Anda di halaman 1dari 55

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN

Disusun oleh :

Tutor D Manajemen Keperawatan

Dosen mata kuliah : Ns. Tatiana Siregar


Jurusan : S-1 Keperawatan
Fakultas : Ilmu-ilmu Kesehatan

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jakarta


Tahun 2019
A. Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan kemampuan membuat seseorang mengerjakan apa yang tidak ingin mereka
lakukan dan menyukainya (Truman dalam Gillies, 1996). Kepemimpinan merupakan
penggunaan keterampilan memengaruhi orang lain untuk melaksanakan sesuatu sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuannya (Sullivan & Decleur, 1989). Kepemimpinan adalah serangkaian
kegiatan untuk memengaruhi anggota kelompok bergerak menuju pencapaian tujuan yang
ditentukan (Baily, Lancoster & Lancoster, 1989). Jadi kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk memengaruhi orang lain sebagai pengikutnya.

Syarat pemimpin
 Kekuasaan: legalitas yang memberikan wewenang pemimpin untuk memimpin.
 Kewibawaan: keunggulan seseorang yang membuat orang lain bersedia melakukan
perbuatan tertentu.
 Kemampuan: kecakapan yang dianggap melebihi kemampuan anggota kelompok.

Azas-azas kepemimpinan
 Azas kemanusiaan: memperhatikan bawahan dan memandang bawahan sebagai manusia.
 Azas efisiensi: dengan sumber daya terbatas, pemimpin dapat mengefisiensikan untuk
kepentingan kelompoknya.
 Azas kesejahteraan yang merata: pemimpin berusaha mengurangi kesenjangan dan
konflik yang dapat mengganggu jalannya organisasi.

Fungsi Kepemimpinan

Setelah memahami tujuan kepemimpinan, kita juga harus mengerti apa fungsi
kepemimpinan di dalam sebuah organisasi. Pemimpin memiliki fungsi yang sangat
penting dalam sebuah organisasi, baik untuk keberadaan dan juga kemajuan
organisasi tersebut.

Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:

1. Fungsi Administratif
Yang dimaksud dengan fungsi Administratif adalah pengadaan formula kebijakan
administrasi di dalam suatu organisasi dan menyediakan segala fasilitasnya.

2. Fungsi sebagai Top Manajemen


Fungsi sebagai Top Manajemen adalah fungsi pemimpin dalam proses aktivitas
pembuatan Planning, Organizing, Staffing, Directing, Commanding, dan Controlling.

 Fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi


Beberapa fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi adalah:

1. Fungsi Instruktif

Pemimpin berperan sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),


bagaimana (cara melakukan), bilamana (waktu pelaksanaan), dan di mana (tempat
mengerjakan) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Dengan kata lain,
fungsi orang yang dipimpin hanyalah untuk melaksanakan perintah pemimpin.

2. Fungsi Konsultatif

Pemimpin menggunakan fungsi konsultatif sebagai cara berkomunikasi dua arah


dalam upaya menetapkan sebuah keputusan yang membutuhkan pertimbangan
dan konsultasi dari orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi
Pemimpin bisa melibatkan anggotanya dalam proses pengambilan keptusan
maupun dalam melaksanakannya.

4. Fungsi Delegasi

Pemimpin dapat melimpahkan wewenangnya kepada orang lain, misalnya


membuat dan menetapkan keputusan. Fungsi delegasi adalah bentuk kepercayaan
seorang pemimpin kepada seseorang yang diberikan pelimpahan wewenang untuk
bertsanggung jawab.

5. Fungsi Pengendalian

Pemimpin bisa melakukan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan,


terhadapa kegiatan para anggotanya.

Tujuan Kepemimpinan
1. Sarana untuk Mencapai Tujuan
Kepemimpinan adalah sarana penting untuk mencapai tujuan. Dengan memperhatikan apakah
tujuan tercapai atau tidak dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut, maka kita bisa
mengetahui jiwa kepemimpinan dari seseorang. Dalam kepemimpinan keperawatan dapat
dicontohkan seperti membuat kebijaksanaan yang jelas dan mendorong perilaku etikal.
Mencakup bagaimana cara mengerahkan,menunjukan jalan, menyupervisi megawasi tindakan
anak buah,mengkoordinasikan kegiatan yang sedang atau akan dilakukan dan mempersatukan
usaha dari berbagai individu yang memiliki karakteristik yang berbeda.

2. Memotivasi Orang Lain


Tujuan kepemimpinan yang lain adalah untuk membantu orang lain menjadi termotivasi,
mempertahankan serta meningkatkan motivasi di dalam diri mereka. Dengan kata lain,
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa memotivasi pengikut/ bawahan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Hal tersebut dapat dicontohkan seperti menyebarluaskan kode etik
melalui teknik kerja yang aktif dan dengan mendorong staf untuk menambah pengetahuannya
melalui kursus-kursus, pelatihan atau pendidikan keperawatan berkelanjutan. Terciptanya
pemimpin yang dapat memberi contoh atau teladan yang baik kepada yang
dipimpinnya,membangkitkan semangat kepada orang disekitarnya, meneguhkan gerak dan
mendorong orang-orang disekitarnya serta yang dipimpinnya.

3. Memimpin Organisasi
Seorang pemimpin dapat mempengaruhi orang lain agar bersedia menngikuti kehendak pimpinan
tersebut, melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai kemampuannya dan dapat
bersama-sama memecahkan masalah dengan cara yang efeketif, baik, dan benar.

Teori Kepemimpinan

A. Great Man Theory


Teori “Great Man Theory” dikenal juga dengan teori bakat atau teori trait . Teori
ini muncul karena adanya keyakinan bahwa kemampuan memimpin hanya dimiliki oleh
orang yang dilahirkan dengan bakat tersebut. Teori ini tidak sepenuhnya benar sebab
setiap orang bisa menjadi pemimpin, dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan
kepemimpinannya.
Teori ini mengemukakan kepemimpinan merupakan bakat atau bawaan sejak
seseorang lahir dari kedua orang tuanya. Teori ini melihat kekuasaan berada pada
sejumlah orang tertentu, yang melalui proses pewarisan memiliki kemampuan memimpin
atau karena keberuntungan memiliki bakat untuk menempati posisi sebagai pemimpin.
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader) dilahirkan, bukan
dibuat (leader are born, not made) dan dilandasi oleh keyakinan bahwa pemimpin
merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa dan dilahirkan dengan kualitas
istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditadirkan menjadi seorang pemimpin di berbagai
macam organisasi.

Teori perilaku Lewin, White & Lippit

a. Otoriter

Pada gaya otoriter pemimpin melakukan control maksimal terhadap staf, membuat
keputusan sendiri dalam menentukan tujuan kelompok. Lebih menekankan pada
penyelesaian tugas dari pada hubungan interpersonal. Gaya ini cenderung menyebabkan
permusuhan dan agresif atau apatis sampai menurunnya inisiatif.
Pemimpin ototriter memiliki Ciri- ciri :
- Pengawasan ketat dipertahankan pada kelompok kerja
- Memotivasi orang lain dengan paksaan
- Mengarahkan orang lain dengan perintah
- Alur komunkasi dari atas kebawah
- Pengambilan keputusan tidak melibatkan orang lain
- Menilai bahwa kritik adalah kutukan

Kepemimpinan otoriter menghasilakn efek yang baik bagi kinerja kelompok yaitu,
mudah diprediksi, memberikan perasaan aman bagi anggotanya. Produktivitas biasanya
tinggi, tetapi kreativitas, motivasi diri dan otonomi berkurang.
Contoh : Kepala Ruang menetapkan jadwal dinas, sanksi sesuai aturan, tanpa
mempertimbangkan alasan staf perawat yang mengajukan ijin

b. Demokratik
Pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Lebih
menekankan pada hubungan interpersonal dan kerja kelompok.Pemimpin menggunakan
posisinya untuk mendapatkan pandangan dan pemikiran bawahan serta memotivasi
mereka untuk menentukan tujuan dan mengembangkan rencana. Hal ini cenderung
meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
Pemimpin demokratik memiliki Ciri- ciri :
- Alat komunkasi ke atas dan ke bawah
- Mengenalkan pada “kita” dibanding “saya, dan anda”
- Kritik konstruktif

Kepemimpinan demokratis sesuai untuk kelompok yang bekerja sama untuk periode
yang lama, seperti meningkatkan otonomi dan pertumbuhan dalam individu karyawan.
Tipe kepemimpinan ini efektif jika ada operasi dan koordinasi antar kelompok. Tapi
kepemimpinan ini menurut penelitian kurang efisien secara kuantitatif dibandingkan
dengan kepemimpinan otoriter, karena banyak orang yang haus dikonsultasikan sehingga
membutuhkan waktu yang lama dan menimbulkan frustasi bagi orang orang yang
menginginkan keputusan dengancepat.
Contoh : Kepala Bidang Keperawatan selalu meminta Kepala Ruang memberikan
masukan untuk sebuah perubahan kebijakan

c. Partisipatif

Gaya kepemimpinan partisipatif sama pengertiannya dengan kepemimpinan


demokratis, yaitu seorang pemimpin mengadakan konsultasi dengan para
bawahannyamengenai tindakan-tindakan keputusan-keputusan diusulkan atau
dikehendaki oleh pimpinan,serta berusaha memberikan dorongan untuk turut serta aktif
melaksanakan semua keputusandan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan.

Gaya kepemimpinan partisipatif lebih menekankan pada tingginya dukungan dalam


pembuatan keputusan dan kebijakan tetapi sedikit pengarahan.
 Ciri-cirinya adalah:

- Pemimpin melakukan komunikasi dua arah

- Secara aktif mendengar dan respons segenap kesukaran bawahan

- Mendorong bawahan untuk menggunakan kemampuan secara operasional

- Melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan

- Mendorong bawahan untuk berpartisipasi

- Tingkat kematangan bawahan dari sedang ke tinggi 

Contoh : berdiskusi dengan karyawan untuk merancang sistem waktu yang fleksibel,
dapat menghasilkan perencanaan jadwal kerja yang lebih baik dan dapat sebagai tanda
perhatian pemimpin atas kebutuhan karyawannya.

d. Laissez Faire
Pemimpin memberikan kebebasan bertindak, menyerahkan perannya sebagai
pemimpin kepada bawahannya tanpa diberi petunjuk atau bimbingan serta pengawasan.
Pemimpin sangat sedikit merencanakan dan membuat keputusan. Gaya kepemimpinan ini
efektif bila bawahan mempunyai kemampuan dan tanggung jawab yang tinggi. Bila
tanggung jawab bahawan kurang, cenderung menimbulkan keresahan dan frustasi.

