Anda di halaman 1dari 28

ANALISA OBAT HERBAL KUAT DENGAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI


ANALISA KIMIA INSTRUMEN

Disusun Oleh :
Riski Fauzi (28)
4 Kimia Analis 1

SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG


Jl Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Temanggung 56221
Web : www.stembatema.sch.id E-Mail : smkn1_marontmg@yahoo.id
Tahun Ajaran 2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu sesuai dengan
waktu deadline penugasan laporan ini ditugaskan.

Dalam pengerjaan dan penyelesaian laporan ini,saya sebagai penulis banyak mengalami
kesulitan,terutama karena kurangnya referensi ilmu pengetahuan yang akan di cantumkan dalam
laporan ini yang sesuai. Namun,berkat bantuan pihak lain dalam bimbingannya, akhirnya laporan
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dan berterima kasih
juga atas bimbingannya.

Sebagai penulis tidak luput akan segala keterbatasannya seperti halnya bahwa laporan ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,kritik dan saran dari guru dan teman sekalian yang
bersifat membangun akan diterima penulis dengan senang hati. Pada akhirnya penulis berharap
laporan ini tidak hanya sebagai syarat belajar disekolah namun juga dapat digunakan untuk para
pembaca agar memperoleh ilmu sehingga dapat bermanfaat.

Temanggung,31 Agustus 2020

Penyusun

Riski Fauzi

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR……………………………………….…………………………………. 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………...………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 4
A. Latar Belakang……………………………………………..…………………………… 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….…………… 5
C. Tujuan Makalah………………………………………………………….………..……. 5
BAB II DASAR TEORI……………………………………………………………..…………. 6
A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi………………………………………………...……. 6
B. Jamu Herbal……………………………………………………....………………....…. 18
BAB III CARA KERJA……………………………………………..…………………………. 20
A. Alat dan Bahan……………………………………………..…………………………... 20
B. Preparasi Sampel……………………………………………..………………………… 21
C. Pembuatan Standar……………………………………………..………………………. 21
D. Pengoperasian Alat……………………………………………..………………………. 21
E. Data……………………………………………..……………………………………… 22
F. Pengolahan Data……………………………………………..…………………………. 24
G. Jaminan Mutu……………………………………………..……………………………. 24
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………..……………………….. 25
BAB V PENUTUP………………………………………………………………..……………. 27
A. Kesimpulan……………………………………………………………….…………….. 27
B. Saran……………………………………………………………………………………. 27
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...………… 28

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamu merupakan salah satu obat tradisional Indonesia yang merupakan warisan
budaya bangsa yang telah dikenal secara luas dan digunakan secara turun menurun. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat indonesia yang menggunakan obat
tradisional (jamu) untuk pencegahan penyakit, peningkatan imunitas tubuh, memulihkan
kesehatan atau mengobati penyakit, bahkan untuk kecantikan, sehingga di kalangan
masyarakat jamu dipercaya aman bagi kesehatan. Masyarakat menginginkan efek yang
cepat ketika mengkonsumsi jamu, sehingga produsen jamu yang tidak bertanggung jawab
menambahkan Bahan Kimia obat pada jamu yang dilarang penggunaannya pada jamu

Pada tahun 2006 beberapa obat tradisional jamu kuat atau suplemen pria yang
mengandung sildenafil sitrat dan tadalafil sebanyak 13 merk obat tradisional ditarik dan
dimusnahkan karena mengandung bahan kimia obat. Pada 30 november 2015 sekitar 4
obat tradisional produksi dalam negeri dilaporkan mengandung kandungan sildenafil
sitrat. Pada 24 agustus 2015 badan pengawas
obat dan makanan melaporkan 50 obat tradisonal baik dalam maupun produk
importir dilaporkan mengandung sildenafil sitrat dan atau dengan tadalafil.

Penggunaan metode KCKT dalam analisis sildenafil sitrat dan tadalafil secara
simultan belum banyak digunakan, pada penelitian terdahulu dengan menggunakan
KCKT menggunakan campuran
fase gerak dengan komposisi pelarut organik lebih banyak. Penggunaan pelarut
organik tidak begitu menguntungkan berkaitan dengan masalah biaya, sehingga
penelitian ini melakukan modifikasi dengan merubah komposisi fase gerak pada pelarut
organik yang lebih sedikit. Pada penelitian ini digunakan metode reversephase
kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) untuk analisis kandungan sildenafil sitrat dan
tadalafil secara simultan pada sampel jamu kuat, karena metode KCKT dapat digunakan
untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif serta merupakan metode analisis yang
sederhana, cepat dan sensitif.

