Anda di halaman 1dari 8

PROFIL KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA SMP DALAM

MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN LEVEL


PERKEMBANGAN BERFIKIR VAN HIELE
Aisia U. Sofyana1, Prof. Dr. Mega T. Budiarto, M.Pd2
Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya
Email : sofyana051@gmail.com1, megatbudiarto@gmail.com2

ABSTRAK PENDAHULUAN
Identifikasi keterampilan geometri ditinjau Di antara berbagai cabang matematika,
dari level perkembangan berfikir van Hiele, bisa geometri merupakan ilmu yang paling banyak
dijadikan alternatif pengetahuan dalam mengatasi menyentuh hampir semua aspek kehidupan kita.
kesulitan mempelajari geometri, sehingga Banyak benda di sekitar kita yang menyerupai
dilakukan penelitian ini dengan tujuan bentuk bangun geometri yang dapat kita dijumpai,
mendeskripsikan profil keterampilan geometri misalnya ventilasi, pigura, pintu, layang-layang dan
siswa SMP dalam memecahkan masalah geometri lain-lain. Jane [7] menyatakan, “Geometry touches
berdasarkan level perkembangan berfikir van Hiele. on every aspect of our lives”. It is important to
Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes explore the shapes, lines, angles, and space that are
keterampilan geometri kepada 6 siswa SMPN 26 woven into our students’ daily lives as well as our
Surabaya sebagai subjek penelitian. own”. Itulah yang menjadi alasan geometri perlu
Analisis data menunjukkan, siswa pada dipelajari.
level 0 dapat memberi nama dan mengenali bentuk Van de Walle [16] mengemukakan lima
dengan penampilan bangun (keterampilan visual), alasan lain geometri perlu dipelajari. Pertama,
tapi tidak dapat secara spesifik mengidentifikasi geometri membantu manusia memiliki apresiasi
sifat-sifat bentuk (keterampilan verbal). Meskipun yang utuh tentang dunianya. Kedua, eksplorasi
mereka dapat mengenali karakteristik, namun tidak dalam geometri dapat membantu mengembangkan
menggunakannya untuk pengakuan dan penyortiran kemampuan pemecahan masalah. Ketiga, geometri
(keterampilan logika). Sedangkan siswa pada Level memerankan peran utama dalam bidang
1 sudah dapat menganalisis suatu konsep dan matematika lainnya. Keempat, geometri digunakan
peoperties-nya serta dapat menentukan sifat-sifat oleh banyak orang dalam kehidupan mereka sehari-
suatu bangun dengan melakukan pengamatan hari. Terakhir, geometri penuh teka-teki dan
(keterampilan visual), pengukuran, eksperimen menyenangkan.
(keterampilan terapan), menggambar dan membuat Secara informal geometri telah dikenal
model (keterampilan menggambar). Namun, siswa anak-anak (siswa) melalui obyek-obyek visual dan
belum sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan manipulatif di sekitar mereka. Hal tersebut dapat
antara sifat-sifat tersebut (keterampilan logika) dan dijadikan pijakan guna melayani kebutuhan siswa
belum dapat memahami definisi (keterampilan yang menyukai belajar matematika secara konkret
verbal). Selanjutnya siswa pada level 2 sudah dapat dengan obyek-obyek visual daripada belajar dengan
melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun simbol. Pembelajaran geometri di sekolah
geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun membuka peluang lebih banyak bagi siswa untuk
geometri (keterampilan logika). Siswa dapat melakukan eksplorasi, observasi, serta penemuan
membuat definisi abstrak (keterampilan verbal), dalam tiap tingkatan belajar, terutama jika tersedia
menemukan sifat-sifat dari berbagai bangun dengan kegiatan serta tugas-tugas yang menantan [10].
menggunakan deduksi informal (keterampilan Pentingnya pembelajaran geometri bagi siswa,
terapan), dan dapat mengklasifikasikan bangun- karena aplikasinya banyak dijumpai dalam
bangun secara hirarki (keterampilan visual). kehidupan sehari-hari, misalnya: bidang arsitektur
(interior atau eksterior), mode design, perancangan
Kata kunci: Keterampilan Geometri, level furnitur, dan lain sebagainya.
