Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan
meningkatnya strata pendidikan keperawatan di Indonesia, sistem tekhnologi
keperawatan juga makin berkembang disamping akses informasi yang sangat
cepat di seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada kemajuan yang cukup
berarti di keperawatan (Jasun, 2006). Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK) yang merupakan paket perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket
perangkat lunak ini mempunyai progam-progam atau modul-modul untuk
mengklasifikasikan pasien, pembentukan staf, penjadwalan, catatan personal,
dan laporan bertahap. Modul-modul ini mungkin termasuk seperti
pengembangan anggaran, alokasi sumber dan pengendalian biaya, analisa
kelompok diagnosa yang berhubungan, pengendalian mutu, catatan
pengembangan staf, model dan simulasi untuk pengambilan keputusan,
rencana strategik, ramalan permintaan jangka pendek dan rencana kerja dan
evolusi progam.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep pengembangan tekhnologi dan sistem informasi
keperawatan
2. Pengembangan apa saja yang telah diterapkan dalam sistem informasi
keperawatan?
C. Tujuan
1. Untuk mempelajari perkembangan teknologi dan sistem informasi
kesehatan dan keperawatan.
2. Untuk mengetahui teknologi dan sistem informasi yang telah diterapkan
di dalam sistem informasi keperawatan
D. Manfaat
1. Bagi Penulis: Menambah wawasan pengetahuan mengenai teknologi dan
sistem informasi dalam kesehatan dan keperawatan.
2. Bagi Pembaca: Memberikan wawasan tentang teknologi dan sistem
informasi dalam kesehatan dan keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengantar dan pengertian sistem informasi kesehatan


Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelola informasi di
seluruh tingkat pemerintahan secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundang-undangan yang
menyebutkan sistem informasi kesehatan dalah Kepmenkes Nomor
004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang
kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932 /Menkes /SK/ VIII/ 2002 tentang
petunjuk pelaksanaan pengembangan sistem informasi kesehatan dari sudut
pandang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan state of the art teknologi
informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi
informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data
yang disajikan tidak tepat.
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai
pada akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit pada waktu itu telah
memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah
Sakit Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri,
juga berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa
rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun,
tampaknya komputerisasi dalam bidang pe-rumah sakit-an, kurang
mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem nformasi tersebut, lebih
disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi
faktor-fakor penetu keberhasilan (critical succes factors) dalam implementasi
sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan
dan perubahan yang cepat dalam segala haljuga terjadi di dunia pelayanan
kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan
bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan pemerintahan dalam
suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global. Perubahan-
perrubahan di negara lain dalamberbagai sektor mempunyai dampak terhadap
sistem pelayanan kesehatan.
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak
terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada
bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi
komputer dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang dengan
sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari segi
pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun
akan ada cara untuk dilakukan melalui media komputer, dengan catatan
bahwa pengguna juga harus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya.
Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah
ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya.
Rumah sakit, sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan masyarakat
akan melayani transaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan
tindakan dalam banyak hal akan mempengaruhi kondisi dan rasa nyaman dari
pasien. Semakin cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien.
Semakin besar jasa layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula
jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap
dalam kondisi terpadu. Karena selain memberikan layanan rumah sakit juga
harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi
tersebuat, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan
komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya dalam upaya
membantu penanganan manajemen yang sebelumnya dilakukan secara
manual.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang
ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta
ditandai adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam
upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan
tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa
mulai dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke
pelosok. Setiap unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan
program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes
tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling
terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke
tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi
yang saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program
kesehatan yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui,
difahami, diantisipasi dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Departemen
Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut
SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari
kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan
sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya.
Dengan demikian sangat dibutuhkan dibangunnya sistem informasi
kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program
dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan
informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di pusat.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum
terintegrasi, Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh
diperlukan waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
di berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk
mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/
informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem
informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk
memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
B. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar
yang harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun
sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi
komputer dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi
Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi
adalah sistem informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang
mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi
dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sitem yang dinamis
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu
disadari bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagi suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki
umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
tersebut ditentukan diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi tersebut
b. Perkembangan teknologi informasi
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas
sistem informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang
tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi.
Usaha untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu
organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat
dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara
berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem
informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada
dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras,
yaitu aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer).
Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan
mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem
informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek
komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di
akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari
pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para
pengguna sistem informasi tersebut dimana, para pengguna sangat terkait
dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada aspek manual.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat
bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari
sistem informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas
dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan
seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan
Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan
Operasionalisasi. Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan
berbagai faktor seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada
waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa
mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi dan
perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi
keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam
implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan sistem informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh. (holistic)
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka
mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam
mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi
tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-
fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam
organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari pimpinan
organisasi tersebut. Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi
seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan
aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas
dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental
atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang menyeluruh
akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu
aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana.
Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah
satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan
informasi tersebut:
a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja
b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan
kedudukan/peringkat organisasi tersebut dalam persaingan lokal
maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis
yang mudah dipahami. Dalam semua kepustakaan yang membahasa
konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi
yang cukup luas cangkupannya. Oleh karena itu, dalampenjabaran sering
digunakan istilah sebagai berikut:
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi

Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-


masing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masingmasing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan.
Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman
maupun penamaan. Pada beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran
sampai 5 tingkat, misalnya sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan
dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai tingkatan
aplikasi.

C. Contoh Teknologi dan Sistem Informasi


1. Entity Relationship Diagram (ERD)
Perlu adanya analisis terhadap sistem yang sedang berjalan, sebelum
melakukan perancangan sistem, dengan tujuan untuk mengevaluasi
permasalahan, hambatan- hambatan yang terjadi, dan kebutuhan-
kebutuhan yang diharapkan, sehingga dapat diusulkan perbaikannya.
Tujuan dari analisis dan evaluasi sistem adalah untuk menganalisa
terhadap sistem pengolahan data pelayanan kesehatan kunjungan pasien
mulai dari pendaftaran pasien baru, pendaftaran pasien lama (registrasi),
pencatatan, pemeriksaan, pengambilan obat sampai pembuatan laporan
pada sistem yang sedang berjalan. Berdasarkan hasil temuan Analisa
terhadap sistem yang sedang berjalan terdapat beberapa masalah yang
Timbul terutama prosedur pelayanan kesehatan Kunjungan Pasien Yang
berobat, diantaranya:
a. Pencatatan kunjungan pasien mulai dari pendaftaran, pencatatan
hasil temuan pemeriksaan, pencatatan obat dan pencatatan data
lainnya, tetapi penyimpanan data masih tidak teratur.
b. Pencarian data berupa data lama yang sulit, menimbulkan masalah
pencarian untuk review kunjungan pasien lama. Apabila kartu pasien
tidak dibawa atau hilang, maka pasien dianggap sebagai pasien baru
selain itu, dokter dan perawat mengalami kesulitan dalam
penanganan selanjutnya karena datanya tidak ada.
c. Pencatatan penerimaan pengeluaran obat yang tidak teratur, sehingga
tidak dapat mengontrol stok yang ada.
d. Pembuatan laporan kunjungan pasien, laporan penyakit Pasien,
laporan penerimaan dan pengeluaran ada obat sering terlambat dan
tidak akurat karena mengalami kesulitan dari data yang direkap pada
tumpukan berkas sehingga banyak watu yang akan terbuang dalam
pembuatan laporan.
e. Kepala puskesmas mengalami kesulitan dalam mengontrol aktivitas
pelayanan kunjungan pasien, karena sangat rumit dalam pengelolaan
datanya.

