Tahun 2020, bukankah itu tahun yang cantik dan banyak orang berharap
agar ditahun ini kita bisa memulai hal baru. Ya, termasuk Pandemi Corona yang
membuatku kesal. Tapi mungkin aku bersyukur karena itu.
Aku akan melanjutkan cerita tentangku. Beberapa hari ini aku banyak
berpikir tentang masa depanku. Bagaimana mungkin tidak, kerjaku hanya tidur
dan makan. Sedangkan bapakku di luar sana bekerja keras agar aku bisa tidur dan
makan dengan tenang. Ah, bodohnya aku.
Kata ibu, tulisanku bagus pasti aku pandai menggambar. Aku setengah
tidak percaya ketika ibuku mengatakannya, tapi aku mengangguk saja. Hari ini
aku menyesal ketika menyadari tidak ada lagi yang memujiku dengan tulus
sepertinya.
Aku membalikkan kertas bergambar pemandangan itu dengan berantakan.
Namun tanganku berhenti ketika menemukan satu kertas bergambar wajah yang
tersenyum dengan tulus. Tanpa sadar bibirku ikut tersenyum. Di pojok kanan
bawah tertulis, My Everything dan di sampingnya tertulis angka satu. Menandakan
dia adalah orang kesatu yang paling aku utamakan. Dia adalah ibuku.
Sekian lama menatap senyum itu, air mataku mengalir tanpa permisi. Aku
menumpukan telapak tangan ke meja lalu menangis. Ya Tuhan aku merindukan
pelukan dan senyuman hangatnya. Aku putus asa. Rasanya dunia ini tak adil
padaku.
Namun, dengan segera aku mengusap pipiku lalu pergi ke kamar mandi
untuk mencuci mukaku. Aku bersandar pada tembok kamar mandi dan mataku
terpejam. Beberapa saat aku keluar dari kamar mandi lalu memutuskan untuk
pergi ke rumah tetanggaku.
.....
Aku beranjak duduk di sofa dan Sani buru-buru ke dapur. Beberapa menit
kemudian, Sani kembali dengan dua gelas berisi teh manis.
Aku mengangguk sambil berucap terima kasih. Sani tersenyum lalu duduk
di sebelahku.
Dengan raut bahagia, Sani memegang tanganku.
"Iya sama-sama."
"Hai guys. Jadi kemarin gue minta temen gue buat gambarin bias gue.
Dannnn taraaaa. Hasilnya bagus banget kan? Gila."
"Ini Tik-tok. Ah, kamu mah. Biasanya orang-orang sekarang pakai itu buat
tau kegiatan kita. Siapa tau gambar kamu rame." Sani berucap sebal sambil
melihatku.
Setengah tidak percaya, aku bertanya kembali kepada Sani. Namun, baru
saja ingin bertanya, Sani memotong ucapanku.
"San-"
"Apa?"
"Aaaaa. Dia pengen kamu gambar lagi. Kali ini dia pengen kamu gambar
idol K-Pop. Kamu tau K-Pop?"
"Untuk apa?"
"Ya buat gambar dong. Kamu kan ga tau mukanya kaya mana. Terus biar
aku videokan kamu pas gambar juga." Sekali lagi aku menghembuskan napas
panjang lalu mengangguk setuju.
....
Esoknya aku kembali ke rumah Sani sambil membawa kertas dan pensil.
Singkatnya aku kembali menggambar dengan meniru foto asli seorang artis.
"Kamu berhasil lagi. Videonya viral astaga. Hampir 700 ribu orang liat."
Kata Sani sambil menunjukkan HP-nya.
Yah, akhirnya setelah itu kami makin naik. Dan karena video-video kami
yang viral itu. Banyak pemilik merek dagang yang meminta kami untuk
mengiklankan produknya.
Alhamdulillah, kini aku sedikit demi sedikit bisa membantu bapak dengan
cara menabung. Dan akhirnya kini aku bisa sekolah. Aku benar-benar tidak
menyangka hal seperti ini. Sani sangat membantuku, aku sangat bersyukur
memiliki sahabat seperti dirinya.
Untuk Sani, terima kasih juga telah ada ketika aku susah dan ketika aku
terpuruk.