perkembangan berfikir van Hiele Menurut Asmida [2] dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ada beberapa
kompetensi matematika yang harus ditunjukkan
pada hasil belajar siswa dalam mata pelajaran
matematika (standar kompetensi). Adapun
kompetensi matematika yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa dalam belajar matematika mulai banyak menemui kesulitan-kesulitan. Kesulitan-
dari SD,SMP sampai SMA, adalah sebagai berikut: kesulitan itu dikarenakan lemahnya pemahaman
1. Pemahaman konsep konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam geometri
2. Penalaran [11]. Berdasarkan pengamatan di lapangan saat
3. Komunikasi penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan
4. Pemecahan masalah II (PPL II) di SMPN 26 Surabaya, yang diawali
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan pengamatan pada guru pamong (guru mata
matematika dalam kehidupan pelajaran matematika) mulai bulan Juli sampai
Berdasarkan pernyataan di atas, dengan September 2012, ditemukan bahwa dalam
kemampuan pemecahan masalah matematika proses belajar-mengajar matematika, siswa tidak
merupakan salah satu kompetensi yang harus banyak melakukan aktivitas. Aktivitas masih
dimiliki siswa saat pembelajaran matematika telah didominasi guru, sedangkan siswa lebih banyak
diberikan. Secara umum untuk memecahkan mendengar, melihat powerpoint yang disajikan
masalah matematika, siswa bisa menggunakan guru, dan mengerjakan soal latihan yang guru ambil
beberapa strategi-strategi pemecahan masalah dari dari buku paket atau buku penunjang lain. Proses
beberapa ahli. belajar terkesan guru lebih banyak sekedar
Polya di dalam karyanya yang diberi judul mentransfer pengetahuan dari pikiran guru ke
How to Solve It [12] menyarankan metode problem pikiran siswa, yang mengakibatkan siswa
solving sebagai berikut: cenderung lebih hafal mengenai gambaran umum
1. Memahami masalah atau bentuk geometri, tanpa dipahami sifat dari
2. Merumuskan suatu rencana penyelesaian bentuk bangun-bangun tersebut.
3. Maksanakan rencana Selain itu, para pengajar juga hampir tidak
4. Melihat kembali pernah melakukan analisis pendahuluan mengenai
Langkah pertama adalah memahami sejauh mana pemahaman siswa pada materi
masalah. Tanpa adanya pemahaman terhadap sebelumnya. Dugaan ini diperkuat oleh hasil survey
masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin IMSTEP-JICA [5], bahwa dalam pembelajaran
mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan matematika, guru terlalu berkonsentrasi pada hal-
benar. Setelah siswa dapat memahami masalahnya hal yang prosedural dan mekanistik, pembelajaran
dengan benar, selanjutnya mereka harus mampu berpusat pada guru, konsep matematika
menyusun rencana penyelesaian masalah. disampaikan secara informatif, dan siswa dilatih
Kemampuan melakukan fase kedua ini sangat menyelesaikan banyak soal tanpa pemahaman yang
tergantung pada pengalaman siswa dalam mendalam. Padahal, hal ini dapat menghambat
menyelesaikan masalah. Pada umumnya, semakin proses belajar geometri selanjutnya. Akibatnya,
bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan keterampilan dan kompetensi yang harus dimiliki
siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana siswa tidak berkembang sebagaimana mestinya.
penyelesaian suatu masalah. Jika rencana Menurut Mulyana [10] pengajaran
penyelesaian suatu masalah telah dibuat, geometri yang baik harus sesuai dengan
selanjutnya pelaksanaan rencana yang telah dibuat. kemampuan anak. Penerapan teori van Hiele
Langkah terakhir dalam penyelesaian problem diyakini dapat mengatasi kesulitan belajar siswa
solving menurut Polya adalah melakukan dalam geometri. Hal ini disebabkan karena teori
pengecekan atas apa yang dilakukan dari langkah van Hiele menjelaskan perkembangan berpikir
pertama sampai langkah ketiga. Cara seperti ini siswa dalam belajar geometri. Pendapat ini
dapat mengkoreksi kesalahan kesalahan yang didukung beberapa penelitian yang telah dilakukan
mungkin terjadi sehingga siswa dapat sampai pada oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian-
jawaban yang benar. penelitian tersebut membuktikan bahwa penerapan
Beberapa kasus tertentu memerlukan teori van Hiele memberikan dampak yang positif
keterampilan khusus untuk pelaksanaan rencana. dalam pembelajaran geometri. Bobango [3]
Seperti pada permasalahan geometri, keterampilan menyatakan bahwa pembelajaran yang menekankan
geometri siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pada level perkembangan berfikir van Hiele (level
pelaksanaan rencana. Keterampilan geometri yang 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi
dimaksud adalah kemampuan dasar dalam belajar informal), level 3 (deduksi) dan level 4 (rigor))
geometri yang meliputi: keterampilan visual, dapat membantu perencanaan pembelajaran dan
keterampilan verbal, keterampilan menggambar, memberikan hasil yang memuaskan. Senk dalam
keterampilan logika dan keterampilan terapan [6]. Abdussakir [1] menyatakan bahwa prestasi siswa
Tidak berbeda dengan cabang matematika SMA dalam menulis pembuktian geometri
yang lain, dalam pembelajaran geometri siswa juga berkaitan secara positif dengan teori van Hiele.
