Anda di halaman 1dari 18

A.

MENAFSIR PANDANGAN PENGARANG TERHADAP


KEHIDUPAN DALAM NOVEL
“Setelah mempelajari materi ini, Anda diharapkan mampu menafsir pandangan pengarang
terhadap kehidupan dalam novel”
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif, biasanya dalam bentuk
cerita. Cerita dalam novel bersifat imajiner. Meskipun imajiner, cerita dalam novel tetap
masuk akal dan mengandung kebenaran yang dapat mendramatisasikan hubungan
antarmanusia. Kebenaran dalam novel adalah keyakinan yang sesuai dengan pandangan
pengarang terhadap masalah hidup dan kehidupan. Kebenaran dalam novel tidak harus
sejalan dengan kebenaran yang berlaku di dunia nyata, misalnya kebenaran dari segi
hukum, moral, agama, atau logika. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi bahkan dapat
terjadi di dunia nyata bisa menjadi benar di dalam cerita novel.
Ciri-ciri novel sebagal berikut.
1. Memiliki lebih dari satu alur dan alurnya berkembang.
2. Tokohnya banyak dan memiliki lebih dari satu karakter.
3. Temanya lebih kompleks.
4. Latar bergerak dan banyak.
5. Ceritanya disertai perubahan nasib tokoh.
Novel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berikut paparan mengenai jenis-jenis
novel.
1. Jenis novel berdasarkan kebenaran cerita.
a. Novel fiksi
Novel fiksi menceritakan kisah-kisah rekaan yang sangat imajinatif, bahkan
latar tempat dalam cerita biasanya tidak mungkin ada di kehidupan nyata.
Contoh: Harry Potter karya J.K. Rowling
b. Novel nonfiksi
Novel nonfksi menceritakan kisah nyata yang benar-benar terjadi, biasanya
berdasarkan pengalaman orang atau sejarah sebelumnya.
Contoh: Laskar Pelangi karya Andrea Hirata
2. Jenis novel berdasarkan genrenya.
a. Romantis
Novel romantis bercerita tentang kisah cinta, penyesalan, penerimaan, atau
kasih sayang. Penokohan akan digambarkan seseorang yang hidup mewah dan
seseorang yang sederhana atau biasa saja, kemudian mereka saling jatuh cinta.
Contoh: Ayat Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy
b. Fiksi ilmiah
Cerita fiksi ilmiah menuntut pengetahuan lebih dari pengarang tentang ilmu
pengetahuan, baik umum maupun khusus. Cerita yang diangkat akan
mengandung pemahaman ilmu pengetahuan seperti fisika dan hukum-hukum
alam semesta Iainnya untuk memperkuat daya pikat tulisannya.
Contoh: Supemova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh karya Dee Lestari
c. Misteri
Cerita dalam novel misteri lebih rumit karena akan menimbulkan rasa
penasaran hingga akhir cerita.
Contoh: Novel-novel karangan Karen Rose den Agatha Christie
d. Horor
Novel horor mempunyai cerita yang menegangkan, seram yang pastinya
membuat pembaca akan berdebar-debar saat membacanya. Novel ini pada
umumnya bercerita seputar peristiwa mistis atau seputar dunia gaib.
Contoh: Hantu Rumah Pondok Indah karya Ruwi Meita
e. Komedi
Cerita dalam novel komedi mengandung unsur akan kelucuan atau akan
membuat orang tertawa, dan benar-benar terhibur.
Contoh: Kambing Jantan karya Raditya Dika
f. Inspiratif
Cerita dalam novel inspiratif mampu menginspirasi banyak orang. Novel
inspiratif berisi pesan moral atau hikmah tertentu yang bisa diambil oleh
pembaca supaya pembaca merasa mendapat suatu dorongan dan motivasi
untuk melakukan hal yang lebih baik.
Contoh: Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi I
3. Jenis novel berdasarkan isi dan tokohnya.
a. Teenlit
Novel jenis ini bercerita tentang permasalahan para remaja pada umumnya,
tentang cinta atau persahabatan. Tokoh novel ini merupakan anak usia remaja,
usia yang dianggap labil dan memiliki banyak permasalahan.
Contoh: Dealova karya Dyan Nuranindya
b. Chicklit
Jenis novel ini bercerita tentang seputar kehidupan atau permasalahan yang
dihadapi oleh seorang wanita muda pada umumnya. Novel ini sebenarnya bisa
dinikmati oleh siapa saja. Akan tetapi, pada umumnya cerita pada novel ini
lebih kompleks, rumit, bahkan kadang mengandung unsur dewasa yang tidak
terlalu mudah ditangkap oleh pembaca usia remaja.
Contoh: Cintapuccino karya Icha Rahmanti
c. Songlit
Cerita dalam novel ini berasai dari sebuah lagu. Lirik dalam lagu tersebut
menjadi judulnya dan isi lagu menjadi keseluruhan jalan cerita pada novel
tersebut.
Contoh: Sebelum Cahaya karya Karla M. Nashar
d. Novel dewasa
Jenis novel ini diperuntukkan bagi orang dewasa karena pada umumnya
ceritanya bisa seputar bercintaan yang mengandung unsur sensualitas orang
dewasa.
Contoh: Saman dan Larung karya Ayu Utami
KEGIATAN 1
Menafsir Pandangan Pengarang dalam Novel
Menafsir pandangan pengarang dalam novel adalah menafsir apa saja yang
terkandung dalam novel, dalam hal ini termasuk di dalamnya menafsir tentang pesan
pengarang, kalimat konotasi, kaitan fakta dengan kehidupan yang ada dan
menemukan nilai-nilai kehidupan yang disampaikan oleh penulis.

