Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

REFERAT

TRAUMA MATA

PENYUSUN

Mutia Keumalahayati, S.Ked J510195007


Yoga Oktavian Nugraha, S.Ked J510195063
Maulida Sekar Andini, S.Ked J510195077
Anita Akhyairini, S.Ked J510195094
La Ode Abdur Rauf Ichram, S.Ked J510195099

PEMBIMBING

dr. Riani Nilam Sari Putri, Sp.M

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
JANUARI 2021
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS
REFERAT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Trauma Mata


Penyusun : Mutia Keumalahayati, S.Ked J510195007
Yoga Oktavian Nugraha, S.Ked J510195063
Maulida Sekar Andini, S.Ked J510195077
Anita Akhyairini, S.Ked J510195094
La Ode Abdur Rauf Ichram, S.Ked J510195099
Pembimbing : dr. Riani Nilam Sari Putri, Sp.M

Sukoharjo, 30 Januari 2021


Penyusun

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Riani Nilam Sari Putri, Sp.M

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD


Trauma Mata
Mutia Keumalahayati*, Yoga Oktavian Nugraha*, Maulida Sekar Andini*, Anita
Akhyairini*, La Ode Abdur Rauf *, Riani Nilam Sari Putri**

* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

** Bagian Penyakit Mata, RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo

Abstrak

Trauma mata ialah trauma atau cedera yang mengenai mata yang mengakibatkan kerusakan pada bola
mata, kelopak mata, saraf, dan rongga orbita. Kerusakan tersebut bisa mengakibatkan penyulit sehingga dapat
mengganggu fungsi mata sebagai indera pelihat. Menurut mekanismenya trauma mata dibagi menjadi trauma
mekanis (trauma tajam dan tumpul), trauma radiasi (trauma karena sinar inframerah atau sinar ultraviolet), dan
trauma kimia (trauma asam dan basa).
Secara global, lebih dari 500.000 kasus trauma mata terjadi setiap tahun dan diperkirakan sekitar 1,6 juta
orang mengalami kebutaan sebagai akibat trauma mata. Oleh karena itu, trauma mata merupakan penyebab
kedua terbanyak sebagai penyebab kebutaan monokular di seluruh dunia. Insidensi tahunan untuk kasus trauma
mekanis bola mata ialah 3,5 tiap 100.000 orang. Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding kan perempuan
pada trauma mata (perkiraan perbandingan 4:1) dengan umur rerata 31 tahun. Kejadian di tempat kerja lebih
banyak dibandingkan di rumah Trauma okuli merupakan penyebab kebutaan yang bisa dicegah, namun hingga
saat ini, upaya pencegahan terhadap trauma okuli masih sangat kurang.

