Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran ALLAH swt atas limpah hidayah, rahmat dan
lindungannya.
Akhirnya makalah ini saya selesaikan dengan lancar. Makalah ini saya susun untuk
memenuhi hukuman saya. Selain itu saya menyusun makalah ini untuk menambah
wawasan untuk memahami tentang diare.
Mungkin masalah yang saya buat ini belum sempurna karna saya juga masih
dalam belajar, oleh karena itu saya menerima saran/kritikan anda supaya makalah
selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini saya membahas
tentang Diare. Semoga makalah saya buat ini bisa bermafaat bagi pembaca.
Demikianlah makalah yang saya susun dan jika ada tulisan atau prerkataan
yang kurang berkenan (sopan) saya mohon sebesar-besarnya, semoga makalah ini
bermanfaat buat pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap
sepele penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan
sistem ataupun komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa
di antaranya adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock
hipovolemia, gangguan berbagai organ tubuh, dan bila tidak tertangani dengan
baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian menjadi penting bagi
perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative yang
ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya
Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
sebenarnya masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada
kasus ini difokuskan pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih
banyak diarahkan pada rehidrasi pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan.
B. Rumusan
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan meliputi :
1. Apa itu diare ?
2. Apa etiologi diare ?
3. Apa patofisiologi diare ?
4. Apa manifestasi klinik diare ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik diare ?
6. Bagaimana cara pencegahannya diare ?
7. Bagaimana penatalaksanaan diare ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas penulisan makalah ini
bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian diare.
2. Mengetahui etiologi diare.
3. Mengetahui patofisiologi diare.
4. Mengetahui manifestasi klinik diare.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik diare.
6. Mengetahui cara pencegahannya diare.
7. Mengetahui penatalaksanaan diare.
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini diantaranya yaitu :
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian diare.
2. Memberikan pengetahuan tentang etiologi diare.
3. Memberikan pengetahuan tentang patofisiologi diare.
4. Memberikan pengetahuan tentang manifestasi klinik diare.
5. Memberikan pengetahuan tentang pemeriksaan diagnostik diare.
6. Memberikan pengetahuan tentang cara pencegahannya diare.
7. Memberikan pengetahuan tentang penatalaksanaan diare.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diare
Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam
kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per
hari (Ramaiah, 2012).
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri
ini sangat senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk
mencegah terjadinya diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis.
Jangan lupa juga untuk selalu mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
Sedangkan menurut Suriadi (2016) menyatakan bahwa diare adalah
kehilanangn cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuiensi
satu kali atau lebih buang air bentuk tinja encer atau cair.
Menurut Suradi, dan Rita (2011), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus
intestinal (misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang
menyertai masa ketegangan saraf / stress.
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan
konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.
Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka
waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal,
orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi
feses padat atau keras.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses
inflamasi pada lambung atau usus.
B. Etiologi Diare
Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan
menjadi enam golongan:
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.
3. Alergi.
6. Penyebab lain.
C. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering
memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat
bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
air yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi
pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-
sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising
usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi
atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh,
sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya
untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus
dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan
asam basa, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.
Proses terjadinya Gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagaikemungkinan
faktor diantaranya:
1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime
(kuman)yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerahpermukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yangakhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam
absorbsi cairan danelektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri
akan menyebabkansystem transport aktif dalam usus halus, sel di dalam
mukosa intestinalmengalami iritasi dan meningkatnya cairan dan
elekrtolit.Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa
intestinalsehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan
kapasitasintestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsiyang
mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air
dan eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus
sehingga terjadilah Gastroenteritis.
3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampudiserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus
yangmengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan
yangkemudian menyebabkan Gastroenteritis.
4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristalticusus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan
yangdapat mnyebabkan Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006).
D. Manifestasi Klinik
1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri
amuba)
6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
8. Kram abdominal
9. Demam
10. Mual dan muntah
11. Anoreksia
12. Lemah
13. Pucat
14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat
15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,
tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling
fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah
kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran
yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya
dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat
berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit),
tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka
pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium
pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi
akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
2. Kultur tinja
3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa
4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah
F. Pencegahan
Penyakit diare dapat dicegah melalui ( Widoyono, 2005: 151 )
1. Menggunakan air bersih
Tanda-tanda air bersih :
Tidak berwarna
Tidak berbau
Tidak berasa
2. Memasak air sampai mendidih sebolum diminum untuk mematikan sebagian
besar kuman penyakit.
3. Membuang tinja bayi dan anak-anak dengan benar.
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
4. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
5. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
6. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
7. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah
8. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
9. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak
antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air
sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga
bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak,
mandi, dan sebagainya.
G. Penatalaksanaan
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama
dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air
putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan.
Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat
melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah
pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit
secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian
masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai
alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah
setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini
menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan
semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain
ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus
penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia
lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,
artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah,
pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Banyak minum
2. Rehidrasi perinfus
3. Antibiotika yang sesuai
4. Diit tinggi protein dan rendah residu
5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
7. Transfusi bila terjadi perdarahan
8. Pembedahan bila terjadi perforasi
9. Observasi keseimbangan cairan
10. Cegah komplikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus
sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus
besar, maka muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya
adalah adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru
kebutuhan dan nausea. Dari masalah tersebut, dipilih beberapa tindakan
penatalaksanaan, diantaranya :
a. Banyak minum (oralit)
b. Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)
c. Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan metronidazole)
d. Diit tinggi protein dan rendah residu
e. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal
carboadsorben
g. Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
h. Cegah komplikasi
B. Saran
1. Biasakanlah untuk selalu hidup sehat agar kita tidak terkena diare.
2. Tingkatkan kesehatan baik individu maupun lingkungan, agar tidak terserang
penyakit.
3. Masaklah air minum sampai mendidih.
4. Cucilah tangan sebelum dan sesudah makan.
5. Buang Air Besar(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di kakus (WC).
DAFTAR PUSTAKA