Anda di halaman 1dari 22

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.

) PADA BERBAGAI
DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR DAN UREA DI KABUPATEN SIDRAP

FAISAL

G111 15 543

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi beras terbanyak di dunia,

namun Indonesia masih tetap perlu mengimpor beras hampir setiap tahun (walau biasanya hanya

untuk menjaga tingkat cadangan beras). Situasi ini disebabkan karena para petani menggunakan

teknik-teknik pertanian yang tidak optimal ditambah dengan konsumsi per kapita beras yang

besar. Pada tahun 2018, kebutuhan beras nasional mencapai sekitar 29,57 juta ton yang diperoleh

dari 32,42 juta ton gabah padi. Kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan

pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat (Badan Pusat Statistik, 2018).

Produksi padi sawah nasional pada tahun 2018 sebanyak 78,819,137 ton dan produksi

padi sawah di Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 6,124,408 ton (Kementan, 2018). Sulawesi

Selatan merupakan daerah produsen beras terbesar diluar Jawa dan merupakan lumbung pangan

nasional dengan kelebihan beras sebanyak lebih kurang 1,5 juta ton setiap tahunnya.

Dalam upaya mewujudkan ketersediaan produksi beras, pemerintah dalam hal ini

kementrian pertanian RI melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dengan

4 (empat) strategi pokok yaitu sebagai berikut : (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan

areal, (3) pengamanan produksi dan (4) Penganekaragaman konsumsi pangan. Untuk mencapai

target tersebut perlu didukung oleh teknologi tepat guna sehingga pemerintah melalui Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) telah mengeluarkan beberapa rekomendasi diantaranya

adalah varietas unggul, sistem tanam, pemupukan, pengendalian opt dan pasca panen

(Kementrian Pertanian, 2016).


Kabupaten Sidrap dikenal dengan slogan daerah kota beras yang mempunyai potensi

sangat besar dalam pengembangan teknologi khususnya dibidang pertanian sebagai upaya

peningkatan produksi beras di Sulawesi Selatan. Namun terdapat beberapa permasalahan petani

khususnya di Sulawesi Selatan utamanya pada sistem pengelolaan air, pemupukan dan sistem

tanam yang digunakan. Masih banyak petani yang masih mengandalkan pengalamannya yang

terfokus untuk mendapatkan hasil panen yang besar namun sering kali lupa memperhatikan

dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Pertanian nonorganik telah berhasil meningkatkan produksi tanaman, namun disisi lain

juga memberikan dampak negatif terhadap ekosistem pertaninan dan lingkungan yaitu

menurunnya kandungan bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya

permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, rendahnya nilai tukar ion tanah dan

secara keseluruhan berakibat rendahnya tingkat kesuburan tanah (Stoate et al., 2001;

Simanungkalit, 2006)

Kelangkaan pupuk anorganik yang mengakibatkan petani harus membeli dengan harga

mahal. Hal ini sangat merugikan petani, dan dengan mengetahui dampak buruk dari pertanian

anorganik, maka sudah saatnya petani untuk beralih ke pertanian organik (Las, 2010). Pupuk

organik mempunyai efek jangka panjang yang baik bagi tanah, yaitu dapat memperbaiki struktur

kandungan organik tanah dan selain itu juga menghasilkan produk pertanian yang aman bagi

kesehatan. Oleh karena itu sekarang ini penggunaan pupuk organik digalakkan pemakaiannya di

kalangan petani (Syaref, 1986).

Pemanfaatan sumber bahan organik melimpah, baik limbah pertanian maupun rumah

tangga dan industri dapat meningkatkan produktivitas tanah. Selain itu penggunaan pupuk

organik dapat mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk anorganik yang mengakibatkan petani
harus membeli dengan harga mahal. Mengurangi pemakaian pupuk anorganik merupakan

langkah bijak yang perlu dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan lingkungan yang

diakibatkan penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan. Dengan mengetahui dampak buruk

dari pertanian anorganik, maka sudah saatnya petani untuk beralih ke pertanian organik (Las,

2010).