Pemimpin laissez Faire memiliki ciri perilaku sebagai berikut:


- Sedikit atau tidak memberi arahan
- Tidak mengkritik
- Sama sekali tanpa pengawasan
- Menempatkan penekanan pada kelompok
- Membagi pengambilan keputusan kepada kelompok
- Menggunakan komunikasi ke atas ke bawah antar anggota kelompok
- Memotivasi dengan dukungan jika diminta oleh kelompok atau individu
Contoh : kepala ruangan tidak pernah mau tau apa yang sedang terjadi di ruangan,
staf perawat yang tidak disiplin tidak mendapat teguran, yang penting aman.

Teori Kepemimpinan Kontemporer


Akhir tahun1970-an , teoritikus mulai berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung
pada banyak variabel,termasuk budaya organisasi,nilai pemimpin dan
bawahan,pekerjaan,lingkungan,pengaruh pemimpin/manajer,dan kompleksitas situasi. Usaha
untuk mengintegrasikan variabel ini tampak dalam teori kepemimpinan interaksional
kontemporer dan transformasional. Teori ini menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen
seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai tujuan
organisasi

1. Kepemimpinan Interaksional
Teori interaksional adalah bahwa perilaku kepemimpinan secara umum ditentukan oleh
hubungan antara kepribadian pemimpin dan situasi tertentu.
Schein(1970) merupakan orang pertema yang menggunakan model bahwa manusia
adalah makhluk kompleks , yang memandang lingkungan sebagai sistem terbuka
terhadap apa yang mereka respons. Sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan objek
yang satu sama lain saling berhubungan, termasuk juga di antara atributnya. Sistem
dianggap terbuka jika terjadi pertukaran materi,energi,atau informasi dan lingkungannya.
Berdasarkan teori sistem,model Schein memiliki asumsi sebagai berikut:
 Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks dan sangat berbeda-beda. Mereka
memiliki berbagai motif untuk melakukan sesuatu. Contohnya, kenaikan gaji
dapat berarti status pada seseorang ,keamanan bagi yang lain ,juga keduanya.
 Motif manusia tidak selalu konstan,tetapi berubah dari waktu ke waktu.
 Tujuan dapat berbeda dalam berbagai situasi. Contohnya,tujuan suatu kelompok
informal sangat berbeda dengan tujuan kelompok formal.
 Kinerja dan produktivitas seseorang dipengaruhi oleh sifat tugas dan oleh
kemampuan,pengalaman,dan motivasinya.
 Tidak ada strategi kepemimpinan tunggal yang efektif dalam setiap situasi.

Menurut Hollander, perubahan kepemimpinan meliputi tiga elemen dasar :


 Pemimpin,termasuk kepribadian,persepsi,dan kemampuannya.
 Pengikut,dengan kepribadian,persepsi,dan kemampuannya.
 Situasi ketika pemimpin dan bawahan berfungsi, termasuk norma,ukuran,serta
identifikasi kelompok formal dan informal.

Keefektifan kepemimpinan,menurut Hollander, menuntut kemampuan


menggunakan proses pemecahan masalah:mempertahankan keefektifan
kelompok,berkomunikasi,dengan baik :menunjukkan keadilan,kompetensi,dapat
diandalkan ,dan kreativitas pemimpin dan membangun identifikasi kelompok.

Greenleaf(1977) menciptakan istilah kepemimpinan pelayan. Manajer yang ia


sebut pemimpin pelayan,menjadikan pelayanan kepada orang lain, termasuk
karyawan,pelanggan,dan komunitas,sebagai prioritas. Manajer yang berhasil dan
berkualitas memiliki beberapa ciri berikut :
 Mampu mendengarkan dengan pemahaman yang mendalam
 Mampu berpikiran terbuka dan mendengar tanpa menghakimi
 Mampu mengatasi ambiguitas,paradoks,dan isu yang kompleks
 Yakin bahwa menginformasikan tantangan kritis secara jujur kepada semua pihak
dan meminta masukan lebih penting dibandingkan pemecahan masalah secara
pribadi .
 Memiliki tujuan yang jelas dan mengarahkan dengan baik tanpa memberi perintah
 Mampu menjadi pelayan,pembantu,dan pengjar , kemudian menjadi pemimpin.
 Selalu berpikir sebelum interaksi
 Memilih kata secara cermat sehingga tidak merugikan mereka yang dipimpin.
 Mampu memprediksi dan intuitif
 Melihat sesuatu secara keseluruhan dan merasakan ketrikatan
- Ouchi(1981), Teori Z istilah yang digunakan Ouchi untuk tipe manajemen
ini , adalah perluasan teori Y McGregor dan mendukung kepemimpinan
demokratik. Karakteristik teori Z termasuk konsensus pengambilan keputusan,
kesesuaian karyawan dengan pekerjaannya, keamanan kerja,perlambatan
promosi,memiliki konsekuensi jangka panjang pengambilan keputusan
manajemen, siklus mutu , jaminan mutu, jaminan waktu pengaryaan, adanya
ikatan tanggung jawab yang kuat antara atasan dan bawahan ,dan perhatian
yang holistik utnuk karyawan.

- Pada tahun 1990-an , teori Z kehilangan dukungan dari banyak teoritikus


manajemen . Glasser (1994) menyatakan bahwa manajer Amerika tidak
mampu menerapkan gagasan yang sama ke dalam praktik di Amerika Serikat.
Teori Z terlalu mengabaikan beberapa variabel yang mempengaruhi
keefektifan kepemimpinan. Teori ini juga mengalami masalah yang sama
seperti teori situasional yang tidak secara adekuat mengenali interaksi yang
dinamis antara karyawan dan pimpinan.

- Nelson dan Burns (1984) menyatakan bahwa organisasi dan pimpinannya


memiliki empat tingkat perkembangan dan tingkatan ini memengaruhi
produktivitas dan kepuasan karyawan.

Tingkatan pertama adalah reaktif. Pimpinan yang reaktif berfokus pada masa
lalu, mendorong krisis,dan sering kali sewenang-wenang kepada karyawan.
Tingkatan kedua , responsif. Pimpinan mampu membentuk karyawan untuk
bekerja sama dalam satu tim, meskipun pimpinan tetap bertanggung jawab
mengambil keputusan.
Tingkatan ketiga , yaitu proaktif. Pimpinan dan bawahan menjadi lebih
berorientasi masa depan dan memegang kendali nilai-nilai. Manajemen dan
pengambilan keputusan lebih partisipatif. Pada tingkatan keempat atau
terakhir, tampak kinerja tim tinggi , produktivitas maksimum , dan kepuasan
karyawan.
- Brandt (1994) model kepemimpinan interaktif menyatakan bahwa pimpinan
menciptkan lingkungan kerja yang mendukung otonomi dan kreativitas
dengan memberikan nilai dan memberdayakan bawahan. Tanggung jawab
pemimpin meningkat karena prioritas tujuan organisasi tidak dapat dibatasi ,
dan pemberian otoritas tidak hanya kekuasaan, tetapi juga tanggung jawab dan
komitmen. Perhatian pimpinan untuk setiap karyawan menurunkan tingkat
kompetisi di antara karyawan dan mendukung suasana kolegialitas sehingga
pemimpin tidak terbebani upaya menyelesaikan konflik karyawannys.
Pemimpin dalam model ini memahami apa yang dimaksud oleh Drucker
(1992) bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab, bukan kedudukan atau
pangkat.

- Wolf dan rekan (1994) juga menekankan model kepemimpinan interaktif


dalam karya mereka tentang “matriks praktik kolaboratif”. Matriks ini
menyoroti kerangka kerja bagi pengembangan dan pemberian dukungan pada
hubungan antara dan di antara profesional yang bekerja bersama.
Menekankan pada kelompok kerja seperti bagaimana pengaruh harapan,nilai
personal, dan hubungan interpersonal terhadap kemampuan pemimpin dan
bawahan untuk mencapai visi organisasi.

- Kanter (1989) menyimpulkan dengan baik teori interaktif tersebut dengan


pernyataan bahwa otoritas jabatan dan posisi tidak lah dapat mempengaruhi
bawahan yang didorong untuk memikirkan diri sendiri sehinggga manajer
harus belajar bersinergi dengan bawahan.

2. Kepemimpinan Transformasional
Burns(1978), seorang ahli di bidang interaksi pemimpin dan bawahan, menyatakan
bahwa pemimpin dan bawahan memiliki kemampuan untuk saling mendukung ke
tingkatan motivasi dan moral yang lebih tinggi. Dengan mengidentifikasi konsep ini
sebagai kepemimpinan transformasional, Burns menyatakan bahwa ada dua tipe
pemimpin dalam manajemen. Manajer tradisional berfokus pada pelaksanaan keseharian,
dengan istilah pemimpin transformasional. Perbedaan kedua tipe pemimpin tersebut
ditampilkan dalam petunjuk 1.2.
Visi merupakan inti kepemimpinan transformasional. Visi menyiratkan kemampuan
menggambarkan keadaan masa depan dan menjelaskannya kepada orang lain sehingga
mereka mengetahuinya. Menyamakan visi baru memberi energi yang diperlukan untuk
menggerakan unit organisasi menuju masa depan.

Wolf dan rekan(1994) mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai


“hubungan interaktif,dilandasi kepercayaan, yang secara positif berdampak pada
pemimpin dan bawahan. Tujuan pimpinan dan bawahan menjadi terfokus ,menciptakan
kesatuan, tujuan menyeluruh dan kolektif”. Pemimpin transformasional dengan kinerja
tinggi menunjukkan komitmen yang kuat pada profesi dan organisasi serta mampu
mengatasi hambatan dengan menerapkan pembelajaran kelompok (group learning).
Kepercayaan diri ini datang dari rasa kendali diri yang kuat. Pemimpin transformasional
juga mampu menciptakan linglkungan sinergis yang mempercepat perubahan. Perubahan
terjadi karena pemimpin transformasional yang futuristik berfokus pada kreativitas dan
inovasi. Pemimpin transformasional juga memperhatikan budaya organisasi dan
menekankan nilai dan perilaku yang sama secara terus-menerus kepada stafnya
(wolf,Boland,& Aukerman,1994).

