Disusun Oleh :
ARINI HIDAYAT ASSALIMAH NIM. I 0511008
DITA KUSUMA YUSWARDANI NIM. I 0511017
PUTRIA ARI SUSANTI NIM. I 0511040
SHOFWATUN NIDA NIM. I 0511048
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunianya-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan
penulisan laporan praktek kerja. Praktek kerja dilaksanakan di PT Gasuma
Federal Indonesia-Yudistira Energy Group-MSFGU Plant Tuban pada tanggal 4
Agustus 2014 hingga 5 September 2014, yang merupakan salah satu kewajiban
untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) di Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Dengan adanya praktek kerja ini penulis dapat membandingkan antara
teori yang diberikan di perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan
sehingga dapat membantu penulis sebelum memasuki dunia pekerjaan.
Dalam pelaksanaan kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek ini
penulis banyak mendapatkan dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sunu Herwi Pranolo, selaku ketua jurusan S1 Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
2. Ibu Ir. Endang Mastuti, M. T. selaku koordinator praktek kerja Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
3. Bapak Ir. Arif Jumari, M. Sc., Ibu Inayati, S.T., M.T., Ph.D., Bapak Dr.
Margono, S.T., M.T., dan Bapak Ir. Paryanto, M. S. selaku dosen
pembimbing praktek kerja yang telah membantu dan mengarahkan dalam
penyelesaian tugas praktek kerja ini.
4. Bapak Justiono Rachmat selaku General Manager PT Gasuma Federal
Indonesia-Yudistira Energy Group-MSFGU Plant Tuban
5. Bapak Nasobah selaku Plant Manager PT Gasuma Federal Indonesia-
Yudistira Energy Group-MSFGU Plant Tuban
6. Bapak Bambang S. Nugroho, Bapak Airlangga Teja K., Bapak Hadi Prasetyo
U., dan Bapak Fhariest C. Putra selaku pembimbing lapangan, yang telah
membantu dan memberikan petunjuk selama melakukan praktek kerja di PT
Gasuma Federal Indonesia-Yudistira Energy Group-MSFGU Plant Tuban.
ii-1
7. Keluarga besar PT Gasuma Federal Indonesia-Yudistira Energy Group-
MSFGU Plant Tuban yang telah banyak membantu penulis, baik berupa
penjelasan proses dan informasi dalam pelaksanaan kerja praktek maupun
dalam penyelesaian laporan praktek kerja ini,
8. Kepada orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan kepada penulis
sehingga praktek kerja ini dapat berjalan dengan lancar.
9. Dan semua pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu, yang
telah membantu penulis dalam melaksanakan praktek kerja maupun dalam
penyusunan laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis terbuka terhadap saran, kritik, serta masukan untuk perbaikan
laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
ii-2
DAFTAR ISI
iii-1
BAB VI. LABORATORIUM ......................................................................... 108
A. Program Kerja Laboratorium .............................................................. 108
B. Alat-alat Laboratorium ........................................................................ 108
C. Prosedur Analisa ................................................................................. 110
BAB VII. PENUTUP ...................................................................................... 116
A. Kesimpulan ......................................................................................... 116
B. Saran ................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii-2
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
INTISARI
Mudi Sukowati Flare Gas Utilization (MSFGU) Tuban yang dikelola oleh
PT Gasuma Federal Indonesia (PT GFI) merupakan sistem plant terpadu yang
terdiri atas tiga unit pengolahan plant. Unit Condensate Recovery Plant, Unit
Amine Plant dan Unit LPG Plant. MSFGU Tuban memanfaatkan flare gas dari
JOB PPEJ Tuban yang sebelumnya berupa limbah gas yang hanya dibakar
sebagai bahan baku untuk diolah menjadi produk dengan nilai ekonomi yang
tinggi. Proses pengolahan meliputi sistem kompresi, refrigerasi dan separasi
(fraksinasi) yang menghasilkan produk berupa Condensate, LPG dan Lean Gas.
Gas dari JOB PPEJ yang disebut sour gas (gas yang mengandung acid
gas) diumpankan ke Unit Condensate Recovery Plant. Unit ini berfungsi untuk
memisahkan fraksi berat (C5+) yang yang disebut sebagai condensate. Pada unit
ini, sour gas dikompresi sampai tekanan tertentu kemudian didinginkan dan
dipisahkan antara fraksi gas dan liquid yang terbentuk. Fraksi gas diumpankan ke
Unit Amine Plant sedangkan fraksi liqiuid distabilkan di condensate stabilizer
column untuk menghasilkan produk berupa condensate.
Sour gas dari Unit Condensate Recovery Plant kemudian diumpankan ke
Unit Amine Plant atau juga disebut sweetening unit plant untuk menghilangkan
atau membersihkan sour gas dari kandungan acid gas-nya (CO2 dan H2S). Pada
unit ini, sour gas dikontakkan dengan larutan amine (aMDEA) dimana larutan
tersebut akan menyerap kandungan acid gas-nya. Gas yang telah diserap acid gas-
nya disebut sweet gas. Sweet gas ini kemudian diumpankan ke Unit LPG Plant.
Sedangkan larutan amine diregenerasi (melepaskan acid gas-nya) supaya dapat
digunakan kembali. Acid gas yang sudah dipisahkan dari larutan amine kemudian
diolah terlebih dahulu di RTO system sebelum dibuang ke atmosfer.
Sweet gas kemudian diumpankan pada Unit LPG Plant. Unit ini berfungsi
untuk memisahkan fraksi ringan (C1 dan C2) yang kemudian disebut sebagai
produk lean gas dengan fraksi LPG (C3 dan C4) serta sisa condensate. Unit LPG
plant terdiri atas sistem dehidrasi, sistem refrigerasi dan sistem fraksinasi. Sweet
gas terlebih dahulu dilewatkan pada sistem dehidrasi untuk menghilangkan
vi-1
kandungan airnya. Kemudian diumpankan pada sistem refrigerasi untuk
mencairkan fraksi LPG dan sisa condensate. Kemudian dilanjutkan dengan proses
fraksinasi untuk memisahkan antara lean gas dengan LPG dan LPG dengan
condensate sisa.
vi-2
Laporan Praktek Kerja
PT Gasuma Federal Indonesia
MSFGU Plant Tuban
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PT Gasuma Federal Indonesia (GFI) merupakan sebuah perusahaan swasta
nasional yang bergerak dalam bidang pengolahan gas bumi. PT GFI merupakan
Join Venture antara PT Yudistrira Energy dan PT Gasuma Corporindo yang
didirikan guna melaksanakan proyek pemanfaatan gas buang Lapangan Mudi
Sukowati (MSFGU) yang berlokasi di desa Sokosari, Kecamatan Soko,
Kabupaten Tuban, Jawa Timur. PT Yudistira Energi sendiri merupakan
perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang investasi pendirian
pengembangan proyek minyak dan gas, proyek yang pernah ditangani oleh PT
Yudistira Energi adalah LPG Plant Cilamaya di Karawang dan LPG Plant Pondok
Tengah di Bekasi. Sedangkan PT Gasuma Corporindo merupakan perusahaan
swasta nasional yang didirikan pada tahun 1975 dan bergerak di bidang supply
dan service minyak dan gas, serta energi. Perusahaan ini menyediakan peralatan
dan fasilitas yang dipergunakan dalam industri pengolahan minyak dan gas.
Proyek pendirian MSFGU Tuban sendiri dilatarbelakangi oleh masalah yang
ditimbulkan oleh aktifitas gas flaring yang dikelola oleh JOB PPEJ (Joint
Operation Body Pertamina-Petrochina East Java) pada tahun 2006. Masalah ini
timbul akibat tingginya konsentrasi CO2 dan H2S yang dibakar melalui flare.
