Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.

Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

Karakteristik Daging dengan Penambahan NaCl pada


Berbagai Waktu Aging Post Mortem

Wahniyathi Hatta1, Joko Hermanianto2, Rarah R.A. Maheswari3

Intisari

Upaya mempertahankan karakteristik daging yang tetap tinggi setelah


pemotongan perlu dilakukan, karena terkait erat dengan tingkat kesukaan
konsumen dan nilai ekonomis daging dan produk olahannya. Salah satu metoda
yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan garam (NaCl). Penelitian ini
betujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan garam terhadap
karakteristik daging selama tujuh hari aging post mortem. Sampel daging dibagi
atas tiga kelompok perlakuan penambahan garam, yakni : aging tanpa
penambahan garam, penambahan garam pada hari ke-0 sebelum aging, dan
penambahan garam pada setiap hari ke-i aging. Penambahan garam dilakukan
dengan membaluri permukaan sampel daging selama lima menit. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa penambahan garam pada hari ke-0 sebelum
aging, memberikan nilai pH, kelarutan protein larut garam dan daya mengikat
air (Water Holding Capasity) daging yang tertinggi dibanding perlakuan
lainnya. Meskipun penambahan garam sebelum aging tersebut dapat
meningkatkan karakteristik daging, akan tetapi penurunan karakteristik daging
selama penyimpanan tujuh hari aging post mortem tidak dapat dicegah.

Key Words : Ph, Daya Mengikat Air, Protein Larut Garam, Nacl, Aging,
Daging

Abstract

It is important to maintain meat characteristics after slaughtering because its


relationship with preferences and economics values of meat and meat product. Salt
addition is an alternative. The aim of this research was to observe influence of salt
addition on meat characteristics during the first 7 day of post mortem aging. Meat

1 Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
2 Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
3 Staf Pengajar Fakultas Peternakan, IPB

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 258
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

sample was divided into three groups of salt added treatments : 1) without salt addition,
2) salt added at one day prior to aging, and 3) salt added every day along aging period.
The results showed that salt added at the zero day was to increase pH, solubility of salt-
soluble protein, and water holding capasity (WHC) to a higher level compared to the
other two treatments. Although salt addition may increased the meat characteristics,
decreasing these characteristics could not be avoided when the meat stored for 7 day post
mortem aging.

Key Words : Ph, Water Holding Capacity, Salt-Soluble Protein, Nacl, Aging,
Meat

Pendahuluan sebagian besar membeli daging


Daya mengikat air (Water melalui pedagang perantara. Hal
Holding Capasity/WHC) daging ini menyebabkan pengolahan
adalah faktor penting yang menen- daging hanya dapat dilakukan
tukan kualitas daging maupun beberapa jam setelah pemotongan
produk olahannya, yakni berhu- dengan kemungkinan kualitas
bungan dengan kekuatan mengikat daging yang telah menurun.
air dan lemak yang tinggi, Berdasarkan hal-hal tersebut di
kepuasan sensori yang optimal dan atas, perlu diupayakan metode
juga pengurangan kehilangan yang dapat mempertahankan
berat selama pengolahan dan kualitas daging yang tetap tinggi
penyim-panan (Hamm, 1981). setelah pemotongan dan setelah
Daging dengan daya mengikat air penyim-panan post mortem.
yang tetap tinggi setelah Berbagai hasil penelitian
pemotongan sangat dibutuhkan memperlihatkan bahwa WHC
untuk meng-hasilkan produk berkaitan erat dengan sifat
olahan dengan kualitas optimal. kelarutan protein daging (Warner
Daging yang diolah segera et al., 1997; Joo et al., 1999). Sifat
setelah pemotongan secara umum kelarutan protein ditentukan oleh
mempunyai sifat mengikat air perubahan pH daging setelah
yang maksimum. Lokasi pemotongan dan faktor luar seperti
pemotongan hewan dengan kekuatan ionik dan jenis pelarut
tempat pengolahan daging yang yang digunakan (Prusa & Bowers,
umumnya berjauhan menyulitkan 1984; Choi, 1989; Boles & Swan,
untuk merealisasikan ketentuan 1997). Sejalan dengan upaya
tersebut, selain itu khususnya mempertahankan kualitas daging
pengolah pada tingkat industri yang tetap optimal meskipun telah
menengah dalam masya-rakat kita, melalui penyimpanan tanpa