Beberapa penelitian yang dilakukan, 2. Keterampilan Verbal (Descriptive skill)
menunjukan bahwa siswa pada sekolah menengah Keterampilan verbal menurut Hofter
awal baru sampai pada level 0-2 pada teori van [6], meliputi kemampuan untuk menunjukkan
Hiele. Penelitian yang dilakukan Burger & bermacam bangun geometri menurut namanya,
Shaughnessy [4] menyatakan bahwa level berpikir memvisualisasikan bangun geometri menurut
siswa SMP dalam belajar geometri tertinggi pada deskripsi verbalnya, mengungkapkan bangun
level 2 (deduksi informal) dan sebagian besar geometri dan sifat-sifatnya, merumuskan
berada pada level 0 (visualisasi). Pernyataan ini definisi dengan tepat dan benar,
juga didukung oleh pendapat van de Walle [9] yang mengungkapkan hubungan antar bangun,
menyatakan bahwa sebagian besar siswa SMP/MTs mengenali struktur logis dari masalah verbal,
berada pada antara level 0 (visualisasi) sampai level dan merumuskan pernyataan generalisasi dan
2 (deduksi informal). abstraksi.
Pengetahuan mengenai level 3. Keterampilan Menggambar (Drawing skill)
perkembangan berfikir van Hiele dan keterampilan Keterampilan menggambar menurut
dasar geometri siswa, dapat memberikan referensi Hofter [6], meliputi kemampuan untuk
kepada seorang pengajar untuk mengambil menyeketsa gambar bangun dan melabel titik
keputusan dalam memilih model dan media tertentu, mensketsa gambar bangun menurut
pembelajaran yang tepat bagi siswanya. Selain itu, deskripsi verbalnya, menggambar atau
identifikasi keterampilan dasar geometri siswa mengkonstruksi gambar bangun berdasarkan
ditinjau dari level perkembangan berfikir van sifat-sifat yang diberikan, mengkonstruksi
Hiele, bisa dijadikan alternatif pengetahuan dalam gambar bangun yang mempunyai kaitan
melakukan proses belajar mengajar matematika, tertentu dengan gambar-gambar yang telah
khususnya dalam pembelajaran geometri. diberikan, menyeketsa bagian-bagian bidang
Oleh karena itu, untuk memberikan model dan interaksi gambar-gambar bangun yang
dan media pembelajaran yang tepat bagi siswa, diberikan, menambahkan unsur-unsur
peneliti meneliti mengenai profil keterampilan tambahan yang berguna pada sebuah gambar
geometri siswa SMP dalam memecahkan masalah bangun, mengenal peranan (keterbatasan)
geometri berdasarkan perkembangan berfikir van sketsa dan gambar bangun yang terkonstruksi,
Hiele pada level 0, level 1 dan level 2. Pembatasan dan menyeketsa atau mengkonstruksi model
level van Hiele merujuk pada penelitian relevan geometri atau contoh penyangkal.
yang telah dijabarkan sebelumnya terkait level 4. Keterampilan Logika (Logical skill)
berpikir siswa SMP dalam belajar geometri. Keterampilan logika menurut Hofter
[6], meliputi kemampuan untuk mengenal
KETERAMPILAN GEOMETRI perbedaan dan kesamaaan antar bangun
Hofter [6] mengemukakan lima geometri, mengenal bangun geometri yang
keterampilan dasar dalam belajar geometri. Kelima dapat diklasifikasikan menurut sifat-sifatnya,
keterampilan dasar tersebut dapat dijabarkan menentukan apakah sebuah gambar masuk
sebagai berikut: atau tidak masuk dalam kelas tertentu,
1. Keterampilan Visual (Visual skill) memahami dan menerapkan sifat-sifat penting
Keterampilan visual menurut Hofter dari definisi, menujukkan akibar-akibat logis
[6], meliputi kemampuan untuk mengenal dari data-data yang diberikan, mengembangkan
bermacam-macam bangun datar dan ruang, bukti-bukti yang logis, dan mengenal peranan
mengamati bagian-bagian dari sebuah-bangun dan keterbatasan metode deduktif.
dan keterkaitan bagian satu dengan bagian 5. Keterampilan Terapan (Applied Skill)
yang lain, menunjukkan pusat simetri, sumbu Keterampilan terapan menurut Hofter
simetri, dan bidang simetri dari sebuah gambar [6], meliputi kemampuan untuk mengenal
bangun, mengklasifikasikan bangun-bangun model fisik dari bangun geometri. Menyeketsa
geometri menurut ciri-ciri yang teramati, atau mengkonstruksi model geometri
menyimpulkan informasi lanjut berdasarkan berdasarkan objek fisiknya, menerapkan sifat-
pengamatan visual, dan memvisualisasikan sifat dari model geometri pada sifat-sifat dari
model geometri, atau contoh-contoh penangkal objek fisik, mengembangkan model-model
yang dinyatakan secara implisit oleh data geometri untuk fenomena alam, dan
dalam suatu sistem matematika deduktif. menerapkan model-model geometri dalam
pemecahan masalah.
PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM segala pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
SOLVING) yang dimiliki seseorang pada situasi yang baru dan
tidak biasa (dalam menyelesaikan masalah).
Definisi Pemecahan Masalah (Problem
Strategi Pemecahan Masalah (Problem
Solving)
Solving)
Menurut Siswono [14] dalam kehidupan
nyata banyak masalah yang memerlukan Polya di dalam karyanya yang diberinya
matematika untuk pemecahannya. Menyadari judul How to Solve It [12], menyarankan metode
peranan penting matematika dalam menyelesaikan dalam problem solving. Metode tersebut terdiri dari
masalah sehari-hari, siswa perlu memiliki empat tahap yaitu memahami masalah,
keterampilan pemecahan masalah. Krulik dan merumuskan suatu rencana penyelesaian,
Rudnick [8] mendefinisikan pemecahan masalah maksanakan rencana dan melihat kembali
adalah suatu cara yang dilakukan seseorang dengan (memeriksa atau menguji solusi yang diperoleh).
menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan a. Langkah memahami masalah meliputi: 1) apa
pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari situasi yang tidak diketahui atau apa yang ditanyakan;
yang tidak rutin. 2) data apa yang diberikan; 3) bagaimana
Istilah problem solving juga sering kondisi soal; 4) mungkinkah kondisi
digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan dinyatakan dalam bentuk persamaan atau
memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. hubungan lainnya; 5) apakah kondisi yang
Tetapi problem solving dalam matematika memiliki ditanyakan cukup untuk mencari yang
kekhasan tersendiri. Menurut Branca [15] secara ditanyakan; 6) apakah kondisi itu tidak cukup
garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah atau kondisi itu berlebihan, atau kondisi itu
problem solving dalam pembelajaran matematika, saling bertentangan; 7) membuat gambar, dan
yaitu problem solving sebagai tujuan (as a goal), tulislah notasi yang sesuai.
problem solving sebagai proses (as a process), dan b. Langkah merumuskan suatu rencana
problem solving sebagai keterampilan dasar (as a penyelesaian meliputi: 1) perhatikan yang
basic skill). ditanyakan; 2) dipikirkan soal yang pernah
Posamentier dan Stepelmen [13] mengutip diketahui dengan pertanyaan yang sama atau
dari salah satu paper pada The National Council of serupa; 3) jika ada soal yang serupa, dapatkah
Supervisors of Mathematics (NCSM) edisi Juni pengalaman yang lama digunakan dalam
1998, yang berjudul Essential Mathematics for the masalah sekarang; 4) dapatkah hasil dan
21 st Century, yang intinya problem solving metode yang lalu digunakan; 5) apakah harus
merupakan komponen pertama dari esensi dicari unsur lain agar memanfaatkan soal
matematika, disimpulkan bahwa : semula; 6) dapatkah menyatakannya dalam
a. Pembelajaran untuk menyelesaikan masalah bentuk lain, kembali pada definisi, andaikan
adalah alasan yang paling prinsip untuk soal baru belum dapat diselesaikan; 7) coba
mempelajari matematika. memikirkan soal serupa dan diselesaikan.
b. Problem solving merupakan penerapan dari c. Langkah melaksanakan rencana meliputi: 1)
pengetahuan yang sebelumnya untuk situasi melaksanakan rencana pemecahan dan
(persoalan) yang tidak biasa atau persoalan memeriksa tiap langkahnya; 2) memereriksa
yang baru. apakah tiap langkah perhitungan sudah benar;
c. Penyelesaian soal cerita dalam suatu wacana 3) bagaimana membuktikan bahwa langkah
merupakan salah satu bentuk problem solviing, yang dipilih sudah benar.
di samping siswa juga harus diberi pengalaman d. Melihat kembali (memeriksa atau menguji
dalam penyelesaian soal non cerita. solusi yang diperoleh) meliputi: 1) bagaimana
d. Strategi problem solving mencakup teknik cara memeriksa kebenaran hasil yang
pengajuan pertanyaan, analisis situasi, translasi diperoleh; 2) dapatkah diperiksa sanggahannya;
hasil, ilustrasi hasil, menggambar diagram dan 3) dapatkah dicari hasil itu dengan cara lain; 4)
penggunaan trial and error. dapatkah melihat kembali hasil yang diperoleh
e. Siswa harus mencari penyelesaian alternatif secara sekilas; 5) dapatkah hasil atau cara itu
untuk suatu soal, mereka harus terbiasa dengan digunakan untuk soal-soal lainnya.