Metode KCKT yang telah dilakukan tidak mencantumkan nilai ketidakpastian


sementara pada hasil analisis kandungan sildenafil sitrat dan tadalafil secara
simultanmenunjukkan adanya variasi kadar pada tiap pengujian. Oleh karena itu,
diperlukan estimasi ketidakpastian untuk menetapkan rentang nilai kadar sildenafil sitrat
dan tadalafil yang dikuantitasi.Pada penelitian ini dilakukan analisis kandungan sildenafil
sitrat dan tadalafil secara simultan dalam sampel jamu kuat dengan metode yang telah
tervalidasi dan melakukan estimasi ketidakpastian. Validasi metode diperlukan untuk
memastikan bahwa metode tersebut sesuai dengan tujuan penggunaannya dan
memberikan hasil pengujian yang valid.

4
B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dari alat isntrumen yang digunakan dalam analisa

 Apa pengertian dari sampel yang digunakan dalam analisa

 Bagaimana sistem cara kerja yang digunakan untuk menentukan hasil dati analisa

C. Tujuan Penulisan

 Mampu mengetahui apa itu pengertian alat instrumen yang digunakan dalam analisa

 Mampu mengetahui apa itu pengertian sampel yang digunakan dalam analisa

 Mampu mengetahui cara kerja penentuan hasil analisa

5
BAB II
DASAR TEORI

A. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


a. Pengertian KCKT

Kromatografi adalah prosedur pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan


kecepatan migrasi karena adanya perbedaan koefisien distribusi masing-masing
senyawa di antara dua fase yang saling bersinggungan dan tidak saling campur,
yang disebut sebagai fase gerak (mobile phase) yang berupa zat cair atau gas dan
fase diam (stationary phase) yang berupa zat cair atau zat padat (Noegrohati,
1994).

Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang
tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. HPLC secara mendasar merupakan sebuah perkembangan tingkat
tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom
di bawah pengaruh gravitasi, HPLC didukung oleh pompa yang dapat
memberikan tekanan tinggi sampai dengan 400 atm.
Hal ini membuat HPLC dapat memisahkan komponen sampel lebih cepat.
Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam berbagai
bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-
industri makanan. Beberapa perkembangan HPLC terbaru antara lain :
miniaturisasi sistem HPLC, penggunaan HPLC untuk analisis asam-asam nukleat,
analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral.

Pada Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase geraknya dialirkan


menuju kolom secara cepat dengan bantuan tekanan dari pompa, kemudian
hasilnya dideteksi dengan detektor.KCKT merupakan teknik analisis yang paling
sering digunakan dalam analisis farmasi untuk pemisahan, identifikasi, dan
determinasi dalam campuran yang kompleks (Skoog, Holler, dan Nieman, 1998).

Pada mulanya teknik kromatografi ini disebut dengan High Pressure


Liquid Chromatography karena pada instrumen ini terdapat sistem pompa tekanan
tinggi yang mampu mengalirkan fase gerak pada tekanan tinggi sampai 300
atmosfer dan tekanan pada bagian atas kolom kurang dari 70 atmosfer. Pada akhir
tahun 1970, perkembangan instrumen ini dapat menghasilkjan poemisahan yang
baik sehingga sistem ini lebih dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.

KCKT merupakan kromatografi partisi. Prinsip kromatografi partisi


didasarkan pada partisi solut di antara dua fase yang tidak saling campur karena
adanya perbedaan koefisien distribusi dari masing-masing senyawa. Jika solut
ditambahkan ke dalam sistem yang terdiri dari dua pelarut tidak saling campur

6
dan keseluruhan sistem dibiarkan setimbang, maka solut akan tersebar di antara
dua fase menurut persamaan:

Dimana K adalah koefisien distribusi, Cs adalah konsentrasi solut dalam


fase diam dan Cm adalah konsentrasi solut dalam fase gerak. Kolom yang biasa
digunakan dalam kromatografi partisi fase terbalik adalah kolom yang fase
diamnya terikat secara kimia pada penyangga sehingga tidak mudah terbawa oleh
fase gerak. Penyangga yang digunakan biasanya terbuat dari silika yang sudah
diseragamkan, berpori, dan umunya terdiri dari partikel berdiameter 3,5 atau 10
µm. KCKT partisi fase terbalik biasanya mengandung bagian organik yang terikat
secara kimia dengan gugus silanol pada permukaan silika. Bagian organik
tersebut umumnya berupa hidrokarbon rantai panjang. Gugus silanol permukaan
dapat direkasikan dengan berbagai cara untuk menempelkan berbagai jenis gugus
organik. Kemasan fase terikat dengan tipe ikatan siloksan (Si-O-Si-O) dibuat
dengan mereaksikan organosiloksan dengan gugus silanol pada permukaan silika
gel yang terhidrolisis