Langkah-langkah menafsir pandangan pengarang:


1) Membaca novel dengan seksama
2) Memahami novel secara mendalam
3) Menentukan nilai-nilai kehidupan
4) Menafsirkan pandangan pengarang terhadap nilai-nilai itu/mengaitkan
kehidupan pengarang dengan kehidupan dalam novel

Tugas
Setelah kalian membaca teks, tulislah data yang kamu peroleh dari artikel “Penciptaan Trilogi
Ronggeng Dukuh Paruk” pada kolom berikut ini!
No Data yang diperoleh
1 Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang ditulis oleh penulis Indonesia yang
berasal dari Banyumas
2 Novel ini bercerita tentang kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng, dan
Rasus, teman sejak kecil Srinil yang berprofesi sebagai tentara
3 Ronggeng Dukuh Paruk mengangkat latar Dukuh Paruk, desa kecil yang dirundung
kemiskinan, kelaparan, dan kebodohan
4 Latar waktu yang diatngkat dalam novel ini adalah tahun 1960-an yang penuh gejolak
politik
5 Pada penebitan pertama, novel ini terdiri atas 3 buku (triologi), yaitu Catatan Buat
Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala.
6 Novel ini telah diadaptasi dalam film Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) dan
Sang Penari (2011)
7 Pada 2014, Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan dalam bentuk audio menggunakan
suara Butet Kartaredjasa

KEGIATAN 2
Interpretasi Terhadap Pandangan Pengarang
Interpretasi terhadap pandangan pengarang adalah memberi kesan kepada
pandangan pengarang baik berupa apresiasi maupun berupa kritik.
Nilai-nilai dalam novel:
1) Nilai sosial adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang hubungan dengan
manusia atau masyarakat.
2) Nilai agama adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang sesorang berdasarkan
hubungannya dengan Tuhan.
3) Nilai moral adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang kepribadian atau sikap
sesorang dalam menyikapi suatu masalah.
4) Nilai budaya adalah nilai yang dilihat dari sudut pandang kebiasaan, adat-
istiadat, keperyaan, oleh masayarakat setempat

Tugas
Mendata pertanyaan-pertanyaan seputar novel Ronggeng Dukuh Paruk
1. Menceritakan tentang apa novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk?
2. Berlatar belakang tempat dimanakah kehidupan dalam novel trilogi Ronggeng Dukuh
Paruk?
3. Apa konflik utama dalam novel ini?
4. Apakah novel ini didasarkan pengalaman penulis?
5. Kapan novel ini dibuat dan diterbitkan?
6. Apakah ada hubungan antara tema novel dan kejadian masa itu ?
7. Bagaimana suasana yang terjadi pada novel?
8. Apa hubungan latar tempat dari novel Ronggeng Dukuh Paruk dengan pengarang?
9. Apa hubungan latar sosial dari novel Ronggeng Dukuh Paruk dengan pengarang?
10. Apa hubungan latar budaya dari novel Ronggeng Dukuh Paruk dengan pengarang?
Setelah kamu membuat pertanyaan-pertanyaan, untuk memudahkanmu dalam
menuliskan kesamaan latar belakang sosial budaya dalam novel trilogi Ronggeng
Dukuh Paruk dengan kehidupan pengarang, uraikanlah jawabanmu dalam kolom
berikut ini!
Novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan kehidupan Srintil yang tinggal
di sebuah desa yang terletak di pedukuhan yang sangat terpencil dan jauh dari manusia-
manusia modern. Di desa yang keadaannya kering kerontang terdapat penduduk yang
mempercayai bahwa mereka keturunan dari Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang
dianggap sebagai nenek moyang mereka.
Srintil merupakan anak pembuat tempe bongkrek yang menjadi piatu akibat
bencana tempe bongkrek. Sejak kecil srintil dirawat oleh kakek dan neneknya. Saat usianya
masih anak-anak ia memiliki seorang teman Rasus, Warta, dan Darsun. Ketiganya sangat
senang melihat srintil menari bak ronggeng. Meskipun masih kecil, srintil sangat pandai
menari.
Kemampuan srintil menari ronggeng akhirnya diketahui oleh kakeknya, dan ia
menyampaikannya kepada Kertarreja, seorang dukun ronggeng. Kehadiran Srintil, yang
saat itu berusia sebelas tahun, merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh penduduk
dukuh paruk. Kemampuan srintil menari ronggeng, menghidupkan kembali tradisi yang
selama ini telah hilang.
Sebagaimana adat Dukuh Paruk, untuk menjadi seorang ronggeng srintil harus
melewati tahap-tahap yang tidak mudah. Srintil harus diserahkan kepada dukun ronggeng,
karena ia harus mendapat perawatan khusus. Srintil juga harus dimandikan di depan
cungkup makam Ki Secamenggala, dan yang terakhir adalah prosesi bukak kelambu. Pada
prosesi bukak kelambu srintil harus menyerahkan keperawanannya pada lelaki manapun
yang sanggup memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Sejak Srintil menjadi ronggeng, ia semakin jauh dari Rasus dan Rasus merasa
kehilangan sosok emaknya. Sejak saat itu pula Rasus memilih untuk keluar dari desa yang
telah membesarkannya. Di dusun Dawuan inilah Rasus mampu mengubah pandangan
hidupnya dan menghilangkan semua peristiwa yang selama ini membayangi dan
menyakitkan hatinya.
Selama di Dawuan kehidupan Rasus pun berubah, ia menjadi seorang Tobang para
tentara. Saat ia bermalam di dukuh paruk untuk menemani neneknya yang sudah tua, srintil
berkata pada Rasus bahwa ia ingin menjadi pendamping hidupnya dan ia rela
meninggalkan profesinya sebagai ronggeng di dukuh paruk tetapi Rasus menolaknya.
Akhirnya, saat semua masih terlelap dalam tidurnya Rasus meninggalkan sepenuhnya desa
Dukuh Paruk dan berbagi macam kenangannya di desa yang telah membesarkannya.
Novel ini didasarkan pada pengalaman penulis, tentunya dengan sedikit bumbu-
bumbu. Latar waktu yang diangkat pada novel ini adalah tahun 1960-an yang penuh
gejolak politik. Novel Ronggeng Dukuh Paruk diciptakan oleh Ahmad Tohari. Pada tahun
2014, Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan dalam bentuk audio menggunakan suara Butet
Kartaredjasa.
Novel ini didasarkan pada pengalaman penulis, tentunya dengan sedikit bumbu-bumbu.
Latar waktu yang diangkat pada novel ini adalah tahun 1960-an yang penuh gejolak politik.
Novel Ronggeng Dukuh Paruk diciptakan oleh Ahmad Tohari. Pada tahun 2014,
Ronggeng Dukuh Paruk diterbitkan dalam bentuk audio menggunakan suara Butet
Kartaredjasa. Novel ini mengambil latar tempat di Dukuh Paruk, Banyumas. Dimana
Banyumas sendiri adalah tanah kelahiran penulis. Desa Pekuncen yang terletak di
Banyumas menjadi inspirasi Ahmad Tohari dalam penamaan Dukuh Paruk
Cerita ini di buat saat terjadinya Gerakan 30 September tahun 1965. Pengarang
menjadi saksi hidup dan tersdar atas kejahatan yang dilakukan oleh PKI pada saat itu.
Secara garis besar cerita dalam novel ini mengisi tentang penderitaan, keterpinggiran atau
kenelangsaan masyarakat bawah. Hal ini bisa menimpa dukuh tersebut karena, dalam
kehidupan masyarakat Dukuh Paruk masih memiliki sistem kepercayaan kepada roh-roh
leluhur tanpa mau berpikir terbuka dan menyeimbangkan pemikiran dengan kemajuan
zaman yang terjadi.
Nilai budaya yang terkandung yaitu masyarakat daerah Banyumas yang mana
adalah tanah kelahiran pengarang, khususnya di Dukuh Paruk yang masih menjalani
kehidupan bermasyarakatnya dengan adat yang ada dari leluhur atau nenek moyang
meraka. Yang paling jelas tentang nilai budaya dalam novel ini, yaitu dengan keharusannya
adanya ronggeng di dukuh tersebut, dan seorang ronggeng pun harus menjalani tradisi
seorang ronggeng yaitu khususnya adat bukak-klambu.

