Anda di halaman 1dari 3

7.

Penatalaksanaan ( pre hospital & intra hospital)


a. Pre hospital
 Penyediaan oksigen dan pemantauan jalan napas
 Monitoring
 Pemberian cairan isotonic intravena dan balnce elektrolit
 Tes glukosa
 Pemeriksaan status mental (termasuk derajat kesadaran)

b. Intra hospital
 Cairan)
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat. NaCl 0,9%
diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pe,ebrian cairan normal salin hipotonik
(0,45%) dapat di gunakan pada pasien-pasien yang menderita hipertensi atau
hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal jantung kongesif. Infuse dengan
kecepatan sedang hingga tinggi (200-500ml/jam) dapat di lanjutkan untuk beberapa jam
selanjutnya.
 Insulin
Insulin intravena paling umum di pergunakan. Insulin intramuscular adalah alternative
bila pmpa infuse tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan, misalnya pada
anak kecil. Asidosis yang terjadi dapat di atasi melalui pemberian insulin yang akan
menghambat pemecahan lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa
yang bersifat asam. Insulin diberikan melalui infuse dengan kecepatan lamnat tapi
kontinu ( missal 5 unti/jam). Kadar glukosa harus di ukur tiap jam. Dektrosa di
tambahkan ke dalam cairan infuse bila kadar glukosa darah mencapai 250-300 mg/dl
untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah yang terlalu cepat.
 Potassium
Meskipun kadar potassium serum normal, namun semua pasien penderita KAD
mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.

https://www.scribd.com/document/422473239/PRE-HOSPITAL-DI-INDONESIA-2-docx
8) Pencegahan (Primer,Sekunder,Tersier)
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan pada faktor-faktor risiko terhadap patogenesis dasar dari DM tipe 2
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Usaha-usaha untuk menurunkan resistensi
insulin antara lain mencegah atau memperbaiki adanya obesitas, menghindari diet tinggi lemak,
mengkonsumsi sumber karbohidrat yang diolah tidak terlalu bersih (unrefined), menghindari
obat-obat yang bersifat diabetogenik dan meningkatkan aktivitas fisik yang berpengaruh
menurunkan resistensi insulin terlepas dari penurunan berat badan (WHO, 1994). Usaha-usaha
tersebut tidak lain adalah perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup tersebut dapat
menurunkan berat badan, memperbaiki distribusi lemak tubuh (menurunkan lingkar pinggang)
dan dengan demikian dapat mencegah atau menunda manifestasi dari Diabetes Mellitus tipe 2.

b. Pencegahan sekender
Pencegahan sekunder bertujuan menemukan diagnosis DM sedini mungkin dengan cara skrining.
Hasil tes penyaring normal bila glukosa darah sewaktu atau puasa < 110 mg%. Bila didapatkan
kadar glukosa darah puasa antara 110 – 125 mg/dl dinamakan glukosa darah puasa terganggu
dan bila ≥ 126 mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl maka diagnosis DM sangat
mungkin dan bila tanpa gejala DM perlu dilakukan tes pada waktu yang lain untuk memastikan
diagnosis (PERKENI, 2002).

c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah usaha untuk mencegah terjadinya ginjal atau nefropati. Penyakit
neuropati yang komplikasi pada DM. Komplikasi akut Hipoglikemia yang ditandai dengan badan
gemetaran, cemas, bingung dan rasa lapar yang timbul dengan tibatiba, Ketoasidosis Diabetik
(KAD) yang biasanya ditandai dengan nafas berbau aseton, mual muntah serta dehidrasi.
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotik (HHNK) yaitu suatu sindrom yang ditandai
dengan hiperglikemi berat, hiperosmolar, dehidrasi berat tanpa ketoasidosis, disertai dengan
menurunnya kesadaran dan komplikasi kronik: Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar)
yang meliputi sirkulasi koroner, vaskular perifer, dan vaskular serebral. Mikrovaskular (penyakit
pembuluh darah kecil) yang menyerang mata atau retinopati serta menyerang menyerang saraf
sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
Usaha terhadap timbulnya komplikasi ini antara lainpengendalian yang ketat dari kelainan
metabolik pada Diabetes Mellitus (glukosadarah, lipid) dan faktor-faktor lain yang berpengaruh
terhadap kerusakan pembuluh darah misalnya tekanan darah, merokok dan sebagainya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan: mengatur pola makan, kontol gula darah, Olah raga dan faktor
psikososial. Penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan beban psikososial bagi penderita.
Respon emosional negatif dapat menghambat upaya penurunan glukosa darah karena timbulnya
reaksi negatif misalnya : tidak mengubah gaya hidup yang sehat seperti: melakukan olah raga,
mengkonsumsi obat, mengatur pola makan, serta dapat berperilaku tidak sehat (merokok,
mengkonsumsi minuman beralkohol, dll ). (Brunner & Suddarth, 2002).

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=12769

Anda mungkin juga menyukai