Reaksi Silanisasi

Reaksi dibawah digunakan untuk membuat isian kolom oktadesilsilan dari gugus
silanol dan oktadesilklorosilan :

Pada kromatografi parisi fase terbalik dengan kemasan fase terikat R pada
siloksan biasanya berupa gugus C18 atau C8. Panjang atau pendeknya rantai
karbon mempengaruhi tertambatnya suatu senyawa pada fase diam.

b. Jenis Jenis KCKT

Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase
diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase
diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada

7
kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase
normal dan HPLC fase terbalik. Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat
dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada
mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:

1. Kromatografi Adsorbsi

Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam


kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi
adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam
silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini
memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus
hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika
mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat
sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.

2. Kromatografi fase terikat (Kromatografi Partisi)

Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang


dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan
untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti
dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling
populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan
pemisahannya adalah fase terbalik.

Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan


air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah  atau basa
lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur
maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies
yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih
lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi
karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.

3. Kromatografi penukar ion

HPLC penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar


kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang
beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya
adalah polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan

8
dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal
digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik.
Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi
oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan
kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan
oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk
gugus penukar ion pada resin.

4. Kromatografi Pasangan ion

Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan


sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada
metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai
muatan yang berlawanan.

5. Kromatografi Eksklusi Ukuran

Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan


dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat
molekul > 2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau
polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat
diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang
mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu,
kemudian molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah
molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang
besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam.
Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi
interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.

6. Kromatografi Afinitas

Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi


biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus
molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang
terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai
(sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis
ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang
sangat kompleks.

9
c. Bagian Bagian KCKT

Peralatan KCKT terdiri dari beberapa komponen seperti yang dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

Pada gambar diatas komponen HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah


fase gerak (Reservoir) , pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi),
kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau
integrator atau perekam. Berikut penjabaran setiap bagian bagiannya :

1. Wadah fase gerak (Reservoir)

Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak.
Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter
pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan deggasing
(penghilangan gas) yang ada pada fase gerak. Sebab adanya gas dalam fase
gerak akan mengganggu detektor sehingga akan mengacaukan hasil analisis.
Fase gerak biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang
secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan
resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam,
dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih
polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar
daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya
polaritas pelarut.

10
Fase gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen
atau pelarut. Selain berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen
campuran campuran menuju detector, fase gerak dapat berinteraksi dengan
solut-solut. Oleh karena itu, fase gerak dalam HPLC merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.

 Persyaratan fase gerak HPLC:


 Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk
cuplikan yang akan dianalisis.
 Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan
masuknya kotoran yang dapat mengganggu interpretasi
kromatografi.
 Zat air harus jernih sekali untuk menghindarkan
penyumbatan pada kolom.
 Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah
terbakar, dan tidak beracun.
 Zat air tidak kental. Umumnya kekentalan tidak melebihi
0,5 cP (centi Poise).
 Sesuai dengan detector.

 Jenis HPLC berdasarkan kepolaran fase diam dan fase gerak:


 HPLC fase normal
HPLC dengan kombinasi antara fase diam polar dan
fase gerak non-polar. Fase diam yang digunakan seperti
silica, alumina, atau trietilenaglikol yang dilapiskan pada
partikel silica. Sedangkan fase gerak yang digunakan
adalah heksana atau i-propileter.
 HPLC fase terbalik
HPLC dengan kombinasi antara fase diam non-polar dan
fase gerak polar. Fase gerak yang digunakan seperti air,
methanol, atau asetinitril.
Fase gerak yang baik memberikan factor kapasitas k’  pada rentang
yang sesuai. Untuk cuplikan dengan 2-3 komponen, sebaiknya menggunakan
fase gerak yang memberikan k’ antara 2-5

2. Pompa

Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang


mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus
inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah

11
gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan
sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu
mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan
preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak
dengan kecepatan 20 mL/menit.

Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk
menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat,
reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa
dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran
fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan
sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan
konstan.