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 259
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

penambahan biaya produksi yang nyata, maka dilanjutkan dengan


berarti, perlu dipertimbangkan Uji Berganda Duncan (Mattjik dan
perlakuan peningkatan kekuatan Sumertajaya, 2002).
ionik melalui penambahan garam. Penambahan garam dilaku-
Penelitian ini dilakukan untuk kan dengan cara membaluri
mempelajari kemungkinan mem- sampel daging dengan 2% garam
pertahankan karakteristik daging (berdasarkan berat daging) dan
yang tetap tinggi setelah pe- didiamkan selama 5 menit untuk
motongan dan selama penyim- memberikan kesempatan garam
panan tujuh hari aging post mortem berinteraksi dengan komponen
dengan perlakuan penambahan daging. Sampel daging dari setiap
garam. perlakuan dikemas dalam kantong
plastik tertutup rapat dan
Materi dan Metode disimpan dalam lemari pendingin
Penelitian dilakukan di (± 2oC) hingga hari pengukuran
Bagian Pengolahan Pangan dan paramater.
Bagian Kimia Pangan, Fakultas Parameter karakteristik
Teknologi Pertanian, IPB. Bahan daging yang diukur meliputi : pH
utama yang digunakan adalah (AOAC, 1999), kelarutan protein
garam (NaCl) dan daging sapi Ras larut garam (Prusa & Bowers,
Sumba Ongol bagian paha yang 1984), dan WHC (Hamm, 1972,
diambil kurang lebih empat jam dikutip Soeparno 1992). nilai ph
setelah pemotongan. daging perlakuan a1 sebesar 5,88
Rancangan penelitian yang merupakan ph awal penambahan
digunakan adalah Faktorial RAL 3 garam dilakukan pada perlakuan
x 4 dengan faktor pertama adalah a2. nilai tersebut telah mendekati
penambahan garam (A), yakni : A1 titik isoelektrik protein daging (5,5)
= aging tanpa penambahan garam, yang berarti gugus muatan protein
A2 = penambahan garam pada hari daging netral (swatland, 1984).
ke-0 sebelum aging, dan A3 = Penurunan ph daging sapi yang
penambahan garam pada setiap normal menurut aberle et al. (2001)
hari ke-i aging. Faktor kedua mencapai 5,6 hingga 5,7 dalam
adalah waktu aging post mortem (B), waktu 6 hingga 8 jam post mortem.
yakni B1 = hari ke-0, B2 =hari ke-1, pada penelitian ini pengukuran ph
B3 =hari ke-3, dan B4 = hari ke-7. hari ke-0 dilakukan sekitar 4 jam
Setiap perlakuan diulang dua kali. setelah pemotongan. penurunan
Apabila hasil analisis ragam nilai ph yang agak cepat tersebut
menunjukkan perbedaan yang dapat disebabkan proses glikolisis

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 260
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

berlangsung agak cepat karena setelah 24 jam post mortem masih


ternak yang digunakan sebagai menun-jukkan kisaran nilai normal
sampel berasal dari peme-liharaan yaitu 5,3 hingga 5,7 (Aberle et al.
rakyat secara ekstensif. meskipun 2001).
demikian, nilai pH (Tabel 1)

Tabel 1. Rata-Rata Nilai pH Daging pada Berbagai Waktu


Penambahan Garam dan Aging Post Mortem
Waktu aging hari Penambahan garam
Rata-rata*
ke- A B C
0 5,88 5,98 5,98 5,95a
1 5,65 5,76 5,72 5,71b
3 5,56 5,73 5,72 5,67c
7 5,63 5,79 5,67 5,68bc
Rata-rata* 5,67 a 5,82 b 5,77 c

Keterangan :angka yang diikuti huruf superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01); A : tanpa penambahan
garam, B : penambahan garam pada hari ke-0, dan C : penambahan garam
pada hari ke-i aging post mortem.