lebih dari satu penyelesaian. Posamentier [13] mengidentifikasi
Berdasarkan uraian di atas maka dapat sejumlah strategi umum, yang biasa ditempuh
disimpulkan bahwa pemecahan masalah (problem dalam problem solving, diantaranya yaitu :
solving) adalah suatu proses mengaplikasikan
a. Menggambar Diagram No Pokok Bahasan Bagian Krusialitasnya
b. Bergerak dari Belakang (Working Backward)
Bangun Ruang - Pengaplikasian bentuk
c. Menebak dengan intuisi dan mengujinya
5 Sisi Datar (di aljabar ke dalam pokok
d. Mempertimbangkan yang ekstrim
Kelas VIII) bahasan ini.
e. Pengorganisasian Data
- Mengenali bangun-
f. Menggunakan kalkulator atau komputer
bangun yang dibuat
g. Menggunakan alasan yang logis
kompleks dan rumit.
h. Mencoba pada permasalahan serupa namun Dalil Pythagoras
6 - Perhitungan akar, jika
yang lebih sederhana (di Kelas VIII)
ukuran-ukuran yang
i. Memperhitungkan setiap kemungkinan
diberikan bukan
j. Mengambil sudut pandang yang berbeda
bilangan kuadrat.
MASALAH GEOMETRI - Proses penurunan
rumus-rumusnya.
Materi Geometri di SMP meliputi garis, Bangun Ruang - Mengingat rumus-rumus
sudut, bangun datar, kesebangunan, bangun ruang, 7 Sisi Lengkung volum, luas permukaan,
dan Pythagoras. Standar Kompetensi Lulusan yang (di Kelas IX) dan luas selimut yang
dikeluarkan Badan Standar Nasional Pendidikan cukup banyak dan
(BSNP), khususnya menyangkut materi Geometri beraneka ragam.
adalah sebagai berikut:
Memahami bangun-bangun geometri
(unsur-unsur dan sifat-sifatnya), ukuran dan TEORI VAN HIELE
pengukuran (meliputi: hubungan antar garis,
hubungan antar sudut, melukis sudut dan membagi Teori van Hiele pertama kali
sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan dikembangkan oleh Pierre Marie van Hiele dan
segiempat, teorema Pythagoras, lingkaran (garis Dina van Hiele-Geldof dalam disertasi yang
singgung sekutu, lingkaran luar dan lingkaran terpisah di Universitas Utrecht pada tahun 1957.
dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, Teori ini menjelaskan mengenai perkembangan
prisma, limas dan jaring-jaringnya, kesebangunan berpikir siswa dalam belajar geometri. Dalam teori
dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta tersebut, mereka berpendapat bahwa dalam
menggunakannya dalam pemecahan masalah mempelajari geometri para siswa mengalami
sehari-hari [18]. perkembangan kemampuan berpikir melalui tahap-
Sebagian diantaranya memiliki bagiaan- tahap tertentu. Mereka telah mengidentifikasi lima
bagian krusial bagi siswa SMP. Berikut ini tahap tersebut dalam suatu tingkatan (atau levels)
disajikan beberapa contoh pokok bahasan Geometri konsep tata ruang di mana siswa bergerak secara
yang mengandung bagiaan-bagian krusial. berurutan dalam perjalanan pemikiran geometris
mereka. Kelima tingkatan perkembangan berpikir
Tabel 1. Beberapa Pokok Bahasan Geometri dan Bagian Krusial dalam pembelajaran geometri van Hiele adalah
untuk Diperhatikan [18] level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2
No Pokok Bahasan Bagian Krusialitasnya (deduksi informal), level 3 (deduksi) dan level 4
- Pengaplikasian (rigor).
Garis dan Sudut Level perkembangan berfikir van Hiele dapat
1 perbandingan ke dalam
(di Kelas VII) dijelaskan sebagai berikut:
pokok bahasan ini.
- Mengingat rumus-rumus 1. Level 0 (Visualisasi): Siswa dapat memberi
luas yang demikian nama dan mengenali bentuk dengan
Segiempat dan banyak dan variatif. penampilan bangun, tapi tidak dapat secara
2 Segitiga (di - Mengidentifikasi alas spesifik mengidentifikasi sifat-sifat bentuk.
Kelas VII) dan tinggi segitiga yang Meskipun mereka mungkin dapat mengenali
beraneka ragam jenis karakteristik, mereka tidak menggunakannya
dan posisinya. untuk pengakuan dan penyortiran.
- Luas tembereng, jika 2. Level 1 (Analisis): Tahap ini juga dikenal
3 Lingkaran sudut pusatnya bukan dengan tahap deskriptif. Pada tahap ini sudah
sudut istimewa. tampak adanya analisis terhadap konsep dan
- Mengenali sisi-sisi sifat-sifatnya. Siswa dapat menentukan sifat-
4 Kesebangunan bersesuaian pada bangun sifat suatu bangun dengan melakukan
yang bersifat kompleks. pengamatan, pengukuran, eksperimen,
menggambar dan membuat model. Meskipun
demikian, siswa belum sepenuhnya dapat
menjelaskan hubungan antara sifat-sifat
tersebut dan belum dapat memahami definisi.