Untuk mengetahui masalah ini, pada tahun 2007 ditandatangani Gas Purchase
Agreement (GPA) antara PT Gasuma Corporindo dan PT Pertamina EP, PT
Pertamina, Petrochina International Java Ltd and PT Medco E&P Tuban sebagai
operator di lapangan minyak Mudi dan Sukowati. Namun dikarenakan krisis
finansial yang melanda pada tahun 2008 usaha pendirian fasilitas plant
pemrosesan gas sempat dihentikan, akibatnya aktifitas flaring tetap dilaksanakan.
Untuk menangani permasalahan gas flaring, pada saat itu BP Migas sebagai
badan eksekutif kegiatan usaha minyak dan gas hulu memberikan izin kepada PT
B. Lokasi Pabrik
Plant PT GFI berlokasi di Jalan Lingkar Pertamina, Desa Sokosari,
Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasi
pabrik berjarak ±500m dari JOB PPEJ Tuban.
Gambar I.1 Denah Lokasi Plant PT Gasuma Federal Indonesia (GFI) atau
Mudi Sukowati Flare Utilization Plant
Berikut adalah ketiga plant pada PT GFI, yaitu Condensate Recovery Plant,
Amine Plant, dan LPG Plant.
Amine Plant
LPG Plant
4 i – Butane 25,892
5 n – Butane 30,021
6 i – Pentane 1,328
7 n – Pentane 0,111
8 N – Hexane 0,069
9 Carbone Dioxide 0,003
TOTAL 100,00
(Data Pabrik, 19 Mei 2014)
C.2.3 Lean Gas
Lean gas sebagian digunakan oleh PT GFI pada bagian gas engine, burner,
RTO, dan HP flare kemudian sebagian lagi dikirim langsung melalui jalur pipa ke
PT Bahtera Abadi Gas dan PT Setindo Raya.
Contoh komposisi lean gas disajikan dalam table I.5.
Tabel I.5 Komposisi Lean Gas
No. Component Komposisi (% mole)
1 Nitrogen 0,3919
2 Methane 86,0156
3 Ethane 9,8511
4 Propane 3,0806
5 i-Butane 0,3481
6 n-Butane 0,3127
7 i-Penthane Trace
8 n-Penthane Trace
TOTAL 100,00
(Data pabrik, 11 Juni 2013 )
D. Organisasi Perusahaan
D.1 Profil Umum Perusahaan
Alamat kantor pusat
Nama : PT Gasuma Federal Indonesia
Alamat Perusahaan : Jalan Lingkar Pertamina, Desa Sokosari,
Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban 62372
No. Telp / Fax : (0356) 811905 / (0356) 811943
Alamat kantor representatif
Nama : PT Yudistira Haka Perkasa
Alamat Perusahaan : Grand Slipi Tower 48th-49th (PH) Floor
Jl. Letjen S.Parman Kav. 22-24, Jakarta, 11480
No. Telp : 62 21-290 22575 (Hunting)
No. Fax : 62 21-290 22576 & 62 21-290 22577
No. HP : +62 817 806 104 ; +62 857 7055 1411
PT GFI adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang minyak
dan gas yang mengolah Raw Gas yang diperoleh dari lapangan pengeboran
minyak JOB PPEJ Tuban menjadi condensate, LPG, dan lean gas. PT GFI
beroperasi sejak April 2011 dan telah menjadi perusahaan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN).
b. Kesehatan Kerja
Dalam menjaga kesehatan pekerja Departemen HSE menyediakan
klinik untuk penanganan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja.
c. Keselamatan Kerja
Tugas bagian keselamatan kerja sebagai berikut,
Membuat prosedur keselamatan kerja berupa TKO (Tata Kerja
Organisasi), TKI (Tata Kerja Individu), dan TKPA (Tata Kerja
Penggunaan Alat).
Mengadakan inspeksi ke lapangan secara rutin untuk memastikan
terlaksananya prosedur keselamatan kerja.
Membuat safety talks.
Menyediakan PPE (Personal Protective Equipment).
Membuat rambu-rambu keselamatan
d. Pemadam Kebakaran
Untuk pemadam kebakaran dibentuk team khusus (Emergency
Response Team) yang anggotanya terdiri dari anggota HSE dan semua
karyawan PT. GFI. Team khusus tersebut terdiri dari empat grup, yaitu:
e. Penanganan H2S
Pada penanganan H2S dilakukan pengecekan setiap satu jam sekali.
Setiap karyawan harus membawa H2S detector. Apabila terjadi kebocoran
gas H2S maka harus segera dilakukan tindakan dengan menutup sumber
kebocoran. Namun, petugas harus menggunakan APD berupa BA (Breathing
Apparatus) atau Air Line. Setiap petugas yang sedang berada di lokasi ketika
terjadi kebocoran harus menghindari kontak dengan gas H2S dengan cara
menuju tempat yang lebih tinggi dan melawan arah angin. Hal tersebut
dikarenakan gas H2S memiliki densitas yang lebih berat dari pada udara.
f. Inspeksi
Bagian inspeksi dibagi menjadi tiga sub bagian, yaitu
- Inspeksi lingkungan,
- Inspeksi kerja karyawan, dan
- Inspeksi peralatan kerja.
BAB II
DESKRIPSI PROSES
A. Konsep
A.1 Karakteristik Feed Gas
Feed gas PT GFI berasal dari gas buang lapangan minyak JOB PPEJ dengan
kandungan H2S sekitar 20.000 ppm. Karakteristik feed gas disajikan lebih rinci
dalam tabel II.1.
Tabel II.1 Karakteristik Feed Gas
Flow Rate Sampai 15 Mmscfd
Temperature / Pressure 115 of / 60 Psig
Composition %Volume
N2 0.2069
CO2 39.1365
Methane 38.5011
Ethane 3.8071
Propane 4.1234
I-Butane 1.6413
N-Butane 2.6345
I-Pentane 1.3290
N-Pentane 1.1689
N-Hexane 1.7145
N-Heptane 2.1678
N-Octane 0.4962
N-Nonane 0.4071
H2O 0.7275
H2S 1.9380
COS 0.0003
(Data Pabrik, Mei 2014)
Tahap ketiga
Pre-Cooling dan Separation Sour Gas, yaitu proses pendinginan pada gas
keluaran kompresor. Gas keluaran kompresor didinginkan di Gas Cooler (E-
104) untuk memperoleh condensate yang masih terikut pada fraksi ringan
tersebut, kemudian cairan yang terbentuk selama proses pendinginan di Gas
Cooler (E-104) dipisahkan dengan gasnya pada Sour Gas Scrubber (V-105)
dan Sour Gas Filter (F-100). Cairan yang telah dipisahkan dari gasnya
menuju ke Condensate Stabilizer Column, untuk dipisahkan lebih lanjut,
sedang sour gas-nya dialirkan ke Amine Plant.
Tahap keempat
Column Separation, yaitu proses pemisahan yang terjadi di dalam
Condensate Stabilizer Column (C-106), untuk menghasilkan produk
condensate. Hasil keluaran kolom bagian bawah berupa condensate dengan
kemurnian relatif tinggi yang akan diambil sebagai produk. Produk
condensate kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan (Condensate Tank (T-
112A/B/C/D)) sebelum dijual kepada konsumen.
Bagian Pertama
Proses penyerapan CO2 dan H2S menggunakan aMDEA BASF pada
Amine Contactor (V-4503). Sour gas dikontakkan dengan lean amine
(larutan aMDEA BASF) secara counter current (berlawanan arah), sour gas
dialirkan dari bagian bawah Amine Contactor (V-4503) sedangkan larutan
lean amine dialirkan dari bagian atas Amine Contactor (V-4503). Sweet gas
(gas yang telah diserap kandungan CO2 dan H2S-nya) keluar melalui bagian
atas Amine Contactor (V-4503) sedangkan larutan rich amine (larutan
aMDEA BASF yang mengandung CO2 dan H2S) keluar melalui bagian
bawah Amine Contactor (V-4503).