Hasil dan Pembahasan Hal ini menunjukkan bahwa


Kelarutan Protein Larut Garam perlakuan penambahan garam
Kelarutan protein merupa- baik pada awal aging ataupun pada
kan faktor penting dalam setiap hari ke-i aging dapat
pengolahan daging terutama meningkatkan kelarutan protein
produk olahan giling. Hal ini larut garam daging. Penambahan
disebabkan sebagian besar sifat garam dapat meningkatkan ke-
fungsional protein seperti gelasi, larutan protein disebabkan garam
emulsifikasi, dan daya mengikat melemahkan interaksi di antara
air serta lemak terkait erat dengan gugus protein yang berbeda muat-
kelarutan protein. an (Honikel 1989). Ion klorida (Cl-)
Penambahan garam ber- garam akan berikatan dengan
pengaruh sangat nyata (P<0,01) gugus positif protein menyebab-
terhadap kelarutan protein larut kan muatan total protein menjadi
garam daging, yakni kelarutan negatif sehingga terjadi gaya tolak-
protein larut garam perlakuan A2 menolak di antara gugus protein
dan A3 sangat nyata lebih tinggi tersebut karena memiliki muatan
dari perlakuan A1 (Tabel 2). yang sama. Gaya repulsif meng-
akibatkan ruang di antara protein
yang berdekatan, seperti miofibril

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 261
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

dan filamen, meluas sehingga akhirnya larut karena ikatan antara


protein mengembang dan pada protein semakin melemah.

Tabel 2. Rata-Rata Kelarutan Protein Larut Garam Daging (%) pada


Berbagai Waktu Penambahan Garam dan Aging Post Mortem
Waktu Aging Penambahan Garam
Rata-rata*
hari ke- A B C
0 1,62 1,85 1,90 1,79a
1 1,34 1,83 1,57 1,58b
3 1,51 1,79 1,64 1,65b
7 1,16 1,47 1,54 1,39c
Rata-rata* 1,41 a 1,74 b 1,66 b

Keterangan : angka yang diikuti huruf superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01); A : tanpa penambahan
garam, B : penambahan garam pada hari ke-0, dan C : penambahan garam
pada hari ke-i aging post mortem.

Kelarutan protein larut akibat muatan negatif protein


garam perlakuan A2 yang tidak masih lebih banyak dari muatan
berbeda nyata dengan perlakuan positif karena nilai pH yang relatif
A3 dapat disebabkan kondisi lebih tinggi. Faktor penyebab
daging pada saat penambahan lainnya adalah kondisi kontraksi
garam pada perlakuan A2, telah otot yang masih fleksibel (Xiong
mendekati fase awal rigor sehingga 1997) sehingga pengembangan
ikatan silang aktomiosin yang protein masih intensif karena
mulai terbentuk membatasi ikatan silang aktomiosin belum
interaksi ion garam dengan protein terbentuk. Penurunan konsentrasi
yang mengakibatkan peng- ATP otot setelah penyembelihan
embangan protein juga berkurang. menyebabkan pergerakan kon-
Waktu aging juga ber- traksi dan relaksasi filamen aktin
pengaruh sangat nyata (P<0,01) dan miosin menjadi terganggu
terhadap kelarutan protein larut yang mencapai puncak ketika
garam. Kelarutan protein larut sumber energi telah habis terpakai
garam pada hari ke-0 aging relatif dan ototpun memasuki fase rigor
lebih tinggi dibanding hari aging yakni filamen aktin dan miosin
lainnya (Tabel 2). Hal ini membentuk ikatan silang yang
disebabkan interaksi antara ion kuat dan irreversibel. Pembentu-
protein pada hari ke-0 masih lemah kan ikatan silang tersebut mem-

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 262
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

batasi interaksi pelarut dengan panan. Penambahan atau kehi-


protein daging dan menyebabkan langan air selama pengolahan akan
penurunan tingkat kelarutan mempengaruhi berat akhir daging
protein larut garam setelah 24 jam dan produk olahannya, sehingga
post mortem. berdampak pada nilai ekonomis
Kelarutan protein larut daging. Kadar dan distribusi air
garam cenderung menurun juga berpengaruh terhadap sifat-
dengan meningkatnya waktu sifat daging terutama kekerasan,
aging. Penu-runan pH post mortem juiciness, kekenyalan dan penam-
hingga 5,5 menyebabkan ruang di pakan.
antara protein menyempit akibat Penambahan garam pada
interaksi protein yang tinggi daging berpengaruh nyata (P<0,05)
karena jumlah gugus bermuatan terhadap kemampuan daging
positif dan negatif seimbang mengikat air. Nilai WHC
sehingga gaya tarik-menarik men- perlakuan A2 dan A3 lebih tinggi
jadi maksimal yang mengakibat- dibanding A1 (Tabel 3).
kan kelarutan protein menurun. Hasil yang diperoleh mem-
perlihatkan keterkaitan WHC
Daya Mengikat Air dengan nilai pH dan tingkat
Daya mengikat air adalah kelarutan protein, yakni pening-
kemampuan daging untuk me- katan nilai pH dan tingkat
nyerap dan mempertahankan air kelarutan
selama perlakuan mekanis, pema-
nasan, transportasi dan penyim-