Pupuk organik ada dua macam, yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Salah

satu pupuk organik cair yang dapat digunakan yaitu Pupuk organik cair Super Biota Plus ini

merupakan pupuk organik yang dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Pupuk organik ini

dapat digunakan untuk memperkuat jaringan pada akar dan batang, berfungsi sebagai katalisator,

sehingga dapat mengurangi pemakaian pupuk dasar hingga 50%. Selain itu juga dapat

memperpanjang umur tanaman yang berproduksi terutama tanaman yang tidak sekali panen

sehingga dapat meningkatkan produksi panen 40%-100% (Azmiati, 2018).

Menurut Sahardi (2014) kelemahan pupuk organik cair adalah kurangnya kandungan

unsur hara yang dimiliki. Oleh karena diperlukan kombinasi yang dapat memberikan

peningkatan kandungan unsur hara dalam pupuk organik cair, khususnya peningkatan kandungan

N, P, K. Hasil-hasil penelitian menunjukkan, bila kandungan C-organik tanah lebih besar dari

2%, maka tanpa pupuk anorganik hasil panen padi sawah sudah dapat mencapai lebih dari 4 t/ha.

Akan tetapi bila kandungan Corganik tanah kurang dari 1%, untuk memperoleh hasil panen yang

sama dibutuhkan tambahan pupuk anorganik lengkap (Sugito dan Nuraini, 2000).

Berdasarkan dari uraian diatas, untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman

padi perlu mencari solusi yang tepat sehingga penulis terdorong untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pertumbuhan Produksi Padi Sawah Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair dan

Urea di Kabupaten Sidrap”.


1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai konsentrasi

pupuk organik cair dengan urea terhadap produktivitas padi sawah di Kabupaten Sidrap

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi pada penelitian selanjutnya terkait

dengan sistem pemupukan yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi sawah.
1.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat salah satu dosis pupuk yang memberi pertumbuhan dan produksi yang lebih baik

pada tanaman padi.

2. Terdapat salah satu konsentrasi POC berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi yang

lebih baik pada tanaman padi.

3. Terdapat salah satu interaksi antara dosis pupuk urea dan konsentrasi POC yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan produksi yang lebih baik pada tanaman padi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Padi

Menurut Wijayanti (2009) tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman

air (water plant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa

tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi air, baik penggenangan itu terjadi secara

alami yang disebut rawa-rawa, maupun penggenangan itu disengaja yang disebut tanah sawah.

Padi juga dapat tumbuh ditanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman.

Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman penghasil

bahan pangan pokok dikebanyakan negara-negara daerah tropis, terutama di negara Asia Afrika.

Klasifikasi tanaman padi sebagai berikut, Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub Divisi

: Angiospermae, kelas : Monocotyledonae, Ordo: Graminales, Famili : Graminae, Sub Famili :

Oryzidae, Genus : Oryza, Spesies : Oryza Sativa L (Masdar, 2005).

2.2 Morfologi Tanaman Padi

Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek. Keseluruhan organ tanaman padi

terdiri dari dua kelompok, yaitu organ vegetatif dan organ generatif (reproduktif). Bagian

vegetatif terdiri dari akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, bunga

dan buah (gabah) (Wijayanti, 2009).

Akar adalah bagian tanaman yang berfumgsi untuk menyerap air dan zat makanan dari

tanaman tanah, kemudian terus diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dibedakan

lagi menjadi (1) akar serabut, yaitu akar yang tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan

berbentuk akar tunggang yang akan menjadi akar serabut (2) akar tunggang, yaitu akar yang
tumbuh pada saat benih berkecambah (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar tunggang

dan akar serabut dan merupakan saluran pada kulit akar yang berada di luar, serta berfungsi

sebagai pengisap air dan zat makanan (4) akar tanjuk, yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang

rendah (Mubaroq, 2013).

Batang padi tersusun dari rangkaian ruas-ruas dan antara ruas yang satu dengan yang lainnya

dipisah oleh sesuatu buku. Ruas batang padi di dalamnya berongga dan bentuknya bulat. Ruas-

ruas yang terpendek terdapat di bagian bawah dari batang dan ruas-ruas ini praktis tidak dapat

dibedakan sebagai ruas-ruas yang berdiri sendiri. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah

sampai ujung daun tertinggi bila malai belum keluar, dan sesudah malai keluar tingginya diukur

dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi (Mubaroq, 2013).