3. Level 2 (Deduksi Informal): Tahap ini juga
dikenal dengan tahap abstrak, tahap
abstrak/relasional, tahap teoritik dan tahap
ordering. Pada tahap ini, siswa sudah dapat
melihat hubungan sifat-sifat pada suatu bangun
geometri dan sifat-sifat antara beberapa bangun
geometri. Siswa dapat membuat definisi
abstrak, menemukan sifat-sifat dari berbagai
bangun dengan menggunakan deduksi
informal, dan dapat mengklasifikasikan
bangun-bangun secara hirarki.
4. Level 3 (Deduksi ): Tahap ini juga dikenal
dengan tahap deduksi formal. Pada tahap ini
siswa dapat menyusun bukti, tidak hanya
sekedar menerima bukti. Siswa dapat
menyusun teorema dalam sistem aksiomatik.
Pada tahap ini siswa berpeluang untuk
mengembangkan bukti lebih dari satu cara.
5. Level 4 (Rigor): Ini adalah tingkat tertinggi
dalam hirarki pemikiran van Hiele. Siswa pada Gambar 1. Level-Level Berfikir Geometri van Hiele [17].
tingkat ini dapat bekerja dalam sistem
geometris atau aksioma yang berbeda dan pada Tahap-tahap berfikir geometri dari teori van Hiele
tahap ini siswa dapat membandingkan sistem– memiliki karakteristik sebagai berikut:
sistem berdasarkan pada aksioma yang 1. Tahap-tahap tersebut akan dilalui siswa secara
berbeda dan dapat menelaah bermacam– berurutan. Hal ini mengakibatkan siswa harus
macam geometri tanpa menghadirkan model melewati suatu tahap dengan matang sebelum
konkret. menuju tahap berikutnya. Saat siswa melalui
Berdasarkan uraian tentang setiap level suatu level berarti siswa telah mengalami cara
perkembangan berfikir van Hiele, terlihat bahwa berfikir geometri sesuai level itu dan dalam
produk pemikiran pada setiap level sama dengan pikiran siswa telah terbentuk suatu objek
objek pemikiran pada level berikutnya. Hubungan pemikiran yang akan menjadi fokus pemikiran
objek-produk dari level-level berfikir van Hiele pada level berikutnya.
diilustrasikan oleh Van de Walle dalam sebuah 2. Tingkat berfikir berdasarkan teori van Hiele
skema yang selanjutnya penulis sajikan seperti pada tidak bergantung usia dengan cara yang
gambar berikut. dijelaskan oleh Piaget, namun kecepatan
berpindah dari suatu tahap ke tahap berikutnya
lebih banyak bergantung pada isi, metode dan
media pembelajaran daripada umur dan
kematangan. Itulah yang menjadikan alasan
guru harus menyediakan pengalaman belajar
yang cocok dengan tahap berpikir siswa.
3. Pengalaman geometri memiliki pengaruh
terbesar pada tingkat kecepatan melalui suatu
level. Menurut van Hiele [9], ada tiga unsur
utama dalam pembelajaran geometri. Tiga
unsur yang dimaksud adalah waktu, materi
pembelajaran dan metode pembelajaran yang
diterapkan. Jika unsur-unsur tersebut ditata
secara terpadu maka akan dapat meningkatkan
level berfikir geometri siswa ke level yang
lebih tinggi.
4. Ketika pembelajaran atau bahasa yang Skill), siswa laki-laki dapat menghubungkan
digunakan pada level yang lebih tinggi sebagian informasi yang diberikan dengan
daripada level berfikir siswa, maka dapat mengembangkan model geometri, namun belum
menghambat proses pembelajaran karena dapat secara keseluruhan menggunakannya untuk
komunikasi yang terjalin kurang efektif. pemecahan masalah. Sedangkan siswa perempuan
belum bisa menerapkan sifat-sifat dari model
METODE PENELITIAN geometri untuk pemecahan masalah.
