Anda di halaman 1dari 31

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan

herediter, dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan

atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari

kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada

metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme

lemak dan protein ( Askandar, 2000 ). Diabetes mellitus adalah penyakit

hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitifitas

sel terhadap insulin (Corwin, 2001: 543).

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir

dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus

diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit

DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni, 2010).

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus

sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita

Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk

terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui

pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah

2005).

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 7


Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan

dengan morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan

komplikasi serius akibat Diabetes, (Andyagreeni, 2010).

Klasifikasi Diabetes yang utama menurut Smeltzer dan Bare (2001:

1220), adalah sebagai berikut :

1. Tipe 1 Diabetes Mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus)

2. Tipe II Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent

Diabetes Mellitus)

3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan sindrom lainnya.

4. Diabetes Mellitus Gestasional (Gestasional Diabetes Mellitus).

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 8


B. Anatomi dan Fisilogi

1. Anatomi Pankreas

Gambar B.1. Anatomi Pankreas

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 9


Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira

15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya

rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di

belakang lambung.

Pankreas juga merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di

dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala )

kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan

bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian

utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya

menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan

embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari

lapisan epitel yang membentuk usus (Tambayong, 2001).

Fungsi pankreas ada 2 yaitu :

1). Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan

elektrolit.

2). Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang

bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan

insulin. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama,

yaitu :

2.1. Sel-sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20-40 % ; memproduksi

glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang

mempunyai “ anti insulin like activity “.

2.2. Sel-sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60-80 % , membuat insulin.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 10


2.3. Sel-sel D (delta), jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat

somatostatin yang menghambat pelepasan insulin dan glukagon .

(Tambayong, 2001).

2. Fisiologi

Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas,

adenohipofisis dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan

diintestin dialirkan ke hepar melalui vena porta, sebagian glukosa akan

disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini kadar glukosa di vena porta lebih

tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai gliogen hepar dipecah

lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica lebih tinggi

dari vena porta. Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal

glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam

beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi

hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glukagon

sangat penting pada metabolisme karbonhidrat. Glukagon menyebabkan

glikogenolisis dengan merangsang adenilsiklase, enzim yang dibutuhkan

untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk

gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka

glukoneogenesis akan lebih aktif.

Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang

dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis

beberapa hormon antara lain :

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 11


a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin.

Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah

dengan cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.

1). Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau lengerhans.

2). Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromafin.

3). Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.

4). Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

b. Glukogen, epineprin, glukokortikoid, dan growth hormone membentuk

suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya

hipoglikemia akibat pengaruh insulin.

C. Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1224), penyebab dari diabetes mellitus

adalah:

1. Diabetes Tipe I

a. Faktor genetik.

b. Faktor imunologi.

c. Faktor lingkunngan.

2. Diabetes Tipe II

a. Usia.

b. Obesitas.

c. Riwayat keluarga.

d. Kelompok genetik.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 12


Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya ulkus diabetikum

dibagi menjadi faktor endogen dan ekstrogen.

a. Faktor endogen

1) Genetik, metabolik.

2) Angiopati diabetik.

3) Neuropati diabetik.

b. Faktor ekstrogen

1) Trauma.

2) Infeksi.

3) Obat.

Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah

angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan

hilang atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami

trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan

motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga

merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila

sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita

akan merasa sakit pada tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.

Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan

nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga menyebabkan terjadinya luka yang

sukar sembuh (Levin, 1993) infeksi sering merupakan komplikasi yang

menyertai Ulkus Diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 13


sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan

Ulkus Diabetikum.(Askandar 2001).

D. Patofisiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1223), patofisiologi dari diabetes

mellitus adalah :

1. Diabetes tipe I

Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan

insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak

terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak

dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika

konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap

kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut

muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih

dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.

Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus

(polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan

lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami

peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 14


Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi

tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia.

Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan

peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping

pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu

keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-

tanda dan gejala seperti nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi,

napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan

kesadaran, koma bahkan kematian.

2. Diabetes tipe II

Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan

dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi

insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang

berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat

berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut

sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 15


polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang

kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi).

Penyakit Diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui

kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati

diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada

pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada

pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Ulkus

Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding

pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses

pembentukan ulkus berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek

terhadap saraf perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan

adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang

mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan

terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan

dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan

akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya

iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi.

Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini.

Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya

sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit

dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya, (Anonim 2009).

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 16


E. Manifestasi Klinis

Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas

walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh

peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal . Proses

mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara

akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :

a. Pain (nyeri).

b. Paleness (kepucatan).

c. Paresthesia (kesemutan).

d. Pulselessness (denyut nadi hilang)

e. Paralysis (lumpuh).

Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari

fontaine:

a. Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan).

b. Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten

c Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat.

d. Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus).

Smeltzer dan Bare (2001: 1220).