Bagian Kedua
Proses regenerasi larutan amine yang bertujuan untuk melepaskan CO2
dan H2S dari larutan amine dengan menggunakan Amine Regenerator (V-
4606) sehingga larutan amine dapat digunakan kembali untuk menyerap CO2
dan H2S. Larutan rich amine dipanaskan dengan bantuan Amine Reboiler (E-
4504). Hasil atas Amine Regenerator (V-4606) didinginkan terlebih dahulu
dengan Reflux Condenser (E-4506) kemudian dilakukan pemisahan antara air
dengan H2S dan CO2 dalam Reflux Drum (V-4507) berdasarkan beda fase.
Acid gas (CO2 dan H2S) dikeluarkan dari bagian atas Amine Stripper
Reflux Drum (V-4507) menuju Regenerative Thermal Oxidizer System
(RTO). Sedangkan airnya dikembalikan ke Amine Regenerator (V-4606).
Hasil bawah dari Amine Regenerator (V-4606) berupa larutan amine yang
sudah tidak mengandung acid gas atau disebut lean amine dapat digunakan
kembali untuk proses penyerapan sour gas pada Amine Contactor (V-4503).
Produk sweet gas keluar bagian atas Amine Contactor (V-4503) kemudian
dialirkan menuju LPG Plant MSFGU Tuban. Acid gas dari Amine Stripper
Reflux Drum (V-4507) diproses terlebih dahulu di Regenerative Thermal
Oxidizer System (RTO) menjadi clean gas kemudian dilepaskan ke
lingkungan.
C. Langkah-langkah Proses
MSFGU Tuban terdiri dari 3 plant, yaitu Condensate Recovery Plant, Amine
Plant, dan LPG Plant. Langkah-langkah proses pada tiap plant dijelaskan sebagai
berikut :
- Cairan dari Sour Gas Scrubber (V-105) dan Sour Gas Filter Separator (F-100).
- Cairan yang diperoleh dari Compressor Package (M-102A/B)
Condensate Stabilizer Column (C-106) memisahkan komponen ringan (C1,
C2, C3, dan C4) dari condensate (C5+) dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Condensate Stabilizer Column (C-106) dibagi menjadi 2 bagian,
yang paling atas disebut stripping section, sedangkan dasar kolom disebut heating
and product withdrawal section.
Umpan masuk di bagian atas stripping section akan mengalir ke bawah
kolom melewati serangkaian tray menuju dasar kolom. Sebagian dari umpan
masuk ke dalam Condensate Stabilizer Reboiler (E-107) untuk diuapkan dengan
menggunakan Hot Oil (Therminol 55), kemudian dialirkan kembali ke atas
melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun ke bawah melalui
tray yang sama.
Sementara itu umpan masuk ke Condensate Stabilizer Column (C-106) akan
tercampur dengan uap panas yang berasal dari Condensate Stabilizer Reboiler (E-
107), dan mengalir ke atas kolom melalui rectification section, selanjutnya
menuju Condensate Stabilizer Condenser (E-108A/B). Komponen berat yang
terdapat di dalam uap akan dikondensasi/ diembunkan di dalam Condensate
o
Stabilizer Condenser (E-108A/B) pada suhu sekitar 85 F dengan media
pendingin cooling water, dan selanjutnya di-recycle kembali ke Feed Gas 3-
Phase Separator (V-101).
Condensate yang sudah bebas dari fraksi ringan menuju Sweet Condensate
Cooler (E-109A/B) untuk didinginkan menggunakan media pendingin cooling
o
water. Dengan menurunkan suhu condensate hingga suhu sekitar 85 F
diharapkan dapat menghasilkan condensate yang stabil.
1051/1052 dan manual by pass untuk penurunan tekanan. PSV-1051 diset 100%
tekanan desain dan PSV-1052 105% tekanan desain.
FCV-1051 dapat diatur oleh 2 Control Loop yaitu Flow Control Loop dan
Pressure Control Loop. Tetapi pengaktifan Control Loop tersebut dapat
dioperasikan secara manual.
Pada kondisi normal, flow menuju Sour Gas Filter Separator diatur agar
stabil oleh Flow Control Loop. Flow diukur oleh FIT-1051, dan bukaan FCV-
1051 dikontrol melalui FIC-1051. Saat deviasi yang diukur oleh FIC-1051 lebih
besar dari set point maka akan member sinyal untuk memperbesar bukaan
valvenya, dan sebaliknya jika lebih kecil darri set point maka akan member sinyal
untuk memperkecil bukaannya. Pada Flow Controller juga tersedia alarm untuk
high alarm.
Sedang pada saat Condensate Recovery Plant shut down, untuk menghindari
tertahannya pressure, maka Pressure Control Loop dapat dioperasikan. Tekanan
diukur oleh PIT-1002, dan bukaan FCV-1051 dikontrol melalui PIC-1002. Jika
deviasi yang terukur oleh PIC-1002 melebihi set point, makan PIC-1002 akan
member sinyal FCV-1051 untuk memperbesar bukaan valve. Sebaliknya jika
deviasi yang terukur kurang dari set point, maka PIC-1002 akan member sinyal
FCV-1051 untuk mengurangi bukaan valve-nya. Pada Pressure Controller tersedia
Hi-Hi, Hi, Lo, Lo-Lo alarm. Sour Gas Scrubber dilengkapi dengan indikator lokal
PI-1051 dan LG-1051.
Sour Gas Filter Separator (F-100)
Sour Gas Filter Separator berfungsi untuk menangkap komponen fraksi berat
yang masih terikut pada gas. Pada kondisi normal, level cairan di sump Sour Gas
Filter Separator diukur oleh Transmitter (LIT-1001/1002). PID control (LIC-
1001/1002) mengukur deviasi dari set point dan memunculkan output berupa
sinyal ke Control Valve (LCV-1001/1002). Jika level yang terukur oleh LIT-
1001/1002 melebihi set point, maka LIC-1001/1002 memperbesar keluaran
(output) dengan memperbesar bukaan dari control valve. Sebaliknya, jika level
cairan yang terukur oleh LIT-1001/1002 di dalam Sour Gas Filter Separator
kurang dari set point, maka LIC-1001/1002 menurunkan output untuk
memperkecil pembukaan LCV-1001/1002. Level control dilengkapi dengan Hi-
Hi, Hi, Lo, Dan Lo-Lo Alarm di DCS panel.
Sour Gas Filter Separator dilengkapi dengan indikator lokal PI-1002, LG-
1001, dan LG-1002. Dan juga dilengkapi dengan PSV-1001/1002 dan manual
vent untuk penurunan tekanan. PSV-1001 diset 100% tekanan desain dan PSV-
1002 105% tekanan desain.
Condensate Stabilizer Column (C-106)
Condensate Stabilizer Column (C-106) berfungsi untuk memisahkan
Condensate dari komponen lainnya berdasarkan titik didihnya, di mana kebutuhan
panas disuplai oleh Condensate Stabilizer Reboiler (E-107).
Selama operasi normal, Hidrokarbon mengalir dari dasar tray ke reboiler E-
107. Ketika cairan meninggi di sump, cairan akan tumpah dari sump menuju
Product-Side di mana ketinggian cairan diukur oleh LIT-1061. LIC-1061
mengukur deviasi dari set pointnya dan mengeluarkan sinyal ke LIC-1061. Jika
level terukur di atas set point, LIC-1061 mengatur agar bukaan LCV-1061
bertambah besar. Sebaliknya, jika ketinggian cairan terukur di bawah set point,
maka bukaan LCV-1061 akan berkurang sehingga aliran output C-106 juga
berkurang. Pada Level Controller juga tersedia alarm untuk Hi-Hi, Hi, Lo, Lo-Lo
alarm.
Tekanan kolom dikontrol oleh Pressure Control Loop melalui tekanan gas
outlet Condensate Stabilizer Condenser (E-108). Tekanan diukur PIT-1081, PIC-
1081 mendeteksi deviasi dari set point dan mengeluarkan sinyal ke PCV-1081.