Penelitian Deskriptif Kualitatif ini Selanjutnya profil keterampilan geometri
menggunakan data kualitatif untuk siswa level 1 pada Keterampilan Visual (Visual
mendeskripsikan secara jelas dan terperinci skill), dalam mengelompokkan bangun datar
mengenai profil keterampilan geometri siswa SMP segiempat dan memberi nama pada masing-masing
dalam memecahkan masalah geometri berdasarkan bangun geometri berdasarkan banyak sudut dan
level perkembangan berfikir van Hiele. Subjek banyaknya sisi pada bangun geometri tersebut;
penelitian adalah 6 siswa SMPN 26 Surabaya. Keterampilan Verbal (Describtive skill), siswa laki-
Pemilihan subjek penelitian dilakukan laki mampu menjelaskan sifat -sifat bangun datar
dengan pemberian tes klaifikasi level segiempat lebih spesifik (dari siswa pada level 0),
perkembangan berikir van Hiele kepada 60 siswa. dia menjelaskan sifat -sifat bangun datar segiempat
Dari hasil tes tersebut siswa dikelompokkan sesuai berdasarkan banyak sisi, banyak sudut dan ukuran
level perkembangan berfikirnya dan dipilih 2 siswa sudut. Sedangkan siswa perempuan, meski sudah
(laki-laki dan perempuan) pada tiap level (0, 1 dan mampu menyebutkan sifat-sifat dari suatu bangun
2) dengan kemampuan komunikasi yang baik untuk datar dengan spesifik namun penjelasan yang
menjadi subjek penlitian. Setelah itu keenam subjek diberikan hanya terfokus pada sudut (ukuran dan
diberi tes keterampilan geometri sebanyak dua kali posisi) dan banyak sisi. Selanjutnya, baik siswa
dalam waktu yang berbeda guna menguji kevalidan laki-laki dan siswa perempuan keduanya tidak
data yang diperoleh dari tes keterampilan gometri sepenuhnya paham mana sudut yang berhadapan
pertama. Selanjutnya, peneliti menyimpulkan profil dan mana sudut yang berdekatan; Keterampilan
keterampilan geometri siswa pada level 0, 1 dan 2 Menggambar (Drawing skill), kedua siswa sudah
berdasarkan data yang didapat dan telah divalidasi. mampu mengkonstruksi gambar sesuai ciri-ciri atau
sifat-sifat yang diberikan. Namun, untuk kasus
HASIL tertentu subjek butuh informasi yang lebih detail;
Keterampilan Logika (Logical skill), siswa laki-laki
Berdasarkan analisis data hasil penelitian,
membandingkan dua bangun geometri yang
dapat diketahui profil keterampilan geometri siswa
berbeda dengan membandingkan ukuran sudut,
dalam menyelesaikan masalah geometri sebagai
penampilan diagonal dan kesejajaran. Sedangkan
berikut: Siswa level 0 pada Keterampilan Visual
siswa perempuan membandingkan dua bangun
(Visual skill), siswa dalam mengelompokkan
geometri yang berbeda dengan membandingkan
bangun datar segiempat dan memberi nama pada
ukuran sisi dan ukuran sudut; Keterampilan
masing-masing bangun geometri berdasarkan
Terapan (Applied Skill), siswa pada level ini sudah
penampilan bangun dan banyaknya sisi pada
dapat menghubungkan informasi yang diberikan
bangun geometri tersebut; Keterampilan Verbal
dengan mengembangkan model geometri dan
(Describtive skill), siswa dalam menjelaskan sifat -
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
sifat bangun datar segiempat, tidak dapat secara
Kemudian profil keterampilan geometri
spesifik mengidentifikasikan sifat-sifat bentuk.
siswa level 2 pada Keterampilan Visual (Visual
Mereka lebih terfokus pada ukuran sisi dan ukuran
skill), siswa dalam mengelompokkan bangun datar
sudut; Keterampilan Menggambar (Drawing skill),
segiempat dan memberi nama pada masing-masing
siswa belum sepenuhnya mampu mengkonstruksi
bangun geometri berdasarkan penampilan bangun
gambar sesuai ciri-ciri atau sifat-sifat yang
dan banyaknya sisi pada bangun geometri tersebut;
diberikan; Keterampilan Logika (Logical skill),
Keterampilan Verbal (Describtive skill), siswa laki-
siswa laki-laki membandingkan dua bangun
laki mampu menjelaskan sifat -sifat bangun datar
geometri yang berbeda dengan membandingkan
segiempat dengan spesifik, mulai dari banyak sisi,
ukuran sudut, penampilan diagonal dan kesejajaran.
ukuran sisi, kesejajaran sisi, ukuan sudut, juga
Namun, konsep kesejajaran yang digunakan siswa
hubungan jumlah sudut berdekatan pada
masih belum tepat. Siswa perempuan
jajargenjang (adalah 1800), sedangkan siswa
membandingkan dua bangun geometri yang
perempuan, menjelaskan sifat-sifat bangun datar
berbeda dengan membandingkan ukuran sisi dan
segiempat lebih terterfokus pada banyak sisi,
ukuran sudut; Keterampilan Terapan (Applied
banyak sudut, ukuran sudut (termasuk hubungan
sudut-sudut berhadapan), ukuran sisi (termasuk [5] Herman,T.2007.Pembelajaran Berbasis
hubungan sisi-sisi berhadapan); Keterampilan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan
Menggambar (Drawing skill), siswa mampu Penalaran Matematis Siswa SMP.Jurnal
mengkonstruksi gambar sesuai ciri-ciri atau sifat- Cakrawala Pendidikan.th XXVI.Nomor 1.