Tyrell(1994) yang mengidentifikasi bahwa “memiliki visi” adalah atribut pemimpin


transformasional, menyatakan bahwa “perawat pada semua tingkatan diharapkan
menerapkan kepemimpinan dalam lingkungan praktik keperawatan dan kepemimpinan
yang memiliki visi memungkinkan perawat meciptakan gambaran masa depan yang
ideal. Dalam menjelaskan visinya, pemimpin transformasional memberdayakan stafnya
untuk menggali kesamaan dan rasa keterikatan.”
PETUNJUK 1.2
Pemimpin Transaksional dan Transformasional
Pemimpin Transaksional Pemimpin Transformasional
- Berfokus pada tugas - Mengidentifikasi nilai yang
manajemen seorang umum
pengurus - Berkomitmen
- Menggunakan - Menginspirasi orang lain
pertukaran(tradeoffs) untuk dengan visi
mencapai tujuan - Memiliki visi jangka panjang
- Nilai bersama tidak di - Melihat efek
identifikasi - Memberdayakan orang lain
- Mengkaju penyebab
- Menggunakan hadiah
kontingensi

Perlu diingat bahwa organisasi dan lingkungan berperan penting dalam mengembangkan
dan mendukung keterampilan kepemimpinan transformasional dan transaksional para
karyawannya. Jalinan kerja sama tersebut harus simbiosis.

Teori Kontingensi

Pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1940-an para ahli meyakini bahwa sebagian
besar pemimpin tidak sesuai dengan gambaran yang ada di buku, mereka meyakini bahwa
seorang pemimpin bergerak secara dinamis sebagai respon terhadap situasi baru. Maka dari itu
berkembanglah Teori Kontingensi yang mana semua hal dipengaruhi oleh situasi saat itu.
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses di mana
kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung dengan situasi tugas
kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat daripada gaya kepemimpinannya,
kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain,
menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya,
tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Unsur utama manajer adalah kemampuan manajer dan penghargaan kepada kelompok,
bergantung pada situasi suatu organisasi. Fielder (1967) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan
yang paling tepat adalah ideal dengan situasi. Dia menekankan bahwa hubungan antara
kelompok manajer dan pegawai merupakan unsur yang penting dalam menilai sebagai manajer
yang baik.
Untuk menilai sistem motivasi dari pemimpin, pemimpin harus mengisi suatu skala sikap
dalam bentuk skala semantic differential, suatu skala yang terdiri dari 16 butir skala bipolar. Skor
yang diperoleh menggambarkan jarak psikologis yang dirasakan oleh peminpin antara dia sendiri
dengan “rekan kerja yang paling tidak disenangi” (Least Prefered Coworker = LPC). Skor LPC
yang tinggi menunjukkan bahwa pemimpin melihat rekan kerja yang paling tidak disenangi
dalam suasana menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin dengan skor LPC yang tinggi ini
berorientasi ke hubungan (relationship oriented). Sebaliknya skor LPC yang rendah
menunjukkan derajat kesiapan pemimpin untuk menolak mereka yang dianggap tidak dapat
bekerja sama. Pemimpin demikian, lebih berorientasi ke terlaksananya tugas (task oriented).
Fiedler menyimpulkan bahwa:
1. Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke tugas) cenderung
untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang menguntungkan, maupun
yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.

2. Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke hubungan)


cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok yang sederajat dengan
keuntungannya.

Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi /
lingkungan yang mempengaruhi gaya Pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a. Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (Position power)

Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan ini berbeda dengan sumber kekuasaan yang berasal
dari tipe kepemimpinan yang kharismatis, atau keahlian (expertise power). Berdasarkan atas
kekuasaan ini seorang pemimpin mempunyai anggota-anggota kelompoknya yang dapat
diperintah / dipimpin, karena ia bertindak sebagai seorang Manager, di mana kekuasaan ini
diperoleh berdasarkan atas kewenangan organisasi (organizational authority).
b. Struktur tugas (task structure)

Pada dimensi ini Fiedler berpendapat bahwa selama tugas-tugas dapat diperinci secara jelas dan
orang-orang diberikan tanggung jawab terhadapnya, akan berlainan dengan situasi di mana
tugas-tugas itu tidak tersusun (unstructure) dan tidak jelas. Apabila tugas-tugas tersebut telah
jelas, mutu daripada penyelenggaraan kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota
kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan kerja, daripada apabila
tugas-tugas itu tidak jelas atau kabur.
c. Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya (Leader-member relations)

Dalam dimensi ini Fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan seorang pemimpin.
Kekuasaan atas dasar kedudukan / jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara lebih luas
dalam suatu badan usaha / organisasi selama anggota kelompok suka melakukan dan penuh
kepercayaan terhadap kepimpinannya (hubungan yang baik antara pemimpin-anggota).

Berdasarkan ketiga variabel ini Fiedler menyusun delapan macam situasi kelompok yang
berbeda derajat keuntungannya bagi pemimpin. Situasi dengan dengan derajat keuntungan yang
tinggi misalnya adalah situasi dimana hubungan pemimpin-anggota baik, struktur tugas tinggi,
dan kekuasaan kedudukan besar. Situasi yang paling tidak menguntungkan adalah situasi dimana
hubungan pemimpin-anggota tidak baik, struktur tugas rendah dan kekuasaan kedudukan sedikit.

Teori Manajemen Scientific (1900-1930)

Scientific management adalah manajemen yang menggunakan ilmu (science) dan scientific
method. Sedangkan Sciectific method adalah suatu pendekatan yang tepat terhadap suatu objek
ilmu yang tujuan utamanya ialah untuk menambah pengetahuan yang sudah ada. Scientific
management memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tersusun secara sistematis atau teratur.


2. Dapat dipelajari dan diajarkan.
3. Menggunakan metode-metode ilmiah.
4. Dapat dijadikan suatu teori.
5. Objektif dan rasional.

Frederick W. Taylor, ‘bapak manajemen sains”, adalah insinyur mekanik di pabrik baja Midvale
dan bathlehem di Pennsylvania pada akhir 1800an. Empat manajemen sains seperti yang
diidentifikasikan oleh taylor adalah :
1. “Rule of thumb” tradisional berarti pengorganisasian kerja harus digantikan dengan
metode sains. Dengan kata lain, dengan menggunakan studi tentang waktu dan gerak dan
keahlian pekerja yang berpengalaman, pekerjaan dapat dirancang secara sains untuk
meningkatkan efesiensi waktu dan energy sebesar-besarnya.
2. Siastem sains personal harus dibangun sehingga pekerja dapat dikontrak,dilatih, dan
dipromosikan berdasarkan pada kompetensi dan kemampuan teknisnya. Taylor berpikir
bahwa setiap kemampuan dan keterbatasan pekerja dapat diidentifikasikan sehingga
kesesuaian terbaik antara pekerja dan pekerjaan dapat diperoleh.
3. Pekerja harus dihargai dengan insentif yang sesuai dengan apa yang mereka hasilkan.
Upah yang didasarkan atas jumlah jam kerja tidak tepat, bukan karena perbedaan dalam
produktivitas individu melainkan kebutuhan ekonomi adalah faktor penting yang menjadi
motif seseorang untuk bekerja. Taylor memandang sebagai “budak ekonomi” yang hanya
termotivasi dengan uang, pekerja dibayar sesuai dengan tingkat produksinya,daripada
gaji per jam.
4. Pekerjaan harus dibagi sehingga manager merencanakan pekerjaan dan pekerja mengikuti
rencana harus dibagi secara seimbang. Namun, peran mereka tidak sama. Peran manajer
atrau “manusia fungsional terdepan” seperti yang disebutkan, adalah merencanakan,
mempersiapkan, dan mengawasi. Peran pekerja adalah melakukan pekerjaan.

Hasil dari manajemenen scientific/sains yaitu


e. Produktivitas dan keuntungan yang meningkat secara dramatis
f. Organisasi dilengkapi dengan perangkat rasional energy revolusi industry yang
harmonis

Teori fungsi manajemen (Fayol,1925) : fungsi manajemen, hubungan proses


keperawatan dengan proses fungsi manajemen
Henry Fayol mengemukakan teori dan tehnik administrasi sebagai pedoman bagi
pengelolaan organisasi yang kompleks. Fayol membagi proses manajemen menjadi
lima tahap (POCCC), yaitu:
1) Planning
Merupakan prioritas utama seorang manager dalam melaksanakan fungsi
manajemen. Kegiatan dalam planning antara lain: seleksi prioritas, menentukan
hasil dan metode untuk mencapai hasil/produk terbaik.
2) Organizing
Dapat diartikan sebagai suatu bentuk aktivitas penyusunan struktur organisasi dan
pembagian tugas dan wewenang untuk implementasi perencanaan.
3) Commanding
Mempunyai arti pemberian perintah kepada staff untuk mencapai tujuan
organisasi. Seorang manajer memberikan perintah berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat sebelumnya. Pemberian perintah disampaikan dengan komunikasi
yang baik agar mudah dipahami oleh staff dan tujuan tercapai.
4) Coordinating or directing
Seorang manajer memberikan motivasi dan pengarahan kepada staff untuk
mencapai tujuan organisasi. Motivasi didefinisikan suatu strategi mayor seorang
manajer untuk mempengaruhi bawahan dalam bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi. Manajer harus mampu mempertahankan motivasi bawahan pada
tingkat tinggi.
5) Controlling
Merupakan fungsi manajemen dalam bentuk monitoring terhadap pelaksanaan
perencanaan, proses dan sumber yang efektif, efisien untuk mencapai tujuan
organisasi. Fungsi controlling berupa pemberian feedback informasi tentang hasil
dan outcome aktivitas pekerjaan dan melakukan follow up dengan
perencanaan.Kegiatan proses manajemen tersebut sering disebut sebagai
fungsionalisme Fayol.
Berdasarkan gambar diatas terlihat dengan jelas bahwa proses manajemen
merupakan suatu siklus yang harus dilakukan secara berurutan. Proses manajemen
mempunyai kemiripan dengan proses keperawatan. Keduanya merupakan suatu siklus
dan terdapat perbedaan fungsi seperti terlihat pada table 1.3. Contohnya seperti perawat
– manager yang mempunyai bagian penting dalam pekerjaan sehari-hari dalam membuat
budget(planning). Mengadakan perubahan system manajemen perawatan pasien dari
primary care menuju team nursing (Organizing). Kegiatan dalam staffing juga meliputi
pembagian shif perawat. Perawat manajer juga harus bertemu dengan stafuntuk
menyelesaikan konflik antara perawat dengan tim kesehatan lain (Directing) dan
melakukan penilaian kinerja karyawannya (Controlling).