Jika tekanan di atas set point, PIC-1081 menurunkan output untuk menambah
bukaan dari PCV-1081. Jika tekanan di bawah set point, PIC-1081 menambah
output untuk mengurangi bukaan. Pressure controller dilengkapi dengan high dan
low alarm di panel DCS untuk memperingatkan operator akan kondisi abnormal.
kembali ke Feed Gas 3-Phase Separator. Aliran air pendingin ini diatur oleh
Temperature Control Loops.
Selama operasi, temperature gas outlet Condensate Stabilizer Condenser
diukur oleh TIT-1082. PID control TIC-1082 mengukur deviasi dari set-point dan
menyediakan sinyal keluar menuju TCV-1082. Jika temperature terukur di atas
dari set-point, TI-1082 menaikkan aliran air pendingin menuju E-108 dengan cara
memperbesar bukaan valve TCV-1082. Sebaliknya, jika temperatur terukur di
bawah dari set point, aliran air pendingin menuju E-108 diperkecil. Control
temperatur ini dilengkapi dengan Hi-Hi Alarm, Hi Alarm, Lo Alarm, dan Lo-Lo
Alarm.
Pada Condensate Stabilizer Condenser juga terdapat indikator lokal TI-1081
pada line inlet gas, TI-1083 & PI-1082 pada line outlet gas dan TI-1084 pada line
inlet air pendingin, dan TI-1085 pada outlet air pendingin.
Sweet Condensate Cooler (E-109)
Sweet Condensate Cooler berfungsi untuk menstabilkan produk Condensate
cara pendinginan menggunakan air pendingin. Aliran air pendingin ini diatur oleh
Temperature Control Loops.
Selama operasi, temperature gas outlet Sweet Condensate Cooler diukur oleh
TIT-1092. PID control TIC-1092 mengukur deviasi dari set point dan
menyediakan sinyal keluar menuju TCV-1091. Jika temperatur terukur di atas dari
set point, TI-1092 menaikkan aliran air pendingin menuju E-109 dengan cara
memperbesar bukaan valve TCV-1091. Sebaliknya, jika temperatur terukur di
bawah dari set point, aliran air pendingin menuju E-109 diperkecil. Control
temperature ini dilengkapi dengan Hi-Hi Alarm, Hi-Alarm, Lo Alarm, dan Lo-Lo
Alarm.
Pada Sweet Condensate Cooler juga terdapat Pressure Indicator Transmitter
(PIT-1091) dan Flow Indicator Transmitter (FIT-1091) pada line outlet gas Sweet
Condensate Cooler yang dilengkapi dengan Hi-Hi Alarm, Hi Alarm, Lo-Lo
alarm, dan Lo-alarm, serta indikator lokal TI-1094 pada line inlet air pendingin,
TI-1095 pada line outlet air pendingin, TI-1091 pada line inlet gas dan TI-1093
dan PI-1091 pada line outlet gas.
Condensate Tank (V-127 A/B/C/D) & Off Spec Condensate Tank (V-114)
Condensate Tank dan Off Spec Condensate Tank dijaga pada tekanan tetap
dengan Pressure Control Loop. Tekanan tangki dikontrol Pressure Control Loop
melalui tekanan gas pada tank. Tekanan diukur PIT-112 A/B/C/D, PIT-1141, PIC-
112 A/B/C/D, PIC-11414 mendeteksi deviasi dari set-point dan mengeluarkan
sinyal ke PCV-112A1/A2, PCV-112B1/B2, PCV-112C1/C2, PCV-112D1/D2,
PCV-1141/1142. Jika tekanan di atas set-point, PIC-112 A/B/C/D, PIC-11414
untuk menambah bukaan dari PCV-112A1/B1/C1/D1, PCV-1141. Jika tekanan di
bawah set-point, PIC-112 A/B/C/D, PIC-11411 untuk memperbesar bukaan
PCV-112 A2/B2/C2/D2, PCV-1142. Pressure controller dilengkapi dengan Hi-Hi,
Hi, Lo, LO-Lo alarm di panel DCS untuk memperingatkan operator akan kondisi
abnormal. Condensate Tank dan Off Spec Condensate Tank dilengkapi dengan
indikator lokal PI-112 A/B/C/D, PI-1141.
Fuel Gas Scrubber (V-126)
Fuel Gas Scrubber dijaga pada tekanan tetap dengan Pressure Control Loop.
Tekanan diukur PIT-1261, PIC-1261 mendeteksi deviasi dari set-point dan
mengeluarkan sinyal ke PCV-1261. Jika tekanan diatas set-point, PIC-1261
bukaan PCV-1261 diperkecil. Pressure controller dilengkapi dengan Hi-Hi, Hi,
Lo, Lo-Lo alarm di panel DCS untuk memperingatkan operator akan kondisi
abnormal.
Pada kondisi normal, level cairan di Sour Gas Scrubber diukur oleh
Transmitter (LIT-1261). PID control (LIC-1261) mengukur deviasi dari set point
dan memunculkan output berupa sinyal ke Control Valve (LCV-1261). Jika level
yang terukur oleh LIT-1261 memperbesar keluaran (output) dengan memperbesar
bukaan dari control valve. Sebaliknya, jika level cairan yang terukur oleh LIT-
1261 di dalam Sour Gas Scrubber kurang dari set point, maka LIC-1261
tower pada bagian atasnya untuk menghilangkan CO2 dan H2S yang terikut pada
gas dengan diserap menggunakan lean amine yang merupakan slip stream inlet
Amine Charge Pump (P-5401 A/B) dengan flow rate 3 m3/jam. Flash gas
dialirkan fuel gas system dengan PCV-4506 atau dikeluarkan ke flare header
dengan PCV-5047. Amine Flash Drum (V-4504) juga dilengkapi liquid
hydrocarbon skimming box dengan drain valve dioperasikan secara manual.
Rich amine dari Amine Flash Drum (V-4504) kemudian disaring dengan Rich
Amine Particle Filter (F-4504) untuk menghilangkan partikel padatan terutama
iron sulphide. Kemudian rich amine dilewatkan pada Lean/Rich Amine Exchanger
(E-4503) untuk di-preheater sampai 200oF dengan lean amine (hasil bawah Amine
Regenerator). Jumlah Rich amine yang dari keluar Lean/Rich Amine Exchanger
(E-4503) diatur dengan LCV-5043 yang terhubung dengan LIT-5043. Rich amine
kemudian diumpankan pada Amine Regenerator (V-4506) dibawah tray no.3.
Amine Regenerator (V-4506) berfungsi untuk meregenerasi amine pada tekanan
operasi 14,5 psig menggunakan media pemanas berupa hot oil (therminol 55)
yang dikontakkan dengan larutan amine pada Amine Reboiler (E-4504) untuk
melepaskan CO2 dan H2S dari larutan amine.
Campuran acid gas panas dan steam keluar dari atas Amine Regenerator (V-
4506) dialirkan menuju Reflux Condenser (E-4506). Air hasil kondensasi
dipisahkan dari acid gas dengan Amine Stripper Reflux Drum (V-4507) pada
tekanan 18 psig. Air kemudian dikembalikan ke Amine Regenerator (V-4506)
pada tray paling atas Amine Regenerator (V-4506) dengan Amine Stripper Reflux
Pump (P-4503 A/B) pada tekanan 70 psig yang laju alirnya diatur dengan LCV-
5075. Sedangkan acid gas dialirkan ke RTO system untuk diproses menjadi clean
gas sebelum dilepaskan ke lingkungan.
Lean amine teregenerasi dari Amine Regenerator (V-4506) mengalir dengan
gaya gravitasi menuju Amine Reboiler (E-4504). Lean amine ini dididihkan pada
suhu 258oF dengan hot oil (therminol 55) untuk menguapkan air, H2S, dan CO2
yang digunakan untuk proses stripping pada Amine Regenerator (V-4506).