sifat yang diberikan. Mereka menggambar bangun [6] Hoffer, A.1981. Geometry is more than proof,
dengan diberi tanda-tanda pada gambar sebagai Mathematics Teacher, 74, 11-18.
penjelas (misal: tanda sudut-sudut yang sama besar [7] Jane, Mary Schmitt.2006. Developing
atau tanda sisi-sisi yang sama panjang); Geometric Reasoning.WashingtonDC:GED
Keterampilan Logika (Logical skill), siswa Mathematics Training Institute.
membandingkan dua bangun geometri yang [8] Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. (1995).
berbeda dengan membandingkan ukuran sudut; The New Sourcebook for Teaching Reasoning
Keterampilan Terapan (Applied Skill), siswa sudah and Problem Solving in Elementary School.
dapat menghubungkan informasi yang diberikan Needham Heights: Allyn & Bacon.
dengan mengembangkan model geometri dan [9] Kurniawati, Mila.2012.Upaya Meningkatkan
menggunakannya dalam pemecahan masalah. Level Berfikir Geometrik van Hiele pada Siswa
SMP dengan Menggunakan Model
SARAN Pembelajaran Kinsley.Skripsi (Publikasi): UPI.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka [10] Mulyana,Endang.2003.Masalah Ketidaktepatan
disarankan kepada guru-guru matematika untuk: Istilah dan Simbol dalam Geometri SLTP
1. Menjadikannya sebagai bahan referensi bagi Kelas 1dalam
guru dalam mengajar geometri, terutama dalam file.upi.edu/...ENDANG_MULYANA/.../Psiko
menentukan cara mengajar yang tepat dan logi_geometri.pdf (diakses pada 1 Maret 2012
efektif sesuai dengan keterampilan geometri pukul 12:23).
(berdasarkan level perkembangan berfikir van [11] Murdanu.1998.Analisis Kesulitan Siswa-Siswa
Hiele) yang dimiliki oleh siswa. SLTP dalam Menyelesaikan Persoalan
2. Mengembangkan metode, strategi, maupun Geometri (Tesis Tidak Dipublikasikan).
model pembelajaran yang mampu Universitas Negeri Surabaya.
meningkatkan keterampilan dasar siswa dalam [12] Polya, G.1973.How to Solve it.NEW JERSEY:
belajar geometri berdasarkan hasil penelitian Princeton University Press.
ini. [13] Posamentier, Alfred S. dan Jay Stepelman .
3. Merancang pembelajaran yang membantu 1999. Teaching Secondary Mathematics –
menghilangkan atau mengurangi miskonsepsi Techniques and Enrichment Units. New Jersey
yang terjadi pada siswa. : Prentice-Hall, Inc.
[14] Siswono, Tatag Yuli Eko. 2008. Model
REFERENSI Pembelajaran Matematika Berbasis berpikir
Kreatif. 2008. Surabaya: Unesa University
[1] Abdussakir .2010. Pembelajaran Geometri
Press.
Sesuai Teori Van Hiele dalam El-Hikmah:
[15] Sumardyono. 2011. Pengertian Dasar Problem
Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII
Solving (online). dalam
Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499.
http://erlisilitonga.files.wordpress.com/2011/12
Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang.
/pengertiandasarproblemsolving_smd.pdf.
[2] Asmida.2011.Meningkatkan Kemampuan
(diakses pada 9 Oktober 2012 pukul 22.14).
Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa
[16] Van de Walle, John A.1994.Elementary School
Sekolah Menengah melalui Pendekatan
Mathematics.New York: LONGMAN.
Realistik.Tesis Tidak Dipublikasikan:UPI
[17] Van de Walle, John A. 2001. Geometric
Bandung.
Thinking and Geometric Concepts. In
[3] Bobango, J.C.. 1993.Geometry for All Student:
Elementary and Middle School Mathematics:
Phase-Based Instruction. Dalam Cuevas (Eds).
Teaching Developmentally, 4th ed. Boston:
Reaching All Students With Mathematics.
Allyn and Bacon.
Virginia: The National Council of Teachers of
[18] Yadnya, I Gusti Agung Oka.2008. Problematik
Mathematics,Inc.
Pembelajaran Geometri: Antara ”Action” dan
[4] Burger, W.F. & Shaughnessy, J.M.. 1986.
”Illusion”dalam makalah Seminar Pendidikan
Characterizing the van Hiele Levels of
Matematika.Singaraja: UNDIKSHA.
Development in Geometry. Journal for
Research in Mathematics Education. 17(I):31-
48.

Anda mungkin juga menyukai