Alasan Pentingnya Manajemen


Banyak orang bertanya: Mengapa manajemen diperlukan? siapa yang akan
melaksanakannya? Pertanyaan tersebut sering kali muncul ketika kita ada dalam suatu
organisasi baik formal maupun nonformal. Berdasarkan pendapat para ahli tentang
manajemen, maka dapat disimpulkan ada tiga alasan mendasar, mengapa manajemen
diperlukan, yaitu:
1) Mencapai tujuan organisasi. Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi dan juga tujuan individu yang ada dalam organisasi tersebut.
2) Menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen
dibutuhkan untuk menjaga I'llkeseimbangan antara tujuan, sasaran dan kegiatan yang
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan organisasi, seperti;
pimpinan, pegawai, pelanggan, serikat kerja, masyarakat, pemerintah (pemerintah
daerah), dan lain-lain.
3) Mencapai efisiensi dan efektivitas. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan benar, sedangkan efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih
tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.

Perbedaan Pemimpin dan Manajer Manajemen


Kaitan Kepemimpinan dan Manajemen
1. Kepemimpinan adalah salah satu bagian penting dari manajemen, khususnya dalam fungsi
pengarahan.
2. Kepemimpinan tidak sama dengan manajemen. Dalam manajemen, kepemimpinan
merupakan salah satu bagian dari manajemen untuk mengarahkan dan mempengaruhi
anggota – anggotanya dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen
selalu berkaitan dengan organisasi, apapun bentuknya. Sedangkan kepemimpinan tidak
hanya ada dalam lingkungan organisasi, tetapi dapat muncul dan ada dimana saja, dan
kapan saja, sepanjang ada seseorang yang berusaha mengarahkan dan mempengaruhi
perilaku orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah bagian penting dari manajemen tetapi
tidak sama dengan manajemen. Seorang Manajer harus berperilaku atau melaksanakam
fungsi kepemimpinan atau leadership, namun seorang Pemimpin belum tentu seorang
Manajer.

Manajer Pemimpin
Orang yang bertugas mengarahkan dan Orang yang memiliki kemampuan untuk
mengatur suatu kelompok untuk mencapai mempengaruhi, memotivasi, dan membuat
tujuan tertentu orang lain berkontribusi untuk mencapai suatu
tujuan bersama
Posisi diperoleh secara formal sesuai struktur Kekuasaan sesuai dengan kontrak sosial
organisasi dengan anggota bawahan / seringkali tanpa
kewenangan
Mempunyai peran pada lingkungan kerja Mempunyai peran yang lebih beragam
yang formal saja (formal – non informal)
Menjamin terlaksananya pekerjaan dengan Menjamin terlaksananya pekerjaan dengan
pengendalian pemberdayaan
Berorientasi pada system/peraturan Berorientasi pada sumber daya manusia nya
Menekankan pada control, pembuatan Fokus pada proses kelompok, pengumpulan
keputusan, analisa keputusan, dan hasil info, umpan balik, pemberdayaan yang lain
Berkaitan dengan tugas jangka pendek dan Berkaitan dengan tugas jangka panjang dan
operasional strategis
Menghindari / mengontrol resiko Berani menghadapi tantangan
Mengurusi kompleksitas Mengurusi perubahan
Mempunyai bawahan yang suka / tidak suka Mempunyai bawahan yang suka / sukarela

Perkembangan Teori Manajemen


Perkembangan teori manajemen terjadi dari masa ke masa, mulai dari teori manajemen
ilmiah sampai teori manajemen modern.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, sekaligus menjadi awal dari perkembangan
dunia industri, menyebabkan ilmu tentang manajemen juga mengalami perkembangan. Dalam
perkembangannya ilmu manajemen memiliki beberapa aliran , yaitu :
1. Aliran klasik : a. Manajemen ilmiah
b. Teori organisasi klasik
2. Aliran hubungan manusiawi (neoklasik)
3. Aliran manajemen modern : a. perilaku organisasi

b. aliran kuantitatif
Sejarah Perkembangan Aliran Manajemen Kontributor
Teori Manajemen
Periode
1870 -1930 Manajemen Ilmiah Frederick W. Taylor
Frank & Lillian Gilbreth
Henry Gantt
Haringthon Emerson
1900 -1940 Teori Organisasi Klasik Henry Fayol
James D. Mooney
Mary Parker Follett
Herbert Simon
1930 –1940 Hubungan Manusiawi Hawthorne Studies
Elton Mayo
Fritz Roethlisberger
Hugo Munsterberg
1940 –sekarang Manajemen Modern Abraham Maslow, Douglas
McGregor, Chris Argyris, David
McCleland, Robert Blake, Jane
Mouton, Peter Drucker, dll.

 TEORI MANAJEMEN KLASIK


Revolusi Industri abad 19 menyebabkan meningkatnya kebutuhan atas suatu pendekatan
manajemen yang sistematik.
Dua tokoh yang mengawali munculnya manajemen ilmiah:

1. Robert Owen (1771-1858)


Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di
New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan
faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja,
apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik
kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan
kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan. Atas
hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai Bapak Manajemen Personalia.
Menurutnya, perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan
laba sehingga investasi yang paling menguntungkan adalah pada karyawan atau “vital
machine”.

2. Charles Babbage (1792-1871)


Charles Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh
perhatian dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa aplikasi prinsip-
prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja
menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan efisien. Dia
menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan dalam penerapan prinsip-
prinsip manajemen.
Menurutnya, aplikasi prinsip-prinsip ilmiah pada proses kerja akan menaikkan
produktivitas dan menurunkan biaya. Babbage adalah penganjur pertama prinsip
pembagian kerja melalui spesialisasi, menciptakan kalkulator mekanis pertama dan
beberapa kontribusi lainnya.

A. Manajemen ilmiah
Aliran manajemen ilmiah (scientific management) ditandai kon-tribusi-kontribusi
dari Frederick W. Taylor, Frank dan Lillian Gil-breth, Hemy L. Gantt, dan Harrington
Emerson, yang akan diuraikan satu persatu.

1. Frederick W. Tayor (1856 - 1915).


Manajemen ilmiah mula-mula dikembangkan oleh Frederick Winslow
Taylor sekitar tahun 1900- an.Taylor disebut sebagai "bapak manajemen
ilmiah". Dalam buku-buku literatur, manajemen ilmiah sering diartikan
berbeda.
- Penerapan metoda ilmiah pada studi, analisa dan pemecahan masalah-
masalah organisasi.
- Seperangkat mekanisme/teknik -a bag of tricks untuk meningkatkan
efisiensi kerja organisasi
Prinsip dasar penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen:
- Pengembangan metoda-metoda ilmiah dalam manajemen
- Seleksi ilmiah untuk karyawan
- Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan
- Kerjasama yang baik antara manajemen dan karyawan

2. Frank dan Lilian Gilbreth (1868-1924)


Frank Gilbreth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu,
menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami Taylor. Dia sangat
tertarik terhadap masalah efisiensi, terutama untuk menemukan "cara terbaik
pengerjaan suatu tugas".
Sedangkan Lilian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam
kerja, seperti seleksi, penempatan dan latihan personalia. Dia mengemukakan
gagasannya dalam bukunya yang bexjudul The Psychology of Management.
Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir : membantu para
karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai mahluk hidup.

3. Hemy L. Gantt (1861 - 1919).


Seperti Taylor, Hemy L. Gantt mengemukakan gagasan-gagasan :
a. kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan
manajemen.
b. seleksi ilmiah tenaga kerja.
c. sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas dan,
d. penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci. Kontribusinya
yang terbesar adalah penggunaan metode grafik, yang dikenal sebagai
"bagan Gantt" ( Gantt Chart ), untuk perencanaan, koordinasi dan
pengawasan produksi.

4. Harrington Emerson (1853 - 1931).


Pemborosan dan ketidakefisienan adalah masalah-masalah yang dilihat
Emerson sebagai penyakit sistem industri. Oleh sebab itu Emerson
mengemukakan 12 (dua belas) prinsip-prinsip efisiensi yang sangat terkenal,
yang secara ringkas adalah sebagai berikut :
a. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
b. Kegiatan yang dilakukan masuk akal
c. Adanya staf yang cakap.
d. Disiplin.
e. Balas jasa yang adil.
f. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat, sistem informasi
dan akuntansi.
g. Pemberian perintah - perencanaan dan pengurutan kerja.
h. Adanya standar-standar, skedul-skedul, metode dan waktu setiap
kegiatan.
i. Kondisi yang distandardisasi.
j. Operasi yang distandardisasi.
k. Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar.
l. Balas jasa efisiensi - rencana insentif.

Teori Organisasi Klasik

1. Hemi Fayol (1841 - 1925).


Hemi Fayol, seorang industrialis Perancis, mengemukakan teori dan teknik-teknik
administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks
dalam bukunya yang terkenal, Administration Industrielle et Generale(Administrasi
Industri dan Umum). Dalam teori administrasinya Fayol memerinci manajemen
menjadi lima unsur, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah,
pengkoordinasian dan pengawasan
Fayol membagi operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yang
semuanya saling tergantung satu dengan yang lain. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah
(1) teknik - produksi dan manufacturing produk, (2) komersial : pembelian bahan
baku dan penjualan produk (3) keuangan (finansial) : perolehan dan penggunaan
modal, (4) keamanan : perlindungan karyawan dan kekayaan, (5) akuntansi :
pelaporan, dan pencatatan biaya; laba dan hutang, pembuatan neraca, dan
pengumpulan data statistik, dan (6) manajerial.

2. James D. Mooney.
Mooney, mengkategorikan prinsip-prinsip dasar manajemen tertentu. Dia
mendefinisikan organisasi sebagai sekelompok, dua atau lebih, orang yang bergabung
untuk tujuan tertentu. Menurut mooney, untuk merancang organisasi perlu
diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu
(1) koordinasi : syarat-syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling
melayani, doktriri (perumusan tujuan) dan disiplin,
(2) prinsip skalar : proses skalar mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh
sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional,
(3) prinsip fung-sional : adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang
berbeda, dan
(4) prinsip staf : kejelasan perbedaan antara staf dan lini.