Klasifikasi :

Wagner (1983). membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan,

yaitu:

Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 17


Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit. Derajat

II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa

selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

F. Komplikasi

Menurut Subekti (2002: 161), komplikasi akut dari diabetes mellitus

adalah sebagai berikut :

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan kronik gangguan syaraf yang disebabkan

penurunan glukosa darah. Gejala ini dapat ringan berupa gelisah sampai

berat berupa koma dengan kejang. Penyebab tersering hipoglikemia adalah

obat-obat hiperglikemik oral golongan sulfonilurea.

2. Hiperglikemia

Secara anamnesis ditemukan adanya masukan kalori yang berlebihan,

penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut.

Tanda khas adalah kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.

Ulkus Diabetik jika dibiarkan akan menjadi gangren, kalus, kulit

melepuh, kuku kaki yang tumbuh kedalam, pembengkakan ibu jari,

pembengkakan ibu jari kaki, plantar warts, jari kaki bengkok, kulit kaki

kering dan pecah, kaki atlet, (Dr. Nabil RA).

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 18


G. Penatalaksanaan

1. Medis

Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan

Diabetes Mellitus meliputi:

a. Obat hiperglikemik oral (OHO).

Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :

1) Pemicu sekresi insulin.

2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.

3) Penghambat glukoneogenesis.

4) Penghambat glukosidase alfa.

b. Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan :

1) Penurunan berat badan yang cepat.

2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.

3) Ketoasidosis diabetik.

4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

c. Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,

untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar

glukosa darah.

2. Keperawatanan

Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus

antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 19


mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic

ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan

penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara

mekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka

amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama

penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus adalah menormalkan

aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka

panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada

beberapa komponen dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik:

a. Diet

Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk

memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan

energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan

kadar lemak.

b. Latihan

Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan

menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan

glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar insulin.

c. Pemantauan

Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri

diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya secara

optimal.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 20


d. Terapi (jika diperlukan)

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk

mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada

malam hari.

e. Pendidikan

Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari

keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri

dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.

f. Kontrol nutrisi dan metabolik

Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam

penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan

berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas

12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada

penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi

yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat

60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula

darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses

atau infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya

penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan

infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan

sebagai perawatan pasien secara total.

g. Stres Mekanik

Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 21


Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi

roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang

istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta

kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena

kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan

terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri

masuk pada tempat luka.

h. Tindakan Bedah

Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan

pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:

a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.

b. Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Arora (2007: 15), pemeriksaan yang dapat dilakukan

meliputi 4 hal yaitu:

1. Postprandial

Dilakukan 2 jam setelah makan atau setelah minum. Angka diatas 130

mg/dl mengindikasikan diabetes.

2. Hemoglobin glikosilat: Hb1C adalah sebuah pengukuran untuk menilai

kadar gula darah selama 140 hari terakhir. Angka Hb1C yang melebihi

6,1% menunjukkan diabetes.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 22


3. Tes toleransi glukosa oral

Setelah berpuasa semalaman kemudian pasien diberi air dengan 75 gr

gula, dan akan diuji selama periode 24 jam. Angka gula darah yang normal

dua jam setelah meminum cairan tersebut harus < dari 140 mg/dl.

4. Tes glukosa darah dengan finger stick, yaitu jari ditusuk dengan sebuah

jarum, sample darah diletakkan pada sebuah strip yang dimasukkan

kedalam celah pada mesin glukometer, pemeriksaan ini digunakan hanya

untuk memantau kadar glukosa yang dapat dilakukan dirumah.

I. Data fokus pengkajian

Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan

Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan

metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi :

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot

Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma

2. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut

Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung

3. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen

Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 23


4. Makanan / cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus

Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen

5. Neurosensori

Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan

Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang

6. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan abdomen

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi

7. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum

Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn

8. Seksualitas

Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

9. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok,

hipertensi

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 24


J. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori mnurut

(Carpenito, Lyna juall. 2000).

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi

pembuluh darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada

ekstrimitas.

3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.

4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

5. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang kurang.

6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan

tingginya kadar gula darah.

7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 25


K. Pathway

Faktor Imunologi Umur diatas obesitas


genetik 30 tahun
Infeksi virus Peningkatan
Antigen HLA Intoleransi insulin pemasukan
(DR3/DR4) Merusak Penurunan fungsi
karbohidrat
fungsi imun leokosit
Gangguan fungsi
limfosit
Resiko tinggi
infeksi Insulin tidak adekuat
Kerusakan sel
beta
Penurunan jumlah insulin

Glukosa tidak dapat dihantar ke sel

hiperglikemia

Ginjal tak
mampu Intake glukosa sel Angiopati diabetik
memfiltrasi berkurang
glukosa makroangiopati mikroangiopati
glukosuria
ketoasidosis Terganggunya Neuropati Pembentukan
aliran darah ke perifer protein
Diuretik kaki
Pernafasan kusmaul terglikasi
osmotik G3 sensori
Penurunan motorik
poliuria asupan nutrisi Pembuluh
Gangguan dan O2 darah
pola nafas trauma tersumbat
Kekurangan trauma
volume Sel kelaparan Retinopati
cairan Luka sulit
Peningkatan sembuh Pandangan
pemecahan kabur
Merangsang protein dan ulkus
rasa haus lemak
iskemik Resiko tinggi
infeksi cidera
polidipsi polifagi
Polineuropati ganggren
Masukan diabetik
yang nyeri
melebihi Gangguan
aktivitas nyeri
integritas kulit
Gangguan
Perubahan istirahat tidur
nutrisi
kurang dari
kebutuhan (Smeltzer, 2001, Carpenito 2000 & Doengoes,
tubuh 2000)

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 26


L. Fokus Intrvensi dan Rasional

1. Diagnosa no. 1

Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya

aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh

darah.

Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.

Kriteria Hasil : a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler

b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosi.

c. Kulit sekitar luka teraba hangat.

d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.

e. Sensorik dan motorik membaik

Rencana tindakan :

1). Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi

Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.

2). Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :

Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada

waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat,

hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.

Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga

tidak terjadi oedema.

3). Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :

Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan

merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 27


Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya

arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya

vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk

mengurangi efek dari stres.

4). Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,

pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).

Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi

pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat

diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara

rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan

pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah

ulkus/gangren.

2. Diagnosa no. 2

Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren

pada ekstrimitas.

Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.

Kriteria hasil : a. Berkurangnya oedema sekitar luka.

b. Pus dan jaringan berkurang

c. Adanya jaringan granulasi.

d. Bau busuk luka berkurang.

Rencana tindakan :

1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 28


penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan

selanjutnya.

2) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik

menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang

menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.

Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga

kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak

jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan

nekrosis dapat menghambat proses granulasi.

3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur

pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.

Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan

kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik

yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah

untuk mengetahui perkembangan penyakit.

3. Diagnosa no. 3

Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang

Kriteria hasil : a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau

hilang.

b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk

mengatasi nyeri.

c. Elspresi wajah klien rileks.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 29


d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas

normal.(S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T :

120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).

Rencana tindakan :

1). Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.

2). Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan

mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien

untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

3). Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional: Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan

memperberat rasa nyeri.

4). Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

yang dirasakan pasien.

5). Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6). Lakukan massage saat rawat luka.

Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran

pus.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 30


7). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri

pasien.

4. Diagnosa no. 4

Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di

kaki.

Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang

optimal.

Kriteria Hasil : a. Pergerakan paien bertambah luas

b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan

kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).

c. Rasa nyeri berkurang.

d. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara

bertahap sesuai dengan kemampuan.

Rencana tindakan :

1). Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.

Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.

2). Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga

kadar gula darah dalam keadaan normal.

Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat

kooperatif dalam tindakan keperawatan.

3). Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah

sesui kemampuan.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 31


Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan

baik.

4). Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.

5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik )

dan tenaga fisioterapi.

Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,

fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas

secara bertahap dan benar.

5. Diagnosa no. 5

Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

Kriteria hasil : a. Berat badan dan tinggi badan ideal.

b. Pasien mematuhi dietnya.

c. Kadar gula darah dalam batas normal.

d. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.

Rencana Tindakan :

1). Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.

Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi

pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan

diet yang adekuat.

2). Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 32


Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi

terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.

3). Timbang berat badan setiap seminggu sekali.

Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat

badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan

diet ).

4). Identifikasi perubahan pola makan.

Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program

diet yang ditetapkan.

5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet

diabetik.

Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa

ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,

pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan

gula darah dan mencegah komplikasi.

6. Diagnosa no. 6

Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan

tinggi kadar gula darah.

Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).

Kriteria Hasil : a. Tanda-tanda infeksi tidak ada.

b. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )

c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 33


Rencana tindakan :

1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran

infeksi dapat membantu menentukan tindakan

selanjutnya.

2). Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan

diri selama perawatan.

Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk

mencegah infeksi kuman.

3). Lakukan perawatan luka secara aseptik.

Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

4). Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang

ditetapkan.

Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat

meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,

mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil

kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.

5). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.

Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin

akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses

penyembuhan akan lebih cepat.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 34


7. Dianosa no. 7

Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang

penyakitnya.

Kriteria Hasil: a. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet,

perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan

kembali bila ditanya.

b. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri

berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

Rencana Tindakan :

1). Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan

gangren.

Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat

perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan

yang diketahui pasien/keluarga.

2). Kaji latar belakang pendidikan pasien.

Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan

menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat

dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.

3). Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada

pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 35


sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

4). Jelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan

libatkan pasien didalamnya.

Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung

dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif

dan cemasnya berkurang.

5). Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada /

memungkinkan).

Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang

telah diberikan.

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi

dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga

dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan

cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan

keamanan fisik dan psikologis.

Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi

intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi

merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah

membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan

dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan

tercapai:

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 36


1. Berhasil

prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang

ditetapkan di tujuan.

2. Tercapai sebagian

pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam

pernyataan tujuan.

3. Belum tercapai

pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan

sesuai dengan pernyataan tujuan.

By Ns Filcha Novirman, S.Kep 37

Anda mungkin juga menyukai