Tabel 3. Rata-Rata Daya Mengikat Air Daging (%) pada Berbagai


Waktu Penambahan Garam dan Aging Post Mortem
Waktu aging Penambahan garam
Rata-rata*
hari ke- A B C
0 86,98 91,05 90,94 89,66
1 80,85 86,01 85,16 84,00
3 81,90 88,84 90,43 87,06
7 81,03 89,81 89,06 86,63
Rata-rata* 82,69 a 88,93 b 88,90 b

Keterangan : angka yang diikuti huruf superskrip berbeda pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,05); A : tanpa penambahan
garam, B : penambahan garam pada hari ke-0, dan C : penambahan garam
pada hari ke-i aging post mortem.

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 263
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

protein memberikan nilai WHC jarak antara protein menjadi kecil


yang meningkat pula. sehingga ruang untuk menyimpan
Penambahan garam dapat air juga berkurang. Nilai pH
meningkatkan WHC berhubungan daging tanpa penambahan garam
dengan perubahan volume protein yang mendekati titik isoelektrik
miofibril (Offer et al. 1989). protein miofibril (sekitar pH 5,5)
Sebagian besar air dalam sel menyebabkan pengembangan
otot tersimpan pada miofibril, protein miofibril terbatas karena
yaitu di antara filamen aktin dan filamen berdekatan cenderung
miosin. Perubahan WHC daging tarik-menarik akibat muatan
disebabkan volume miofibril protein netral. Hal ini meng-
berubah. Apabila volume miofibril akibatkan ruang untuk menahan
bertambah akibat pengembangan, air kurang tersedia sehingga WHC
terjadi penambahan air dan daging menurun.
sebaliknya kehilangan air terjadi Nilai WHC perlakuan A2
jika miofibril menyusut. Per- yang tidak berbeda nyata dengan
ubahan volume tersebut dipeng- perlakuan A3 disebabkan penam-
aruhi oleh gaya interaksi dalam bahan garam pada perlakuan A2
protein. Penambahan garam dapat dilakukan pada saat pH daging
meningkatkan volume miofibril hampir mendekati pH awal rigor
karena ion klorida garam mengikat yaitu 5,9 sehingga menurunkan
gugus positif protein yang pengaruh repulsi elektrostatik
menyebabkan muatan total protein garam karena pengembangan
menjadi negatif sehingga terjadi protein dibatasi oleh ikatan silang
gaya tolak-menolak di antara aktin dan miosin yang mulai
molekul protein. Gaya tolak- terbentuk, selain itu, penggaraman
menolak tersebut mengakibatkan daging sebelum fase rigor tidak
ruang di antara protein bertambah memberikan perlindungan ter-
sehingga memberikan tempat yang hadap kehilangan protein miofibril
lebih banyak untuk mengikat air. larut selama penyimpanan
Volume miofibril cenderung (Pearson & Young, 1989) yang
menyusut tanpa penambahan merupakan komponen pengikat
garam disebabkan gaya interaksi utama air dalam daging.
yang terjadi dalam protein adalah Penambahan garam hanya dapat
gaya tarik-menarik akibat muatan mempertahankan WHC tetapi
negatif dan positif protein tidak dapat mengembalikan sifat
seimbang. Hal ini menyebabkan tersebut ke tingkat yang sama

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 264
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

sebelum penggaraman dilakukan Daftar Pustaka


karena penambahan garam Aberle, E.D., J.C. Forrest, D.E.
mengakselerasi pemecahan ATP. Gerrard and E.W. Mills.
Penambahan dan distribusi garam 2001. Principles of Meat
secara merata pada daging, oleh Science. Fourth Edition.
karena itu, harus dilakukan Kendall/Hunt Publishing
secepatnya sebelum penurunan Company, Iowa.
ATP mencapai nilai yang [AOAC] The Association of Official
memungkinkan terbentuknya Analytical Chemists. 1999.
ikatan silang aktin dan miosin. Official Methods of
Analysis of AOAC
Kesimpulan International. 16th Edition.
1. Penambahan garam ber- AOAC, Gaither Sburgh.
pengaruh sangat nyata (P<0,01) Belitz, H.D. and W. Grosch. 1999.
terhadap pH dan kelarutan Food Chemistry. Second
protein larut garam, serta Edition. Springer Verlag
berpengaruh nyata (P<0,05) Berlin.
terhadap WHC daging Boles, J.A. and J.E. Swan. 1997.
2. Waktu aging post mortem Effects of brine ingredients
berpengaruh sangat nyata and temperature on cook
(P<0,01) terhadap pH dan yields and tenderness of
kelarutan protein larut garam, pre-rigor processed roast
tetapi tidak berpengaruh nyata beef. Meat Science. 45 : 87
terhadap WHC daging – 97.
3. Interaksi penambahan garam Choi, Y. 1989. Effects of salt and
dengan waktu aging post phosphate on protein
mortem tidak berpengaruh extraction of beef muscle
nyata terhadap pH, kelarutan homogenate. Korean J.
protein larut garam, dan WHC Anim. Sci. 31: 47–52.
daging Hamm, R. 1981. Post-mortem
4. Penambahan garam pada hari changes in muscle affecting
ke-0 aging post mortem (± empat the quality of comminuted
jam setelah pemotongan), meat products. In :
belum dapat menekan Lawrie, R. (Ed). Deve-
penurunan pH, kelarutan lopments in Meat Science
protein larut garam, dan WHC 2. Applied Science Publis-
daging selama aging post hers, London.
mortem.

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 265
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

Honikel, K.O. 1989. The meat Biochemistry. Academic


aspects of water and food Press, California.
quality. In : Hardman, T.M. Prusa, K.J. and J.A. Bowers. 1984.
(Ed). Water and Food Protein extraction from
Quality. Elsevier Applied frozen, thawed turkey
Science, London. muscle with sodium
Joo, S.T., R.G. Kauffman, B.C. Kim nitrite, sodium chloride,
and G.B. Park. 1999. The and selected sodium
relationship of sarco- phospate salts. Journal of
plasmik and myofibrillar Food Science. 49 : 709 –
protein solubility to colour 713.
and water-holding capacity Soeparno. 1992. Ilmu dan Tek-
in porcine longissimus nologi Daging. Gadjah
muscle. Meat Science. 52 : Mada University Press,
291 – 297. Yogyakarta.
Mattjik, A.A. dan I.M. Sumer- Swatland, H.J. 1984. Structure
tajaya. 2002. Perancangan and Development of Meat
Percobaan. Jilid ke-1. IPB Animals. Prentice Hall,
Press, Bogor. New Jersey.
Ockerman, H.W. 1983. Chemistry Warner, R.D., R.G. Kauffman and
of Meat Tissue. Ohio State M.L. Greaser. 1997. Muscle
Univ., Columbus. protein changes post
Offer, G., P. Knight, R. Jeacocke, R. mortem in relation to pork
Almond, T. Cousins, J. quality traits. Meat Science.
Elsey, N. Parsons, A. Sharp, 45 : 339 – 352.
R. Starr and P. Purslow. Xiong, Y.L. 1997. Structure
1989. The structural basis Function Relationships of
of the water-holding, ap- Muscle Proteins. In :
pearance and toughness Damodaran, S. and A. Paraf
of meat and meat (Ed). Food Proteins and
products. Food Micro- Their Applications. Marcel
structure 8 : 151 – 170. Dekker, New York.
Pearson, A.M. and R.B. Young. Zayas, J.F. 1997. Functionality of
1989. Muscle and Meat Proteins in Food. Springer
Verlag, Berlin.

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 266
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging Post 259
Mortem
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan Nopember, 2006,Vol.IX. No .4.
Akreditasi Nomor : 34/DIKTI/Kep/2003, Tanggal, 10 – 06 – 2003.

Karakteristik Daging Dengan Penambahan NaCl pada Berbagai Waktu Aging


260Post
Mortem

Anda mungkin juga menyukai