3. Mary Parker Follett (1868 - 1933).


Follett dan Barnard bertindak sebagai "jembatan" antara teori klasik dan hubungan
manusiawi, karena pemikiran mereka berdasarkan kerangka klasik, tetapi
memperkenalkan beberapa unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan
manusiawi.
Follett adalah ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi
pada perusahaan, industri dan pemerintah. Dia memberikan sumbangan besar dalam
bidang manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi
perusahaan. Dia menulis panjang lebar tentang kreatifitas, kerjasama antara manajer
dan bawahan, koordinasi dan p'emecahan konflik. Follett percaya bahwa konflik dapat
dibuat konstruktif dengan penggunaan proses integrasi dimana orang-orang yang
terlibat mencari jalan pemecahan bersama perbedaan-perbedaan diantara mereka. Dia
juga menguraikan suatu pola organisasi yang idel di mana manajer mencapai koordinasi
melalui komunikasi yang terkendali dengan para karyawan.

4. Chaster L.Barnard (1886 - 1961),


Chester Barnard, presiden perusahaan Bell Telephone di New Jersey, menulis
bermacam-macam subyek manajemen dalam bukunya The Functions of the Executive
yang ditulis pada tahun 1938. Dia memandang organisasi sebagai sistem kegiatan
yang diarahkan pada tujuan. Fungsi-fungsi utama manajemen, menurut pandangan
Barnard, adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Barnard menekankan pentingnya peralatan
komunikasi, untuk pencapaian tujuan kelompok. Dia juga mengemukakan teori
penerimaan pada wewenang. Menurut teorinya, bawahan akan menerima perintah
hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti atasan.
Barnard adalah pelopor dalam penggunaan "pendekatan sistem" untuk pengelolaan
organisasi.

 TEORI HUBUNGAN MANUSIAWI

Aliran hubungan manusiawi (neo klasik) muncul karena ketidakpuasan bahwa pendekatan
klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan keharmonisan kerja.

1. Hugo Munsterberg (1863-1916)


Hugo Munsterberg sering disebut "bapak psikologi industri". Dalam bukunya Psikology
and Industrial Efficiency, dia banyak menguraikan penerapan peralatan-peralatan
psikologi untuk membantu pencapaian tujuan produktifitas. Dia mengemukakan bahwa
untuk mencapai peningkatan produktifitas dapat dilakukan dengan melalui tiga cara :
(1) penemuan best possible person,
(2) penciptaan best possible work, dan
(3) penggunaan best posible effect untuk memotivasi karyawan.

Munsterberg menyarankan penggunaan teknik-teknik yang diambil dari psikologi


eksperimen. Sebagai contoh, berbagai metode tentang psikologi dapat digunakan untuk
memilih karakteristik tertentu yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan. Riset belajar
dapat mengarahkan pengembangan metode latihan. Dan studi perilaku manusia dapat
membantu perumusan teknik-teknik psikologi untuk memotivasi karyawan. Sebagai
tambahan, Munsterberg mengingatkan adanya pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya
terhadap organisasi.

2. Elton Mayo (1880 - 1949)


Bersama Fritz J. Roethlisberger dan William J. Dickson menemukan Hawthorne Effect.
"Hubungan manusiawi" sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan
cara di mana manajer berinteraksi dengan bawahannya. Bila "manajemen personalia"
mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja, hubungan manusiawi dalam
organisasi adalah "baik". Bila moral dan efisiensi memburuk hubungan manusiawi dalam
organisasi adalah "buruk". Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang baik, manajer
harus mengerti mengapa karyawan bertindak seperti yang mereka lakukan dan faktor-
faktor sosial dan psikologi apa yang memotivasi mereka. Elton Mayo, dan asisten
risemya Fritz J. Roethlisberger serta William J. Dickson, mengadakan suatu studi tentang
perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja yang sangat terkenal di pabrik
Howthorne milik perusahaan Western Electric dari tahun 1927 sampai 1932.

 MANAJEMEN MODERN
Manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama
merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku
organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran
kuantitatif (operation research dan management science atau manajemen operasi).
Aliran kuantitatif ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi (operations
research) dalam pemecahan masalah-masalah industri, yang didasarkan atas sukses team-team
riset operasi Inggris dalam Perang Dunia ke II. Sejalan dengan semakin kompleksnya komputer
elektronik, transportasi dan komunikasi, dan sebagainya, teknik-teknik riset operasi menjadi
semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan keputusan. Prosedur-prosedur riset
operasi tersebut kemudian diformalisasikan dan disebut aliran management science
Langkah-langkah pendekatan management science biasanya adalah sebagai berikut :
1) Perumusan masalah
2) Penyusunan suatu model matematis
3) Mendapatkan penyelesaian dari model
4) Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model.
5) Penetapan pengawasan atas hasil-hasil.
6) Pelaksanaan hasil dalam kegiatan-implementasi.

Perilaku Organisasi, Perkembangan aliran perilaku organisasi ditandai dengan pandangan dan
pendapat baru tentang perilaku manusia dan sistem sosial.
Prinsip dasar Perilaku Organisasi:
1) Manajemen tidak dipandang sebagai suatu proses teknik yang ketat.
2) Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan
pertimbangan hati-hati.
3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajemen indivdual untuk
pengawasan harus sesuai situasi.
4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap organisasi
sangat dibutuhkan.

Pendekatan sistem menyatakan bahwa semua organisasi menerima/mengambil input (sumber


daya) dari lingkungannya dan mengubah, memroses,sumber-sumber daya tersebut menjadi
output yang kemudian disebarkan kembali kelingkungannya.Pendekatan ini dapat membatu kita
memahami manajemen karena para manajer harus memastikan bahwa semua unit yang saling
terkait di dalam organisasi dapat bekerja sama dengan baik demi mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Pendekatan ini juga dapat membantu manajer memahami keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan yang diambil di satu bidang organisasi akan mempengaruhi bidang-bidang
lainnya, dan membantu mereka menyadari bahwa organisasi tidak sepenuhnyamandiri dan tidak
dapat mencukupi dirinya sendiri, melainkan bergantung pada lingkungannya untuk mendapatkan
input yang diperlukan untuk menampung atau menyerap output yang dihasilkan.

Pendekatan kontigensi

1. Mencoba menerapkan konsep dari berbagai aliran manajemen.


2. Tugas manajer adl mengidentifikasikan teknik mana, pada situasi tertentu, di bawah
keadaan tertentu dan pada waktu tertentu akan membantu pencapaian tujuan manajemen.
3. Perbedaan kondisi dan situasi membutuhkan aplikasi teknik manajemen yang berbeda
karena tidak ada teknik, prinsip dan konsep universal yang dapat diterapkan di seluruh
kondisi.

 Perkembangan teori manajemen di masa yang akan datang


Arah perkembangan teori manajemen selanjutnya:
1. Dominan: salah satu dari aliran utama muncul sebagai yang paling berguna
2. Divergence: setiap aliran berkembang melalui jalurnya sendiri
3. Convergence: aliran-aliran dapat menjadi sepaham dengan batasan-batasan di antara
mereka cenderung kabur.
4. Sintesa: masing-masing aliran berintegrasi
5. Proliferation: muncul lebih banyak aliran lagi
Peran Pemimpin

Menurut James A.F Stonen, peran utama seorang pemimpin adalah:

1. Pemimpin Harus Dapat Bekerja dengan Orang Lain

Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu
dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
diluar organisasi.

2. Pemimpin adalah Bertanggungjawab dan Mempertanggungjawabkan

Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas,


mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung
jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.

3. Pemimpin Harus Dapat Menyeimbangkan Pencapaian Tujuan dan Prioritas

Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur
waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.

4. Pemimpin Harus Berpikir Secara Analitis dan Konseptual

Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
5. Pemimpin adalah Seorang Mediator

Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah).

6. Pemimpin adalah Politisi dan Diplomat

Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang
diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

7. Pemimpin Harus Dapat Membuat Keputusan yang Sulit

Seorang pemimpin harus dapat menyelesaikan masalah dengan mengambil keputusan


yang terbaik untung kepentingan organisasinya

Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :

1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang
dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.

2. Fungsi Peran informal sebagai pemonitor, penyebar informasi dan juru bicara.

3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan,


sumber alokasi, dan negosiator

Fungsi Pemimpin

Fungsi Pemimpin

Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya
fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
> Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan
menyediakan fasilitasnya.
> Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing,
commanding, controling, dsb.

Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus
dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi
(1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan
berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial
keiompok atau organisasinya.

Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:


1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau
aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang
dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan
dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat
dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:

1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara
mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan
dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.

2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap
anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan
kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.

4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay
atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin
kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya
secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan
perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.

5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur
aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan
pengawasan.
Kemudian menurut Yuki (1998) fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan
mengarahkan karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi
guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan
antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam
mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi
bergerak kearah pencapaian sasaran. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan pertama-tama
terletak pada kedudukannya daiam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan
fungsinya sebagai pemimpin. Fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah :
 Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha untuk pencapaian tujuan
 Sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak luar.
 Sebagai komunikator yang efektif.
 Sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.

Fungsi pokok pimpinan adalah:


• Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh anggotanya.
• Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin
• Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar
Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu
menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan menjamin
kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan.

Fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut:


a. Pengambilan keputusan
b. Pengembangan imajinasi
c. Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d. Pengembangan kesetiaan para bawahan
e. Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana
f. Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g. Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i. Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j. Pertanggungjawaban semua tindakan

Kriteria Pemimpin yang Baik


1.Visioner

Pemimpin yang baik memiliki visi. Pemimpin yang baik tahu di mana tujuan mereka dan mereka
memimpin orang-orang menuju visi yang sama yang mereka miliki untuk kehidupan mereka,
komunitas, atau bahkan suatu bangsa. Mereka tidak hanya melihat hal-hal apa, tetapi pada apa
hal-hal bisa dilakukan.

2. Bergairah

Pemimpin yang baik bukan orang pasif. Mereka biasanya sangat bergairah dalam apa pun yang
mereka lakukan. Apakah itu olahraga atau bisnis, pemimpin sangat terfokus dan beberapa dari
mereka bahkan dikonsumsi oleh gairah mereka.