Tanaman padi memiliki daun yang berbentuk lanset (sempit memanjang) dengan urat daun

sejajar dan memiliki pelepah daun. Di dalam ketiak daun terdapat kuncup yang tumbuh menjadi

batang. Pada buku-buku yang terletak paling bawah mata-mata ketiak yang terdapat antara ruas

batang-batang dan upih daun, tumbuh menjadi batang-batang sekunder yang serupa dengan

batang primer. Batang-batang sekunder ini pada gilirannya nanti menghasilkan batang-batang

tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut pertunasan atau menganak. Daun terdiri dari helai

daun yang berbentuk memanjang seperti pita dan pelepah daun yang menyelubungi batang. Pada

perbatasan antara helai duan dan upih terdapat lidah daun. Panjang dan lebar dari helai daun

tergantung kepada varietas padi yang ditanam dan letaknya pada batang. Daun ketiga dari atas

biasanya merupakan daun terpanjang. Daun bendera mempunyai panjang daun terpendek dan

dengan lebar daun yang terbesar. Banyak daun dan besar sudut yang dibentuk antara daun

bendera dengan malai, tergantung kepada varietas-varietas padi yang ditanam (Rahmawati,

2006).
Malai adalah sekumpulan bunga padi yang keluar dari buku paling atas. Bulir-bulir padi

terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku

yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara

bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tigs macam, yaitu malai pendek kurang

20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm. Malai padi terdiri dari

tangkai bunga, dua sekam kelopak (terletak pada dasar tangkai bunga) dan beberapa bunga

(Mubaroq, 2013).

Bunga padi adalah bunga telanjang artinya tidak mempunyai perhiasan bunga. Berkelamin

dua jenis dengan bakal buah yang di atas. Jumlah benang sari ada 6 buah, tangkai sarinya pendek

dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai

putik, dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih

atau ungu. Masing-masing bunga mempunyai dua sekam mahkota, yang terbawah disebut lemma

sedang lainnya disebut palea dan dua lodicula yang terletak pada dasar bunga, yang sebenarnya

adalah dua daun mahkota yang sudah berubah bentuknya. Lodicula memegang peranan penting

dalam pembukaan palea pada waktu berbunga karena menghisap air dari bakal buah sehingga

mengembang dan menyebabkan palea terbuka. Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya

kandung serbuk, yang kemudian menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung sari

ditumpahkan dari kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan

berpindahnya tepung sari ke kepala putik maka selesailah sudah proses penyerbukan. Kemudian

terjadilah pembuahan yang menghasilkan lembaga dan endosperm. Endosperm adalah penting

sebagai sumber makanan cadangan bagi tanaman yang baru tumbuh (Masdar, 2005).

Buah padi (gabah) adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma dan palea. Buah ini

merupakan penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seperti (1) embrio
(lembaga) yaitu calon batang dan calon daun, (2) endosperm, merupakan bagian dari buah dan

biji padi yang besar dan (3) bekatul, yaitu bagian buah padi yang berwarna cokelat (Masdar,

2005).

2.3 Syarat Tumbuh

Tanaman padi merupakan tanaman yang mudah kita temukan di mana-mana namun tanaman

padi tidak dapat tumbuh di sembarang tempat. Padi memerlukan perlakuan khusus untuk dapat

tumbuh baik serta beberapa dukungan alam, di antaranya iklim, curah hujan, ketinggian tempat

dan tanah (Hasanah, 2007).

Tekstur tanah yang didominasi oleh tekstur halus berupa lempung, lempung liat berdebu,

lempung liat berpasir dapat mendukung perkembangan tanaman padi sawah irigasi karena

tekstur lempung banyak menyimpan unsur hara, menyediakan kandungan air yang cukup untuk

sirkulasi udara dalam tanah (Mubaroq, 2013).

Keadaan suatu iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk padi.

Tanaman padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas dan banyak mengandung uap

air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan, temperature, ketinggian tempat, sinar matahari,

angin, dan musim (Mubaroq, 2013).

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200 mm dengan distribusi

selama 4 bulan. Curah hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik dalam pengairan,

sehingga genangan air yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi dalam

pertumbuhan dan produksi padi (Hasanah, 2007).

Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan padi. Suhu yang panas merupakan

temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis

khatulistiwa. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 23◦C ke atas, sedangkan di
Indonesia suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu

pengaruh suhu terhadap tanaman padi ialah kehampaan pada biji (Hasanah, 2007).

Hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah (1) daerah antara 0-650 meter

dengan suhu 20,5◦C-22,5◦C, termasuk 96% dari luas tanah di jawa cocok untuk tanaman padi dan

(2) daerah antara 650-1.500 meter dengan suhu 22,5◦C masih cocok untuk tanaman padi

(Wijayanti, 2009)

Sinar matahari adalah sumber kehidupan. Semua makhluk hidup membutuhkan sinar

matahari, termasuk padi. Sinar matahari diperukan padi untuk melangsungkan proses

fotosintesis, terutama proses pembungaan dan kemasakan buah padi akan tergantung terhadap

intensitas sinar matahari (Hasanah, 2007).

Angin memiliki peran yang cukup penting terhadap pertumbuhan tanaman padi. Dengan

angin, tanamna padi dapat melakukan proses penyerbukan dan pembuahan. Namun, angin juga

memiliki peran negatif terhadap perkembangan padi. Berbagai penyakit, ditularkan oleh angin.

Selain itu, angin juga mengakibatkan buah menjadi hampa dan tanaman menjadi roboh

(Hasanah, 2007).

Pertumbuhan tanaman padi sangat dipengaruhi oleh musim. Musim yang kita kenal,

khususnya di Indonesia, adalah musim kemarau dan musim hujan. Penanaman padi pada musim

kemarau dan musim hujan memiliki dampak yang cukup besar terhadap kuantitas dan kualitas

padi. Penanaman padi pada musim kemarau akan lebih baik dibandingkan pada musim hujan,

asalkan pengairannya baik. Proses penyerbukan dan pembuahan padi pada musim kemarau tidak

akan terganggu oleh hujan sehingga padi yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Akan tetapi,

apabila padi ditanam pada musim hujan, proses penyerbukan dan pembuahannya menjadi

terganggu oleh hujan. Akibatnya, banyak biji padi yang hampa (Rahmawati, 2006).
2.4 Varietas

Varietas padi merupakan salah satu teknologi utama yang mampu meningkatkan

produktivitas padi dan pendapatan petani. Dengan tersedianya varietas padi yang telah dilepas

oleh pemerintah, kini petani dapat memilih varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan

setempat, berdaya hasil dan bernilai tinggi. Varietas padi merupakan teknologi yang paling

mudah diadopsi oleh petani karena teknologi ini murah dan penggunannya sangat praktis.

Varietas unggul dapat diciptakan dari seleksi suatu populasi atau dari produk suatu pemulian

yang hampir setiap tahun muncul dengan sifat genetik yang lebih baik, ada beberapa varietas

yang dikeluarkan yaitu varietas ciherang, ciliwung dan inpari 33 (Permadi, 2009).

2.5 Pupuk

Pupuk adalah bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara tanaman yang jika

diberikan ke pertanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Sedangkan

pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat

tersedia ke dalam tanah tanaman untuk dan atau mempertahankan kesuburan tanah yang ada

ditujukan untuk mencapai hasil produksi tinggi (Badan Penyuluhan Pengembangan Sdm

Pertanian. 2015).

Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk dapat

berbeda pengertiannya sesuai dengan cakupan luasannya. Kelebihan pupuk anorganik dibanding

pupuk organik diantaranya mampu memberikan efek yang lebih cepat dan memiliki bentuk fisik

yang relatif lebih praktis dan menarik (Yuliarti dalam Amilia, 2011).
Kandungan hara dalam pupuk anorganik dibuat secara tepat dan pemberiannya disesuaikan

dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk anorganik kemudian diketahui mempunyai efek

merusak tanah. Nitrogen sangat penting dalam pembentukan protein (zat putih telur) dan

senyawa lainnya. Nitrogen menghijaukan daun dan merangsang pertumbuhan serta pembentukan

tunas pada tanaman serealia. Tanaman padi yang kekurangan nitrogen, sedikit anakannya dan

pertumbuhannya kerdil. Daunnya berwarna hijau muda kekuning-kuningan serta menyebabkan

butir pada malai banyak yang hampa. Pupuk N utama yang digunakan untuk pertanaman padi

adalah urea tetapi tidak digunakan secara efisien, dan hanya menggunakan sekitar 30% sampai

40% dari N yang diberikan (Buckman dan Brady, 1992).