Kata kunci : Trauma Mata, Trauma Kimia, Trauma Mekanis

PENDAHULUAN

Walaupun mata mempunyai sistem Trauma pada mata dapat mengenai


pelindung yang cukup baik seperti rongga jaringan di bawah ini secara terpisah atau
orbita, kelopak, dan jaringan lemak menjadi gabungan trauma jaringan mata.
retrobulbar, selain terdapatnya refleks Trauma dapat mengenai jaringan mata:
memejam atau mengedip, mata masih palpebrae, konjungtiva, cornea, uvea,
sering mendapat trauma dari dunia luar. lensa, retina, papil saraf optik, dan orbita.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan Trauma mata merupakan keadaan gawat
pada bola mata dan kelopak, saraf mata darurat pada mata (Ilyas, 2005).
serta rongga orbita. Kerusakan mata akan
DEFINISI
dapat mengakibatkan atau memberikan
Trauma mata adalah tindakan sengaja
penyulit sehingga mengganggu fungsi
maupun tidak yang menimbulkan
penglihatan. Trauma pada mata
perlukaan mata. Trauma mata merupakan
memerlukan perawatan yang tepat untuk
kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang
mencegah terjadinya penyulit yang lebih
ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau
berat yang akan mengakibatkan kebutaan.
menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan 2. Perubahan dari bola mata.
mata (Tjokronegoro, 2003). 3. Tekanan dalam bola mata akan
menyebar antara cairan vitreous yang
JENIS TRAUMA kental dan jaringan sclera yang tidak
Trauma mata berdasarkan penyebabnya elastis.
dibagi (Wijana, 1993); 4. Akibatnya terjadi peregangan dan
robeknya jaringan pada tempat dimana
1) Mekanis :
ada perbedaan elastisitas, mis: daerah
 Tumpul
limbus,sudut iridocorneal, ligamentum
 Tajam
Zinii, corpus ciliare.
 Tembus
Respon dari jaringan terhadap
2) Bahan Kimia :
rudapaksa mata tumpul (Abbot, 2019):
 Asam
1. Vasokonstriksi dari pembuluh darah
 Basa
perifer, sehingga terjadi iskemia dan
3) Fisik : nekrosis lokal.
 Cahaya 2. Diikuti dengan vasodilatasi,
 Bakar hiperpermeabilitas, aliran darah yang
 Fraktur Orbita menurun.
3. Dinding pembuluh darah robek maka
A. TRAUMA MEKANIK cairan jaringan dan isi sel akan
1. TRAUMA TUMPUL menyebar menuju jaringan sekitarnya
sehingga terjadi edema dan
Trauma tumpul pada mata dapat
perdarahan.
diakibatkan benda yang keras atau benda
yang tidak keras, dimana benda tersebut
a. PALPEBRA
dapat mengenai mata dengan keras
 Hematoma Palpebra
(kencang) ataupun lambat. Tingkatan dari
rudapaksa mata ini tergantung dari besar,
berat, energi kinetik dari obyek (Gupta, et
al. 2014).
Gelombang tekanan akibat dari
rudapaksa mata menyebabkan (Liu, 2019):
1. Tekanan yang sangat tinggi
didalam bola mata. Gambar 1. Hematoma Palpebra (Yan, 2019)
Hematoma palpebra merupakan atau diabsorpsi dalam 1-2 minggu tanpa
penimbunan darah di bawah kulit diobati (Ilyas, 2005).
kelopak akibat pecahnya pembuluh c. KORNEA
darah palpebral (Vaughan, 2000).  Edema Kornea

b. KONJUNGTIVA
 Kemosis

Gambar 4. Edema Kornea (Yan, 2018)


Keluhan penglihatan kabur dan
terlihatnya pelangi dari arah sinar cahaya.
Gambar 2. Kemosis (James, 2006)
Kornea tampak keruh.
