius(20).
raturan ini sebaiknya memuat identifikasi potensi ba-
haya kerja dan tindakan pencegahan yang dapat di- KESIMPULAN
lakukan. Selain itu penerbitan pedoman pelaksanaan Kesehatan dan keselamatan kerja khususnya di
pekerjaan pertanian yang beresiko mengakibatkan bidang pertanian perlu mendapat perhatian dari pe-
kecelakaan perlu dilakukan, misalnya pedoman pe- merintah mengingat sebagian besar penduduk Indo-
laksanaan dalam pengoperasian traktor. nesia menggantungkan hidupnya pada sektor perta-
Faktor kendala penerapan K3 adalah kurangnya nian. Indonesia, sebagaimana Negara maju telah me-
budaya K3 di kalangan pihak-pihak yang terlibat da- miliki landasan perangkat hukum K3 yang memadai.
lam pekerjaan pertanian (petani dan pemilik usaha Hal ini bisa dilihat dengan diwajibkannya penerapan
tani). Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran sistem manajemen K3. Hanya saja perubahan perlu
tentang pentingnya menerapkan K3 di dalam bekerja. dilakukan sesuai dengan perkembangan zaman. Di
Peningkatan budaya K3 dapat dilakukan oleh Depar- lain pihak, perangkat hukum yang secara spesifik
teman Pertanian melalui pembuatan program-prog- mengatur K3 di bidang pertanian tidak lengkap.
ram K3 dan penyebaran informasi K3 di kalangan Secara umum penerapan K3 di bidang pertanian
pekerja pertanian terutama petani. Program-program di Indonesia kurang berjalan baik. Hal yang men-
K3 ini dapat berupa pelatihan, penyuluhan dan pe- dasari adalah rendahnya budaya K3 di kalangan pi-
nerbitan selebaran tentang cara bertani yang aman, hak-pihak yang terlibat (pemerintah, petani dan pe-
termasuk di dalamnya membudayakan penggunaan milik usaha tani). Penerapan K3 ini dapat diting-
alat pelindung diri terutama bagi pekerjaan yang be- katkan dengan beberapa cara yaitu.
resiko tinggi. Di lain pihak, universitas sebagai lem- 1. Revisi peraturan perundang-undangan K3
baga pengkajian ilmu dapat memasukkan topik K3 di 2. Penyusunan peraturan yang khusus mengatur
dalam kurikulumnya untuk menunjang penanaman penerapan K3 di bidang pertanian, utamanya
budaya K3 di limgkungan kerja. yang berhubungan dengan penggunaan alsintan
Menetapkan target waktu ratifikasi Konvensi 3. Penegakan hukum
ILO No. 184 tahun 2001 tentang keselamatan dan
183
Jurnal MKMI, Vol 6 No.3, 2010

4. Pembuatan program-program K3 untuk mening- 5. Menetapkan target waktu ratifikasi konvensi ILO
katkan budaya K3 dalam pekerjaan pertanian tentang K3 di bidang pertanian.

DAFTAR PUSTAKA tang Ketenagakerjaan. Jakarta: Pemerintah RI;


1. Forastieri V. Safe work, The ILO Programme on 2003.
Occupational Safety and Health in Agriculture. 12. Republik Indonesia. PP No. 7 tahun 1973. Ja-
Geneva: ILO; 1999. karta: Pemerintah RI;1973.
2. ASEAN OHS Network. Indonesia page [inter- 13. Republik Indonesia. Peraturan Menteri no. 3
net]. 2010 [didownload pada 4 Januari 2010]. tahun 1986. Jakarta: Pemerintah RI; 1986.
Berasal dari: www.asean-oshner.net/imdonesia. 14. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah RI
3. ILO. ILO Jakarta page [internet]. 2010 [didown- No. 81 tahun 2001 tentang Alat dan Mesin Budi-
load 6 Januari 2010]. Berasal dari: www.ilo.org. daya Tanaman, Jakarta; 2001.
4. Myers M. ILO Encyclopedia of Occupational 15. ILO. Konvensi ILO No. 184 tahun 2001 tentang
Health and Safety, Edisi keempat, Vol. III. Jene- Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang
wa: ILO; 1998 Pertanian. Jeneva: ILO; 2001.
5. Kuye R., Donham K., Marquez S., Sanderson 16. Hunt D. Farm Power and Machinery Manage-
W., Fuortes L., Rautiainen R., Jones M., dan ment 9th edition. Iowa: IOWA State University
Culp K. Agricultural Health in the Gambia II: A Press; 1995.
Sistematic Survey of Safety and Injuries in Pro- 17. OSHA. Construction Industri Digest [internet].
duction Agriculture. Ann Agric Environ Med 2002 [didownload pada 23 March 2005]. Berasal
(AAEM) journal. 2006; 13: 119-128. dari: www.osha.gov.
6. Boswell C. The Agricultural Notebook, 19th edi- 18. Smith dan Wiles. Farm Machinery and Equip-
tion. London: Blakwell Science; 2000. ment. New York: McGraw Hill; 1976.
7. Topobroto HS. Kebijakan dan Kondisi Kesela- 19. Safe Work College of Workplace Health and Sa-
matan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Jakar- fety. Workplace Health and Safety Handbook 6th
ta: ILO; 2002. Edition. Brisbane: Safe Work College of Work-
8. Markkanen P. Keselamatan dan Kesehatan Kerja place Health and Safety; 2003.
di Indonesia, Kertas Kerja 9 ILO. Jakarta: ILO; 20. WorkSafe Victoria. Risk Management [internet].
2004 2006 [didownload pada 10 Mei 2006]. Berasal
9. Republik Indonesia. UU No. 1/1970 tentang Ke- dari: http://www.workcover.vic.gov.au/vwa/ ho-
selamatan Kerja. Jakarta: Pemerintah RI; 1970. me.nsf/pages/so_riskman.
10. Republik Indonesia. Peraturan Menteri No. 5 21. Jamaluddin M. Evaluation of Implementation
tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3. Ja- Occupational Health and Safety Management
karta: Pemerintah RI; 2003. Sistems (OHSNS) 1996-2004. Jakarta: Sucofindo;
11. Republik Indonesia. UU No. 13 tahun 2003 ten- 2005.

184

Anda mungkin juga menyukai