Fosfat merupakan zat hara yang sangat diperlukan untuk membentuk protein dan buah.

Pertumbuhan tanaman yang kekurangan fosfat akan menjadi kerdil dan warna daun tanaman

yang masih muda nampak keungiu-unguan. Menurut Chang (1976) dalam Supartha (2012)

mobilitas fosfat pada tanah tergenang lebih tinggi daripada tidak tergenang. Unsur P berperan

sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi

sekaligus memercepat pembungaan dan pemasakan biji, berperan penting dalam budidaya padi

karena rendahnya efisiensi pemupukan P dan besarnya angkutan hara P oleh tanaman

menyebabkan penggunaan pupuk P tetap diperlukan (Supartha et al, 2012).

Zat hara kalium penting untuk pembentukan protein dan selulosa selain itu unsur kalium

dapat meningkatkan respon tanaman terhadap pemupukan dan meningkatkan respon tanaman

terhadap pemupukan dan meningkatkan efisiensi pemupukan N dan P. Zat hara kalium penting

untuk pembentukan protein dan merangsang pertumbuhan akar. Tanaman padi yang kekurangan

unsur hara kalium memiliki batang yang lurus dan kerdil, daun tanaman menampakkan warna

kekuning-kuningan dan malai mati dari ujung daun (De Datta, 1991 dalam Astuti, 2010).
Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk

anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat

fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah,

memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas

menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah. Fungsi pupuk

organik terhadap sifat kimia yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, meningkatkan

ketersediaan unsur hara, dan meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Adapun terhadap

sifat biologi yaitu menjadikan sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi,

bakteri, serta mikroorganisme menguntungkan lainnya, sehingga perkembangannya menjadi

lebih cepat. Pupuk organik disamping dapat menyuplai hara N, P, dan K juga dapat menyediakan

unsur hara mikro sehingga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal secara

intensif dengan pemupukan yang berimbang (Hadisuwito, 2008).

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara utama lebih dari dua

jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15% dalam bentuk NH3, Fosfor 15% dalam

bentuk P205, dan kalium 15% dalam bentuk K2O. Sifat nitrogen (pembawa nitrogen) terutama

dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat menunjang pertumbuhan

tanaman (Hardjowigeno, 1992).

Urea merupakan pupuk nitrogen yang paling mudah dipakai. Zat ini mengandung nitrogen

paling tinggi (46%) di antara semua pupuk padat. Urea mudah dibuat menjadi pelet atau

granul (butiran) dan mudah diangkut dalam bentuk curah maupun dalam kantong dan tidak

mengandung bahaya ledakan. Zat ini mudah larut didalam air dan tidak mempunyai residu

garam sesudah dipakai untuk tanaman. Kadang-kadang zat ini juga digunakan untuk

pemberian makanan daun (Austin, 1997).


Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik

yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses, dapat berbentuk padat atau

cair yang digunakan menyuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah.

Pupuk organic cair adalah larutan dari hasial pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa

tanaman, kotoran hewan dan manusia yang kandunga unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan

dari pupuk organic cair ini adalah dapat secara cepat mengatasi defisiensi hara (Hadisuwito, 2008).

Menurut Suriadikarta dan Simanungkalit dalam Dyah (2011) mendefinisikan pupuk organik

cair sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara

dalam tanah bagi tanaman. Ketersediaan hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses

tanaman terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba

pelarut fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Kelompok

organisme perombak bahan organik tidak hanya mikro fauna tetapi ada juga makro fauna (cacing

tanah). Kelompok organisme perombak ini dikelompokkan sebagai bioaktivator perombak bahan

organik.

Keunggulan pupuk organik cair yaitu aplikasinya yang mudah hanya dengan 4 kali semprot

dalam 1 musim tanam, bisa difermentasi terbuka yaitu langsung di lahan, tanpa harus membuat

bokasi terlebih dahulu, harga murah (1 Ha hanya perlu 35 liter) tanpa harus tambah pupuk kimia,

mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat meningkatkan hara tanah, memperbaiki

tekstur dan struktur tanah, lebih tahan terhadap hama dan penyakit, panen lebih cepat (maju 7-10

hari), dan tidak ada penurunan hasil ketika berpindah ke organik lainnya. Pupuk organik cair ini

juga dapat memperbaiki biota dalam tanah dan membantu ketersedian bahan organik yang

dibutuhkan disetiap lahan sawah pertanian (Dyah, 2011).

Penggunaan pupuk organik cair pada sistem pertanian organik sangat dianjurkan. Sejumlah

penelitian menujukkan bahwa pemakaian pupuk organik juga dapat memperbaiki hasil tanaman
yang baik. Dalam penelitian Hadisuwito (2012) menemukan pemgaruh yang sama antara

perlakuan pemupukan urea 100% dibandingkan dengan penggunaan 100% nitrogen dari azola

pada tanaman padi. Hal ini serupa dengan Rohmat dan Sugiyanta (2010) yang meneliti

kombinasi pupuk organik dan anorganik pada tanaman padi mampu meningkatkan efektivitas

agronomi jika dibandingkan hanya mengunakan pupuk anorganik saja.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan sawah irigasi, di Desa Padangloang, Kecamatan Dua Pitue,

Kabupaten Sidrap dengan ketinggian tempat 125 mdpl. Penelititan ini berlangsung dari bulan

September 2020 sampai Januari 2021

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih padi varietas ciherang, pupuk NPK,

pupuk urea, pupuk organik cair “Biota Plus”, telur ayam ras, kompos, dan pestisida.

Alat yang digunakan antara lain traktor tangan, cangkul, gunting, bambu, timbangan, amplop

coklat, tali rafia, kamera, tabel demplot, power thresher, dan alat tulis menulis.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini berbentuk percobaan dengan menggunakan rancangan petak terpisah (RPT).

Petak utama terdiri dari aplikasi dosis Urea yaitu, Urea 150kg ha -1 dan NPK 350kg ha-1 (P1),

Urea 200kg ha-1 dan NPK 350kg ha-1 (P2), Urea 250kg ha-1 dan NPK 350kg ha-1 (P3), Urea

3000kg ha-1 dan NPK 350kg ha-1 (P4). Sedangkan konsentrasi POC sebagai anak petak yaitu 4cc

per L-1 air (K1), 6cc per L-1 air (K2), 8cc per L -1 air (K3), dan 10cc per L -1 air (K4). Secara

keseluruhan terdapat 16 kombinasi perlakuan antara lain: P1K1, P1K2, P1K3, P1K4, P2K1, P2K2,

P2K3, P2K4, P3K1, P3K2, P3K3, P3K4, P4K1, P4K2, P4K3, P4K4, yang di ulang sebanyak 3 kali ulangan

sehingga terdapat 48 unit percobaan.


3.4 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian pada lahan sawah yang dieksplore (berdasarkan petakan alami).

Perlakuan diberikan pada sistem tanam dengan cara tanam pindah. Prosedur teknis budidaya

dengan cara :

3.4.1 Pengolahan tanah

Lakukan pembajakan, pelumpuran dan perataan sampai siap tanam, kompos disebar merata

sebanyak 1 t.ha-1

3.4.2 Persiapan Benih

Perlakuan benih sebanyak 25 kg.ha-1 dengan merendam air dan garam dapur, dengan tujuan

memperoleh benih bernas. Setelah ditiriskan hambur pada persemaian dengan umur bibit 11- 15

hari.

3.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan setelah berumur 11-15 hss dengan sistem tanam pindah dengan jarak

tanam 27x27 cm dengan menggunakan jumlah 4-7 batang per lubang.

3.4.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan selama percobaan meliputi pengairan, penyulaman,

penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan ketika

terdapat rumpun yang mati dan digantikan dengan rumpun yang baru dimana tanaman pengganti

diambil dari luar tanaman yang ada dalam percobaan yang sudah disiapkan sebelumnya.

Pengelolaan air dialiri dengan ketinggian mencapai ± 10 cm di atas permukaan tanah.

Pengairan dilakukan 21 hari setelah pindah tanam dari semaian sebab pemupukan dasar

dilakukan pada saat 7 hari setelah pindah tanam dari semaian sehingga kondisi tanah sebelumnya

dibiarkan dalam keadaan macak-macak. Pada 3 hari setelah pengairan pertama, air dikeluarkan
dan dibiarkan kembali dalam kondisi macak-macak agar memberi peluang keluarnya anakan

produktif. Pada fase primordial, air dialiri ± 10 cm untuk menekan anakan baru yang sudah tidak

produktif lagi. Kemudian 7 hari sebelum panen, air dikeluarkan dan dibiarkan sampai mengering

agar proses pemasakan buah/bulir serempak.

Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur tujuh hari setelah tanam, dengan mengisi

pada lahan yang pertumbuhannya tidak sesuai jarak tanam yang telah ditentukan.

Penyiangan dilakukan dengan penyemprotan herbisida pada awal sebelum tanam sebagai

penyiangan pertama dan cara fisik dengan menggunakan tangan pada penyiangan kedua,

selanjutnya dengan cara mencabut jika masih terdapat gulma dipertanaman.

Pemberian pupuk kimia diberikan sesuai dosis perlakuan, pemupukan dilakukan secara

bertahap yaitu pemupukan pertama dilakukan pada umur tanaman 11-15 HST, pemupukan kedua

pada umur tanaman 25-30 HST, dan pemupukan ketiga dilakukan pada umur 40-45 HST.

Selanjutnya, pemberian pupuk organik cair juga dilakukan secara 3 kali mengikuti waktu

aplikasi kombinasi pupuk urea dan NPK, penyemprotan sesuai perlakuan dimana pemberian

pupuk organik cair ini di tambahkan 1 butir telur ayam ras dan penyemprotan KNO3

Pengendalian Hama dan Penyakit tanaman padi dilakukan setiap minggu dengan

menggunakan pestisida berbahan alami (pestisida nabati) sesuai dengan dosis yang telah

ditentukan.

3.4.6 Panen

Panen dilakukan jika umur tanaman 108-110 hari atau terlihat 90% bulir telah berwarna

kuning dan keras. Panen juga dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan arit.

3.5 Parameter Pengamatan


Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan terhadap 15 tanaman per plot yang dilakukan

secara acak dan menghindari pengambilan sampel pada tanaman pinggir dengan beberapa

parameter yang diamati sebagai berikut:

1. Jumlah anakan (batang per rumpun), dihitung jumlah anakan dalam satu rumpun saat

pengisian bulir padi

2. Umur berbunga (HST), dihitung saat tanam hingga padi memasuki fase primordial dengan

jumlah pembungaan sekitar 50% dalam setiap plot.

3. Jumlah anakan produktif (batang), dihitung pada setiap anakan/batang yang menghasilkan

bunga, dihitung pada saat menjelang panen.

4. Jumlah cabang malai (buku), dihitung total ruas buku per malai, dihitung setelah panen.

5. Jumlah gabah per malai (bulir), dihitung keseluruhan jumlah gabah, dihitung setelah panen.

6. Jumlah gabah hampa per malai (bulir), dihitung keseluruhan jumlah gabah hampa, dihitung

setelah panen.

7. Jumlah gabah isi per malai (bulir), dihitung jumlah gabah bernas atau berisi pada malai,

dihitung setelah panen.

8. Hasil ubinan (kg), ditimbang hasil ubinan (kg/ubinan) dengan luas ubinan 2.5m x 2.5 m,

dihitung setelah panen.

9. Hasil produksi (ton/Ha), ditimbang hasil ubinan (kg/ubinan) dikali 10.000 m2 dan dibagi

dengan luas ubinan (m2), dihitung setelah panen

Data dianalisis menggunakan sidik ragam. Jika uji F berpengaruh nyata atau sangat nyata

maka dilakukan uji lanjut dengan BNT 0,05%.


DAFTAR PUSTAKA
Amilia, Y. 2011. Penggunaan Pupuk Organik Cair untuk Mengurangi Dosis Pengunaan Pupuk
Anorganik pada Padi Sawah (Oryza sativa L). Insitut Pertanian Bogor. Skripsi (Tidak
dipublikasikan).
Astuti, D. N. 2010. Pengaruh Sistem Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L). Insitut Pertanian Bogor. Skripsi
(Tidak dipulikasikan).
Austin, 1997. Proses industri kimia, Mc Graw Hill Book Company: New York

Azmiati Susantika, 2018. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Basil (Ocimum Basilicum L.)
terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair Super Biota Plus dan Pupuk Organik
Bioslurry Padat. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram.
Badan Penyuluhan Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. 2015. Pelatihan
teknis budidaya pemupukan. 12 hal

BPS 2018

Buckman dan Brady. 1992. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Dyah, P. A. 2011. Pengaruh Pembenaman Jerami serta Aplikasi Pupuk Organik dan Hayati
untuk Mereduksi Penggunaan Pupuk Npk pada Padi Sawah (Oryza Sativa L). Insitut
Pertanian Bogor. Skripsi (Tidak dipublikasikan).

Hadisuwito. 2012. Membuat pupuk organik cair. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.


Hasanah, I. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media, Jakarta.

Kementrian Pertanian, 2016. Statistik pertanian 2016. Pusat data dan sistem informasi pertanian,
Sekretariat jenderal, Jakarta.
Kementrian Pertanian, 2018. Statistik pertanian 2018. Pusat data dan sistem informasi pertanian,
Sekretariat jenderal, Jakarta.
Las, I. 2010. Arah dan strategi pengembangan pupuk majemuk NPK dan pupuk organik,
Seminar Nasional Peranan Pupuk NPK dan Organik Dalam Meningkatkan Produksi
dan Swasembada Beras Berkelanjutan. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian Kementerian Pertanian.
Masdar. 2005. Interaksi jarak tanam dan jumlah bibit per titik tanam pada sistem intensifikasi
padi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Akta Agrosia Edisi Khusus, 1 : 92 - 98.
Mubaroq, I. A. 2013. Kajian potensi bionutrien dengan penambahan ion logam terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Universitas Pendidikan Indonesia.
Tesis (Tidak dipublikasikan)

Permadi, C. 2009. Pengaruh Berbagai Interval Waktu Pengaturan Air Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Beberapa Varietas Padi (Oryza Sativa L). Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin. Skripsi (Tidak dipublikasikan).

Rahmawati. 2006. Status perkembangan dan perbaikan genetik padi menggunakan teknik
transformasi agrobakterium. Agrobiogen. 2 : 364 - 375.

Sahardi, Herniwati dan Fadjry Djufry. 2014. Produktivitas Tanaman dan Kelayakan Finansial
Padi di Lahan Sawah Bukaan Baru dengan berbagai Pemupukan di Sulawesi Selatan.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol. 17, No.3, November
2014: 187-196
Simanungkalit, R.D.M. 2006. Prospek Pupuk Organik dan Hayati di Indonesia. Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Litbang Pertanian.
Stoate, C., Boatman ND, Borrlho R.J, Carvalho CR, de Snoo GR, Eden P. 2001. Ecological
impacts of Arable Intensification in Europe, J. Enviromen Manage, 63 (4):337- 6,
dalam Aryantha, INP. Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan. One Day
Discussion on The mineralization of Fertilizer Usage, Menristek-BPPT, May 6th 2002.
Jakarta
Sugito, Y., dan Y. Nuraini. 2000. Sistem pertanian organik. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian/Pengkajian Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan
Berwawasan Agribisnis. Badan Litbang Pertanian. Hal 14-24.
Sugiyanta. 2007. Peran jerami dan pupuk hijau crotalaria juncea terhadap efesiensi dan
kecukupan hara lima varietas padi sawah [Disertasi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Supartha, I. N. Y., G. Wijana dan G. M. Adyana. 2012. Aplikasi jenis pupuk organik pada
tanaman padi sistem pertanian organik. E – jurnal Agroteknologi Tropika 1 (2) : 96 –
106.
Syarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Jakarta.
Wijayanti, T. 2009. Peranan prima tani terhadap tingkat penerapan teknologi pertanian. Jurnal
Agron Indonesia 6 (1) : 24 - 29.

Anda mungkin juga menyukai