3. Bijaksana

Pemimpin yang baik adalah bijak dan cerdas. Menjadi seorang pemimpin sering berarti bahwa
mereka dibutuhkan untuk membuat keputusan penting pada berbagai titik dalam pelayanan
mereka. Memiliki kebijaksanaan untuk membuat keputusan yang tepat sangat penting dalam
memastikan keberhasilan organisasi.

4. Perhatian

Mereka memiliki Perhatian bagi pengikut mereka. Sementara mereka memahami mereka
memiliki tujuan untuk mengejar, mereka terus-menerus melihat ke belakang dan merawat orang-
orang yang mengikuti mereka. Mereka bukan orang-orang egois yang hanya memikirkan
kebutuhan mereka sendiri dan kemewahan, mereka juga memiliki hati untuk orang-orang di
bawah mereka juga.

5. Karismatik
Pemimpin yang baik adalah karismatik, mereka adalah orang-orang yang menarik dan mereka
menarik orang kepada mereka oleh kepribadian mereka yang bersinar. Entah itu cara mereka
berbicara, atau keunggulan mereka melayani kebutuhan dari orang-orang, para pemimpin
memiliki X-faktor yang orang merasa tertarik kepadanya.

6. Berkomunikasi dengan baik

Mereka sangat pandai orasi dan berbicara. Mereka sangat berpengalaman dalam berbicara di
depan umum dan mereka dapat mempengaruhi dan menginspirasi orang dengan hal-hal yang
mereka katakan. Dengan kemampuan ini, tidak mengejutkan bahwa mereka biasanya dapat
mengumpulkan pengikut yang baik.

7. Gigih

Mereka terus-menerus dalam mencapai tujuan mereka. Mereka memahami bahwa mencapai
tujuan dapat dipelajari dari berbagai kegagalan. Meskipun begitu, mereka melihat bahwa
manfaat mencapai tujuan lebih besar daripada kemunduran yang mereka alami. Hal ini membuat
mereka orang sangat gigih.

8. Integritas

Pemimpin yang baik memiliki integritas. Mereka berarti apa yang mereka katakan, dan mereka
mengatakan apa yang mereka maksud. Mereka adalah orang-orang yang menepati janji dan
mereka tidak memainkan permainan dua berwajah politik yang banyak orang lain lakukan.
Dengan demikian, orang-orang menganggap mereka dapat dipercaya dan mereka memberikan
komitmen mereka untuk para pemimpin sebagai hasilnya.

9. Berani

Mereka berani. Winston Churchill mengatakan bahwa keberanian adalah keutamaan di mana
semua sisa kebajikan orang lain . Selain hanya memiliki mimpi pipa, pemimpin yang baik cukup
berani untuk mengejar setelah itu. Ketakutan yang nyata, tetapi seorang pemimpin yang berani
mengejar mereka meskipun ketakutan.

10. Berdisiplin

Pemimpin yang baik sangat disiplin dalam mengejar tujuan mereka. Sementara kebanyakan
orang akan mudah terganggu atau putus asa, pemimpin yang baik mendisiplinkan diri mereka
untuk tetap fokus dan tetap stabil meskipun keadaan.

Peran Kepala Ruangan Sebagai Pemimpin

Dalam Institusi layanan keperawatan, para manajer bertugas untuk memastikan bahwa
keseluruhan tujuan yang telah ditetapkan oleh keperawatan dapat diwujudkan melalui
rangkaian kegiatan manajemen, baik yang bersifat fungsional maupun operasional. Untuk
dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen tersebut sesuai dengan fungsinya masing
masing, diperlukan oleh manajer keperawatan yang terlibat dalam kegiatan keperawatan.
Keahlian-keahlian tersebut meliputi sebagai berikut.

1. Keahlian teknis. Keahlian yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan spesifik,


seperti mengukur ttv, melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, dan lain
lain

2. Keahlian komunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Keahlian dalam


memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai individu di masayarakat.
Keahlian tersebut meliputi keahlian dalam berorganisasi, memotivasi,
meyakinkan klien, dan lain lain

3. Keahlian konseptual. Keahlian dalam berpikir secara abstrak, sistematis, termasuk


di dalamnya melakukan pengkajian, mendiagnosis, dan menganalisis berbagai
masalah dalam situasi berbeda-beda bahkan keahlian untuk memprediksai di masa
dating
4. Keahlian dalam pengambilan keputusan. Keahlian untuk mengidentifikasi
masalah sekaligus menawarkan berbagai alternative solusi atas permasalahan
yang dihadapi

5. Keahlian dalam mengelola waktu. Keahlian dalam memanfaatkan waktu secara


efektif dan efisien

6. Keahlian dalam manajemen global. Keahlian manajerial yang tidak saja terfokus
pada satu keadaan di negara tertentu, namun lintas negara bukan budaya

7. Keahlian terkait teknologi. Keahlian manajerial dalam mengikuti dan menguasai


berbagai perkembangan teknologi yang terjadi

Fungsi Manajer Keperawatan Sebagai Pemimpin

Secara teoritis para manager keperawatan melaksanakan kegiatan keperawatan yang


selalu berpijak kepada fungsi managemen keperawatan yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan melakukan penilaian atau evaluasi

a) Planning : Sebagai seorang manager keperawatan, merumuskan misi,visi, tujuan,


kebijakan, prosedur, dan peraturan peraturan dalam pelayanan keperawatan,
perkiraan proyeksi jangka pendek dan panjang serta menentukan jumlah biaya
dan mengatur adanya perubahan berencana

b) Organizing : Manager keperawatan merumuskan struktur organisasi model


penugasan keperawatan, uraian tugas dan staf dan memahami serta menggunakan
kekuasaan dan otoritas yang sesuai

c) Staffing : Manager keperawatan merumuskan kegiatan yang berhubungan dengan


kepegawaian

d) Directing : Sebagai Manajer mampu pemberian motivasi. Supervise, mengatasi


adanya konflik, pendelegasian, cara berkomunikasi, dan fasilitasi untuk
kolaborasi
e) Controlling : Manager keperawatan melakukan penilaian kinerja staf,
pertanggungjawaban keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan
etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan

B. Manajemen Dalam Keperawatan

Pengertian Manajemen Umum dan Manajemen Keperawatan

Manajemen Umum Manajemen Keperawatan


Menurut Gillies (1989), manajemen adalah proses Menurut Gillies (1994), manajemen keperawatan
untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan,
pengobatan dan bantuan terhadap para pasien.
Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi Menurut Nursalam (2007), manajemen
untuk melakukan semua kegiatan yang perlu keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam anggota staf keperawatan untuk memberikan
batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat asuhan keperawatan secara profesional.
administrasi.
Menurut Oie Liang Lie, manajemen Menurut Suyanto (2009), manajemen keperawatan
adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, adalah suatu pelayanan di rumah sakit yang
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga
dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak
yang telah ditentukan sebelumnya. (kepala bidang keperawatan), manajemen menegah
(kepala unit pelayanan atau supervisor), dan juga
manajemen bawah (kepala ruang perawatan)
Menurut Swanburg (2000), manajemen sebagai Menurut Swanburg (2000), Manajemen
ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan Keperawatan adalah suatu kelompok dari perawat
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional manajer yang mengatur organisasi dan usaha
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah keperawatan, memahami dan memfasilitasi
ditetapkan sebelumnya. pekerjaan perawat pelaksana serta mengelola
kegiatan keperawatan.
C.
D. Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah suatu proses
perencanaan pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan yang dilakukan dengan
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
E.
F. Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen keperawatan adalah suatu
proses pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh perawat manajer (tiga tingkatan manajerial)
yang memahami, memfasilitasi dan mengatur pekerjaan perawat pelaksana untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional terhadap para pasien.

Tujuan Manajemen Keperawatan


1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan.
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial.
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh komponen
yang ada.
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif dan
efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya.

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:


1. Terselenggaranya pelayanan/
2. Asuhan keperawatan yang berkualitas.
3. Pengembangan staf.
4. Budaya riset bidang keperawatan.
Perbedaan Manajemen Keperawatan dan Manajemen Asuhan keperawatan.
Manajemen Keperawatan lebih ditekankan pada bagaimana manajer keperawatan (secara
struktural) mengatur anggota staf keperawatan dan sumber daya yang lain untuk dapat
menyelesaikan tugas, sedangkan manajemen asuhan keperawatan digunakan oleh perawat dalam
menyelesaikan masalah pasien. Atau bisa dikatakan bahwa perawat adalah manajer asuhan
keperawatan.

Manfaat Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan memiliki beberapa fungsi dalam penerapannya. Diantaranya adalah


fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerak (actuating),
pengendalian (controlling), dan penilaian (evaluating).

a. Fungsi Perencanaan Manajemen Keperawatan

Perencanan yang diperlukan dalam manajemen keperawatan bertitik tumpu pada tujuan apa yang
ingin dicapai. Selain itu juga persiapan-persiapan tindakan yang perlu diambil untuk keadaan-
keadaan tertentu nantinya.Tujuannya agar tindakan perawat nanti dapat terarah dengan baik.

b. Fungsi Pengorganisasian Manajemen Keperawatan

Fungsi ini merupakan pengaturan setelah rencana. Jadi manajemen keperawatan juga mengatur
dan menentukan pembagian tugas pekerjaannya, macam, jenis, unit kerja, alat – alat, keuangan
dan fasilitas.

c. Fungsi Penggerak Manajemen Keperawatan

Tanda manajemen keperawatan yang berhasil adalah saat mampu menggerakkan orang – orang
agar mau atau suka bekerja. Manajemen keperawatan harus mampu menciptakan suasana bekerja
bukan hanya karena perintah, tetapi harus dengan kesadaran sendiri, termotivasi secara internal.
d. Fungsi Pengendalian Manajemen Keperawatan

Karena tugasnya adalah mengelola maka agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana harus
dilakukan pangawasan pada pelaksanaannya, apakah orang–orangnya, cara dan waktunya tepat.
Pengendalian ini juga berfungsi agar kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki.

e. Fungsi Penilaian Manajemen Keperawatan

Fungsi ini menunjukan manajemen keperawatan sebagai media pengukuran dan perbandingan
hasil – hasil pekerjaan yang seharusnya dicapai.