Entity Relationship Diagram (ERD) digunakan untuk menggambarkan


hubungan antar tabel dengan memperjelas tujuan, untuk review
hubungan antar tabel penyimpanan. ERD terdiri dari sekumpulan objek
dasar, yaitu entitas dan hubungan antar entitas- entitas yang saling
berhubungan dalam sistem informasi pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Dalam hal ini rumah sakit tersebut dapat menggunakan Sistem
Operasi Windows dan Microsoft SQL Server 2000 dengan melakukan
pengujian pada program tersebut terlebih dahulu.
2. Telehealth
Contoh alat kesehatan yang yang terintegrasi pada teknologi yang baru-
baru saat ini adalah Telehealth. Jenisnya ada dua, yaitu store forward
dan real time teknologi.
a. Teknologi simpan dan sampaikan (store forward), gambar yang
didapatkan dari elektronik seperti x ray, dapat dikirimkan sebagai
spesialis untuk diinterpretasi. Radiologi, dermatologi, patologi
adalah contoh spesialisasi yang sangat kelihatan menggunakan
teknologi ini.
b. Teknologi real time, adalah teknologi yang membuat pasien dan
provider berinteraksi dalam waktu yang sama. Banyak alat
telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi dua arah
menggunakan teknologi real time dalam telehealth. Teknologi
realtime memfasilitasi komunikassi dua arah baik audio maupun
video, yang bbisa digunakan dalam telehealth.
c. Salah satu bentuk telehealth adalah homecare, yaitu
melangsungkan perawatan menggunakan audio dan video interaktif
antara pasien dan perawat tanpa harus bertemu secara langsung.
Telenursing adalah bagian dari telehealth, telenursing menawarkan
program kolaboratif dan mengurangi biaya pasien.
d. Salah satu bentuk teknologi lainnya dalam pelayanan kesehatan
adalah teknologi augmented reality, yaitu teknologi yang baru-baru
ini merupakan terobosan baru di bidang interaksi. Augmented
reality adalah teknologi interaksi yang menggabungkan dunia nyata
dengan dunia maya. Tujuan penggunaan augmented reality ini
menambahkan pengertian dan informasi pada dunia nyata dimana
sistem augmented reality mengambil dunia nyata sebagai dasar dan
menggabungkkan beberapa teknologi dengan menambahkan data
konsektual agar pemahaman seseorang menjadi jelas. Di dalam
bidang kesehatan, teknolohgi augmented reality dapat diterapkan
adalah simulasi bedah jantung. Dengan teknologi ini calon dokter
ataupun petugas kesehatan dapat belajar sebelumnya atau
mengembangkan ilmunya dengan menggunakan perangkat simulasi
yang diintegrasikan dengan teknologi augmented reality. Beberapa
komponen yang diperlukan dalam pembuatan augmented reality
adalah:
1) Komputer
2) Head Mounted Display (HMD)
3) Marker

Komputer digunakan untuk mengendalikan semua proses yang akan


terjadi dalam sebuah aplikasi. Penggunaan komputer ini disesuaikan
dengan aplikasi yang ingin digunakan. Head Mounted Display
(HMD) merupakan perangkat keras yang digunakan sebagai display
atau monitor yang akan menampilkan obyek 3D atau informasi yang
ingin disampaikan oleh sistem. Marker merupakan gambar dengan
warna hitam dan putih berbentuk persegi. Implementasi teknologi
augmented reality ini telah berkembang dengan pesat. Beberapa
bidang yang telah menggunakan teknologi augmented reality adalah
bidang militer, kesehatan, pendidikan dan dunia industri. Selain itu
teknologi augmented reality implementasinya di bidang kedokteran
atau bidang medik adalah membuat sebuah sistem operasi virtual.
Operasi atau bedah virtual ini bertujuan untuk membantu para tenaga
medik untuk belajar sebelum melaksanakan operasi secara nyata.
Informasi yang terpasang dalam sistem augmented reality akan
membantu dokter maupun tenaga medis dalam bertindak. Dengan
menggunakan augmented reality ini maka seorang dokter dapat
mensimulasikan terlebih dahulu sebelum melakukan proses operasi.
Sehingga diharapkan hasil dari operasi akan berjalan lancar dan
dapat mengurangi kesalahan.
Penggunaan teknologi augmented reality dapat membantu manusia
dalam memecahkan suatu permasalah dalam mengunakan atau
mempelajari sesuatu. Dengan menggunakan teknologi ini diharapkan
pengguna dapat berinteraksi secara nyata dengan benda virtual yang
telah di gabungkan dengan kondisi atau keadaan di dunia nyata.
Dengan demikian pengguna akan mendapatkan pengalaman baru
dalam berinteraksi dengan sistem yang dibuat. Proses interaksi yang
dimaksud adalah user akan merasakan langsung obyek yang akan di
pelajari.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelola informasi di seluruh
tingkat pemerintahan secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat. Teknologi dan sistem informasi dalam dunia
kesehatan sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas kesehatan dan
keperawatan. Teknologi dan sistem informasi yang canggih mampu
menunjang pendokumentasian data klien dan penyembuhan pasien pada
penyakit tertentu, juga dapat membantu meringankan beban pekerjaan tenaga
kesehatan. Dengan adanya teknologi dan sistem informasi yang canggih ini
juga mampu meminimalisir adanya kesalahan- kesalahan. Sehingga sangat
dibutuhkan dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di
dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor
kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan
jaringan informasi di pusat.
1. Saran
Teknologi dan sistem informasi sangat membantu dalam melakukan
pekerjaan, tetapi sebaiknya teknologi tersebut tidak disalahgunakan,
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/sik%20dan%20sirs.pdf
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/472/1i.pdf?sequence=1
https://core.ac.uk/download/files/379/18605562.pdf

Anda mungkin juga menyukai