B. MENGANALISIS ISI DAN KEBASAHAAN NOVEL


KEGIATAN 1
Menganalisis Isi Novel Berdasarkan Unsur Intrinsiknya
1. Tema apa yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?
2. Bagaimanakah alur yang tergambar dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?
3. Di manakah latar tempat, latar waktu, dan latar suasana yang tergambar dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk?
4. Siapakah tokoh utama dan tokoh-tokoh pendukung dalam novel Ronggeng Dukuh
Paruk?
5. Bagaimanakah karakter tokoh-tokoh Ronggeng Dukuh Paruk?
6. Apa pesan yang disampaikan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?

Jawaban :
1. Tema dalam novel ini adalah tentang politik, sosial-budaya, kepercayaan, dan
ekonomi. Dalam novel ini mengangkat tokoh utama yang berasal dari Dukuh Paruk
itu sendiri, yang bergelut dengan tingkat ekonomi rendah di dalamnya, serta
dilingkupi oleh kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang dan sosok ronggeng yang
sangat mereka agungkan. Namun, adapula cerita lain yang menonjol berupa kisah
kasih yang tak sampai, karena cerita dalam novel ini juga menceritakan bahwa
harapan ronggrng Srintil untuk dapat hidup bersama lelaki yang ia cintai, yaitu Rasus
harus kandas. Bagi rasus, Ronggeng adalah milik masyarakat, milik orang banyak,
dan milik semua orang.

2. Alur yang digunakan adalah alur campuran, alur maju yang disertai dengan alur
mundur ke masa lalu, baik yang dialami oleh tokoh utama atau pemeran lainnya.
- Alur maju menceritakan tentang inti dari cerita novel ini, yaitu kisah Srintil dalam
menjadi ronggeng dan kisah Srintil dengan Rasus. Contoh dalam kalimat :
“Sudah dua bulan Srintil menjadi ronggeng. Namun adat Dukuh Paruk
mengatakan masih ada dua tahapan yang harus dilaluinya sebelum Srintil berhak
menyebut dirinya seorang ronggeng yang sebenarnya.” (RDP: 43)
- Alur mundur diceritakan pada bagian pertama novel ini, yang diawali dengan
peristiwa malapetaka yang terjadi di Dukuh Paruk akibat keracunan tempe
bongkrek. Hal ini tergambar dari kutuipan berikut :
“Sebelas tahun yang lalu ketika srintil masih bayi. Dukuh Paruk yang kecil basah
kuyup tersiram hujan lebat. Dalam kegelapan yang pekat, pemukiman yang kecil
itu lengang, amat lengang.” (RDP: 21)
- Alur gabungan digambarkan pada beberapa contoh kalimat berikut :
 “ Dukuh Paruk dengan segalan isinya termasuk cerita Nenek itu hanya bisa
ku rekam setelah aku dewasa. Apa yang ku alami sejak anak-anak
kusimpan dalam ingatan yang serba sederhana.” (RDP:17)
 “ Lebih baik sekarang kuhadapi hal yang lebih nyala. Srintil sudah menjadi
Ronggeng di Dukuh Paruk.” (RDP:19)
 “Tahun 1960 wilayah kecamatan Dawuan tidak aman.” (RDP: 64)
 “ Sebagai laki-laki usia dua puluh tahun, aku hampir dibuatnya menyerah.”
(RDP:63)

