Analisa KCKT 1 WPS Office
Analisa KCKT 1 WPS Office
Disusun Oleh :
Riski Fauzi (28)
4 Kimia Analis 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu sesuai dengan
waktu deadline penugasan laporan ini ditugaskan.
Dalam pengerjaan dan penyelesaian laporan ini,saya sebagai penulis banyak mengalami
kesulitan,terutama karena kurangnya referensi ilmu pengetahuan yang akan di cantumkan dalam
laporan ini yang sesuai. Namun,berkat bantuan pihak lain dalam bimbingannya, akhirnya laporan
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan berterima kasih
juga atas bimbingannya.
Sebagai penulis tidak luput akan segala keterbatasannya seperti halnya bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,kritik dan saran dari guru dan teman sekalian yang
bersifat membangun akan diterima penulis dengan senang hati. Pada akhirnya penulis berharap
laporan ini tidak hanya sebagai syarat belajar disekolah namun juga dapat digunakan untuk para
pembaca agar memperoleh ilmu sehingga dapat bermanfaat.
Penyusun
Riski Fauzi
2
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR……………………………………….…………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………...………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang……………………………………………..…………………………… 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….…………… 5
C. Tujuan Makalah………………………………………………………….………..……. 5
BAB II DASAR TEORI……………………………………………………………..…………. 6
A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi………………………………………………...……. 6
B. Jamu Herbal……………………………………………………....………………....…. 18
BAB III CARA KERJA……………………………………………..…………………………. 20
A. Alat dan Bahan……………………………………………..…………………………... 20
B. Preparasi Sampel……………………………………………..………………………… 21
C. Pembuatan Standar……………………………………………..………………………. 21
D. Pengoperasian Alat……………………………………………..………………………. 21
E. Data……………………………………………..……………………………………… 22
F. Pengolahan Data……………………………………………..…………………………. 24
G. Jaminan Mutu……………………………………………..……………………………. 24
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………..……………………….. 25
BAB V PENUTUP………………………………………………………………..……………. 27
A. Kesimpulan……………………………………………………………….…………….. 27
B. Saran……………………………………………………………………………………. 27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...………… 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamu merupakan salah satu obat tradisional Indonesia yang merupakan warisan
budaya bangsa yang telah dikenal secara luas dan digunakan secara turun menurun. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat indonesia yang menggunakan obat
tradisional (jamu) untuk pencegahan penyakit, peningkatan imunitas tubuh, memulihkan
kesehatan atau mengobati penyakit, bahkan untuk kecantikan, sehingga di kalangan
masyarakat jamu dipercaya aman bagi kesehatan. Masyarakat menginginkan efek yang
cepat ketika mengkonsumsi jamu, sehingga produsen jamu yang tidak bertanggung jawab
menambahkan Bahan Kimia obat pada jamu yang dilarang penggunaannya pada jamu
Pada tahun 2006 beberapa obat tradisional jamu kuat atau suplemen pria yang
mengandung sildenafil sitrat dan tadalafil sebanyak 13 merk obat tradisional ditarik dan
dimusnahkan karena mengandung bahan kimia obat. Pada 30 november 2015 sekitar 4
obat tradisional produksi dalam negeri dilaporkan mengandung kandungan sildenafil
sitrat. Pada 24 agustus 2015 badan pengawas
obat dan makanan melaporkan 50 obat tradisonal baik dalam maupun produk
importir dilaporkan mengandung sildenafil sitrat dan atau dengan tadalafil.
Penggunaan metode KCKT dalam analisis sildenafil sitrat dan tadalafil secara
simultan belum banyak digunakan, pada penelitian terdahulu dengan menggunakan
KCKT menggunakan campuran
fase gerak dengan komposisi pelarut organik lebih banyak. Penggunaan pelarut
organik tidak begitu menguntungkan berkaitan dengan masalah biaya, sehingga
penelitian ini melakukan modifikasi dengan merubah komposisi fase gerak pada pelarut
organik yang lebih sedikit. Pada penelitian ini digunakan metode reversephase
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk analisis kandungan sildenafil sitrat dan
tadalafil secara simultan pada sampel jamu kuat, karena metode KCKT dapat digunakan
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif serta merupakan metode analisis yang
sederhana, cepat dan sensitif.