A. Prinsip Dasar Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan dapat dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan beberapa prinsip dasar berikut :
1. Manajemen keperawatan berlandaskan perencanaan
Perencanaan merupakan hal yang utama dari serangkaian fungsi dan aktivitas
manajemen. Tahap perencanaan dari manajemen tidak hanya terdiri dari
penentuan kebutuhan keperawatan pada berbagai kondisi klien, tetapi juga terdiri
atas pembuatan tujuan, pengalokasian anggaran, identifikasi kebutuhan pegawai,
dan penetapan struktur organisasi yang diinginkan. Perencanaan merupakan
pemikiran/konsep-konsep tindakan yang umumnya tertulis dan merupakan fungsi
yng penting didalam mengurangi risiko dalam pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, dan efek-efek dari perubahan.
Selama proses perencanaan, yang dapat dilakukan pemimpin keperawatan adalah
menganalisis dan mengkaji sistem, mengatur strategi organisasi dan menetukan
tujuan jangka panjang dan pendek, mengkaji sumber daya aktivitas spesifik serta
prioritasnya. Perencanaan dalam manajemen mendorong seorang pemimpin
keperawatan untuk menganalisis aktvitas dan struktur yang dibutuhkan dalam
organisasinya.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan.
Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan bergantung pada penggunaan waktu
yang efektif. Dalam keperawatan, manajemen sangat dipangaruhi oleh
kemampuan pimpinan keperawatan. Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus
mampu memanfaatkan waktu yang tersedia secara efektif. Hal demikian
dibutuhkan untuk dapat mencapai produktivitas yang tinggi dalam tatanan
organisasinya.
3. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan
Berbagai situasi dan permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan
keperawatan memerlukan pengambilan keputusan yang tepat diberbagai tingkatan
manajerial.
Semua tigkat manajer dalam keperawatan dihadapkan metode atau cara
pengambilan keputusan yang berdeda pula. Jika salah dalam pengambilan
keputusan akan berpengaruh terhadap proses atau jalannya aktivitas yang akan
dilakukan. Proses pengambilan keputusan akan sangat dipengaruhi oleh
kemampuan komunikasi dari para manajer.
4. Manajemen keperawatan harus terorganisasi
Pengorganisasian dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan organisasi dalam
rangka mencapai tujuan. Terdapat empat blok terorganisasi, yaitu unit,
departemen, top/tingkat eksekutif, dan tingkat operasional.
Prinsip pengorganisasian mencangkup hal-hal pembagian tugas (the devision of
work), koordinasi, kesatuan komando, hubungan staf dan lini, tanggung jawab dan
wewenang yang sesuai serta adanya rentang pengawasan. Dalam keperawatan,
pengorganisasian dapat dilaksanakan dengan cara fungsional/penugasan, alokasi
pasien, perawatan grup/tim keperawatan, dan pelayanan keperawatan utama
(Gillies, 1985).
5. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif
Komunikasi merupakan bagian penting dari aktivitas manajemen. Komunikasi
yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan akan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara pegawai dalam
suatu tatanan organisasi.
6. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
Pengendalian dalam manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan
manajemen sesuai dengan yang direncakanan. Selain itu, pengendalian
dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan tidak banyak terjadi kesalahan yang
berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan manjemen.
Pengendalian meliputi penilaian tentang pelaksankaan rencana yang telah dibuat,
pemberian intruksi, menetapkan prinsip-prinsip memalui penetapan standar, dan
membandingkan penampilan dengan standar serta memperbaiki kekurangan.

B. Peran dan Fungsi Manajemen


1. Peran Interpersonal : peran hubungan personal dapat terdiri
dari :
 Figur kepala (figur head): manajer mewakili organisasi
untuk kegiatan-kegiatan diluar organisasi
 Pemimpin (leader) : manajer mengkoordinasi,
mengendalikan, memotivasi, dan mendukung bawahan bawahannya.
 Penghubung (liaison) : manajer menghubungkan personal personal di
semua tingkatan manajemen.
2. Peran Informational :
 (nerve center) peran dari manajer sebagai pusat syaraf organisasi untuk
menerima informasi yg paling mutakhir.
 (disseminator) sebagai penyebar informasi keseluruh personal di
organisasi.
 (spokesman) Peran informasi lainnya adalah manajer sebagai juru bicara
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang informasi yg
dimilikinya.
3. Peran Decisional : yang dilakukan oleh manajer adalah
 Sebagai Entreprenuer, harus berupaya memperbaiki kinerja unitnya,
mempunyai ide-ide baru dan berupaya menerapkan ide tersebut.
 Sebagai orang yg menangani gangguan, keharusan pemimpin untuk
merespon tekanan-tekanan yang dihadapi organsasinya dan bagaimana
cara mengatasi gangguan yang mengancam organisasinya.
 Sebagai orang yg mengalokasikan sumber-sumber daya organisasi,
pemimpin memutuskan siapa akan menerima apa dalam unit
organisasinya.
 Sebagai negosiator jika terjadi konflik di dalam organisasi.

Fungsi perawat berbeda-beda dalam tipe organisasi yang berbeda. Organisasi


otokratik memberikan pengetahuan dan kekuasaan utama kepada satu orang dan
menempatkan orang lainpada peran bawahan. Organisasi birokratik menggunakan
kontrol melalui kebijakan, pekerjaan terstruktur, dan tindakan pembagian kategori.
Organisasi lain mendesentralisasikan kontrol dan menekankan pengarahan diri dan
disiplin diri anggotanya. Tipe organisasi lainnya adalah komponen dari sistem yang
berinteraksi secara interdependen dengan komponen lain dan beradaptasi secara dinamis
terhadap perubahan. Tipe organisasi ini khususnya bermanfaat bagi perawat yang
mengelola perawatan individu, keluarga, dan komunitas. Dalam skala yang lebih besar,
perawat manajer harus bekerja dalam kerangka kerja organisasi dari institusi tempatnya
bekerja.
Otoritas adalah kekuasaan resmi yang diberikan organisasi untuk mengarahkan
kerja orang lain. Otoritas merupakan komponen integral dalam pengelolaan. Otoritas
disalurkan melalui tindakan kepemimpinan, otoritas ditentukan secara luas oleh situasi,
selalu dikaitkan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat.
Tanggung gugat adalah kemampuan dan keinginan untuk memikul tanggung
jawab atas tindakan seseorang dan menerima konsekuensi perilaku seseorang. Tanggung
gugat dapat dipandang dalam kerangka kerja sistem hierarki, yang dimulai dari tingkat
individual, melalui tingkat institusi/profesional, dan kemudian ke tingkat masyarakat.
Pada tingkat individual atau klien, tanggung gugat tercermin dalam integritas etik
perawat. Pada tingkat institusi, tanggung gugat tercermin dalam pernyataan filosofi dan
objek dari departemen keperawatan dan pemeriksa keperawatan. Pada tingkat
profesianal, tanggung gugat tercermin dalam standar praktik yang dikembangkan oleh
asosiasi keperawatan nasional atau provinsi. Pada tingkat masyarakat, tanggung gugat
tercermin dalam undang-undang praktik perawat.
Agar berhasil, perawat manajer harus menerapkan otoritas dan memikul tanggung
gugat dalam mengimplementasikan fungsi manajerial perencanaan, pengorganisasian,
pemanduan (leading) dan pendelegasian, dan pengendalian. Fungsi-fungsi ini membantu
mencapai tujuan perawatan klien yang berkualitas.
1. Perencanaan
Perencanaan sering dianggap sebagai fungsi manjemen yang pertama dan paling
mendasar. Perencanaan adalah suatu proses yang mencakup langkah-langkah sebagai
berikut (Hellriegel, Jackson, dan Slocum,1999,hlm.218-222):
a. Memilih misi dan visi organisasi.
Misi menjelaskan tujuan atau alasan keberadaan organisasi. Visi
“mengungkapkan aspirasi dan tujuan mendasar organisasi. Pertanyaan visi
menambahkan jiwa pada pernyataan misi.”
b. Memikirkan tujuan departemen.
Unit keperawatan harus mencerminkan tujuan yang lebih global dari departemen
keperawatan dan lembaga perawatan kesehatan.
c. Memiliki strategi untuk mencapai tujuan.
Strategi adalah rangkaian tindakan yang akan dilakukan staf unit untuk mencapai
tujuan unit.
d. Memutuskan alokasi sumber daya.
Distributi uang, personel, perlengkapan, dan ruang fisik termasuk dalam alokasi
sumber daya.
Perawat manajer harus tetap ingat bahwa rencana adalah alat, bukan akhir. Solusi yang
cepat, tetapi tidak adekuat dapat menyebabkan seseorang mengabaikan gambaran besar.
Perencanaan dapat membantu perawat manajer untuk :
1. Mengidentifikasi kesempatan dimasa yang akan datang.
2. Mengantisipati dan menghindari masalah dimasa yang akan datang.
3. Menyusun strategi dan rangkaian tindakan.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah sistem formal hubungan kerja. Perawat manajer bertanggung
jawab untuk mengidentifikasi tugas tertentu dan menugaskannya pada individu atau
tim yang telah mendapatkan pelatihan dan memiliki keahlian untuk
melaksanakannya. Sejalan dengan pengorganisasian, perawat manajer bertanggung
jawab mengoordinasikan aktivitas untuk mencapai tujuan unit. Reformasi,
pengurangan (downsize), dan restrukturitas perawatan kesehatan semuanya
berdampak pada peran manajemen pengorganisasian.
3. Pemanduan (leading) dan Pendelegasian
Komponen dari pemanduan adalah pendelegasian. Pendelegasian adalah sebuah alat
utama dalam membuat pemakaian waktu menjadi paling efisien. Pendelegasian
adalah keterampilan implementasi tingkat tinggi. Untuk dapat mendelegasikan secara
efektif, perawat harus menyadari kebutuhan dan tujuan klien serta keluarga, aktivitas
keperawatan yang dapat membantu klien mencapai tujuan, serta keterampilan dan
pengetahuan personel pendukung dan personel keperawatan yang bervariasi.
Dalam pendelegasian, perawat harus juga menentukan jumlah dan tipe personel
yang seperti apa yang dibutuhkan. Keputusan mengenai pendelegasian dapat
dilandaskan pada informasi dari catatan klien, klien, perawat yang berwenang,
personel keperawatan lain, dan penilaian perawat itu sendiri.
Setelah menetapkan bahwa bantuan dibutuhkan, perawat harus mengidentifikasi
tipe bantuan yang dibutuhkan, berapa lama bantuan dibutuhkan, kapan bantuan
diperlukan, dan bantuan apa yang tersedia. Sebelum memulai aktivitas keperawatan,
perawat harus mengatur bantuan, biasanya dengan meminta bantuan pada orang yang
tepat di unit tersebut. Pendelegasian tidak mengharuskan perawat memiliki
pengetahuan dan keahlian personal untuk melakukan aktivitas keperawatan spesifik,
tetapi mengharuskan perawat mengetahui siapa yang memiliki pengetahuan dan
keahlian serta dapat mengenali kondisi saat pengetahuan dan keahlian itu dibutuhkan.
Aspek penting dari pendelegasian adalah pengembangan potensi personel
keperawatan dan pendukung. Dengan mengetahui latar belakang, pengalaman,
pengetahuan, keterampilan, dan kekuatan dari tiap orang, perawat dapat
mendelegasikan tanggung jawab yang dapat membantu mengembangkan kompetensi
masing-masing orang. Personel keperawatan yang mendapatkan pendelegasian perlu
disupervisi dan dievaluasi. Banyaknya supervisi yang dibutuhkan sangat tidak tetap
dan bergantung pada pengetahuan dan keterampilan setiap orang. Sebagai orang yang
menugaskan aktivitas tersebut dan mengamati pelaksanaannya, perawat berperan
dalam pross evaluasi.
4. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu metode untuk memastikan bahwa perilaku dan performa
konsisten dengan proses perencanaan. Pengendalian bukanlah sesuatu yang dilakukan
oleh manajer pada pegawai, tetapi lebih pada sesuatu yang dilakukan manajer
bersama dengan pegawai. Kendali formaal, terstruktur birokrtik, seperti deskripsi
kerja tertulis yang ringkas, peraturan dan prosedur ekstensif, dan kewenangan top-
down, adalah mekanisme pengendalian yang familier. Semakin banyak terdapat
dalam institusi perawatan kesehatan, pengendalian yang lebih fleksibel seperti
perbaikan kualitas yang terus-menerus (continuous quality improvement, CQI),
pengelolaan bersama (shared governance), dan pembentukan tim membantu membuat
pengendalian lebih mudah dan menjadi bagian integral dari proses manajemen.