Lean amine over flow pada weir amine reboiler dan dikembalikan ke bagian
dasar Amine Regenerator (V-4506) dengan gaya gravitasi. Lean amine kemudian
didinginkan sampai suhu 208 oF di dalam Lean/Rich Amine Exchanger (E-4503)
kemudian dialirkan ke Amine Surge Tank (T-4501) yang flow rate-nya diatur
dengan Reboiler Level Valve (LCV-5063).
Lean amine dialirkan dari amine surge tank dan dinaikkan tekanannya
menjadi 120 psig dengan amine booster pumps (P-4502A/B). Lean amine
kemudian didinginkan sampai temperatur 96oF dengan udara sekitar dalam lean
amine cooler (E-4505).
Temperatur lean amine harus selalu dikontrol dan diatur paling tidak 41 oF di
atas suhu sour gas masuk amine contactor. Sehingga lean amine lebih panas dari
dewpoint hidrokarbon feed gas yang masuk, untuk mencegah kemungkinan proses
kondensasi yang tidak diinginkan di dalam amine contactor yang dapat
menyebabkan terjadinya foaming.
Lean amine keluaran lean amine cooler (E4505) kemudian masuk ke lean
amine particle filter (F-4501). Filter ini dilengkapi dengan aliran by pass yang
digunakan untuk menutup aliran menuju filter pada saat penginjeksian bahan
antifoam. Selanjutnya lean amine menuju Lean amine charcoal filter (F-4505)
untuk menghilangkan sisa hidrokarbon fraksi berat, amine yang terdegradasi
(rusak). Kemudian dari lean amine charcoal filter dialirkan menuju charcoal post
filter (F-4506) yang berfungsi untuk mencegah fine charcoal yang terikut pada
lean amine.
Lean amine kemudian dipompa dengan amine charge pumps (P-4501 A/B)
sehingga tekanannya naik menjadi ± 920 psig untuk dikembalikan ke amine
contactor. Flow rate amine dikontrol dengan flow valve (FV-5037).
Hal yang harus diperhatikan saat menginjeksi bahan antifoam (AmerelTM)
yaitu lean amine charcoal filter (F-4505) harus ditutup, karena jika bahan
antifoam tersebut terikut ke dalam filter maka dapat menyumbat tumpukan-
tumpukan charcoal dan menghilangkan serta men-deactivasikan bahan antifoam.
Anti foam shot pot (V-4702) disediakan untuk batch injection bahan antifoam
AmerelTM apabila terjadi kasus foaming dalam sistem amine. AmerelTM adalah
antifoam yang direkomendasikan oleh BASF untuk digunakan bersama BASF
MDEATM. AmerelTM merupakan suspensi dari silika yang sangat halus dalam
silicone oil. Tidak seperti bahan antifoam lainnya, AmerelTM ini tidak secara
langsung larut dalam air maupun amine dan tidak harus diencerkan dengan air
maupun amine ketika akan digunakan. AmerelTM harus bercampur sempurna
dengan menggunakan paddle atau mechanical agitator di dalam wadahnya sendiri
dan kemudian diinjeksikan secepat mungkin. Antifoam shot pot (V-4702) diisi
dengan sedikit bahan antifoam (AmerelTM) sekitar 2000 ml. AmerelTM dialirkan
ke larutan amine stream atau ke amine regenerator dengan bantuan slip stream
lean amine discharge dari P-4502. Sedangkan untuk membersihkan antifoam shot
pot digunakan gas purge (N2).
Reflux drum juga dilengkapi dengan TI-5072 untuk mengukur tekanan dalam
tangki, LG-5074 yang terhubung dengan tubing ke LIT-5075 dan LI-5075 dan PI-
5071 untuk mengukur tekanan reflux drum.
Reflux Pumps (P-4503A/B)
Reflux pump dilengkapi dengan PI-5231A/B yang mengukur tekanan keluar
dari pompa dan HS-5232AR/BR, serta FT-5233 dan FI-5233.
Reflux Condenser (E-4506)
Reflux condenser dilengkapi dengan PI-5162 sebagai indikator tekanan gas
masuk reflux condenser, TI-5161 sebagai indikator temperatur gas masuk
condenser.
Lean Amine Cooler (E-4505)
Reflux condenser dilengkapi dengan TI-5151 sebagai indikator temperatur
lean amine masuk cooler, TI-5152 sebagai indikator temperatur lean amine keluar
cooler.
Amine Regenerator (V-4506)
Amine regenerator mempunyai temperature control loop yang terhubung
dengan flow control loop pada amine reboiler. Gas keluar amine regenerator
diukur temperaturnya oleh TT-5060, PID control (TIC-5060) mengukur deviasi
dari set point. Jika temperatur terukur TT-5060 melebihi set point maka LIC-5060
akan mengirimkan sinyal ke FIC-5147, kemudian FIC-5147 memperbesar
keluaran output dengan memperbesar bukaan dari FCV-5147. Begitu sebaliknya,
jika temperatur terukur lebih rendah dari set point maka LIC-5060 akan
mengirimkan sinyal ke FIC-5147, kemudian FIC-5147 memperkecil keluaran
output dengan memperkecil bukaan dari FCV-5147.
Di samping instrument tersebut, amine regenerator dilengkapi juga dengan
PDT dan PDI 5060 untuk mengukur perbedaan tekanan antara gas keluar
regenerator dan steam masuk regenerator dari reboiler. PSV-5060, PI-5061
mengukur tekanan bottom regenerator.
C.3.2 Dehydration
Sweet gas yang telah difilter dan masih mengandung air (saturated with
water) harus dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan dilakukan di dalam
Molecular Sieve Dryer Column (C-501A/B) di mana gas yang jenuh/ masih
mengandung air (saturated water) diadsorbsi oleh molecular sieve untuk diserap
kandungan airnya. Dry gas hasil dari proses dehidrasi ini kemudian dialirkan ke
Dry Gas Filter (F-502) untuk dibersihkan partikel debu yang terikut dari
molecular sieve-nya sebelum dialirkan ke cryogenic system.
Setelah digunakan untuk proses pengeringan (drying process), molecular
sieve dalam Dryer Gas Column (C-501A/B) akan menjadi jenuh karena terjadi
penumpukan air di dalam pori-pori sieve-nya. Molecular sieve ini harus
diregenerasi dengan cara mengalirkan dry gas yang telah dipanaskan dalam Regen
Gas Heater (E-501) secara berlawanan arah (counter current flow) ke dalam
Dryer Gas Column (C-501A/B) melewati molecular sieve bed.
Proses adsorbsi dan regenerasi berlangsung selama 8 jam secara bergantian, di
mana dalam 1 siklus regenerasi terdiri dari 2 langkah yaitu pemanasan oleh Regen
Gas Heater (E-501) selama 6 jam, dan pendinginan oleh Regen Gas Cooler (A-
501) selama 2 jam.
Dry gas untuk regenerasi didapat dari split lean gas yang terlebih dahulu
dipanasi dalam Regen Gas Heater (E-501) dengan media pemanas Hot Oil
(Therminol 55) hingga suhu mencapai 430oF, setelah itu dialirkan ke dalam
molecular sieve bed secara counter-current.
Wet gas dari proses regenerasi selanjutnya didinginkan dalam Regen Gas
Cooler (A-501) tipe Fin-Fan Exchanger untuk mengembunkan kembali
kandungan airnya, yang kemudian airnya dipisahkan dalam vertical vessel Regen
Gas Scrubber (V-502) yang dilengkapi mesh dimester dan level control (LCV-
V5021) untuk menghasilkan air secara otomatis dari bottom vessel ke oil
chatcher/disposal system. Sementara gas keluaran bagian atas Regen Gas
Scrubber (V-502) dialirkan menuju lean gas pipe untuk dijual pada pihak lain
bersama dengan lean gas dari equipment yang lain (De-Methanizer dan LEF
Column).
C.3.4 De-Methanizer
Dry gas keluaran dari sistem refrigerasi (Gas Chiller) masuk ke De-
Methanizer (C-502) untuk menangkap C3 dan C4 sehingga diharapkan dapat me-
recovery butane minimal 98%.
De-Methanizer (C-502) berupa column yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian
atas dan bawah. Bagian atas dilengkapi dengan tray sebanyak 5 buah untuk men-
stripping C1 dan C2 (dry gas) dengan cara mengontakkan langsung dengan split
liquid hasil dari LEF Reflux Drum (V-504). Split liquid flow dari LEF Reflux
Drum (V-504) ini diatur oleh FCV-P5011. Sedangkan bagian bawah dari De-
Methanizer (C-502) difungsikan untuk menampung cairan yang terbentuk selama
proses pendinginan yang kemudian digunakan sebagai media pendingin pada Dry
Gas Cooler (E-502). Selanjutnya, hasil atas dari De-Methanizer (C-502)
bergabung dengan aliran gas dari LEF Reflux Drum (V-504), yaitu lean gas yang
menjadi pendingin pada Lean Gas Heater (E-503) sebelum akhirnya digunakan
untuk fuel gas pada pabrik dan dijual ke pihak lain.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C1 dan
C2 pada saat masuk ke LEF Column (C-503) akan tercampur dengan uap panas
yang berasal dari Reboiler dan mengalir ke atas kolom melalui Rectification
Section, selanjutnya menuju LEF Condenser (E-506). Komponen berat yang
terdapat di dalam uap akan di kondensasi (diembunkan) di dalam LEF Condenser
(E-506) oleh Liquid Propane Refrigerant dan selanjutnya dipisahkan di dalam
LEF Reflux Drum (V-504) sebelum dipompa oleh P-501 A/B kembali ke LEF
Column sebagai cairan reflux dan sebagian dipompa menuju De-Methanizer.
Cairan Reflux ini selanjutnya akan mengalir ke bawah dan akan terpanasi oleh
uap yang mengalir ke atas di dalam Rectification Section.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C3 dan
C4 pada saat masuk ke LPG Column akan tercampur dengan uap panas yang
berasal dari Reboiler, dan mengalir ke atas kolom melalui Rectification Section,
selanjutnya menuju LPG Condenser (A-502). LPG yang terkondensasi, yang
mengandung komponen C3 dan C4 dipisahkan dari komponen ringan yang tidak
terkondensasi di dalam LPG Reflux Drum (V-505) dan dipompa ke LPG Storage
Tank (T-115A/B dan T-116A/B). LPG dalam jumlah tertentu akan dipisahkan
dalam LPG Reflux Drum untuk dipompakan kembali sebagai reflux ke dalam
kolom oleh LPG Reflux Pump (P-502A/B). Cairan yang reflux ini selanjutnya
mengalir turun ke bawah sambil dipanasi oleh uap yang mengalir ke atas di salam
Rectification Section di dalam kolom melalui serangkaian Column Tray.
di tray. Indikasi lokal untuk level (LI-C5041) tersedia di kolom dan tekanan (PI-
C5041). LPG Column juga dilengkapi dengan PSV-C5041/PSV-C5042 dan
sistem by pass untuk penurunan tekanan secara manual. PSV-C5041 diatur 100%
dan PSV-C5042 diatur 105% dari tekanan desain kolom.
LPG Condenser (A-502)
LPG Condenser mendinginkan uap keluaran kolom LPG dengan udara
dingin menggunakan fan dengan kecepatan konstan. Indikasi temperatur
disediakan oleh TIT-A5021 untuk temperatur yang keluar LPG Condenser. LPG
Condenser dilengkapi dengan local hand switch (HS-404) memungkinkan
start/stop secara lokal, control mode normal auto/manual, dan vibration switch
(VS-404) yang akan menyebabkan plant shut down ketika vibrasi tinggi terjadi.
LPG Reflux Drum (V-505)
LPG Reflux Drum adalah pemisah uap-cairan dan dilengkapi dengan Level
Control Loop untuk menjaga level cairan di vessel.
Selama operasi normal, level LPG diukur oleh LIT-V5051. LIC-V5051
mengukur deviasi dari set point-nya dan mengeluarkan sinyal ke LCV-V5051
output dari LEF Reflux Pump (P-502). Jika level cairan terukur di atas set point,
LIC-V5051 mengatur agar bukaan LCV-V5051 bertambah sehingga aliran LPG
ke Tangki penyimpanan juga bertambah. Sebaliknya, jika ketinggian cairan
terukur di bawah set point, maka LIC-V5051 menurunkan output untuk
menurunkan aliran. Pada Level Controller juga tersedia alarm untuk ketinggian
cairan high dan low.
Sebagian output dari V-505 dikembalikan ke kolom (C-504) sebagai reflux.
Aliran reflux diukur oleh FIT-C5041. FIC-C5041 mendeteksi deviasi dari set
point, kemudian mengirim sinyal ke FCV-C5041. Jika aliran di bawah set point,
FIC-C5041 mengatur agar aliran melalui FCV-C5041 ke reflux diperbesar.
Sebaliknya, jika aliran di atas set point, aliran diperkecil. Flow controller
dilengkapi dengan low level alarm di panel DCS untuk memperingatkan operator
untuk kondisi abnormal.
LPG reboiler dilengkapi dengan PSV-E5071 yang terpasang pada inlet hot oil
untuk mengatur temperatur guna mencegah kerusakan tube. PSV-E5071 diatur
pada 73 psig. Transmitter tekanan (PIT-E5071) juga tersedia untuk mendeteksi
kelebihan tekanan. Temperatur input hot oil terlihat di TI-E5071 dan tekanan oleh
PI-E5071.
Condensate Cooler (A-503)
Condensate Cooler mendinginkan cairan hidrokarbon kaya C5-C6 keluar dari
kolom LPG dengan Air-Cooled Exchanger (A-503) menggunakan fin fan dengan
kecepatan konstan. Indikasi lokal disediakan oleh TI-A5031 untuk temperatur
yang keluar. Condensate Cooler dilengkapi dengan local hand switch (HS-A5031)
memungkinkan start/stop secara local, control mode normal auto/manual, dan
vibration switch (VS-A5031) yang akan menyebabkan plant shut down ketika
vibrasi tinggi terjadi.
DCS yang berada di control room menangkap sinyal/info yang dikirim dari
lokal panel/site, yaitu dari transmitter, control valve, SOV(BDV/SDV/DV), dan
Dew Point. Terdapat 4 sistem di site yang tidak terhubung dengan DCS system,
yaitu Loading System, Gas Chromatography System, Metering Lean Gas System,
dan CNG Pressure Regulator System. Pengontrolan loading system dilakukan
langsung di lapangan, sedangkan status dari Matering Lean Gas ter-display di
control room melalui Flow Computer. Data dari Local Panel Gas
Chromatography juga ter-display di control room.
System yang berada di lapangan selain instrument yang juga terhubung DCS
adalah refrigeration system dan hot oil packaged. Hot oil system hanya mengirim
status saja ke DCS system. AustCold Refrigeration System mempunyai lokal panel
untuk engine panel dan kompresor yang berupa Panel View yang terhubung ke
control room yang selanjutnya terhubung ke DCS system dengan mengirimkan
status, juga menerima perintah ESD jika terinitiate.
Di control room juga terdapat MCC, yang berfungsi sebagai control terhadap
semua equipment motor. Khusus untuk motor-motor yang bekerja di main
process, MCC mengirim sinyal Run/Stop Permit Status ke DCS system.
DCS system juga including ESD/SDS yang terinitiate dari lapangan. Jika
temperatur terukur di bawah set point, aliran hot oil menuju Reboiler ditambah.
Temperatur controller dilengkapi dengan high dan low alarm di DCS panel untuk
memperingatkan operator akan kondisi abnormal. Uap keluar reboiler masuk
kembali ke kolom di bawah tray dasar pada Reboiler-side of the sump dan
bergerak ke atas membawa panas serta menguapkan cairan yang turun. LEF
reboiler dilengkapi dengan PSV-E5051 di input hot oil untuk pengaturan
temperatur agar mencegah kerusakan tube.
BAB III
SPESIFIKASI ALAT
Capacity, m3 260
Desain Pressure / Temperature, 20/150
Psig/°F
Operating Inlet Pressure / 8/100.44
Temperature, Psig/°F
Accessories Cooling water
Fungsi Tempat penyimpanan produk
condensate
Capacity (m3/hr) 34
Head (psi) 60
Motor Power (hp) 11
B.7 RTO
B.7.1 3-Canister Regenerative Thermal Oxidizer
Desain dan Kondisi Operasi 3-Canister Regenerative Thermal Oxidizer
Name 3-Canister Regenerative Thermal
Oxidizer (RTO)
RTO normal operating temperature (°F) 1600
RTO maximum chamber temperature (°F) 1800 °F
Pressure drop across RTO 14” w.c
Tinggi packing media keramik RTO (m) 3 atau 9
Efisiensi 99%
Temp. rata-rata flue gas RTO (°F/°C) 300/149
Type packing scrubber Glass-filled polypropylene
(GFPP)
BAB IV
UTILITAS
A. Penyediaan Air
A.1 Water Treatment (WT-135)
Sumber air yang digunakan adalah air sumur yang kemudian diolah di unit
Water Treatment (WT-135) yang dapat menghasilkan air RO untuk keperluan
make up larutan amine dan demineralized water untuk keperluan cooling tower.
Proses pengolahan air dengan memompa air sumur dalam (depth well)
kemudian disimpan di dalam bak penampungan sementara, kemudian diinjeksikan
dengan TNC Hypo untuk disinfektan dengan oksidasi klorin agar air yang masuk
ke dalam sistem RO terbebas dari bakteri atau mikroorganisme. Setelah itu
dialirkan ke dalam mangan filter untuk mengikat ion Fe, Mn, dan juga untuk
menyaring suspended solid dari proses oksidasi serta koagulasi dan flokulasi.
Selanjutnya dialirkan ke dalam activated carbon filter untuk menyaring bahan
organik dan senyawa klorida, serta warna dan bau yang terdapat di dalam air.
Kemudian masuk kolom softener filter untuk diregenerasi menggunakan dechlor
95 (untuk menghilangkan kandungan Cl2 untuk mencegah kerusakan membran)
dan hyperperse 1300 μL (untuk anti scalant atau crystal distortion dengan
menaikkan daya kelarutan garam kesadahan)
Kemudian disaring di dalam micron filter 20μ dan 5μ untuk kemudian
dipompakan ke dalam membran RO. Air yang telah diolah kemudian disimpan di
Pure Water Tank (Profil Tank A/B), tangki A menyimpan air RO untuk
kebutuhan make up larutan amine sedang tangki B untuk kebutuhan make up
cooling water. Pendistribusian air ke setiap plant dilakukan oleh Pure Water
Pump yang berupa centrifugal pump digerakkan dengan motor listrik.
B.2 Genset
Terdapat 5 buah genset dengan kapasitas masing-masing adalah 2 MVA
dengan penggerak gas engine yang berbahan bakar gas. Namun saat ini yang
dipakai hanya 3 buah genset. Genset tersebut difungsikan untuk men-
supply/memenuhi kebutuhan listrik pada Plant MSFGU Tuban.
Semua genset gas engine dihubungkan dalam satu generator control panel
(switch gear). Switch gear berfungsi untuk mengatur frekuensi dan tegangan
supaya dapat selaras antara genset satu dengan yang lainnya sehingga dapat
dijalankan secara bersamaan untuk memenuhi kebutuhan listrik pada Plant
MSFGU Tuban. Pada switch gear juga terdapat panel distribusi (feeder panel)
yang berfungsi mengatur distribusi kebutuhan listrik ke MCC dan lainnya, antara
lain:
1) LV MCC Early Production (Condensate Recovery Plant)
2) LV MCC Amine Plant
3) LV MCC LPG Plant
4) LV MCC RTO
5) MV MCC Amine Charge Pump
6) MV MCC Sour Gas Compressor
7) MV MCC Compressor Refrigeration
8) MV Soft Starter
9) Transformer
10) Lighting Panel (LVMDP)
D. Nitrogen Generator
Generator Nitrogen dengan kapasitas 57 CFM merupakan penghasil gas
nitrogen dengan feed dari udara. Generator Nitrogen PSA merupakan teknologi
terbaik yang menggunakan Carbon Molecular Sieves (CMS). CMS adalah suatu
adsorben yang memiliki pori-pori kecil yang jumlahnya tak terbatas. Sehingga,
ketika CMS digunakan pada proses PSA, molekul oksigen yang memiliki
diameter lebih kecil daripada molekul nitrogen, akan melewati pori-pori dan
akhirnya terserap. Oleh karena itu, nitrogen akan kembali pulih menjadi tingkat
tinggi, sementara hampir semua oksigen terserap. Dalam pengujian dengan gas
detector didapat kandungan oksigen sebesar 1,1 % (Pengujian tanggal 14 Agustus
2014).
Pada waktu yang bersamaan, ketika siklus di tower I berjalan, valve V1, V4,
V5, V6, dan V7 akan terbuka sedangkan V2, V3, dan V8 tertutup. Produk gas dari
atas akan menuju ke Nitrogen Surge Tank melewati Non-Return Valve V7.
Sebelum pergantian siklus dari tower I ke tower II, V1, V5, dan V6 akan tertutup
dan V3, V8 terbuka. Hal tersebut akan menyamakan tekanan di kedua menara
melalui V3, V4 serta V7, dan valve V8 dibuka sedangkan V1, V2, V5, dan V6
ditutup. Setelah 2,5 detik, V2, V5, dan V6 akan terbuka dan V4 serta V7 tertutup.
Dengan hal tersebut siklus berganti ke tower II dan tower I mengalami regenerasi
di mana gas yang telah teradsorbsi akan terdesorbsi ke atmosfer melalui V3 dan
V5. Produk gas dari atas akan menuju ke Nitrogen Surge Vessel melalui V8, V6,
dan pelat orifice. Pergantian selanjutnya dari tower II ke tower I akan terjadi
setelah 1 menit, setelah proses adsorpsi dan desorpsi berlangsung.
Setelah penyamaan tekanan, sebagian gas Nitrogen dari Nitrogen Surge Tank
segera kembali ke tower PSA melalui Non-Return Valve. Ini akan menyebabkan
tekanan di dalam surge vessel turun 0,2 - 0,3 kg/cm2g. Hal ini akan membuat
kinerja sistem PSA menjadi lebih baik.
Hot oil mula-mula dipanasi di dalam Hot Oil Heater kemudian disirkulasi ke
tiap plant dengan 2x100% Circulation Pumps untuk memanasi Reboiler.
Sementara itu, hot oil yang telah digunakan akan dikembalikan ke Degassing
sebelum sirkulasi ulang setelah dipanasi kembali di dalam Heater. Degassing di
desain memiliki ruang yang cukup untuk menyimpan hot oil sementara dan juga
memberikan ruang untuk ekspansi hot oil akibat pemanasan.
Untuk mengganti sebagian hot oil yang hilang selama pemakaian maka
disediakan connection untuk hot oil make-up yang dilengkapi dengan hot oil
filling pump (P-505) dan storage tank.
Hot oil system dilengkapi dengan control panel tersendiri berbasis PLC yang
terpasang secara terpisah dan didesain khusus untuk menjalankan unit tersebut.
Namun demikian disediakan output “Common alarm” yang terkoneksi ke Plant
Main Control Room.