3. Latar tempat :
- Novel berlatar utama di Dukuh Paruk. Dapat terlihat dalam kutipan berikut, “Dua
pululuh tiga rumah berada di pendukuhan itu, di huni oleh orang-orang
seketurunan. Di Dukuh Paruk inilah akhirnya Ki Secamenggala menitipkan darah
dagingnya.” (RDP: 10)
- Di tepi kampung. Di tepi kampung ini menjadi latar rasus dan temannya Darsun
dan Warta mencabut batang singkong yang menjadi cerita pertama yang terdapat
dalam novel (RDP: 10).
- Di pelataran yang membatu di bawah pohon nangka. Tempat tersebut merupakan
tempat srintil sering bermain dengan mendedangkan lagu kebanggan para
ronggeng. Selain itu di bawah pohon nangka srintil sering menari dan bertembang
(RDP: 13).
- Di halaman rumah Kartareja. Tempat ini menjadi bagian dari upacara sacral yang
dipersembahkan kepada leluhur Dukuh Paruk sebelum menuju pekuburan dukuh
paruk (RDP: 45)
- Di Pekuburan Ki Secamenggala. Latar ini syarat srintil untuk menjadi seorang
ronggeng yaitu srintil melakukan upacara pemandian di pekuburan ki
secamenggala (RDP: 46)
- Pasar Dawuan. Tempat ini adalah tempat yang dituju rasus ketika meninggalkan
Dukuh paruk. Hal ini secara implicit terdapat dalam kutipan berikut.“Sampai hari-
hari pertama aku menghuni pasar Dawuan, aku menganggap nilai-nilai yang
kubawa dari Dukuh Paruk secara umum berlaku pula di semua tempat (RDP:
84).”.
- Di Hutan. Tempat ini menjadi tempat berburu Rasus, Sersan slamet dan Kopral
Pujo (RDP: 95)
- Di Rumah Sakarya. Latar ini menjadi tempat pertama yang di datangi oleh
perampok ketika ingin merampok harta milik srintil, tapi saat itu srinti sedang
berada di rumah kartareja, hingga akhirnya perampok berbelok ke rumah kartareja
(RDP: 101)
- Di Beranda Rumah Nenek Rasus. Tempat ini menggambarkan ketika rasus pulang
kerumah neneknya ketika dia selesai menangkap perampok yang ada di Dukuh
Paruk, tapi kemudian di kembali menjadi tobang (RDP: 103)

Latar waktu :
- Sore hari, waktu ini tergambar dari kutipan berikut.

“Ketiganya patuh. Ceria di bawah pohon nagnka itu belanjut sampai matahari
menyentuh garis cakrawala.” (RDP: 14). Kutipan di samping, menceritakan tentang
Rasus, Darsun, dan warta ketika mengiringi srintil menari hingga sore hari. Pengarang
menggambarkan waktu ini dengan bahasa yang sederhana yaitu “matahari menyentuh
garis cakrawala”.
- Tengah malam, waktu tengah malam tergambar dari kutipan berikut.

“Seandainya ada seorang di Dukuh Paruk yang pernah bersekolah, dia dapat mengira-
ngira saat itu hampir pukul dua belas tengah malam, tahun 1946.” (RDP:21). Kutipan
di samping, mengambarkan malam sebelum terjadinya keracunan tempe bongkrek
yang dialami masyarakat Dukuh Paruk. Waktu yang ditegaskan dalam kutipan di atas
adalah tengah malam, yang mana waktu tersebut menjadi latar waktu dalam novel ini
- Tengah hari (Siang), terlihat dalam kutipan berikut.

“Namun semuanya berubah menjelang tengah hari. Seorang anak berlari-lari dari
sawah sambil memegangi perut.” (RDP: 24). Kutipan di samping menegaskan bahwa
racun dalam tempe bongkrek mulai bereaksi ketika tengah hari dimana setelah
masyarakat Dukuh Paruk selesai melakukan aktivitas di sawah. Dalam kutipan
tersebut latar waktu yang terjadi tengah hari.
- Pagi hari, digambarkan dalam kutipan berikut.

“Matahari mulai kembali pada lintasannya di garis khatulistiwa. Angin tenggara tidak
lagi bertiup.” (RDP:44). Kutipan di samping merupakan salah satu latar dalam novel
RDP ketika waktu pagi, yang menggambarkan waktu pagi telah terasa.
- Malam hari, tergambar dari kutipan berikut.

“Karena gelap aku tak dapat melihat dengan jelas.” Dari kutipan di samping dapat
diketahui bahwa waktu terjadinya ketika malam hari. Dengan adanya kata gelap yang
memperjelas latar waktu tersebut.
Latar suasana :
- Tenang, tentram

“Sakarya merasa hawa dingin bertiup di kuduknya. Suara hiruk-pikuk bergalau dalam
telinga. Dan tiba-tiba Sakarya terkejut oleh sinar menyilaukan yang masuk matanya.
Matahari pagi muncul di balik awan. “Ah, boleh jadi benar, kematianku sudah dekat,”
gumam Sakarya. Aneh, Sakarya merasakan ketentraman dalam hati setelah bergumam
demikian.”
- Gembira, bangga, bahagia

“Kegembiraan itu lahir dan berkembang dari Dukuh Paruk. Berita cepat tersiar bahwa
pada malam perayaan Agustusan nanti Srintil akan kembali meronggeng. Kurang dua
hari lagi, tetapi sudah banyak orang bersiap-siap. Anka-anak mulai bertanya tentang
uang jajan kepada orangtua mereka. Para pedagang, dari pedagang toko sampai
pedagang pecel bersiap dengan modal tambahan. Juga tukang lotre putar yang selalu
menggunakan kesempatan ketika banyak orang berhimpun.”
- Tegang, genting

“Kenapa Jenganten?”
“Pusing, Nyai, pusing! Oh, hk. Napasku sesak. Dadaku sesak!” Nyai Kartareja
merangkul Srintil. Dia langsung mengerti masalahnya genting karena Srintil tidak lagi
menguasai berat badannya sendiri.
4. Tokoh utama : Rasus dan Srintil. Pengarang menampilkan Rasus sebagai narator
dalam peristiwa novel ini, sedang Srintil ditampilkan sebagai tokoh yang diceritakan
Rasus.
Tokoh pendukung : Santayib, Istri Santayib, Nenek Rasus, Sakarya (kakek Srintil),
Nyai Sakarya (nenek Srintil), Sakum, Ki Kertareja, Nyai Kertareja, Sersan Pujo,
Warta, Darsun, dll.

5. Karakter dan penokohan masing-masing tokoh :


- Rasus : bersahabat, penyayang, pendendam, pemberani
· Bukti bahwa Rasus bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (RDP:4)
· Bukti bahwa Rasus penyayang “ Suatu saat ku bayangkan emak ingin pulang ke
Dukuh Paruk.” (RDP:49)
· Bukti bahwa Rasus pendendam “ Nenek menjadi korban balas dendamku
terhadap Dukuh Paruk......” (RDP:47)
· Bukti bahwa Rasus pemberani “ Aku mengutuk sengit mengapa kopral Pujo
belum juga muncul. Karena tidak sabar menunggu, maka timbul keberanianku”
(RDP:61)

- Srintil : Bersahabat, seorang ronggeng, agresif, Dewasa


· Bukti bahwa Srintil bersahabat “ Sebelum berlari pulang. Srintil minta jaminan
besok hari Rasus dan dua orang temannya akan bersedia kembali bermain
bersama.” (RDP:4)
· Bukti bahwa Srintil seorang Ronggeng “ ......., Srintil mulai menari. Matanya
setengah terpeja. Sakarya yang berdiri di samping Kartsreja memperhatikan ulah
cucunya dengan seksama. Dia ingin membuktikan bahwa dalam tubuh Srintil
telah bersemayam indang ronggeng.” (RDP:10)
· Bukti bahwa Srintil agresif “ aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil
merangkulku, menciumiku. Nafasnya terdengar begitu cepat.” (RDP:38)
· Bukti bahwa Srintil dewasa “ dia tidak mengharapkan uang. Bahkan suatu ketika
dia mulai berceloteh tentang bayi, tentang perkawinan.” (RDP:53)
- Warta : bersahabat, perhatian dan penghibur
· Bukti bahwa Warta bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (RDP:4)
· Bukti bahwa Warta perhatian dan penghibur “Rasus, kau boleh sakit hati. Kau
boleh cemburu. Tetapi selagi kau tak mempunyai sebuah ringgit emas, semuanya
menjadi sia-sia.” (RDP:37) “Tidak apa-apa Warta. Percayalah sahabatku, tak ada
yang salah pada diriku. Aku terharu. Suaramu memang bisa membuat siapa pun
merasa begitu terharu.” (RDP:37)

- Dursun : bersahabat
· Bukti bahwa Dursun bersahabat Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki
sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (RDP:4)

- Sakarya (Kakek Srintil): Penyayang, tega


· Bukti bahwa Sakarya penyayang “dibawah lampu minyak yang bersinar redup.
Sakarya, kamitua di pedukuhan kecil itu masih merenungi ulah cucunya sore tadi.”
(RDP:8)
· Bukti bahwa Sakarya tega “Jangkrik!” sahutku dalam hati. “kamu si tua bangka
dengan cara memperdagangkan Srintil.” (RDP:63)

- Kartareja dan Nayi Kartareja : mistis, egois


· Bukti bahwa Kartareja dan Nyai Karateja mistis “Satu hal disembunykan oleh
Nyai Kartareja terhadap siapa pun. Itu ketika dia meniuokan mantra pekasih ke ubun-
ubun Srintil.”(RDP::9) “Tiba giliran bagi Kartareja. Setelah komat-kamit sebentar,
laki-laki itu memberi aba-aba....” (RDP:26)

- Sakum : hebat
· Bukti bahwa Sakum hebat “ Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti
secata seksama pagelaran ronggeng.” (RDP:9)

- Nenek Rasus : penyayang, penyabar, mudah pikun


· Bukti bahwa Nenek Rasus pikun “ Ah, semakin tua nenekku. Kurus dan makin
bungkuk. Kasian, Nenek tidak bisa banyak bertanya kepadaku. Linglung dia.”
(RDP:62)

- Santayib (Ayah Srintil) : bertanggung jawab, keras kepala


· Bukti bahwa Santayib bertanggungjawab “ Meski Santayiborang yang paling
akhir pergi tidur, namun dia pulalah pertama kali terjaga di Dukuh Paruk.....”
(RDP:12)
· Bukti bahwa Santayib keras kepala “Kalian, orang Dukuh Paruk. Buka
matamu, ini Santayib! Aku telah menelan seraup tempe bongrek yang kalian katakan
beracun. Dasar kalian semua, asu buntung! Aku tetap segar bugar meski perutku
penuh tempe bingrek. Kalian mau mampus, mampuslah! Jangan katakan tempeku
mengandung racun......” (RDP:15)
- Istri Santayib : Keibuan
· Bukti bahwa Istri Santayib keibuan “ Srintil bayi yang tahu diri. Rupanya dia
tahu aku harus melayani sampean setiap pagi.” (RDP:12)

- Sulam : penjudi dan berandal, sombong


· Bukti bahwa Sulam penjudi dan berandal “ Dia juga kenal siapa Sulam adanya;
anak seorang lurah kaya dari seberang kampung. Meski sangat muda, Sulam dikenal
sebagai penjudi dan berandal.” (RDP:42)
· Bukti bahwa Sulam sombong “ Sebuah pertanyaan yang menghina, kecuali
engkau belum mengenalku. Tentu saja aku membawa sebuah ringgit emas. Bukan
rupiah perak, apalagi kerbau seperti anak pecikalan ini.” (RDP:42)

6. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui novel
“Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan mampu melihat
seseorang itu tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari hatinya. Dan agar kita
mau berpikir mengenai tragedi-tragedi kemanusiaan yang terjadi disekeliling kita.
Jangan gampang terpengaruh dengan keadaan duniawi karena suatu saat penyesalan
akan datang dalam hidupmu, segala sesuatu akan kembali kepadaNya. Kehidupan
fana dalam hura-hura dunia dapat mencekam masa depanmu!

KEGIATAN 2
Menganalisis Unsur Kebahasaan Novel
Unsur Keterangan
Kebahasaan
Gaya Bahasa Perbandingan
1. Simile - Suaranya melengking seperti kelana panjang. (RDP: 9)
(perbandingan = ini menjelaskan bahwa suara sepasang burung bangau yang pada saat
bersifat eksplisit) itu sedang terbang dan berputar-putar di atas langit sambil berteriak
sekeras-kerasnya dan terasa sangat lama seperti seseorang yang
melakukan perjalanan panjang.
- Emak sudah mati, ketika hidup ia secantik Srintil, tampilan emak
bagai citra perempuan sejati (RDP. 33)
- Mereka mendengus dan menggeram seperti macan berhasil
menerkam menjangan. (RDP : 141)
= kalimat di atas jelas mengibaratkan manusia seperti hewan (macan)
yang mendengus dan menggeram ketika melihat dan mendapatkan
mangsanya.
- Pohon-pohon yang bergoyang itu tampak olehnya sebagai
kelompok manusia dalam tarian aneh. (RDP: 159-160)
= dalam cerita dijelaskan bahwa Sakarya yang dengan pandangan mata
kabur melihat pepohonan yang bergoyang tampak seperti sekelompok
manusia yang menari, namun dengan tarian yang aneh dan dengan wajah
yang mengerikan.
- Srintil berlari seperti pipit dikejar alap-alap. (RDP : 278)
= digambarkan seekor burung pipit yang ketakutan melihat burung besar
dan terbang dengan secepat mungkin. Pengarang hendak menggambarkan
betapa cepatnya Srintil berlari karena ketakutan melihat jip yang identik
dengan tentara pada masa itu.
2.Metafora - Ketiak daun kelapa (RDP : 14)
(membandingkan = dibuktikan dengan pengarang membandingkan dua hal yang berbeda
secara implisit) yakni “ketiak” yang identik dengan bagian tubuh manusia dan “daun”
yang merupakan bagian dari tumbuhan.
- Sorot matanya menyala (RDP : 122)
= pengarang membandingkan dua hal yakni mata Srintil sebagai salah
satu bagian fisik manusia dan “menyala” ibaratnya api.
- Membuat luka di hati Srintil (RDP : 142)
- Rasus sama-sama berdarah Dukuh Paruk (RDP : 274)
3.Personifikasi - Ketika angin tenggara menyapu harum bunga kopi yang selalu
(menggambarka mekar di musim kemarau. (RDP : 13)
n benda mati - Cahaya membuat bayangan temaran di atas tanah kapur. (RDP :
seolah hidup) 14)
- Dalam kerimbunan daun-daunnya sedang dipagelaran harmoni
alam. (RDP : 111)
- Namun api dan kesumat telah menunjukkan keangkuhannya di
Dukuh Paruk. (RDP : 260)
4.Metonimia - Marsusi bersedia memberi sebuah vespa bila sampean mau
(menamai benda (RDP: 288)
dengan
menggunakan
nama yang sudah
terkenal)
5.Depersonifikasi - Andaikata ada orang yang percaya akan kegetiran yang melanda
(menggambarka hatiku. (RDP : 62)
n manusia - Andaikata burung-burung menmpunyai tingkat kesadaran
menjadi atau seperti manusia, mereka akan melihat Marsusi yang gelisah.
memiliki sifat- (RDP : 293)
sifat benda mati)
Gaya Bahasa Pertentangan
1.Antitesis - Perang antara suara hati dan suara nuraninya semakin seru.
(perbandingan (RDP : 25)
antara dua = arti “perang” yaitu permusuhan antara dua pihak atau lebih. Sedangkan
antonim atau suara hati dan suara nurani memiliki arti perasaan pada seseorang. Makna
kata yang perang antara suara hati dan suara nuraninya semakin seru yaitu
mengandung ciri- perlawanan antara sifat mansusiawi atau duniawi dan hal yang berkaitan
ciri semantik dengan moral atau religius.
yang
bertentangan)
2.Hiperbola - Ini cukup untuk kukatakan bahwa yang terjadi pada dirinya
(mengandung seribu kali lebih hebat daripada kematian karena kematian itu
pernyataan sendiri adalah anak Kandung kehidupan manusia. (hlm. 386)
berlebihan)
- Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekalipun
( hlm. 394)

- Aku dapat melihat mutiara- mutiara jiwa dalam lubuk yang


paling pingit (hlm. 394)
- Kedua unggas kecil itu telah melayang beratus - ratus bahkan
beribu- ribu kilometer mencari genangan air (hlm. 9)

- Dalam pemukiman yang sempit, hitam, gelap, gulita, pekat,


terpencil itu lengang sekali, amat sangat lengang (hlm. 21)

- Aku membiarkan Dukuh Paruk tetap cabul, kere, bodoh, dungu


dan sumpah serapah (hlm. 391)
3.Litotes - Aku sadar betul diriku terlalu kecil bagi alam (hlm. 66)
(menyatakan
sesuatu dengan - Aku terkejut menyadari semua orang di tanah airku yang kecil
tujuan ini memenuhi segala keinginanku (hlm. 104)
merendahkan
diri) - Kita ini memang buruk rupa tapi punya suami dan anak anak
(hlm. 339)
Gaya Bahasa Penegasan
1.Repitisi - Mereka hanya ingin melihat Srintil kembali menari, menari dan
(pengulangan menari (hlm. 140)
berkali-kali) - Srintil sedang berada dalam haribaan Dukuh Paruk yang tengah
- tidur lelap selelap lelapnya, merenung dan terus merenung
(hlm.156)
- Yang kelihatan adalah perempuan perempuan pekerja,
perempuan-perempuan bergiwang serta perempuan perempuan
berkalung besar (hlm. 235)
2.Pleonasme - Kubayangkan seorang perempuan kulemparkan dengan tanganku
(pemakaian kata sendiri ke atas kobaran api itu. (RDP : 87)
yang berlebih, = dapat dikatakan bahwa jika melempar sesuatu secara otomatis
yang sebenarnya menggunakan tangan sebagai media. Oleh karena itu, penggunaan tangan
tidak perlu dapat dihapus. Karena tidak mengubah arti kalimat tersebut.
dikatakan lagi) - Tahi kambing itu meski busuk dan menjijikkan, namun mampu
menyuburkan daun-daun tembakau di tanah gersang. (RDP :
185)
= Arti busuk yaitu berbau tidak sedap. Dalam hal ini keadaan di mana
menjijikkan.
Gaya Bahasa Pertautan atau Ironi
1. Sinekdoke a) Pars prototo (menggunakan sebagian dari suatu hal yang menyatakan
keseluruhan)
- Celoteh di sudut pasar itu berhenti karena kehabisan bahan
(RDP: 126)
= padahal yang dimaksudkan tidak hanya sudut pasar tapi seluruh
wilayah pasar
2.Sarkasme - Dower merasa berat dan mengutuk Kartareja dengan sengit “Si tua
(lebih kasar dari bangka ini sungguh sungguh tengik !” (hlm. 71)
ironi dan -“Kertareja memang bajingan. Bajul buntung,” jawabku, mengumpat
sinisme) dukun ronggeng itu. (hlm. 49)
- Kalian mau mampus mampuslah tapi jangan katakan tempeku
mengandung racun (hlm. 28)
C. Kel wisnu
D. MERANCANG NOVEL
Untuk membuat karangan novel memang tidak mudah. Jumlah halaman novel
tidak sesedikit cerpen. Oleh sebab itu, diperlukan alur yang lebih panjang dan konflik
yang beragam. Di sinilah penulis dituntut memiliki kreativitas untuk mencipta alur yang
menarik, impresif, dan tidak monoton. Selain banyak latihan, penulis juga harus membaca
banyak buku novel sebagai bentuk study banding terhadap karya orang lain.
Lalu, bagaimana cara merancang novel? Apa yang harus dipersiapkan terlebih
dahulu? Tentunya pertama kali yang harus Anda lakukan ketika akan menulis novel
adalah mencari ide. Tema apa yang akan Anda tulis. Carilah ide yang Anda kenal dan
Anda kuasai dengan baik. Mulailah dengan hal-hal kecil di sekitar Anda. Menulis sesuatu
yang Anda tahu akan lebih mudah karena Anda sudah tahu seluk beluknya. Misalnya,
Anda mencintai dunia seni lukis. Jadikan seni lukis sebagai ide penulisan novel dengan
menceritakan sesuatu yang berhubungan dengan seni lukis tersebut.
Adapun langkah-langkah dalam merancang novel adalah sebagai berikut:
1. Tema. Pilih dan kembangkan tema yang Anda pilih dan kembangkan hingga
bisa menjadi cerita yang menarik.
2. Karakter. Menciptakan karakter yang kompleks dan membuat masala-masalah
yang muncul.
3. Setting. Novel tentu dimulai dari pemilihan settingnya, misalnya dengan
membuat cerita mengenai suatu tempat dengan melakukan riset lebih banyak
mengenai budaya dan apa yang dilakukan orang-orang pada zaman itu.
4. Daur ulang ide. Karena tidak ada cerita yang benar-benar asli atau autentik,
buatlah ide yang sudah ada menjadi lebih fresh.
5. Favorite things. Segala hal yang menarik menurutmu bisa menjadi dasar
sebuah ide. Misalnya kamu menyukai musik gitar. Buatlah karakter khas
novelmu yang benar-benar terobsesi dengan novel.
6. Permainan kata. Sebuah kata bisa dikembangkan menjadi sebuah inspirasi dari
cerita yang akan ditulis sehingga menjadi menarik bagi pembaca.
7. Cerita yang dimulai dari impianmu sendiri dan tampak tidak masuk akal bisa
menjadi masuk akal dalam cerita fiksi.
8. Kisah nyata. Biasanya kisah nyata bisa menginspirasi salah satu adegan dalam
cerita novel.
9. Pengalaman pribadi dan teman-teman. Sebagian besar penulis diam-diam
curhat terselubung dalam novelnya.
Begitulah tips dan trik sederhana bagi penulis pemula untuk memulai menulis
novel. Dan yang tidak kalah penting bagi seorang penulis adalah mereka harus
memiliki gairah tinggi dalam membaca buku untuk menambah wawasan dan
pengetahuannya. Tidak cukup penulis hanya mengandalkan idenya sendiri tanpa
melakukan studi banding terhadap karya-karya orang lain. Dari karya orang lain
itulah, penulis bisa belajar tentang bagaimana penulis lain memilih diksi, menciptakan
alur yang menarik, dan menggunakan tatabahasa Indonesia yang benar.

KEGIATAN 1
Merancang Novel Dengan Memperhatikan Isi
Tugas
1. Tema apa yang akan kamu angkat dalam tulisan novelmu?Pilihlah salah satu tema
berikut ini!
Persahabatan
2. Siapa sajakah tokoh-tokoh dan tentukan tokoh antagonis, protagonis, dan tritagonis
pada kolom berikut ini!
Protagonis - Silvany : pemalas, pintar, memiliki
tekad yang kuat

Antagonis - Katty : pintar, sombong, suka


mengganggu

Tritagonis - Alice : ramah


- Clara : ramah
3. Bagaimanakah alur yang akan kamu gunakan?Pilih salah satu!
Alur Maju
4. Dimanakah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial yang akan kamu ceritakan?
Tempat Rumah Silvany, ruang kelas, kantin
sekolah

Waktu Pagi hari


Sosial Menyedihkan, menyenangkan,
mengharukan

Tulislah kembali rancangan novel seperti kolom berikut ini di buku tugasmu!
Judul Usaha Si Anak Baru
Tokoh dan Karakter - Silvany : pemalas, pintar, memiliki
tekad yang kuat
- Katty : pintar, sombong, suka
mengganggu
- Alice : ramah
- Clara : ramah
Alur Maju : menceritakan runtut mulai dari awal
Silvany masuk ke sekolah baru,
adaptasinya, hingga ia bisa menjadi juara
kelas
Latar Tempat : rumah Silvany, ruang kelas, kantin
sekolah
Waktu : Pagi hari
Suasana : menyedihkan, menyenangkan,
mengharukan
Amanat - Kesombangan akan membuahkan
kehancuran
- Usaha tidak akan mengkhianati hasil
- Jangan suka mengejek orang lain,
karena orang yang kita ejek mungkin
suatu saat akan menjadi lebih baik
daripada kita
- Meminta maaflah jika telah melakukan
kesalahan

KEGIATAN 2
Merancang Novel Dengan Memperhatikan Kebahasaan
Setelah menyelesaikan tugas pada kegiatan 1, buatlah ringkasan gambaran cerita yang ingin
kamu tulis dalam bentuk paragraf!
Usaha Si Anak Baru
Hari sudah pagi, saatnya memulai aktifitas. Tetapi, Silvany masih tidur. Ia sangat
malas untuk bangun. Sedangkan hari ini, hari pertama ia sekolah di sekolah barunya.
Beberapa saat kemudian, ia pun terbangun dan ia juga sadar bahwa ia telat.
Namanya Silvany Huang, nama panggilannya Silvany. Ia sangat gemuk, karena ia
sangat suka makan. Ia juga pandai memasak dan pintar. Tapi, ia perempuan yang pemalas.
Umurnya 13 tahun, sekarang ia kelas 8. Silvany buru-buru mandi, gosok gigi, dan sarapan.
Lalu, ia berangkat ke sekolah. Ia dari keluarga yang kaya, bahkan ia juga punya sopir
pribadi.
Setelah sampai di sekolah, ia menatap sekolah barunya itu. Ia tampak senang,
karena sekolahnya sangat bagus, dari pada sekolah lamanya. Ia pun masuk ke dalam, dan
banyak murid lain yang melihatnya. Lalu, ia mencari kelasnya dan akhirnya ketemu
namanya. Ia masuk ke dalam dan duduk di bangku yang kosong.
“Hai, kamu anak baru pindahan dari mana?, dan mengapa tubuhmu sangat
gemuk?.” kata anak yang sombong itu.Kedua temannya pun tertawa. Silvany sangat marah,
tapi ia hanya sabar dan diam saja.
Bel pun berbunyi, saatnya memuali pelajaran. Bu Guru pun masuk dan menyuruh
Silvany memperkenalkan diri. Ia pun maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri. Saat
ia menyebutkan hobinya, semua teman sekelasnya tertawa. Ia hanya terdiam dan malu.
Lalu setelah selesai, ia balik ke tempat duduknya.
Bel istirahat pun berbunyi, semua anak pada keluar kecuali Silvany. Ia belum
mempunyai teman, ia lapar dan Ia pun pergi ke kantin. Ia tak tau kantin dimana, ia
mengelilingi semua bagian sekolah, dan menemukan kantin. Disana banyak makanan
kesukaannya yang dijual. Setelah membeli makanan ke kantin, ia balik lagi ke kelas. Di
kelas, ia hanya duduk diam di bangkunya dan makan. Anak sombong dan temannya tadi
menghampirinya.
“Makan sendirian ya? Jangan makan banyak-banyak nanti tambah gemuk” kata
anak sombong itu.
“Hei, katty! Kau nggak boleh kayak gitu sama Silvany. Itu kan hak dia mau makan
atau nggak!” kata anak di samping Silvany
Anak sombong itu hanya tertawa dan pergi. Silvany pun berterima kasih kepada
anak yang membelanya tadi.
“Terima kasih, sudah membelaku.” kata Silvany
“ya, sama-sama. Namaku Clara dan temanku ini Alice. Apakah kau mau beteman
dengan kami?” tanya Clara
“Hai Clara, Alice salam kenal. Tentu saja aku mau.” jawab Silvany senang.
“Oh iya, yang mengejekmu tadi itu namanya Katty dan teman kembarnya itu
namanya molly dan holly. Ia sangat pandai, setiap ada ujian ia pasti menjadi juara kelas.”
kata Alice.
Sekarang hari-hari Silvany sangat menyenangkan bermain dengan Clara dan Alice
di sekolah. Ia sangat senang beteman dengan mereka. Tapi, ia juga kesal karena ada
gangguan dari Katty dan teman-temannya. Katty makin hari makin keterlaluan. Ia
mengejek dan mengejek terus Silvany. Silvany pun juga makin kesal, dan ia berniat untuk
menguruskan badannya dan belajar dengan giat untuk ujian akhir nanti dan mengalahkan
Katty. Ada waktu 3 bulan lagi untuk mempersiapkan ujian akhir.
Dua bulan pun berlalu, sekarang nilai Silvany menjadi lebih bagus dan sering
mendapatkan nilai 100 pada latihan maupun ulangan harian. Ia juga rajin mengerjakan pr.
Berat badannya pun semakin berkurang dan ia sekarang rajin berolahraga.
Akhirnya ujian akhir pun dimulai. Kini Silvany menjadi cantik dan tubuhnya tak
gemuk lagi. Silvany mengerjakan soal dengan hati-hati dan teliti. Setelah selesai ujian, ia
langsung pulang dan istirahat sejenak lalu belajar.
Ujian akhir pun selesai, hasilnya akan keluar hari ini. Silvany sangat deg deg kan
dan tidak sabar menunggu hasilnya. Bu Guru pun masuk dan mengumumkan hasilnya.
“Juara kelas kita hari ini adalah Silvany Huang” kata Bu Guru
Silvany sangat senang dan gembira. Ia tak menyangka bisa juara kelas. Katty pun bersedih,
karena dikalahkan oleh Silvany. Katty meminta maaf atas perlakuannya dan berteman
dengan Silvany.

Anda mungkin juga menyukai