Lingkup Manajemen Keperawatan


Manajer keperawatan yang efektif seharusnya mampu memfasilitasi pekerjaan perawat
pelaksana yang meliputi ; penggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditetapkan, menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan[ CITATION Sri16 \l 1057 ]. Untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen
tersebut, diperlukan beberapa keahlian manajemen. Keahlian tersebut meliputi [ CITATION NsR \l
1057 ]
I. Keahlian Teknis. Keahlian ini diperlukan untuk melakukan pekerjaan spesifik,
seperti mengukur tanda vital, melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan, dll.
II. Keahlian Berkomunikasi dan Berinteraksi dengan Masyarakat. Keahlian dalam
memahami dan melakukan interaksi dengan berbagai individu di masyarakat.
Keahlian tersebut meliputi keahlian dalam bernegosiasi, memotivasi, meyakinkan
klien, dll
III. Keahlian Konseptual. Keahlian dalam berpikir secara abstral, sistematis, termasuk
dalam melakukan pengkajian, mendiagnosis, dan menganalisis berbagai masalah
dalam situasi yang berbeda-beda bahkan memprediksi masa depan.
IV. Keahlian dalam Pengambilan Keputusan. Keahlian untuk mengidentifikasi masalah
dan menawarkan berbagai alternatif solusi atas persalahan yang dihadapi.
V. Keahlian dalam Mengelola Waktu. Keahlian dalam memanfaatkan waktu secara
efektif dan efisien.
VI. Keahlian dalam Manajemen Global. Keahlian ini tidak melihat pada keadaan satu
negara tertentu, melainkan lintas negara atau lintas budaya.
VII. Keahlian Terkait Teknologi. Keahlian dalam manajerial dalam mengikuti dan
mengusai perkembangan teknologi yang terjadi.

1. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari
tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai

kompetensi yang relevan[ CITATION Sri16 \l 1057 ].

Tingkat manajerial tersebut yaitu [ CITATION NsR \l 1057 ]:


a. Manajer Tingkat Puncak (top management)
Manajer tingkat puncak biasanya terdiri atas direktur utama, presiden direktur,
atau wakil direktur. Untuk manajemen tingkat ini, keahlian yang utama adalah
keahlian dalam hal konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen
keputusan, dan manajemen waktu.
b. Manajer Tingkat Menengah (middle management)
Manajer tingkat menengah biasanya terdiri atas para manajer, kepala divisi atau
departemen. Keahlian yang diperlukan untuk tingkat ini adalah konseptual,
komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, teknikal.
c. Manajer Supervisi atau Tingkat Pertama (supervisory of first-line management)
Manajer tingkat ini meliputi para supervisior, dan kepala ruangan. Kehalian utama
yang diperlukan adalah keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen
waktu, dan teknikal.
d. Manajemen Nonsupervisi (non-supervisory management)
Manajer tingkat ini adalah para tenaga kerja tingkat paling bawah pada umumnya
yaitu perawat pemberi asuhan keperawatan. Keahlian yang perlu dimiliki adalah
keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu.

2. Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan tugasnya harus
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien.
Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg menekankan pada
pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai yang dibutuhkan
pasien[ CITATION Sri16 \l 1057 ]. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu :
a. Pengkajian
Pengkajian ini meliputi proses pengumpulan data, memvalisidasi, dan
menginterpretasi infosmasi klien sebagai individu yang unik[ CITATION SSu \l
1057 ].
1) Perawat memiliki pemahaman tentang pengetahuan fisiologi, psikologi,
sosial, dan kultural
2) Perawat memiliki pemahaman tentang proses keperawatan
3) Perawat harus menerima pasien apa adanya
4) Perawat berperan sebagai pengamat dan pendengar aktif serta mempunyai
pengertian yang baik terhadap informasi yang dikumpulkan
5) Perawat harus memahami teknik komunikasi yang baik, kedekatan dan
keperacayaan antara perawat-pasien
6) Perawat perlu memerhatikan waktu dalam melakukan pengkajian
7) Perawat harus memahami faktor-faktor distraksi baik eksternal dan
internal
8) Data dikumpulkan segera mungkin setelah pasien ada
b. Penentuan diagnosa keperawatan
Proses diagnosis mencakup pengelompokkan data, analisis, dan perumusan
daignosis. Perawat yang merumuskan diagnosis keperawatan harus memiliki
pengetahuan yang luas tentang fisiologi-patologi, area masalah keperawatan, serta
kemampuan berpikir objektif dan kritis[ CITATION SSu \l 1057 ].
c. Intervensi keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan merupakan tanggung jawab perawat
yang ditujukan untuk mengatasi respon klien terhadap penyakitnya, sehingga
perawat harus menggunakan lebih banyak pikiran dalam menyusun
perencanaan[ CITATION SSu \l 1057 ].
d. Implementasi
1) Menggunakan rencana asuhan keperawatan dalam mengorganisasi
pekerjaan[ CITATION SSu \l 1057 ]
 Perencanaan tidak hanya mengorganisasikan kegiatan, tetapi juga
observasi, pengambilan keputusan, dan komunikasi
 Pengetahuan terkait kondisi dan masalah klien harus selalu siap, mulai
dari pasien masuk dan diteruskan sesuai perkembangan klien.
 Perencanaan juga merupakan koordinasi semua aktivitas yang akan
dikerjakan
2) Menggunakan rencana asuhan keperawatan dalam orientasi[ CITATION SSu \l
1057 ]
Perencanaan dapat digunakan sebagai bahan belajar untuk memahami
prosedur-prosedur atau strategi kerja dalam asuhan keperawatan
3) Menggunakan rencana asuhan keperawatan sebagai pedoman untuk
supervisi[ CITATION SSu \l 1057 ]
Memberikan laporan pasien dengan lengkap dan membuat rancangan laporan
agar lengkap serta dapat membantu
e. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan sangat menentukan gambaran dan kualitas asuhan
keperawatan. Untuk itu perlu mempelajari rencana asuhan dan mengobservasi
perilaku klien sebagai respons terhadap asuhan keperawatan, serta catatan
berorientasi masalah.

Tujuan Manajemen Keperawatan [ CITATION Sri16 \l 1057 ]


1. Mengarahkan seluruh kegiatan yang direncanakan
2. Mencegah/mengatasi permasalahan manajerial
3. Pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien dengan melibatkan seluruh
komponen yang ada
4. Meningkatkan metode kerja keperawatan sehingga staf perawatan bekerja lebih efektif
dan efisien, mengurangi waktu kerja yang sia-sia, mengurangi duplikasi tenaga dan upaya

Hasil akhir (outcome) yang diharapkan dari manajemen keperawatan adalah:


1. Terselenggaranya pelayanan/asuhan keperawatan yang berkualitas.
2. Pengembangan staf
3. Budaya riset bidang keperawatan
Daftar Pustaka

 Marquis, Bessie L, Dkk. 2010. Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan: Teori Dan
Aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
 Nursalam. (2014).Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam praktik keperawatan
professional.edisi 4.Jakarta : Salemba Medika.
 Draft, Richard L. New Era of Management Buku 2 Edisi 9. Salemba Empat.
 Dr. Grace E.C. Organisasi & Manajemen Kesehatan. EGC.
 Sudarta, I Wayan. Managemen Keperawatan (Penerapan Teori Model dalam Pelayanan
Keperawatan. 2019. Jawa Tengah: Gosyen Publishing

 Marquis, Bessie L dan Carol J. Huston. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Edisi 4. EGC.
 bessie L. marqouis, c. J. (2003).Keperawatan dan Manajemen Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jakarta: EGC.

 Sitepu, Y. S. (2011). Paradigma dalam Teori Organisasi dan Implikasinya pada


Komunikasi Organisasi. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial , 2.

 Bahtiar, S. S. (n.d.). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. EMS.

 Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan .


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
 Ns. Roymond H. Simamora, M. (n.d.). Manajemen Keperawatan . 2016: EGC.

 Mugianti, Sri. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan.


Jakarta : Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai