Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
2.1 Beton
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah,
atau agregat-agregat lain yang dicampur jadi satu dengan suatu pasta yang terbuat
dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau
lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik
tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu
pengerasan. Agregat mempunyai peran sebagai penguat , semen (matriks)
mempunyai kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah berperan sebagai pengikat
dan air (mixer) sebagai media pencampur untuk menghomogenkan komposisi
penyusun dan kontak luas permukaan.
Susunan beton secara umum, yaitu: 7-15 % PC, 16-21 % air, 25-30% pasir, dan
31-50% kerikil. Kekuatan beton terletak pada perbandingan jumlah semen dan air,
rasio perbandingan air terhadap semen (W/C ratio) yang semakin kecil akan
menambah kekuatan (compressive strength) beton. Kekuatan beton ditentukan
oleh perbandingan air semen, selama campuran cukup plastis, dapat dikerjakan
dan beton itu dipadatkan sempurna dengan agregat yang baik”.
2.2 Mortar
Semen
Material semen adalah material yang mempunyai sifat-sifat adhesif dan
kohesif yang diperlukan untuk mengikat agregat-agregat menjadi suatu massa
yang padat yang mempunyai kekuatan yang cukup. Semen merupakan hasil
industri dari paduan bahan baku : batu gamping/kapur sebagi bahan utama, yaitu
bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), dan
lempung/tanah liat yaitu bahan alam yang mengandung senyawa: Siliki Oksida
(SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida
(MgO) atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk
bubuk (bulk), tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau
membatu pada pencampuran dengan air. Untuk menghasilkan semen, bahan baku
tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang
kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang
sesuai.
2.4. Agregat
2. Agregat kasar (kerikil, batu pecah, atau pecahan – pecahan dari Bkast
furnace)
Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa
batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat
batuan induk. Sifat-sifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral,
klasifikasi petrografik , berat jenis, kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas
fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain-lain. Namun, ada juga sifat agregat
yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel,
tekstur dan absorbsi permukaan.
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Butir-butir agregat
dapat bersifat kurang kuat karena dua hal:
1. Karena terhindar dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat
tetapi tidak baik dalam hal pengikatan.
2. Porositas yang besar, porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang
menentukan ketahanan terhadap beban kejut.
Kekerasan atau kekuatan butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak
dipengaruhi oleh lkatan antara butir satu dengan lainnya. Agregat yang lebih kuat
biasanya mempunyai modulus elastisitas (sifat dalam pengujian beban uniaxial)
Butiran yang lemah dan lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika ketahan
terhadap abrasi yang kuat diperlukan. Modulus elastisitas agregat juga penting
diketahui karena memberikan konstribusi dalam modulus elastisitas beton.
Agregat halus adalah pengisi yang berupa pasir, agregat yang terdiri dari
butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan. ( Istimawan Dipohusodo,l999)
Pasir umumnya terdapat disungai-sungai yang besar. Akan tetapi sebaiknya pasir
yang digunakan untuk bahan-bahan bangunan dipilih yang memenuhi syarat.
Syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut:
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara (0,l5 mm dan 5 mm).
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur dengan pengaruh
perubahan cuaca atau iklim.
3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (persentase berat dalam
keadan kering).
4. Bila mengandung lumpur lebih dari 5% maka pasirnya harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organic, garam, minyak, dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat yang berukuran lebih
besar dari 5 mm. sifat yang paling penting dari suatu agregat kasar adalah
kekuatan hancur dan ketahanan terhadap benturan yang dapat mempengaruhi
ikatannya dengan pasta semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang
mempengaruhi daya tahan terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan
agresi kimia. Serta ketahanan terhadap penyusutan.
1. Batu pecah alami : Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami
yang digali, yang berasal dari gunung merapi.
2. kerikil alami : kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi
maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
3. Agregat kasar buatan : terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya hasil dari proses lain
seperti dari blast – furnace dan lain – lain.
Air sangat diperlukan dalam pembuatan beton, beton tidak akan terbentuk
tanpa adanya air sebagai campurannya. karena semen tidak akan bereaksi dan
menjadi pasta apabila tidak ada air. Air selalu diperlukan dalam campuran beton,
tidak saja untuk proses hidrasi semen, tapi juga mengubah semen menjadi pasta
sehingga beton menjadi lecak dan mudah dikerjakan terutama pada saat
penuangan beton dalam cetakan.
- Mudah mengerjakannya
- Kekuatan rendah
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi syarat – syarat
sebagai berikut :
. 1. Air tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, bahan padat, sulfat,
klorida, dan bahan lainnya yang dapat merusak beton, sebaiknya digunakan
air yang dapat diminum
2. Air yang keruh sebelum digunakan diendapkan selama minimal 24 jam atau
jika dapt dissaing terlebih dahulu.
pH 4,0 – 8.5
2. 6. Styrofoam
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur dari
benda uji. Pengujian kuat tekan dilakukan saat sampel berumur 7 hari, 14 hari, 21
hari dan 28 hari. Jumlah sampel yang di uji adalah 96 sampel dengan bentuk
kubus. Yang terdiri dari 12 buah beton normal, 12 buah beton dengan campuran
styrofoam 5%, 12 buah beton dengan campuran styrofoam 10%, 12 buah beton
dengan campuran Styrofom 15%. 12 Mortar normal, 12 Mortar dengan campuran
Styrofoam 5%. 12 Mortar dengan campuran styrofoam 10%, dan 12 Mortar
dengan campuran styrofoam 15% .
Kuat tekan beton dapat diperoleh dengn menggunakan rumus :
P
fc = ....................................................................(1)
A
(sumber : RSNI, 2005)
Dimana :
Dimana :