Anda di halaman 1dari 13

KRISTUS SEBAGAI KEPALA GEREJA, IBADAH DAN IMAN KRISTIANI

Sarce Manda

Institut Agama Kristen Negeri Toraja

mandasarce@gmail.com

Abstrak: Gereja telah ada sejak jaman rasul-rasul mendapatkan perintah dari Tuhan untuk
menyebarkan kabar sukacita dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Gereja mula-mula saat itu
merupakan sekumpulan orang percaya yang bersekutu untuk beribadah kepada Tuhan. Gereja
adalah tubuh Kristus kol 1:18;ef.1:22 dan sumber kehidupan gereja tanpa Dia tidak akan ada Gereja
.kristus adalah pendiri gereja (Mat 16:18) Yesus disebut kepala gereja, sebutan Kristus sebagai
kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan ,tetapi Kristus sungguh-sungguh menjadi
kepala atas jemaat-Nya bahkan Kristus adalah kepala dari segala yang ada, sebab segala sesuatu
telah di letakkan di bawah kaki-Nya (Efesus 1:22-23). Gereja juga memperoleh identitasnya dari
kristus , karena dia adalah sumber dan dasar dan pembentuk kepercayaan dan ajaran-ajaran gereja.
Namun, gereja lebih dari hal ini, sama penting dengan identitasnya. Kristus dan firman-Nyalah
sebagaimana yang ditunjukkan dalam kitab suci yang menentukan apa yang sebenarnya gereja itu.
Dalam Ef.5:23-27 Paulus menggunakan hubungan antara Kristus dan Gereja-Nya untuk
mengilustrasikan jenis hubungan yang harus ada antara suami dan istri. Apakah hubungan antara
Kristus dan gereja-Nya.

Gereja harus tunduk pada kepala, yaitu Kristus dan tunduk pada otoritas-Nya, pengakuan
kita terhadap Kristus sebagai kepala menolong kita mengingat kepada siapa kita seharusnya setia,
yaitu kepada Tuhan sendiri bukan kepada orang lain. Gereja haruslah di organisir, tetapi organisasi
tersebut selalu harus tunduk kepada otoritas Yesus, sang pemimpin sejati Gereja. Didirikan diatas
Kristus sebagai dasarnya, jemaat itu harus menaati Kristus sebagai kepalanya. Kristus adalah
kepala gereja , gereja ada dari Dia , oleh Dia dan bagi-Nya. Sebagai anggota gereja kita harus tetap
hidup didalam-Nya menaati dan memuliakan-Nya.

Kata kunci : kristus, kepala gereja, iman kristiani

A. Pendahuluan

Dilihat dari asal usulnya Gereja dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa portugis “igreja” dalam bahasa portugis merupakan serapan dari bahasa latin yang diserap
pula dari bahasa yunani Berbicara mengenai gereja bukanlah hal yang gampang. Masa kini banyak
orang beranggapan bahwa gereja adalah tempat ibadah orang kristen, atau gereja adalah bangunan
untuk orang Kristen memuji Tuhan. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya,
sebagai umat yang terpanggil dan dihimpunkan oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju
kepada Yesus Kristus yang adalah terang dunia (1Petrus2:9-10, dan Yohanes 8:12). Persekutuan
tersebut menjadi saksi dari kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus kepada dunia (Kis.1:8).
Dengan demikian Gereja menjadi sebuah persekutuan dimana Kristus yang menjadi dasar
terbentuknya. Oleh karena itu, gereja dipanggil dan diutus untuk melayani dunia ini. Bukan hanya
sekedar melayani, namun juga gereja juga menjalankan misinya menghadirkan damai sejahtera
yang dari Kristus ditengah-tengah dunia ini. Penafsiran konserfatif terhadap (Mat. 28:18-20).
Se;lalu menjadi inspirasi yang kuat dan memainkan peranan yang sangat penting dalam
pelaksanaan pekerjaan pekabaran injil yang dilakukan misi-misi Kristen (Gereja). Misi yang
menjadikan murid-murid bagi Kristus yang bersaksi menegnai iman dalam hatinya. Sesuai dengan
hakekatnya gereja terpanggil untuk memberitakan dan menghadirkan kerajaan Allah yaitu
keselamatan melalui Yesus Kristus tugas panggilan ini yang merupakan pengutusan gereja sampai
saat ini. Sebagai sebuah persekutuan, gereja adalah esa. Keesaan merupakan tubuh kristus dimana
Yesus kristus adalah kepala dan dasar gereja ide tentang gereja sebagai tubuh kristus banyak di
jumpai dalam tulisan-tulisan Paulus dalam Roma 12 dan 1Kor. 12, adapun pokok utamaq dari hal
ini adalah Gereja merupakan persekutuan timbal balik, saling pengertian saling merasa bergantung
yang satu dengan yang lain sebagai anggota persekutuan. Meskipun tubuh Kristus yang merupakan
hal yang Alkitabiah, banyak anggota-anggota persekutuan yang tidak terbiasa dengan hal ini
mereka mengirah bahwa hubungan antara mereka dengan Yesus adalah hubungan yang bersifat
individual. Pertumbuhan sebuah gereja di tentukan juga oleh kinerja yang baik dari para pelayan
dalam melakukan proses penggembalaan di tengah jemaat, oleh karena itu seorang gembala yang
baik di tuntut untuk dapat memimpin dan memelihara domba-domba Allah dengan baik. Namun
banyak sekali gembala yang melakukan tugas kegembalaanya di tengah-tengah jemaat yang di
pimpinnya. Gereja juga harus mempunyai visi dan misi yang jelas dalam menjalankan dan
melangsungkan proses penata layanan di tenga-tenga dunia ini. Gereja juga harus dapat
melaksanakan proses bergerja sesuai visi dan misi yang telah di sepakati tersebut. Salah satu
gereja yang ada di Indonesia bagian barat yang mempunyai visi dan misi yang jelas dalam
melangsungkan proses penata pelayanan bagi kebutuhan jemaatnya. Teologi gereja ini di dasarkan
pada ajaran reformasi dari Yohanis calvin, seorang reformator prancis yang belakangan pinda ke
jenewa (Swis) dan memimpin gereja di sana. Gereja sebagai persekutuan kudus yang lahir dalam
dunia melaksanakan amanat Yesus Kristus dan pertumbuhan dan perkembangan Gereja itu sendiri.
Seriiring dengan perkembangan zaman, Geeja dituntut untuk sanggup mengkaji dan merencanakan
langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai kondisi yang diharapkan dalam pelayanan
terhadap umat-Nya. Untuk dapat melayani efektif maka seorang pelayan yang juga adalah seorang
pemimpin perlu memiliki dan menyadari motivas yang dimilikinya.

Tujuan pembahasan

- Mendeskripsikan proses perumusan tema-tema


- Mengidentifikasi faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam perumusan tema-tema
 Penelitian terkait tema
- Membangkitkan motivasi gereja dan jemaat dalam melakukan pelayanan yang lebih baik
terhadap sesama dan jemaat
- Memberikan konsep dasar bagi pekerja Gereja dan Teolog dalam membangun sosiologi
Gereja yang baik dan Teologi misi di Indonesia
B. Metodologi penelitian

Kajian ini menggunakan metode Etika kristologi dalam kaitan dengan teologi praktis. Dalam
metode ini, pribadi dan perilaku Yesus kristus sebagaimana di persaksikan dalam sumber-sumber
teologis di jadikan gambaran ideal bagi pembentukan karakter, dan inspirasi bagi pengembangan
moralitas Masa kini. Pengenalan terhadap Yesus kristus disini di tunjukkan kepada eksistensinya
sebagai manusia yang kongkrit, bukan pertama-tama pada dimensi keilahiannya seperti di
rumusakan dalam kredok-kredok gereja. Etika kristologis tidak bertujuan menghasilkan tiruan-
tiruan Yesus di masa kini. Etika kristologi juga bukan sekedar mengajarkan ulang ajaran-ajaran
Yesus. Yang di harapkan adalah karakter dan perilaku Yesus kristus berpengaruh secara siknifikan
pada sikap moral-moral orangorang percaya dan mengikutnya. Tulisan ini membatasi kajian
tentang pribadi dan perilaku Yesus kristus pada aspek kepemimpinannya. Sumber yang di gunakan
adalah kitab-kitab injil dalam Akitab yang di pahami sebagai suatu kesatuan yang saling
melengkapi. Kaitan dengan teologi praktis di batasi pada masalah kepemimpinan gerejawi dan
implikasinya kepemimpinan secara umum dalam masyarakat.

Pembahasan

Gereja sebagai tubuh

Gereja sebagai tubuh menekankan hubungan diantara anggota tubuh (Roma 12:4,5: 1 korintus
12:12). Sama seperti tubuh secara fisik gereja memiliki funsi tertentu untuk dilaksanakan , tubuh
Gereja memiliki satu kepala yang adalah Kristus dan anggota-anggotanya tubuh sebagai jemaat.
Gereja secara keseluruhan adalah membawa umat manusia untuk berkumpul bersama sebagai
keluarga Allah, seperti layaknya sebuah keluarga, gereja digambarkan memiliki keterkaitan
hubungan antar anggotanya, dengan baptisan air dan roh yang seturut dengan firman Allah
(Yohanes 3:3) jemaat dilahirkan dengan pemberitaan Injil yang menjadikan setiap jemaat satu
keluarga. Gereja disebut keluarga Allah menunjukkan hubungan yang tidak terpisahkan satu sama
lain, tidak merasa asing antara satu dengan yang lainnya.

Gereja adalah tubuh gereja, sebagai tubuh Kristus Eksistensi Gereja bergantung pada-Nya
kepala (Kolose 1:18;Efesus 1:22) dan sumber kehidupan Gereja. Gereja juga memperoleh
identitasnya dari Yesus Kristus, karena Dia adalah sumber dan dasar dan pembentuk kepercayaan
dan ajaran-ajaran Gereja. Namun, gereja lebih dari hal ini, sama penting dengan identitasnya.
Kristus dan firman-Nylah sebagaimana yang ditunjukkan dalam kitab suci yang menentukan apa
sebetulnya Gereja itu, gereja mendapatkan identitas dan maknanya dari Kristus. Dalam Efesus 5:23-
27 Paulus menggunakan hubungan antara Kristus dan gerejanya untuk mengilustrasikan jenis
hubungan yang ada antara suami dan istri. Walaupun kita mungkin saja ragu-ragu tentang
kepatuhan karena betapa para pemimpin diabad-abad yang lalu menyalahgunakannya, namun
gereja itu harius tunduk kepada kepala, yaitu Kristus, dan tunduk pada otoritasnya. Pengakuan kita
terhadap Kristus sebagai kepala Gereja menolong kita mengingat kepada siapa seharusnya kita
setia, yaitu kepada Tuhan dan bukan kepada yang lain. Gereja haruslah diorganisir, tetapi organisir
tersebut harus selalu tunduk kepada otoritas Yesus, sang pemimpin sejati Gereja. Didirikan diatas
Kristus seabgai dasarnya, jemaat itu harus menaati Yesus sebagai kepala-Nya. Jemaat itu
seharusnya tidak bergantung pada manusia, atau dikendalikan oleh manusia. Banyak orang
menuntut bahwa suatu jabatan dan tanggung jawab besar dalam Gereja memberi mereka
wewenang untuk mendiktekan apa yang harus dipercayai oleh orang lain dan apa yang harus
mereka lakukan. Tuntutan ini tidak dibenarkan Allah. Juruslamat menyatakan, kamu sekalian ini
bersaudara, semuanya mudah terkena pencobaan, danada kemungkian berbuat kekeliruan. Pada-
nyalah orang yang paling lemah sekalipun boleh bergantung, dan mereka yang menganggap diri
paling kuat sekalipun akan terbukti paling lemah, kecuali mereka menjadikan Kristus menjadi
kesanggupan bagi mereka.

Gereja dalam pengertian Alkitab terdapat di dalam 1 Petrus 2:9 “tetapi kamulah bangsa
yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari dia yang telah mrmanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terangnya yang ajaib. Ada begitu banyak pengertian dan anggapan orang tentang
apa itu gereja, sebagian orang beranggapan gereja hanya sebatas organisasi, yang lain beranggapan
gereja hanya untuk tempat berkumpul dan yang lain beranggapan gereja hanya tempat membuat
dan beradu program. Menanggapi hal ini, Abraham aleks tanusaputera dalam bukunya “batu
penjuru” mengatakan: apabila kita menganggap gereja hanya sebatas organisasi tempat berkumpul
orang-orang untuk mempelajari sebuah buku yang bernama Alkitab, berarti Gereja tidak lebih dari
sebuah lembaga kursus. Atau bila kita memandang Gereja hanya sebagai tempat berdiskusi para
dermawan yang suka memberi sumbangan atau mengadakan aksi-aksi sosial, itu tandanya Gereja
tidak lebih dari sebuah badan sosial. Dan kalau Gereja di penuhi orang-orang yang datang
berkumpul hanya untuk bertemu satu-sama lain, berarti gereja sama saja dengan kegiatan arisan,
bahkan gereja hanya di anggap sebagai tempat beradu program, boleh jadi gereja kala popular
dibandingkan sebuah partai. Jadi gereja bukan menyangkut fisik berupa gedung atau bangunan
yang dapat kita lihat dengan berbagai model, jenis dan ukurannya atau gereja bukan juga organisasi
yang terkotak-kotak sesuai dengan doktrin tyang di yakini masing-masing, walaupun, gereja juga
tidak terlepas dari hal-hal fisik dan organisasi, sebab gereja masih berada di dunia. Semua
organisasi yang ada baik yang bersifat rohani ataupun duniawi memiliki pemimpin atau kepala.
Bahkan organisasi yang terkecil sekalipun yaitu keluarga, memiliki kepala keluarga. Demikian juga
halnya dengan gereja, memiliki yang namaya kepala. Namun kepala gereja bukanlah seorang
gembala, bukan pula seorang ketua sinode paus atau sejenisnya. Gembala memang pemimpin
tertinggi di gereja lokalnya juga sinode memang sebagai pemimpin tertinggi di kumpulan gereja
lokal namun mereka semua bukan kepala geraja, kepala gereja yang sebenarnya dan yang sejatinya
adalah Tuhan Yesus Kristus. Hal-hal uang berkaitan denga Yesus sebagai kepala Gereja:

- Gereja di manapun, dengan nama apapun, aliran apapun jemaat hanya sedikit atau banyak
haruslah Yesus yang menjadi kepala gerejanya. Bila bukan Yesus yang menjadi kepala
Gerejanya, berarti itu bukan gereja, mungkin hanya sebuah yayasan, lembaga.
- Gereja adalah kesatuan dari anggota tubuh kristus. Agar supaya anggota tubuh kristus tetap
harmoni dan sinergis, kristus sebagai kepala gereja sudah memberikan karunia yang
berbeda-beda kepada setiap anggota tubuh Kristus yang bertujuan supaya gereja tetap
eksis dan berkembag ke arahkepenuhan kristus.
- Yesus sebagai kepala geraja bertanggung jawab sepenuhnya terhadap gerejanya, baik untuk
kesatuan gerjanya ( Yohanes 17:21) untuk pembangunan, pertumbuhan dan
manajemennya (Efesus 2:20-22) sampai gerejanya mencapai tujuan akhir (Efesus 4:13-16).
Bahkan melindungi gerejanya sehingga alam maut tidak meguasainya sehingga alam maut
tdak menguasainya (Matius 16:19).
- Yesus sebagai kepala gereja tidak tergantikan oleh siapapun dan sampai kapanpun .

Pendiri Gereja (Matius 16:18), karena itu Yesus disebut kepala Gereja. Istilah kepala
mengandung arti tentang superrioritas Kristus, yaitu berkenan dengan kuasa, pemerintahan, dan
wewenangnya atas gereja (1korintus 11:3;efesus 1:22;4:15;5:23;Kolose 1:18; 2:10). Sebutan
Kristus sebagai kepala ini bukan sekedar kemuliaan atau kehormatan umum. Tetapi Kristus
sungguh-sungguh menjadi kepala atas jemaat-Nya. Bahkan Kristus adalah kepala dari segala kepala
yang ada, sebab segalah sesuatu telah diletakkan di bawah kaki-Nya (Efesus 1:22-23). Sebutan
kepad gereja bagi kristus secara praktis setara dengan sebutan raja. Sebab kepala dan raja sama-
sama memiliki otoritas. Oleh karena kristus adalah kepala geraja, ia memerintah sebagai raja. Roh
yang diberikan kepada raja, juga merupakan alat dimana ia melaksanakan kuas kerajaanya di dalam
dan atas gereja. Selain di sebut kepala gereja, kristus juga di sebut yang sulung, yang pertama
bangkit dari orang mati ( Kolose 1:18). Tentang yang sulung dan yang pertama bangkit dari orang
mati ini kita dapat merujuk pada roma 5:12-21 yang memeriakan pengertian kepada kita bahwa
adam dan kristus terlihat sebagai kepala dari dua keluarga, yaitu adam sumber dosa dan kematin
bagi semua keturunnya, dan kristus sumber kebenaran dan kehidupan bagi semua yang berada di
dalam dia. Karena itu kristus menjadi kepala atas gereja bukanlah kepala secara simbolis. Bukan
pula sebagai gelas penghargaan tetapi kristus menjadi kepala yang sunghuh-sungguh
memberdayakan gerja. Sebab seperti tubuh tidak akan berdaya dan mati tanpa kepala, demikian
pula geraja tidak akan berdaya dan mati tanpa kristus. Atau sebagaimana tubuh menerima arahan
dan dorongan dari kepala, demikian pula setiap

aktivitas gereja harus sesuai dengan kehendak dan perkataan kristus. Tanpa kristus gerja tidak bisa
memikirkan kebenaran dan tidak dapat bertindak dengn benar. Tanpa Kristus, visi misi gereja
menjadi kabur. 1

Gereja di bentuk oleh daya kekuatan roh kudus

- Roh kudus membentuk gereja sebagai komunitas eskatologi

Gereja sebagai karya roh kudu dibentuk dalam dan oleh daya kekuatan rohkudus menuju
saman eskalotogi, zaman akhir. Jurgenmoldman memberikan pernyataan teologis yang amat
penting dalam hal ini, ketika mengatakan “sebagai komunitas kristus secara historis, gereja secara
eskatologis merupakan buah karya roh kudus”. persis pada aspek inilah, roh kudus bekerja,
membangun, dan membentuk gereja sebagai buah karyanya. Gereja merupakan bentuk nyata dari
pengalaman sejarah penyelamatan Yesus kristus. Pengalaman dan kekuatan roh kudus menjadi
tanda kehadiran sejarah penyelamatan Yesus kristus dalam perjalanan menuju zama eskatologis
sebagai ciptaan baru. Sebagai komunitas eskatologis yang dibentuk oelh kekuatan roh kudus, gereja
memang memasuki dan berada dalam zaman dan waktu tertentu, namun begerak menuju
1
kepenuhan janji Allah. Gereja bukan merupakan institusi yang statis, melainkan organisme yag
dinamis, hidup dan berkembang menuju penggenapan pengharapan. Gereja sebagai komunitas
Eskatologi, dalam daya kekuatan Roh Kudus mengalami karya keselamatan pada saat ini menuju
keselamatan pada saat ini menuju kepenuhan masa depan. Itulah sebabnya, dengan mengatakan
bahwa Gereja adalah komunitas Eskatologi yang mengharapkan penggenapan keselamatan masa
depan. Tidak berarti bahwa gereja sekarang ini gereja belum mengalami keselamatan. Keselamatan
sudah ada dalam Gereja berkat daya kekuatan Roh kudus, namun keselamatan itu akan mendapat
penggenapan. Penggenapan Eskatologi ini telah dibuka dan diawali oleh Roh kudus yang
dicurahkan sebagai kepenuhan dan penggenapan janji Allah Bapa dalam Yesus Kristus. Dalam
perspektif Teologi lukas, kaitan antara konsep mengenai gereja dan masalah eskatologi memang
merupakan pokok gagasan yang sangat jelas dikembangkan. Sejak peristiwa wafat dan kebangkitan
Yesus Kristus yang mencurahkan Roh kudus kedalam kehidupan para rasul, gereja mengalami
tantangan dalam kehidupan konkret. Tentangan ini digunakan kepada pararasul terjadi sejak awal
dicurahkannya Roh Kudus hingga perkembangan Gereja selanjutnya. Tantangan pertama erjadi
misalnya ketika para rasul dituduh mabuk anggur manis (Kis2:3) . tantangan lebih lanjut
digambarkan oleh Lukas dalam kisah-kisah penganiayaan terhadap para rasul , menangkapkan dan
pemenjaraan mereka (Kis5:17-25;7:54-8:1a;21:27-36). Dalam situasi sementara itu, gereja
ditantang untuk sedapat mungkin bertahan, berkembang, dan memberian kesaksian mengenai
karya penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus. Justru dalam konteks inilah , peranan Roh Kudus
sebagai daya kekuatan yang membangun Gereja menjadi sangat jelas. Peristiwa pantekosta bukan
hanya membuka pengalaman sejarah keselamatan menuju pengharapan Eskatologis, melainkan
juga mendasarinya. Sebagai daya kekuatan yang membangun Gerejadalam situasi Eclesia pressa
tersebut, Roh kudus memberi dan menjadi kejutan Gereja dalam menghadapi segala macam
tantangan yang ada.

- Roh kudus membentuk Gereja sebagai tubuh Mistik Kristus

Daya kekuatan Roh kudus membentuk Gereja Yesus Kristus sebagai tubuh mistik Yesus Kristus.
Yesus memanggil mereka bersama dan menjadikan mereka menjadi anggota tubuh mistik-Nya.
Dengan demikian, gagasan mengenai gereja sebagai tubuh mistik Kristus bukan sebagai khayalan,
melainkan merupakan cara untuk mengungkapkan kenyataan bahwa anggota-anggota Gereja
menghayati kehidupan Ilahi oleh daya kekuatan Roh kudus. Roh kudus pulah lah yang membuat
Gereja menjadi tubuh mistik Yesus Kristus. Dalam perspektif inilah, peranan Roh Kudus sebagai
jiwa Gereja sungguh-sungguh tampak dan Nampak dirasakan

a. Pemahaman mengenai tubuh mistik Kristus

Sebelum memahami gereja sebagai tubuh mistik Kristus berkat daya kekuatan Roh Kudus
sebagai jiwa Gereja, terlebih dahulu kita akan memahami maksud dari gagasan mengenai tubuh
mistik Kristus. Itulah sebabnya pemahaman mengenai tubuh sebagai Mistik Kristus terutama akan
dipusatkan pada komunitas organisme umat beriman Kristiani dalam Kristus sang kepala dan Roh
Kudus sebagai jiwanya.

b. Gereja sebagai tubuh mistik Kristus


Sebagaimana tubuh manusia terdiri atas kepala dan banyak anggota. Demikian pula gereja
diibaratkan sebagai tubuh, yang juga mempunyai kepala dan anggota-anggotanya. Kepala Gereja
adalah Kristus dan anggota-anggotanya adalah seluruh umat beriman (Kol 1:18) , Jemaah adalah
tubuhnya (Efesus 1:23) karena seluruh tubuh itu, yaitu seluruh umat beriman, dipersatukan
dipelihara dan dipenuhi oleh roh kudus oleh Kristus sendiri. Maka Gereja disebut juga tubuh Mistik
Kristus . Pemahaman mengenai Gereja sebagai tubuh mistik Kristus pertama-tama diungkapkan
secara eksplisit oleh paus pius XII dalam ensklik mistici corporis (MC) , yang dibuat pada tahun
1943. Ensiklip in9 banyak dipuji oleh para teolog oleh suatu ensikip yang pernah dibuat oleh takhta
suci, dan memiliki dasar biblis yang sangat mencolok dan indah. Dalam memberikan uraiannya
mengenai tubuh mistik Kristus, Paus Pius XII menyebutkan bahwa tubuh mistik adalah Gereja. Paus
Pius melayani bahwa Gereja adalah tubuh mistik Kristus.

Otoritas tubuh terletak pada Kristus sang kepala

Alkitab menegaskan bahwa kristus adalah kepala. Allah telah menentukan Kristus menjadi kepala
atas segala sesuatu, tetapi hari ini posisi sebagai kepala tersebut harus terlebih dulu dilaksanakan
dalam Gereja , dan kemudian dalam gereja dilaksanakan atas segala sesuatu. Gereja
adalah”kpenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu” (Ef. 1:23) jika posisi Kristus
sebagai kepala tidak didirikan dalam Gereja , maka posisi tersebut juga tidak dapat didirikan
didalam alam semesta. Arti Kristus sebagai kepala gereja dan gereja sebagai tubuh Kristus,
keduanya berarti bahwa segala otoritas berada dalam Dia, karena segala hayat ada dalam Dia ,
seluruh tubuh mengalami penyempurnaan didalam Dia , tubuh Kristus tidak memiliki hayat-Nya
sendiri “ Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada didalam anak-
Nya” (1Yoh.5:11),kepala harus memerintah agar anggota-anggotanya bisa bergerak , Kristus adalah
otoritas dalam tubuh segala pergerakan anggota tubuhnya harus berada dibawah pengarahan
kepala, Kristus menjadi kepala berarti Dialah yang memiliki Otoritas dalam tubuh. Didalam Gereja
kita semua harus berpegang kepada kepala , entah itu melibatkan pemahaman kebenaran, atau
perkara apa saja. Tempat semua anggota adalah berpegang kepada kepala dan mengakui Dia
sebagai otoritas unik dan tertinggi dalam segala hal.

 Sifat Gereja

Gereja yang dikehendaki Kristus adalah satu (Yoh 17:20-21), kudus (Yoh 17:17)

Ada dua hal sifat Gereja yaitu

Gereja yang kelihatan dan gereja yang tidak kelihatan, ini bukan menunjuk pada dua macam gereja
yang berbeda tetapi terhadap dua aspek dari satu Gereja. Gereja yang kelihatan didalamnya
terdapat gereja yang tak kelihatan, gereja yang tak kelihatan tersimpan didalam Gereja yang
kelihayan , gereja yang kelihatan didalamnya terdapat anggota gereja yang asli dan anggota gereja
yang palsu. Gereja yang Nampak adalah semua orang yang mengaku dirinya Kristen, pengikut
Kristus, sedangkan Gereja yang tidak Nampak karena tidak dapat dilihat dengan mata jasmani yaitu
orang-orang yang dipilih dari semula oleh Allah.
Kristus sebagai kepala

Dalam perjanjian baru digambarkan bahwa Gereja merupakan tubuh, dalam sisi yang lain
digambarkan bahwa Kristus sebagai kepala dari tubuh yaitu kepala dari Gereja-Nya, umat
Allah (Ef 5:23; Kol.1:18). Tubuh Kristus merupakan suatu komunitas yang terdiri dari
orang-orang percaya dan bersama-sama bertumbuh

dalam Kristus dalam pengertian khusus Yesus sebagai kepala Gereja dapat kita pahami bahwa Ia
hidup dengan gereja, mengisi Gereja dengan hidupnya dan

mengatur Gereja secara spiritual (Yoh.15:1-8;Ef.1:10,22,23:2:20-22) pemahaman


bahwa Kristus sebagai kepala gereja memiliki dua hal penting:

a. Kristus adalah dasar Gereja

Matius 16:18 “dan Akupun berkata kepadamu , Engkau adalah Petrus dan diatas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” ayat
tersebut merupakan ayat yang sering digunakan berkenaan dengan dasar Gereja. Bahwa
Yesus merupakan dasar dari suatu Gereja. Sehingga, jika ada suatu perkumpulan yang
menganggap dirinya adalah gereja akan tetapi tidak berlandaskan bahwa Kristus adalah
dasar maka perkumpulan itu bukan Gereja. Melainkan suatu perkumpulan biasa saja yang
tidak berjalan sesuai dengan kehendak Allah.

b. Gereja adalah karya Kristus

Gereja lahir sejak Kristus datang ke dunia, mati di kayu salib, bangkit dan naik ke surge.
Sehingga Gereja merupakan karya Kristus. Gereja merupakan badan yang terdiri dari kumpulan
orang-orang berdosa yang telah ditebus leh Kristus, sang anak Allah.

BENTUK-BENTUK PEMERINTAHAN GEREJA

a. Episcopal

Bentuk pemerintahan Gereja ini kepemimpinan tertinggi terletak ditangan uskup. Uskup
merupakan kunci bagi berfungsinya pemerintahan Gereja, bukan hanya dalam Gereja Katolik
roma yang bentuk pemerintahannya seperti ini namun ada beberapa Gereja yang mengambil
bentuk Episkopal seperti Gereja metodis, gereja Angelikan dan gereja lainnya.

b. Presbiterian

Sistem pemerintahan Gereja yang presbiterian juga memberikan kedudukan yang tinggi kepada
jabatan tertentu, namun sistem ini kurang menekankan satu orang yang menduduki jabatan
tersebut, melainkan beberapa lembaga perwakilan yag menjalankan kekuasaan itu, pejabat kunci
dalam struktur pesbiterian adalah penatua

c. Kongregasional
Bentuk pemerintahan ini menekankan peran anggota setiap jemaat sehingga menjadikan jemaat
lokal pimpinan tertinggi. Dibalik ini ada dua konsep yang mendasari site mini yaitu, otonomi
daerah dan demokrasi yang dimaksud dengan otonomi adalah bahwa jemaat lokal itu berdiri
bebas dan mengatur dieinya sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan demokrasi ialah bahwa
setiap anggota memiliki hal suara.

a. Pemberitaan Firman

Pemberitaan Firman yang dimaksudkan dalam bagian ini bukan hanya terbatas pada penyampaian firman
Tuhan oleh gembala, pendeta yang disampaikan rutin setiap minggunya. Tetapi hal ini berkenan dengan
tugas utama gereja untuk bersaksi. Gereja sebagai agen keselamatan harus mampu memberitakan injil
kerajaan Allah kepada orang bnyak. Sebab misi Gereja untuk memberitakan injil berasal dari Allah.
Sehingga baik gereja dalam pengertian organisasi atau perorangan harus senantiasa memberitakan Injil
kepada orang yang belum percaya sehingga kita dapat mengetahui bahwa orang-orang yang percaya dan
menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya merupakan Umat pilihan Allah.

b. Melalui sakramen

Sakramen yang diakui oleh gereja protestan hanya dua yaitu baptisan dan perjamuan kudud, james
berpendapat dalam tulisannya mengatakan bahwa ada empat unsur yang dapat kita lihat dari sebuha
sakramen yaitu

- Sakramen-sakramen adalah ordinasi-ordinansi (praktek) yang ditetapkan oleh Kristus sendiri


- Sakramen adalah ordinansi-ordinansi dimana unsur material digunakan sebagai tanda-tanda yang
kelihatan dari berkat Allah, seperti halnya air dalam baptisan , roti dan anggur dalam perjamuan
kudus
- Sakramen-sakramen adalah sarana anugerah bagi orang yang layak mengambil bagian dalam
sakramen itu
- Sakramen –sakramen merupakan materai, sertifikasi atau konfirmasi bagi kita akan anugrah yang
Nampak dalam pelaksanaan sakramen

Berdasarkan hal tersebut dapat kita pahami bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus sebagai
Tuhan dan Juruslamatnya maka ia harus dibaptis untuk menerima materai atau sertifikasi atas anugrh
Allah bagi kita. Dan setelah kita menjadi percaya melalui perekutuan dengan orang
percaya ,melaksanakan perjamuan kudus seperti yang telah diperintahkan oleh Yesus. Melalui hal itu
kita masuk dalam persekutuan dengan Allah dan menerima pengampunan atas pengorbanan yang
telah dilakukan oleh Yesus dengan menumpahkan darah-Nya dibukit Golgota untuk menghapuskan
dosa-dosa kita.

 Gereja adalah sakramen Kristus dalam Roh kudus

Gereja adalah saksi Kristus, sang penyelamat dunia, sebab dalam nama-Nya dalam berita tentang
pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala dosa harus disampaikan kepada
segalah bangsa, mulai dari Yerusalem (Luk. 24:47). Dalam konteks Gereja yang di utus menjadi saksi
Yesus Kristus itulah (Luk, 24:48;Kis 1:8) Gereja adalah sakramen Yesus Kristus , Gereja sebagai
sakramen Yesus Kristus berarti bahwa Gereja adalah symbol real yang menghadirkan Yesus kristus
sendiri beserta seluruh karya penebusan-Nya dalam dunia gereja menampakan secara manusiawi Tuhan
kita Yesus Kristus dan karya penebusan-Nya kepada masyarakat dunia. Gereja hanya menjadi bentuk
lahiriah-manusiawi dari Tuhan kita Yesus kristus sang penyelamat, yang kelihatan dan terdengar, dan
dirasakan oleh manusia konkret pada hari ini. Focus dan pusat yang menghadirkan misteri kehidupan
bersama Allah tetaplah Yesus Kristus, yang memungkinkan orang dapat bersatu dan menghampiri hidup
Allah sendiri tetaplah Yesus Kristus. Melalui Gereja, hadirlah Yesus Kristus yang menyelamatkan,
Kristuslah yang sebenarnya memimpin Gereja-Nya. Dialah yang memanggil, memilih umat-Nya dan
mengutus mereka untuk menjadi saksi-Nya, Kristus sendiri hadir, menjiwai dan menggerakkan Gereja
untuk hidup mengarungi sejarah hidup manusia hingga akhir zaman. Secara keliatan Gereja memang
tampak sebagai himpunan sosial, tetapi sebenarnya tetapi secara batin gereja

2. sakramen gereja dalam kitab suci

Istilah Gereja sebagai sakramen tidak terdapat dalam kitab suci ungakapan gereja sebagai sakramen ini
menjadi istilah teknis teologis, baru mulai abad XIX dan diajarkan secara resmi kepada konsili vatikan
(1962-1965). Meskipun begitu, kitab suci sudah mengenal gagasan sakreamentalitas Gereja. Yesus
bersabda kepada murid-murid-Nya. “kamu adalah garam dunia, jika garam itu menjadi tawar, dengan
aoakah ia di asinkan, tidak ada lagi gunanya selain di buang dan diinjak orang, kamu adalah terang dunia.
Kota yang terletak diatas gunung tidak mungkin tersembunyi (Matius 5:13-14), para murid Yesus adalah
seumpama garam dan terang dunia. Yesus tidak berbicara agar murid-murid-Nya hendaknya menjadi
garam dunia atau terang. Orang Kristen tentu berdaya dan mempunyai peran yang menentukan bagi
keselamatan dunia, orang Kristen bagaimana juga akan memancarkan dari hidupnya kesatuan dirinya
dengan Allah dalam Kristus. Orang Kristen yakni Gereja tentu dengan sendirinya. Suka atau tidak
menampakkan keselamatan Allah yang telah dialaminya dalam Kristus, itulah sebabnya Tuhan juga
berkata” Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat
perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu di surge” (Matius 5:16)dari panggilan dan perutusan
murid sebagai garam dan terang dunia ini, kita menemukan makna hidup Gereja yang pada dasarnya tentu
menampakkan keselamatan Allah dalam Yesus Kristus kepada dunia.

Sakramentalitas Gereja juga tercermin dalam doa Yesus kepada bapa untuk murid-murid-Nya Ia
berkata “Aku didalam mereka dan engkau didalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar
dunia tau bahwa Engkau telah yang mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti
engkau mengasihi Aku” (Yoh. 17:23). Dalam teks ini diungkapkan kesatuan antara Bapa dan Yesus,
antara Yesus dan para murid-murid, dan antara para murid-murid sendiri kesatuan dengan Allah dalam
Kristus dan kesatuan Gereja sendiri merupakan “sakramen bagi dunia” yaitu gereja sebagai lambang
keselamatan dan petunjuk bagi kasih Allah kepada semua manusia , kesatuan gereja menempatkan dan
menghadirkan kesatuan diri Allah sendiri (Tritunggal) dan kesatuan gereja sendiri dengan Kristus kepala
dunia. Dunia di undang untuk mengetahui dan percaya(Yoh17:21) bahwa Kasih Allah kepada umat
manusia ditunjukkan dan dihadirkan secara historis melalui dan dalam gereja. Sakramentalitas Gereja
juga dapat kita gali dari paham kitab suci mengenai Gereja sebagai tubuh Kristus , pandangan mengenai
gereja sebagai tubuh Kristus terutama dapat kita lihat dalam tulisan Paulus. Hanya saja gambaran gereja
sebagai tubuh Kristus dalam surat-surat Paulus yang lebih awal (1Korintus dan Roma) sudah berbeda
dengan gambaran Gereja sebagai tubuh Kristus dalam tulisannya yang kemudian persisinya dalam
Deuteropaulinum (Efesus dan Kolose) . makna tubuh Kristus dalam surat Paulus kepada umat di Roma
dan Korintus lebih menunjuk pada ikatan kesatuan antar warga Gereja sendiri. Hal ini tampak misalnya
dalam roma 12:4-6, sebab sama seperti satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua
anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita walaupun banyak. Adalah satu tubuh
didalam Kristus. Tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain, “demikian
pula tekanan kesatuan antar warga gereja sendiri dinyatakan dalam 1korintus, karena sama seperti tubuh
itu satu dan anggota-anggotanya banyak dan segalah sesuatu itu, sekalipun banyak merupakan satu tubuh,
demikian pula Kristus, kamu semua adalah tubuh kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.
(1Korintus 12:12-27). Paulus dengan sangat bagus menghubungkan kesatuan antar orang Kristen dalam
Gereja itu dengan Ekaristi , karena kita mengambil bagian dalam satu Ekaristi, yakni satu piala dan satu
roti ekaristi. Maka , kita sekalipun banyak adalah satu tubuh , karena kita semua mendapat dalam roti
yang satu itu. (1Korintus 10:17). Aneka perbedaan dalam gereja, entah itu menyangkut berbagai tugas
pelayanan, itu karunia dan karisma, hendaklah dilihat dalam satu pelayanan tubuh kristus. Semua karunia
dan tugas pelayanan itu berasal dari satu Roh dan satu Tuhan saja(1Kor 12:1-11) maka mestinya
semuanya diarahan bagi pembangunan Gereja. (1Kor14:12). Gambaran Gereja sebagai tubuh Kristus
sebagaimana dinyatakan dalam kitab suci boleh dikatakan mengungkapkan struktur sakramentalitas
gereja, gereja sebagai tubuh Kristus adalah bentuk penampakan dan kehadiran dan kepala sang kepala
dalm dunia ini(R. Schnackenburg) berkat daya kekuatan Roh kudus , gereja adalah buah dan bentuk
lahiriah-kelihatan dari misteri Allah didunia ini. Dengan demikian gereja menjadi bentuk penampakan
histori dari hidup Allah sendiri yang telah dinyatakan dalam Kristus bagi dunia. Kesatuan yang kelihatan
dari anatar warga gereja menjadi bentuk luar lahiriah dari kesatuan gereja dengan Yesus Kristus
demikianlah hikmat Allah dinyatakan kepada dunia melalui jemaat Kristus (Efesus 3:10).

3. Sakramen Gereja dalam sejarah teologi

Pemahaman gereja sebagai sakramen bukanlah pandangan yang serta merta muncul sejak dahulu.ada
proses sejarah yang panjang, bagaimana gereja memahami sakramentalitasnya. Sebagai ide dan gagasan,
konsepsi “Gereja sebagai sakramen” sebenarnya sudah terdapat dalam Teologi Bapa-Bapa Gereja.
Pemikiran para Bapa Gereja dipengaruhi oleh alam pikir platonic yang sangat simbolis. Mereka menyukai
metode Eksegese alegoris untuk menafsirkan kitab suci. Dalam seluruh cara pikir dan metodologi
tersebut, mudah bagi para bapa Gereja membayangkan bahwa sejarah keselamatan Allah yang terlaksana
dalam Yesus Kristus itu kini ditampakkan dan diwujudkan melalui Gereja.Istilah Gereja sebagai
sakramen sudah muncul dalam tulisan-tulisan Bapa Gereja , hanya saja pengertian yang dimaksudkan
tidak selalu sama. Pada tulisan Didache pada pertengahan pertama abad kedua, diungkapkan , sebutan
Gereja sebagai misteri kosmik Gereja (mysterion kosmikon ekklesias), dengan menunjukkan pada Ef.4:4-
5, Siprianus dari Gereja latin menyebut Gereja sebagai Sacramentum unitatis.

Ibadah dan iman kristiani

Menurut kepercayaan dan iman umat kristiani ibadah adalah segala aktivitas , perbuatan, perkataan, dan
pikiran yang ditujukan semi kemuliaan nama Kristus . gereja kristiani percaya bahwa didalam setiap
perayaan ibadah Allah hadir bersama-sama dengan Gereja-Nya dan bertakhta diatas pujian umat-Nya.
Aktivitas ibadah kristiani biasa terbagi menjadi dua yaitu pujian penyembahan dan khotbah. Pujian dan
penyembahan mempunyai makna bahwa Gereja memberikan ungkapan iman dan syukur kepada Tuhan .
sedangkan khotbah memiliki makna bahwa Tuhan berbicara kepada Gereja-Nya melalui pendeta dan
penyampaian firman. Makna dari keseluruhan dari ibadah dalam kristiani adalah suatu wujud hubungan
antara Tuhan dengan Gereja, hubungan ini bersifat dua arah sehingga ibadah ini juga merupakan
komunikasi Tuhan dan jemaat-Nya. Komunikasi ini memberikan pengalaman religious yang suci. Kata
religious berhubungan dengan kata religare, bahasa latin yang berarti mengikat, sehingga religious berarti
ikatan. Jadi ibadah bukan hanya sebagai pengalaman filosofis dan intelektual semata, tetapi juga
melibatkan perasaan dan tindakan manusia. Dalam ikatan hubungannya dengan Tuhan.

Ibadah yang dilakukan oleh Gereja tersebut ada karena iman atau kepercayaan jemaat kepada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan juruslamat, iman ini merupakan pengakuan seluruh jemaat Kristus bahwa
Yesuslah jalan keselamatan ibrani 11:1 dari pengertian iman yang terdapat dalam Alkitab perjanjian baru
dapat diketahui bahwa iman adalah hal yang paling mendasar dari kehidupan umat kristiani.

Kesimpulan

Dari paparan mengenai ibadah dan iman kristiani dapat diketahui bahwa antara ibadah dan iman memiliki
keterkaitan yang erat dan tak terpisahkan. Ibadah merupakan wujud nyata dari iman kepada Tuhan Gereja
sebagai tubuh Kristus menunjukkan bahwa tubuh Kristus adalah sama denghan tubuhnya., sama seperti
halnya tubuh manusia adalah manusia itu sendiri. Jikalau jemaat disebut sebagai tubuh Kristus, hal ini
berarti bahwa hidup jemaat mewujudkan perubahan atau penjelmaan hidup Kristus. Gereja sebagai tubuh
Kristus adalah tujuan akhir yang diharapkan Allah dari tubuhnya yang diwujudkan dari kesatuan iman,
didalam kesatuan Kristus ada Roh merupakan suatu realitas masa kini dan kesatuan iman haruslah dilihat
sebagai sarana masa depan .Gereja yang dibangun oleh Kristus adalah Gereja yang mewujudkan Kerajaan
Allah dibumi (Matius 16:18). Kerajaan Allah atau kerajaan surga merupakan stilah yang sering muncul
dalam Alkitab. Kerejaan Allah dalam istilah perjanjian lama adalah malkut Yahweh artinya Tuhan Allah
hadir. Allah adalah raja sebenarnya istilah kerajaan surga ini digunakan untuk menghindari penggunaan
kata Allah yang di anggap sacral oleh orang-orang yahudi. Jadi kerajaan Allah dalam perjanjian Lama
adalah kerajaan yang universal dimana Allah sendiri yang memerintah sebagai raja yang kekal dalam
Perjanjian Baru, istilah yang sering kali digunakan untuk kerajaan Allah adalah basilea tou theou dan
basilea tou auranon. Pemakaian kerajaan Allah dan kerajaan surge dalam perjanjian baru Nampak
pengaruh dari perjanjian lama yang ingin memberikan penghormatan atas pemakainan nama Allah.
Kedatangan Yesus kedunia ini mengemban suatu tugas yaitu membawa kerajaan Allah dalam muka bumi
(markus 1:15) misi Yesus untuk membangun dan menghadirkan kerajaan Allah bagi umat manusia
melalui diri-Nya sendiri (Lukas 4:16-19) .

Keunikan Kristus sebagai kepala gereja merupakan suatu bahasan yang cukup menarik untuk dipelajari,
gereja yang benar merupakan suatu pemahaman yang dibangun atas dasar pengenalan Kristus yang benar.
Kristus sebagai kepala Gereja menunjukkan bahwa Gereja harus tunduk akan Otoritas dari kristus
sehingga Gereja harus melakukan kehendak dari Allah , kehendak Allah adalah agar Gereja menjadi
saluran berkat bagi banyak orang terutama agar semua orang mendengar Injil kerajaan Allah dan percaya
melalui karya Roh Kudus yang bekerja, gereja bukan hanya berdiri dalam dominasinya saja yang hanya
menekankan mengenai struktur organisasi yang ketat dan hanya berfokus untuk membesarkan
Kerajaannya sendiri. Gereja saat ini harus mampu melihat tugas dari pada Gereja yaitu pengabaran Injil,
memang hal itu bukan tugas satu-satunya, akan tetapi hal inilah yang sering dilupakan dan seolah-olah
tidak ada dalam tugas Gereja. Jadi sebagai Gereja yang dibangun atas dasar Kristus harus melaksanakan
pemberitaan Injil untuk melakukan tugas atau perintah yang diberukan bagi setiap orang percaya, seperti
yang kita pahami sebagai amanat Agung Yesus untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus.
Daftar pustaka

Dr. Harun Hadiwijono. Iman Kristen (Pt Bpk Gunung Mulia 2007)

Andar Ismael(peny). Ajarlah mereka melakukan (Jakarta Bpk Gunung Mulia, 2009)

E. Martasudjita,Pr. Sakramen-sakramen Gereja(kanisius) 2003

Alloys Budi Purnomo Pr, Roh kudus jiwa Gereja yang hidup (Kanisius 2003)

Jimmy Oentoro D.Th,Gereja impian menjadi gereja yang berpengaruh ,(Pt Gramedia pustaka
utama ),2010

Anda mungkin juga menyukai