4
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sistem cara kerja yang digunakan untuk menentukan hasil dati analisa
C. Tujuan Penulisan
Mampu mengetahui apa itu pengertian alat instrumen yang digunakan dalam analisa
Mampu mengetahui apa itu pengertian sampel yang digunakan dalam analisa
5
BAB II
DASAR TEORI
Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang
tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. HPLC secara mendasar merupakan sebuah perkembangan tingkat
tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom
di bawah pengaruh gravitasi, HPLC didukung oleh pompa yang dapat
memberikan tekanan tinggi sampai dengan 400 atm.
Hal ini membuat HPLC dapat memisahkan komponen sampel lebih cepat.
Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam berbagai
bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-
industri makanan. Beberapa perkembangan HPLC terbaru antara lain :
miniaturisasi sistem HPLC, penggunaan HPLC untuk analisis asam-asam nukleat,
analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral.
6
dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang, maka solut akan tersebar di antara
dua fase menurut persamaan:
Reaksi Silanisasi
Reaksi dibawah digunakan untuk membuat isian kolom oktadesilsilan dari gugus
silanol dan oktadesilklorosilan :
Pada kromatografi parisi fase terbalik dengan kemasan fase terikat R pada
siloksan biasanya berupa gugus C18 atau C8. Panjang atau pendeknya rantai
karbon mempengaruhi tertambatnya suatu senyawa pada fase diam.
Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase
diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase
diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada
7
kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase
normal dan HPLC fase terbalik. Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat
dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada
mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
8
dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal
digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik.
Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi
oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan
kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk
gugus penukar ion pada resin.
6. Kromatografi Afinitas
9
c. Bagian Bagian KCKT
Peralatan KCKT terdiri dari beberapa komponen seperti yang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak.
Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter
pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan deggasing
(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak. Sebab adanya gas dalam fase
gerak akan mengganggu detektor sehingga akan mengacaukan hasil analisis.
Fase gerak biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang
secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan
resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam,
dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih
polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar
daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya
polaritas pelarut.
10
Fase gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. Selain berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen
campuran campuran menuju detector, fase gerak dapat berinteraksi dengan
solut-solut. Oleh karena itu, fase gerak dalam HPLC merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.
2. Pompa
11
gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan
sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu
mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan
preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk
menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat,
reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa
dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran
fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan
sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan
konstan.
Pompa reciprocating
Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa
dengan cara gerakan piston mundur-maju yang dijalankan oleh motor.
Piston berupa gelas dan berkontak langsung dengan pelarut. Ketika piston
mundur maka bola gelas bawah terangkat dan pelarut masuk, sebaliknya
ketika piston maju maka bola bawah menutup saluran pelarut dan pelarut
yang telah berada di ruang pompa didorong masuk ke dalam kolom.
Pompa displacement
Pompa pneumatic
3. Tempat Injeksi
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi yang minimum dari material kolom. Sampel yang akan dipisahkan
dimasukkan ke dalam kolom secara otomatis atau manual melalui injeksi.
Volume injeksi sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel
volume (misalnya 20 – 500 μL).
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada
kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi.
Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan
kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
Septum: Septum yang digunakan pada HPLC sama dengan
yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat
digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi
septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut
Kromatografi Cair. Partikel kecil dari septum yang
terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan
penyumbatan.
Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk
menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan
dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang
sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara
manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop
pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka
sampel akan masuk ke dalam kolom.
Syarat- syarat injektor yang baik :
13
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.Kolom mikrobor
mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional,
yakni:
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom
mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100
μl/menit).
Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom
mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas misal sampel klinis.
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling
banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang
lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika
aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang
tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu
retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang
digunakan.
5. Detektor
14
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik,
dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan
mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia.Idealnya, suatu detektor harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
15
mempunyai spektrum 3D yang juga sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua
zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan,
meskipun memiliki RT yang sama.
16
3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang
dianalisis ü Resolusi yang baik
5. Dapat digunakan bermacam- macam detektor
6. Kolom dapat digunakan kembali
7. Mudah melakukan "sample recovery". Mudah untuk mendapatkan
kembali cuplikan, karena detector pada HPLC tidak merusak
komponen zat yang dianalisis.
8. Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada suhu
tinggi karena HPLC dilakukan pada suhu kamar.
9. Dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa
anorganik.
10. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau
titik didihnya sangat tinggi seperti polimer
11. Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak
tahan panas
12. Banyak pilihan fasa geraknya Cepat: Waktu analisis umumnya kurang
dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30
menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi
kurang dari 5 menit bisa dicapai
13. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua
rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang
mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama
dicapai hanya dengan rasa diam.
14. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam
dan rasa gerak pada HPLC memberikan parameter tambahan untuk
mencapai pemisahan yang diinginkan.
15. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan
dalam HPLC dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9
gram) dari bermacam-macam zat.
16. Detektor- detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi
jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti
Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll, dapat juga
digunakan dalam HPLC
17. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom
kromatografi klasik, kolom HPLC dapat digunakan kembali (reusable)
17
. Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama
sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan
jenis solven yang digunakan
18. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak
bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya
diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. HPLC dengan tipe
eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat
tersebut.
19. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam
HPLC tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen
sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut
dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati detector.
20. Solven dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk
kromatografi penukar ion memerlukan prosedur khusus.
B. Jamu Herbal
a. Definisi
19
BAB III
CARA KERJA
a. Alat
b. Bahan
20
B. Preparasi Sampel
C. Pembuatan Standar
D. Pengoperasian Alat
1. Dari larutan baku konsentrasi 100 µg/mL dipipet sebanyak 0,05 ; 0,1 ;
2. 0,2 ; 0,4 mL. Masing-masing dimasukan dalam labu ukur 10 mL.
3. Lalu ditambahkandengan fase gerak (Asetonitril:Dapar Fosfat 60:40) sampai garis
tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 ; 1 ; 2 dan 4 µg/mL.
4. Kemudian masing-masing konsentrasi diinjeksikan ke alat KCKT dengan volume
20 µL pada panjang gelombang 290 nm dengan laju alir fase gerak 1,2 manalisi.
21
5. Lalu dicatat luas puncaknya yang ditunjukan pada kromatogram dan dibuat kurva
baku serta persamaan regresi liniernya.
6. Ditimbang seksama sejumlah 5 g sampel jamu, dimasukkan kedalam labu ukur 25
mL, di larutkan dengan fase gerak (Asetonitril:Dapar Fosfat 60:40) sampai garis
tanda.
7. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10
mL
8. Lalu diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.
9. Diambil 2 mL dari larutan tersebut masukkan dalam labu takar 10 mL diencerkan
sampai garis tandadengan fase gerak.
10. Disaring melalui penyaring dengan Millex Gs (porositas0,22 µm).
11. Larutan tersebut diinjeksikan ke alat KCKT pada panjang gelombang 290 nm
dengan laju alir 1,2 mL/menitdengan volume injeksi 100 µL.
12. Perngukuran dilakukan dengan tiga kali pengulangan
E. Data
22
Hasil Kadar Sildenafil Sitrat pada Jamu Kuat lelaki Merk A dengan metode KCKT
23
F. Pengolahan Data
G. Jaminan Mutu
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil eluasi dengan KCKT menunjukkan waktu retensi yang diperoleh untuk standar
sildenafil sitrat dan jamu merk A adalah 2,5 menit dan 2,625 menit. Untuk jamu merk B tidak
ada puncak yang terdeteksi pada daerah waktu retensi sekitar 2,5 yang berarti dalam jamu merk
B tidak terdapat sildenafil sitrat Hasil Analisis Kuntitatif Sildenafil Sitrat Setelah dipastikan
adanya kandungan sildenafil sitrat pada jamu, maka dilakukan penetapan kadar. Kurva baku
dibuat untuk dapat digunakan dalam mengukur kadar dari sildenafil sitrat dengan membuat
hubungan antara luas area kromatogram dengan konsentratsi. penelitian menggunakan data luas
area untuk menghitung kadar, sebab luas area kromatogram sangat proposional dengan
konsentrasi analit.
Hasil dari penetapan kurva baku diperoleh linieritas kurva kalibrasi dari sildenafil sitrat
baku dengan rentang konsentrasi 0,5 – 4 µg/mL yang diukur pada panjang gelombang 290 nm
dengan laju alir 1,2 ml/menit, didapatkan hubungan yang linier antara konsentrasi versus luas
puncak dengan koefisien korelasi (r) = 0,999 dan persamaan garis regresinya y = 1073,269565 x
– 116,1304348. Nilai r ini menggambarkan adanya hubungan yang linier antara konsentrasi
dengan luas area yang dihasilkan. Hubungan linier yang ideal dicapai jika r table < r hitung. Nilai
r linier karena r tabel < r hitung yaitu 0,950 < 0,999.Berdasarkan hasil kromatogram dan kurva
baku jamu merk A mengandung sildenafil sitrat sebesar 0,313 mg/g (table 1). Jamu merek B
tidak ditetapkan kadarnya dikarenakan secara kualitatif tidak terdeteksi mengandung sildenafil
sitrat Hasil Validasi metode KCKT untuk menetapkan sildenafil sitrat dalam jamu.
Keseksamaan merupakan ukuruan nilai kedekatan hasil uji seseorang dengan metode
replikasi dari sampel homogen. Kriteria ketelitian diberikan jika metode memberikan simpangan
baku relatif 1 – 2 %. Tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang
diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium sehingga RSD 5 – 19 % masih dapat diterima
(Synder et al, 1997).
Makin kecil simpangan baku relatif yang diberikan suatu metode analisis maka kesahihan
metode tersebut lebih terjamin. Ilmu statistik akan dapat menyuguhkan berapa besarnya
simpangan baku, makin kecil kadar zat yang dianalisis akan didapat harga simpangan baku
25
relatif yang semakin besar (Mulja & Suharman, 1995). Analisis terhadap parameter keseksamaan
dilakukan dengan menginjeksikan ke alat KCKT larutan sildenafil sitrat 2 µg/mL dengan 6 kali
replikasi.Melalui hasil perhitungan diperoleh nilai RSD sebesar 1,363%Dari hasil LOD dan LOQ
semuanya masih dibawah konsentrasi terkecil yang digunakan atau seri konsentrasi yang
digunakan masih diatas LOD dan LOQ. Berarti kadar
sildenafil sitrat yang masih menunjukan respon pada analisis menggunakan KCKT
dengan detektor UV sebesar 0,010 g/ml dan konsentrasi terkecil sildenafil sitrat yang masih
dapat menunjukan pengukuran secara teliti dan tepat menggunakan metode KCKT dengan
detektor UV sebesar 0,341 g/ml.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk produk obat herbal sebaiknya dalam penggunaan kandungan sildenafil sitrat lebih
diperhatikan karena dapat membahayakan tubuh dalam segi kesehatan jika dikonsumsi
tanpa takar yang benar atau sesuai dengan anjuran dokter.
27
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.stikessuryaglobal.ac.id/index.php/SM/art
icle/download/133/76&ved=2ahUKEwjr8oLZjpDsAhVObn0KHdXRDwoQFjAAeg
QIAhAB&usg=AOvVaw1zeLOSR7Ap0yV8fLxycrij
http://materi-kimia-lengkap.blogspot.com/2014/07/kromatografi-cair-kinerja-tinggi-
kckt.html?m=1
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/11147&ved
=2ahUKEwiDuNOGipDsAhWj7XMBHed4BcEQFjADegQIChAC&usg=AOvVaw0
wfdzPEyYotAAsuNAcbnqD
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/28970306/TINJAUAN_PU
STAKA_ANALISIS_BKO_TADALAFIL_PADA_JAMU_DENGAN_METODE_K
ROMATOGRAFI_CAIR_KINERJA_TINGGI&ved=2ahUKEwiDuNOGipDsAhWj7
XMBHed4BcEQFjAFegQIAxAB&usg=AOvVaw2-qmzWEwY2UIo5sHEQ_ogw
http://kimia40.blogspot.com/2016/10/makalah-kromatografi-cair-kinerja.html?m=1
https://kupdf.net/queue/sni-01-4320-1996-serbuk-tradisional_5af6e_pdf?queue_id
https://news.labsatu.com/mengenal-hplc-dan-prinsip-kerjanya/
28