Kemosis (edema konjungtiva)
Edema kornea menyebabkan
disebabkan oleh disfungsi endotel
masuknya sel radang dan neovaskularisasi
konjungtiva. Kemosis dapat terjadi pada
kedalam jaringan stroma kornea.
trauma tumpul. Tatalaksana kemosis
Pengobatan yang diberikan adalah
adalah pemberian dekongstan (Yan, 2018).
larutan hipertonik seperti NaCl 5% atau
 Hematoma Subkonjungtiva
larutan garam hipertonik 2-8%, dan
glukosa 40%. Bila terdapat peninggian
tekanan bola mata maka diberikan
azetolamida.
Komplikasi dapat terjadi keratopati
bulosa yang disebabkan kerusakan
Gambar 3. Hematoma Subkonjungtiva (Field, membran descement. Gejala keratopati
2015)
bulosa adalah nyeri dan penurunan visus
Ruptur arteri konjungtiva dan arteri
akibat astimagtisme ireguler
episklera. Perlu dipastikan bahwa tidak
(Tjokronegoro, 2003) .
terdapat robekan dibawah jaringan
 Erosi Kornea
konjungtiva atau sklera karena hematoma
terkelupasnya epitel kornea yang
menutupi bagian mata lain, sehingga perlu
diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel
dilakukan funduskopi pada pasien
kornea
hematoma subkonjungtiva dengan trauma.
 Keluhan: sakit, mata berair,
Perdarahan subkonjungtiva akan hilang
 Temuan: kornea yang keruh, Gumpalan fibrin dan darah merah
perwanaan fluorescein (+) menempel pada iris, pupil dan sudut
iridocorneal. Hal ini berisiko terjadinya
sinekia anterior dan posterior.
Pada hifema dapat terjadi glaukoma
sekunder karena edema di trabekuler
meshwork, sehingga terjadi gangguan
outflow humor aquos (Wijena, 1993).
Perawatan konservatif/ Tanpa Operasi
1. Tirah baring sempurna (bed rest total)
Tidur telentang dengan elevasi
kepala 30º - 45º
Gambar 5. Erosi Kornea (Sehu, 2009)
2. Farmakoterapi
Antibiotika spektrum luas seperti
a. Koagulansia
neosporin, kloramfenikol, dan
Anaroxil, Adona AC,
sulfasetamide tetes mata, siklopegik aksi
Coagulen, Transamin, vit K dan
pendek seperti tropikamida, dibebat tekan
vit C.
selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya
b. Midriatika Miotika
tertutup kembali setelah 48 jam (Kuhn,
Miotika mempercepat
2018).
absorbsi, dan midriatika akan
d. CAMERA OCULI ANTERIOR
mengistirahatkan perdarahan.
 Hifema
c. Ocular Hypotensive Drug
Pemberian acetazolamide
untuk menurunkan tekanan intra
ocular
d. Kortikosteroid dan Antibiotika
Hidrokortison 0,5%
Gambar 6. Hifema (Vukosavljevic, et al.
e. Obat-obat lain
2011)
Sedativa bila penderita gelisah
Hifema terjadi karena robekan
dan analgetika bila timbul rasa
pembuluh darah iris atau badan siliar.
nyeri.
Keluhan nyeri, epifora, blefarospasme, dan
Operatif
visus turun.
Paracentesa : mengeluarkan darah
dari COA melalui lubang di limbus.
Dilakukan bila TIO tidak turun dengan lebih miopik. Lensa yang menjadi sangat
diamox atau jika darah masih tetap cembung mendorong iris ke depan
terdapat dalam bilik mata depan pada hari sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila
5-9 (Arjatmo, 2003). sudut bilik mata menjadi sempit pada mata
ini mudah terjadi glaucoma sekunder
f. UVEA
(Ilyas, 2005).
 Iridodialisis
 Luksasi Lensa Anterior

Gambar 7. Iridodialisis (Yan, 2019) Gambar 9. Luksasi Lensa Anterior


Robekan pada iris, sehingga bentuk iris (Dolman, 2014)
berubah. Keluhan diplopia. Sering terjadi Seluruh zonula zinn di sekitar
bersamaan dengan hifema. Tatalaksana ekuator putus dan lensa masuk ke dalam
tindakan operatif dengan reposisi pangkal COA. Letak lensa di depan menyebabkan
iris yang terlepas (Sehu, 2009). gangguan aliran humor aquos dan
menyebabkan glaukoma sekunder.
g. LENSA Gejala nyeri, visus turun
 Subluksasi Lensa mendadak, mata merah dengan
blefarospasme, Injeksi siliar yang berat,
edema kornea, lensa di dalam bilik mata
depan, iris terdorong ke belakang dengan
pupil yang lebar, dan TIO tinggi
(Mehendale, 2017).
Gambar 8. Sublukasi Lensa (Gupta, 2014)
 Luksasi Lensa Posterior
Terjadi akibat putusnya sebagian
zonula zinn sehingga lensa berpindah
tempat. Gambaran pada iris berupa
iridodonesis.
Akibat pegangan lensa pada zonula
tidak ada maka lensa yang elastic akan Gambar 10. Luksasi Lensa Posterior (Yan,

menjadi cembung, dan mata akan menjadi 2019)


Putusnya zonula zinn di seluruh seluruh polus posterior fundus okuli
lingkaran ekuator lensa dan jatuh di CV berwarna abu-abu.
dan tenggelam di dataran bawah polus Umumnya penglihatan akan normal
posterior fundus okuli. Gejala skotoma kembali setelah beberapa waktu, akan
pada lapang pandang dan afakia. tetapi dapat juga penglihatan berkurang
Komplikasi yang terjadi akibat degenerasi akibat tertimbunnya daerah macula oleh
lensa, berupa glaucoma fakolitik ataupun sel pigmen epitel (Dolman, 2014).
uveitis fakotoksik (Liu, 2019).  Ablasio Retina
 Cincin Vossius

Gambar 13. Ablasio Retina (Yan, 2018)


Gambar 11. Cincin Vossius (Li, 2017) Terlepasnya retina dari koroid. Faktor
Merupakan cincin pigmen iris yang risiko: retina tipis, miopia, dan proses
menempel pada lensa sesudah suatu degenerasi. Selaput yang seperti tabir
trauma (Arjatmo, 2003). menganggu lapangan pandangannya. Bila
h. RETINA DAN KOROID terkena atau tertutup daerah makula maka
 Edema Retina dan Koroid tajam penglihatannya akan menurun.
Retina yang berwarna abu-abu dengan
pembuluh darah yang terlihat terangkat
dan berkelok-kelok, pembuluh darah
seperti yang terputus-putus. Tatalaksana
secepatnya dilakukan pembedahan (James,
2006)

Gambar 12. Edema Retina (Field, 2015)  Ruptur Koroid

Penglihatan akan sangat menurun. Perdarahan subretina  ruptur

Warna retina yang lebih abu-abu akibat koroid. Di polus posterior bola mata dan

sukarnya melihat jaringan koroid melalui melingkar konsentris di sekitar papil saraf

retina yang sembab. edema makula optik. Jika Mengenai daerah makula lutea

(edema berlin)  edema yang luas   tajam penglihatan akan turun (Wijena,
1993).
Penglihatan akan berkurang, gangguan
penglihatan warna dan lapangan pandang.
Defek aferen pupil tanpa adanya kelainan
nyata pada retina. Papil saraf optik dapat
normal dalam beberapa minggu sebelum
menjadi pucat. Tatalaksana akut 
steroid. Jika memburuk  pembedahan

Gambar 14. Ruptur Koroid (Field, 2015) (Vaughan, 2000)

i. SARAF OPTIK 2. TRAUMA TEMBUS BOLA

 Avulsi Papil Saraf Optik MATA

Gambar 14. Avulsi Papil N. Opticus (Yan,


2019)
Saraf optik terlepas dari pangkalnya
didalam bola mata. Turunnya tajam
penglihatan yang berat dan sering berakhir
dengan kebutaan. Penderita ini perlu
dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina
dan saraf optiknya (Ilyas, 2005).
 Optik Neuropati Traumatik

Gambar 15. Optik Neuropati Traumatik


(Li, 2015)
Kompresi pada saraf optic 
perdarahan dan edema sekitar saraf optik.
Trauma tajam pada mata adalah suatu
trauma dimana seluruh lapisan jaringan
atau organ mengalami kerusakan (Gupta
B, et al, 2014)
 ETIOLOGI
Trauma tajam disebabkan benda tajam
Gambar 16. Trauma Tembus
atau benda asing masuk ke dalam bola
(Field D, et al, 2015)
mata (Gupta B, et al, 2014).
Bila trauma disebabkan benda tajam  TANDA DAN GEJALA
atau benda asing masuk ke dalam bola 1. Tajam penglihatan yang menurun
mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola 2. Tekanan bola mata rendah
mata tembus, seperti (Wijana&Nana, 3. Bilikmata dangkal
1993): 4. Bentuk dan letak pupil berubah
a. Tajam penglihatan ↓ 5. Terlihat adanya ruptur pada cornea
b. TIO rendah atau sclera
c. Bilik mata dangkal 6. Terdapat jaringan yang prolaps (cairan
d. Bentuk danletak pupil rendah mata iris, lensa,badan kaca atau retina).
e. Terlihat adanya ruptur pada kornea atau 7. Konjungtiva kemotis (Mehendale
sklera R&Shinder R, 2017)
f. Terdapat jaringan yang prolaps, seperti  Palpebra
cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau Laserasi mengenai margo palpebra
retina - Reparasi dengan jahitan lapis demi
g. Konjungtiva kemotis lapis.
- Perhatikan prinsip operasi plastic
Bila terlihat salah satu tanda diatas dengan aposisi yang baik grey line.
atau dicurigai adanya perforasi bola mata Laserasi mencapai canthus
maka secepatnya dilakukan pemberian
Jika luka mengenai canthus medial
antibiotik topikal, imunisasi tetanus, dan
dimana saluran lakrimal putus, dijahit
mata ditutup, dan segera dikirim pada
dengan Pig Tail (Reshef E&Gardiner M,
dokter mata untuk dilakukan pembedahan.
2018).
Pemeriksaan Radiologi untuk menentukan
apakah ada benda asing yang masuk
kedalam mata (Wijana & Nana,1993).
3. Trauma Tajam
Gambar 17. Ruptur Palpebra Inferior
Dan Kanalis Lakrimalis Dengan
Reposisi Dan Pig Tail (Yan H, 2018)
 Konjungtiva o Vitreus dieksisi
- Perdarahan subkonjungtiva. o Antibiotik local dan sistemik
- Laserasi: Robekan < 2 cm  o Sikloplegik tetes mata.
Antibiotik, bebat o Kortikosteroid sistemik
- Robekan > 2 cm  jahit dengan - Komplikasi :
vicryl 8-0, Antibiotik topical, bebat o Ablasio Retina
(Tjokronegoro, A, 2003). o Ptisis bulbi  cegah dengan
 Kornea vitrektomi (Tjokronegoro, A, 2003).
- Erosi kornea  Antibiotik , bebat  Uvea
mata.
Simpatetik Oftalmia  radang
- Luka tembus kornea.
- Komplikasi : prolap iris, prolap granulomatous bilateral dari uvea mata,
vitreus, hifema, rupture lensa. insidus, progressive, eksaserbasi, didahului
Terapi :
trauma tembus yang mengenai badan
o Rujuk (segera jahit): Jahitan
interrupter, lameller dimulai siliare pada salah satu mata (Yan H, 2016).
dari limbus, nylon 10-0  Lensa
o Atropin tetes mata - Katarak
o Antibiotika local / sistemik Penatalaksanaan sama dengan
o Bebat mata. trauma tumpul.
- Dislokasi lensa
Penatalaksanaan sama dengan
pada rudapaksa mata tumpul (Yan H,
2016).
 Kerusakan Segmen Posterior
- Trauma tajam :
o Luka perforasi segmen Post-or
o Terdapat proliferasi fibrous pada
vitreus.
Gambar 20. Ruptur Limbus o Komplikasi : Perdarahan vitreus.
dan Prolap Iris (Yan H, 2018). - Ablasio Retina
 Sklera o Avulsi N.Optikus (Yan H, 2016).

- Luka tembus sclera  sulit dievaluasi.


- Dicurigai luka tembus sclera apabila :
o Luka tembus kornea  limbus.
o Dibawah konjungtiva  jaringan
hitam (khoroid)
- Terapi :
o Rujuk spesialis mata.
o Jahit vicry/dexon 8-0
o Uvea direposisi / eksisi
B. TRAUMA KIMIA konjungtiva tarsal yang disebut
1. Trauma Asam simblefaron (Sehu W, 2009).
Trauma asam merupakan salah satu Penatalaksanaan pada trauma kimia
jenis trauma kimia mata dan termasuk adalah irigasi dengan menggunakan salin
kegawatdaruratan mata yang disebabkan isotonic steril dan memeriksa pH
zat kimia bersifat asam dengan pH < 7. permukaan mata dengan meletakkan
Beberapa zat asam yang sering mengenai seberkas kertas indicator di forniks. Ulangi
mata adalah asam sulfat, asam asetat, irigasi apabila pH tidak terletak antara 7,3-
hidroflorida, asam hidroklorida, asam 7,7. (Vaughan, 2000).
nitrat, asam asetat, asam kromat, dan asam 2. Trauma basa
klorida (Sehu W, 2009). Merupakan trauma pada mata yang
Asam kuat: asam sulfat, hidroflorida, diakibatkan bahan kimia dengan pH >7.
asam hidroklorida, asam nitrat, asam Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil
asetat, asam kromat, dan asam klorida. dan kation di permukaan bola mata. Ion
asam lemah: asam asetat, asam florida, hidroksil membuat reaksi saponifikasi
asam karbonat (Mehendale R, 2017). pada membran sel asam lemak, sedangkan
. Bila mata terkena asam maka terjadi kation berinteraksi dengan kolagen stroma
pengendapan maupun penggumpalan dan glikosaminoglikan. Jaringan yang
protein permukaan sehingga jika rusak ini menstimulasi respon inflamasi,
konsentrasi bahan asam tersebut rendah yang merangsang pelepasan enzim
maka tidak terlalu destruktif seperti pada proteolitik, sehingga memperberat
trauma akali. Asam akan menyebabkan kerusakan jaringan. Interaksi ini
koagulasi protein plasma. Koagulasi menyebabkan penetrasi lebih dalam
protein menguntungkan bagi mata, yaitu melalui kornea dan segmen anterior.
sebagai barrier yang membatasi penetrasi Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan
dan kerusakan lebih lanjut. Hal ini berbeda menyebabkan kekeruhan kornea.
dengan basa yang mampu menembus Kolagenase yang terbentuk akan
jaringan mata dan menimbulkan kerusakan menambah kerusakan kolagen kornea.
lebih jauh. Selain keuntungan, koagulasi Berlanjutnya aktivitas kolagenase
juga menyebabkan kerusakan konjungtiva menyebabkan terjadinya perlunakan
dan kornea. Dalam masa penyembuhan kornea. (Mehendale R, 2017)
setelah terkena zat kimia asam akan terjadi Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi
perlekatan antara konjugtiva bulbi dengan dan pemendekan fibril sehingga terjadi
perubahan pada jalinan trabekulum yang
selanjutnya dapat menyebabkan mata apabila dilihat dari luar. Namun,
peningkatan tekanan intraokular. Mediator apabila dilihat pada bagian dalam mata,
inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini trauma basa ini mengakibatkan suatu
merangsang pelepasan prostaglandin yang kegawatdaruratan. Basa akan menembus
juga dapat menyebabkan peningkatan kornea, kamera okuli anterior sampai
tekanan intraokular. Basa yang menembus retina dengan cepat, sehingga berakhir
dalam bola mata akan dapat merusak retina dengan kebutaan. Pada trauma basa akan
sehingga akan berakhir dengan kebutaan terjadi penghancuran jaringan kolagen
penderita kornea. Bahan kimia basa bersifat
Trauma akibat bahan kimia basa akan koagulasi sel dan terjadi proses
memberikan akibat yang sangat gawat safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.
pada mata. Basa akan menembus dengan (Wijana, 1993)
cepat ke kornea, bilik mata depan dan Bahan alkali atau basa mengakibatkan
sampai pada jaringan retina. Proses yang pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH
terjadi disebut nekrosis liquefactive. Bahan yang tinggi alkali akan mengakibatkan
akustik soda dapat menembus ke dalam safonifikasi disertai dengan disosiasi asam
bilik mata depan dalam waktu 7 detik. lemak membrane sel. Akibat safonifikasi
(Yan H, 2016) membran sel akan mempermudah
Penyulit yang dapat ditimbulkan oleh penetrasi lebih lanjut zat alkali.
trauma basa adalah simblefaron, Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan
kekeruhan kornea, edema dan menghilang dan terjadi penggumpalan sel
neovaskularisasi kornea, katarak, disertai kornea atau keratosis. Serat kolagen
dengan terjadi ftisis bola mata.Penyulit kornea akan bengkak dan stroma kornea
jangka panjang dari luka bakar kimia akan mati. Akibat edema kornea akan
adalah glaukoma sudut tertutup, terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke
pembentukan jaringan parut kornea, dalam stroma kornea. Serbukan sel ini
simblefaron, entropion, dan keratitis sika. cenderung disertai dengan pembentukan
Trauma basa biasanya lebih berat pembuluh darah baru atau
daripada trauma asam, karena bahanbahan neovaskularisasi. (Mehendale R, 2017)
basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan Akibat membran sel basal epitel
lipolifik dimana dapat secara cepat untuk kornea rusak akan memudahkan sel epitel
penetrasi sel membran dan masuk ke bilik diatasnya lepas. Sel epitel yang baru
mata depan, bahkan sampai retina. Trauma terbentuk akan berhubungan langsung
basa akan memberikan iritasi ringan pada dengan stroma dibawahnya melalui
plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dengan garam fisiologik selama mungkin.
dilepaskan plasminogen aktivator dilepas Bila mungkin irigasi dilakukan paling
juga kolagenase yang akan merusak sedikit 60 menit setelah trauma. Penderita
kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA
gangguan penyembuhan epitel yang untuk mengikat basa. EDTA diberikan
berkelanjutan dengan ulkus kornea dan setelah 1 minggu trauma basa, diperlukan
dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase untuk menetralisir kolagenase yang
ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma terbentuk pada hari ketujuh. Penyulit yang
dan puncaknya terdapat pada hari ke 12- dapat terjadi adalah simblefaron,
21. Biasanya ulkus pada kornea mulai kekeruhan kornea, edema, dan
terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. neovaskularisasi kornea, katarak, disertai
Pembentukan ulkus berhenti hanya bila dengan ptisis bola mata. (Yan H,2018)
terjadi epitelisasi lengkap atau
vaskularisasi telah menutup dataran depan
kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam
bilik mata depan maka akan terjadi
gangguan fungsi badan siliar. (Yan
H,2018)
Menurut klasifikasi Thoft, trauma
basa dapat dibedakan menjadi:
a. Derajat 1 : terjadi hiperemi
konjungtiva disertai dengan keratitis
pungtata Gambar 21. Trauma Kimia (Liu Y, 2019)
b. Derajat 2 : terjadi hiperemi
konjungtiva disertai hilangnya epitel C. TRAUMA FISIK
kornea 1. Trauma cahaya
c. Derajat 3 : terjadi hiperemi disertai
Cahaya yang berasal dari matahari
dengan nekrosis konjungtiva dan
atau alat untuk las mengandung ultraviolet
lepasnya epitel kornea
yang dapat mengakibatkan konjungtivitis
d. Derajat 4 : konjungtiva perilimal
dan keratitis, sedangkan cahaya dari
nekrosis sebanyak 50% (Mehendale
pembuatan kaca (Glass Blomers) banyak
R, 2017)
mengandung infra merah yang dapat
Tindakan bila terjadi trauma basa
mengakibatkan katarak. (Yan H, 2016)
adalah secepatnya melakukan irigasi
 Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar 2. Trauma kebakaran
Las) Adanya reflek menutup palpebral,
- Kerusakan terbatas pada kornea sehingga kelainan terbatas pada palpebra.
- Akan memberikan keluhan setelah 4-10 Pengobatan: Tidak berbeda
jam terpapar dengan kelainan akibat luka bakar pada
- matanya sangat sakit , mata seperti kulit bagian tubuh yang lain. (Yan H 2016)
kelilipan atau kemasukan pasir ,
fotofobia, blefarospasme dan 3. Fraktur Orbita
konjungtiva kemotik. Patah tulang dasar orbita tanpa
- Terdapat infiltrat pada permukaan kerusakan dari rima orbita akibat
kornea, pupil miosis, tajam penglihatan perubahan mendadak dan ruang
terganggu. (Yan H 2018) retrobulbar karena perubahan tekanan yang
 Trauma Sinar Infra Merah terjadi akibat hantaman yang keras pada
Dapat terjadi pada saat menatap bulbus oculi (Dolman, 2014).
gerhana matahari. Kerusakan terjadi akibat - Anamnesa :
terkonsentrasinya sinar infra merah,  Adanya trauma, visus menurun,
mengakibatkan keratitis superfisial, nyeri, diplopia, mual, muntah
katarak kortikal antero – posterior dan - Pemeriksaan :
koagulasi pada koroid .  Edema ± hipoestesi saraf intraorbita
Pengobatan yang diberikan untuk  Tanda-tanda patah tulang : Gerakan
mencegah kerusakan yang lebih luas dari terbatas, enoftalmus
trauma sinar infra merah dengan diberikan - Pengobatan :
steroid sistemik dan lokal untuk mencegah  Konservatif selama 3 minggu untuk
terbentuknya jaringan parut pada makula mengevaluasi sambil menunggu
atau untuk mengurangi gejala radang yang edema dan ekimosis berkurang
timbul. (Mehendale R, 2017)  Bila enoftalmus masih tampak,
 Trauma Sinar X keluhan diplopia sangat menganggu
Pada lensa, terjadi pemecahan diri sel lakukan tindakan operatif.
epitel secara tidak normal. Sedangkan sel
baru yang berasal dari sel germinatif lensa PENUTUP
menjadi jarang. Sinar X merusak retina
Trauma pada mata dapat terjadi
dengan gambaran berupa dilatasi kapiler,
dalam bentuk-bentuk trauma mekanik
perdaraan, mikroaneuris mata, dan
(tumpul dan tajam), trauma kimia (asam
eksudat. (Mehendale R, 2017)
dan basa), dan trauma fisik. Pemeriksaan Philadelphia: Lippincott Williams
awal meliputi anamnesis dan pemeriksaan and Wilkins. 2014. Hlm: 370-2.
fisik. Field D, Tillotson J, Whittingham E.
Selanjutnya bisa juga diperiksa Major accidents and injuries. In :
dengan slit-lamp. Apabila tidak tersedia Field D, Tillotson J, Whittingham
slit-lamp maka senter, kaca pembesar atau E. Eye Emergencies the
oftalmoskop digunakan untuk memeriksa Practitioners Guide. Edisi ke-2.
adanya cedera dipermukaan tarsal kelopak Vol. 2. London: M&K
mata dan segmen anterior. Oftalmoskop Publishing; 2015. hlm.17-107.
langsung dan tidak langsung digunakan Gupta B, Sian I, Agrawal R. Ophthalmic
untuk mengamati lensa, korpus vitreosus, trauma: Risk and management
diskus optikus, dan retina. Dokumentasi update. Expert Rev Ophthalmol.
foto bermanfaat untuk medikolegal semua 2014;9(4):315–29.
kasus trauma eksternal. Pada semua kasus Ilyas, Sidharta. 2005. Penuntun Ilmu
trauma mata, mata yang tampak tidak Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta :
cedera juga harus diperiksa dengan teliti. Balai Penerbit FKUI
James, Bruce, et al. 2006 . Lecture Notes
DAFTAR PUSTAKA Oftalmologi, 9th eds. Surabaya :
Abbot T. Triage Basics. In : Abott T. Airlangga.
Emergency Triage Education Kit. Kuhn F, Morris R, Mester V, Witherspoon
Canberra: Commonwealth of D. Terminology of mechanical
Australia; 2019. hlm.21. injuries:the birmingham eye
Bagheri N, N. Wajda B, M. Calvo C, K. trauma terminology. In : Kuhn F.
Durrani A. Trauma. In : Bagheri Ocular traumatology. Berlin:
N, N. Wajda B. The Wills Eye Springer. 2018. hlm.3-10.
Manual: office and emergency Liu Y, Yan H. Introduction. In : Yan H.
room diagnosis and treatment of Atlas of Ocular Trauma.
eye disease. Edisi ke-7. Singapore: Springer; 2019. hlm.1-
Philadelphia: Wolters Kluwer; 20.
2017. hlm.47-112. Mehendale R, Shinder R. Orbit. In : C.
Dolman PJ, Rootman J. Orbital Trauma Troutman R. Textbook of Ocular
dalam Orbital Surgery: a Trauma. Cham: Springer; 2017.
conceptual approach. Edisi ke-2. hlm. 105-20
R. Reshef E, F. Gardiner M. Classification Vukosavljevic M, John T, Ocular
of open globe injuries. In : Grob emergencies. In : John T. The
S, Kloek C. Management of Open Chicago Eye and Emergency
Globe Injuries. Cham: Springer; Manual. Illinois: Jaypee-
2018. hlm 1-10 Highlihts; 2011. hlm.384-97.
Sehu W. Three common emergencies. In : Wijana, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata.
Sehu W. Eye Emergency Manual. Jakarta: EGC.
Edisi ke-2. Sydney: NSW
Department of health; 2009.
hlm.31-55.
Tjokronegoro, Arjatmo. 2003. Ilmu
Penyakit Mata,3 rd edisi. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Yan H, Wang S. General guideline of
ophthalmic emergency. In : Yan
H. Ocular Emergency. Singapore:
Springer; 2018. hlm.1-28.
Yan H, Liu Y, Chen S. Introduction. In :
Yan H. Mechanical Ocular
Trauma: Current Consensus and
Controversy. Singapore: Springer;
2016. hlm.1-124.
Yan H, You C, Yuan L. Ocular structure
change and specific feature when
encountered with trauma and
pearls. In : Yan H. Anatomy and
Examination in Ocular Trauma.
Singapore: Springer; 2018.
hlm.31-35.
Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor;
Riordan-Eva, Paul. 2000.
Oftalmologi Umum Edisi 14.
Jakarta: KDT.

Anda mungkin juga menyukai