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
Siklus kedua, acid gas masuk melalui chamber kedua. Ketika melewati
chamber ini acid gas di-preheating dengan energi panas yang diserap oleh media
keramik hasil pembakaran siklus pertama. Acid gas kemudian dibakar pada
chamber pembakaran dengan hanya menambahkan sedikit panas pada chamber
pembakaran ini. Gas hasil pembakaran keluar melalui chamber ketiga sedangkan
udara masuk melalui valve melewati chamber satu kemudian keluar melalui
chamber ketiga. Panas hasil pembakaran diserap oleh media keramik pada
chamber ketiga ini.
Siklus ketiga, acid gas masuk melalui chamber ketiga di-preheating oleh
panas yang terkandung oleh media keramik kemudian menuju ke chamber
pembakaran untuk dilakukan pembakaran. Gas hasil pembakaran keluar lewat
chamber pertama, energi panas diserap oleh media keramik, udara segar masuk
melalui valve purge chamber kedua dan keluar melalui chamber pertama untuk
membersihkan sisa gas pembakaran. Ketiga siklus tersebut akan berulang selama
proses berlangsung.
Dari semua siklus tersebut (3 siklus), chamber bukan bagian dari siklus
tersebut (terlepas dari aliran udara kotor dan udara bersih) yang digunakan untuk
purging RTO. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan tingkat efisiensi
perusakan H2S yang lebih tinggi. Tiga valve purge yang terpisah memungkinkan
udara fresh masuk purge chamber sementara siklus menggunakan dua chamber
yang lain. H2S tak terolah yang tertinggal dalam tumpukan keramik pada chamber
selama siklus sebelumnya dibersihkan oleh udara. Dengan menggunakan balikan
dari aliran acid melewati tumpukan keramik, sedikit energi panas perlu
ditambahkan untuk acid gas yang masuk untuk menjaga temperatur operasi
minimum sistem. Ukuran tumpukan media keramik seperti itu efisiensi heat
recovery maksimal (95%) mungkin dapat terlampaui proses aliran balikan
regenerative.
seluruh NaHSO3 dan NaSO3 menjadi sodium sulfate sehingga pH-nya menjadi
netral. Reaksi yang terjadi pada pengolahan air limbah tersebut adalah sebagai
berikut :
NaHSO3 + Na2SO3 + NaOH + O2 2Na2SO4 + H2O
Dengan demikian limbah air akan aman untuk dibuang. Untuk menghasilkan
Na2SO4 digunakan O2 pada proses aerasi.
di dalam flare stack dapat menyebabkan terjadinya hujan api. Hal ini sangat
berbahaya dan benar-benar harus dihindarkan.
Liquid dalam aliran flare di drain ke oil catcher. Sedangkan untuk cairan-
cairan dari drain tidak dapat langsung dilepas ke pembuangan karena
dikhawatirkan masih mengandung gas yang berbahaya. Sehingga untuk mengatasi
hal tersebut semua cairan yang akan di-drain dilewatkan dahulu pada Sour Water
System.
Terdapat dua buah disposal system untuk menampung buangan cairan, yaitu
2nd Grade Condensate Tank yang berfungsi menampung sisa cairan yang masih
banyak mengandung condensate seperti cairan dari filter dan separator, dan well
tank untuk menampung sisa cairan dari 2nd Grade Condensate Tank.
Untuk cairan yang banyak mengandung air dari buangan yang tidak
bertekanan, dialirkan ke Oil Catcher yang terbuat dari penampungan bak terbuka
yang dilengkapi dengan weir/dam untuk memisahkan sisa-sisa condensate dan air.
Condensate yang telah dipisahkan kemudian dipompakan kembali ke 2nd Grade
Condensate Tank, sementara airnya dialirkan ke water pond sebelum dibuang ke
lingkungan.
BAB VI
LABORATORIUM
B. Alat-alat Laboratorium
B.1 Alat Analisa LPG dan Lean Gas
1. Gas Cromatograph (GC)
Untuk menganalisa kandungan LPG dan lean gas. Alat ini dilengkapi
dengan bahan pendukung proses analisa, seperti:
- Gas Helium UHP 99,99 % sebagai carrier gas.
- Calibration gas (Gas Cal) yaitu gas pembanding pada controller untuk
menganalisa lean gas dan LPG, dengan toleransi data 0,1-0,5 % dari
calibration gas. Kandungan gas cal disajikan dalam tabel VI.1.
Tabel VI.1 Kandungan Gas Calibration
Component Requested Concentration (% mole)
Nonane 0,0066
N-Octane 0,0099
N-Heptane 0,0166
N-Pentane 0,0379
Iso-Pentane 0,0486
N-Buthane 0,0912
Iso-Buthane 0,3556
Propane 0,3140
Ethane 1,5802
Nitrogen 4,0124
Carbondioxide 0,2629
Methane Balance
(Data Pabrik, 29 Januari 2013)
2. Flow Computer
Untuk menghitung laju alir, suhu, dan tekanan pada LPG dan lean gas
secara digital sebelum dikirim ke konsumen. Flow computer ini dilengkapi
dengan beberapa perlatan, seperti:
- Personal Computer
- PLC (Programmable Logic Controller)
- Pressure transmitter
- Temperature transmitter
- Flow transmitter
3. Chart Recorder
Untuk menghitung laju alir, suhu, dan tekanan pada LPG dan lean gas
secara mekanis sebelum dikirim ke konsumen.
C. Prosedur Analisa
C.1 Analisa Lean Gas dan LPG
Analisa ini menggunakan alat GC, dalam 1 kali siklus proses dilakukan
sebanyak 6 kali analisa, dalam 1 kali analisa dibutuhkan waktu 60 detik. Berikut
proses analisa GC yang dilakukan :
1. Menganalisa kandungan calibration gas sebagai pembanding pada controller
yang menganalisa LPG dan lean gas.
2. Memasukkan sampel (LPG dan lean gas) ke dalam rangkaian alat GC,
menggunakan gas Helium sebagai gas pembawa.
3. Sampel masuk ke dalam heater terlebih dahulu untuk dirubah fasenya dari
fase cair ke gas agar dapat terbaca oleh alat GC.
4. Sampel diijeksikan ke dalam alat GC untuk dianalisa.
5. Hasil analisa sampel dapat terbaca pada program GC. Hasil analisa tersebut
berupas grafik beserta komposisi gas yang telah dibandingkan dengan
calibration gas.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melakukan praktek kerja di PT Gasuma Federal Indonesia (PT GFI)
ini maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. PT GFI MSFGU Tuban terdiri dari 3 unit plant yang saling terintegrasi yaitu:
Early Plant (Condensate Recovery Plant), Amine Plant, dan LPG Plant
2. Feed gas PT GFI berasal dari gas buang lapangan minyak JOB PPEJ dengan
kandungan H2S sekitar 20.000 ppm
3. PT GFI memproduksi condensate, LPG (Liquified Petroleum Gas), dan lean
gas.
4. Unit utilitas PT GFI meliputi unit penyediaan air, unit penyediaan tenaga
listrik, unit instrument air system, unit nitrogen generator dan unit hot oil
system.
5. Pengendalian mutu produk PT GFI meliputi pengujian komposisi gas LPG
dan lean gas dengan gas chromatograph serta pengukuran densitas
condensate.
6. Limbah di PT GFI sebagian besar berupa limbah cair dan limbah gas.
Pengolahan limbah cair dilakukan dengan waste water treatment dan disposal
system. Pengolahan limbah gas dilakukan dengan regenerative thermal
oxidizer (RTO) system dan flare system.
B. Saran
Setelah melakukan praktek kerja di PT GFI maka penulis memberikan saran
yaitu perlu diperhatikan masalah manajemen perawatan alat – alat produksi
sehingga alat dapat bekerja secara optimal, penambahan karyawan khusus bagian
laboratorium, dan juga penyediaan data yang lengkap untuk setiap peralatan.
DAFTAR PUSTAKA