 Tiga jenis pompa yang digunakan dalam HPLC:

 Pompa reciprocating

Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa
dengan cara gerakan piston mundur-maju yang dijalankan oleh motor.
Piston berupa gelas dan berkontak langsung dengan pelarut. Ketika piston
mundur maka bola gelas bawah terangkat dan pelarut masuk, sebaliknya
ketika piston maju maka bola bawah menutup saluran pelarut dan pelarut
yang telah berada di ruang pompa didorong masuk ke dalam kolom. 

 Pompa displacement

Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik) terdiri dari


tabung yang dilengkapi pendorong yang digerakkan oleh motor.
Pompa ini juga menghasilkan aliran yang cenderung tidak
bergantung pada tekanan balik kolom dan viskositas pelarut.

 Pompa pneumatic

Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan


tinggi. Pompa jenis ini murah dan bebas pulsa. Akan tetapi
mempunya keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan
12
(<2000 psi) serta kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut
dan takanan balik kolom.

3. Tempat Injeksi
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan
disturbansi yang minimum dari material kolom. Sampel yang akan dipisahkan
dimasukkan ke dalam kolom secara otomatis atau manual melalui injeksi.
Volume injeksi sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel
volume (misalnya 20 – 500 μL).
 Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
 Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada
kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi.
Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan
kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
 Septum: Septum yang digunakan pada HPLC sama dengan
yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat
digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi
septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut
Kromatografi Cair. Partikel kecil dari septum yang
terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan
penyumbatan.
 Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk
menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan
dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang
sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara
manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop
pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka
sampel akan masuk ke dalam kolom.
 Syarat- syarat injektor yang baik :

 Dapat memasukkan sampel ke dalam kolom dalam bentuk


sesempit mungkin
 Mudah digunakan
 Keberulangan tinggi
 Dapat bekerja walaupun ada tekanan balik
4. Kolom

13
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.Kolom mikrobor
mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional,
yakni:

 Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom
mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100
μl/menit).
 Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom
mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
 Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat,
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel
terbatas misal sampel klinis.

Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak


setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.

Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi


secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren
dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena
adanya residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi
dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini
akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus
fungsional yang lain.

Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling
banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang
lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika
aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang
tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu
retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang
digunakan.

5. Detektor

14
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik,
dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan
mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis,
detektor fluoresensi, dan elektrokimia.Idealnya, suatu detektor harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel;


b) mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut
pada kadar yang sangat kecil;
c) stabil dalam pengopersiannya;
d) mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan
pelebaran pita;
e) signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada
kisaran yang luas (kisaran dinamis linier);
f) tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

d. Prinsip Kerja KCKT

Kerja HPLC pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan


kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu
sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi
lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa
gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan
kecepatannya untuk sampai ke detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini
akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.

Urutan skala polaritas : golongan fluorocarbon < golongan hidrokarbon <


senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester < golongan keton <
golongan alkohol < golongan asam.

HPLC dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses


kualitatif cara yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat
Retention time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama dengan standard
umumnya adalah sebagai peak milik analat. Selain melihat RT hal lain yang perlu
dilihat adalah spektrum 3D dari signal kromatogram. Zat yang sama akan

15
mempunyai spektrum 3D yang juga sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua
zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan,
meskipun memiliki RT yang sama.

Kemudian melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen


yang dianalisis di dalam sampel.  Yang berperan dalam proses separasi pada
system HPLC adalah kolom. Ada kolom yang digunakan untuk beberapa jenis
analisa, misalnya kolom C18 yang dapat digunakan untuk analisa carotenoid,
protein, lovastatin, dan sebagainya. Namun ada juga kolom yang khusus dibuat
untuk tujuan analisa tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat (Agilent) yang
khusus digunakan untuk analisa karbohidrat (mono-, di-, polysakarida).
Keberhasilan proses separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan
juga fasa mobil.

Setelah komponen dalam sample berhasil dipisahkan, tahap selanjutnya


adalah proses identifikasi. Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal
kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang
menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sample.

Sample yang mengandung banyak komponen didalamnya akan


mempunyai kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak
saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan
perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk sample jenis ini
dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap
diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis. Sample farmasi
biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung komponen selain zat aktif.
Sample ini umumnya hanya melalui proses pelarutan saja.

e. Kelebihan dan Kelemahan KCKT

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) atau High Pressure Liquid


Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fisikokimia.
HPLC termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan
fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak kelebihan metode ini
jika dibandingkan dengan metode lainnya.

 Kelebihan itu antara lain:


1. Mampu memisahkan molekul- molekul dari suatu campuran
2. Mudah melaksanakannya

16
3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi
4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang
dianalisis ü Resolusi yang baik
5. Dapat digunakan bermacam- macam detektor
6. Kolom dapat digunakan kembali
7. Mudah melakukan "sample recovery". Mudah untuk mendapatkan
kembali cuplikan, karena detector pada HPLC tidak merusak
komponen zat yang dianalisis.
8. Dapat menganalisis senyawa organik yang terurai (labil) pada suhu
tinggi karena HPLC dilakukan pada suhu kamar.
9. Dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa-senyawa
anorganik.
10. Dapat menganalisis cuplikan yang memiliki berat molekul tinggi atau
titik didihnya sangat tinggi seperti polimer
11. Dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah menguap ataupun tak
tahan panas
12. Banyak pilihan fasa geraknya Cepat: Waktu analisis umumnya kurang
dari 1 jam. Banyak analisis yang dapat diselesaikari sekitar 15-30
menit. Untuk analisis yang tidak rumit (uncomplicated), waktu analisi
kurang dari 5 menit bisa dicapai 
13. Resolusi : Berbeda dengan KG, Kromatografi Cair mempunyai dua
rasa dimana interaksi selektif dapat terjadi. Pada KG, gas yang
mengalir sedikit berinteraksi dengan zat padat; pemisahan terutama
dicapai hanya dengan rasa diam.
14. Kemampuan zat padat berinteraksi secara selektif dengan rasa diam
dan rasa gerak pada HPLC memberikan parameter tambahan untuk
mencapai pemisahan yang diinginkan.
15. Sensitivitas detektor : Detektor absorbsi UV yang biasa digunakan
dalam HPLC dapat mendeteksi kadar dalam jumlah nanogram (10-9
gram) dari bermacam-macam zat.
16. Detektor- detektor Fluoresensi dan Elektrokimia dapat mendeteksi
jumlah sampai picogram (10-12 gram). Detektor-detektor seperti
Spektrofotometer Massa, Indeks Refraksi, Radiometri, dll, dapat juga
digunakan dalam HPLC
17. Kolom yang dapat digunakan kembali : Berbeda dengan kolom
kromatografi klasik, kolom HPLC dapat digunakan kembali (reusable)

17
. Banyak analisis yang bisa dilakukan dengan kolom yang sama
sebelum dari jenis sampel yang diinjeksi, kebersihan dari solven dan
jenis solven yang digunakan
18. Ideal untuk zat bermolekul besar dan berionik : zat – zat yang tidak
bisa dianalisis dengan KG karena volatilitas rendah , biasanya
diderivatisasi untuk menganalisis psesies ionik. HPLC dengan tipe
eksklusi dan penukar ion ideal sekali untuk mengalissis zat – zat
tersebut.
19. Mudah rekoveri sampel : Umumnya setektor yang digunakan dalam
HPLC tidak menyebabkan destruktif (kerusakan) pada komponen
sampel yang diperiksa, oleh karena itu komponen sampel tersebut
dapat dengan mudah dikumpulkan setelah melewati detector.
20. Solven dapat dihilangkan dengan menguapkan ksecuali untuk
kromatografi penukar ion memerlukan prosedur khusus.

 Sedangkan kekurangannya adalah:


1. Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dahulu
2. Hanya bisa digunakan untuk asam organic
3. Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan
gradient elusi
4. Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang
terbatas.

B. Jamu Herbal
a. Definisi

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa


bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun
temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Obat traditional meliputi jamu, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka.Syarat obat tradisional adalah mengandung bahan alam
murni tanpa campuran bahan kimia. Salah satu bahan kimia obat yang
dapat disalahgunakan dalam sediaan obat tradisional yang
diindikasikan meningkatkan kebugaran pria adalah sildenafil sitrat.
Sildenafil sitrat adalah golongan obat keras yang hanya dapat
diperoleh dan hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter.
18
Sildenafil sitrat merupakan obat yang digunakan untuk penanganan
disfungsi ereksi pada pria .(Tjay, T.H; 2002).

Gambar Sildenafil Sitrat

Sebagai upaya pencegahan dan pengawasan terhadap


penyalahgunaan bahan kimia obat sildenafil sitrat, maka diperlukan
metode analisis yang mampu mendeteksi sildenafil sitrat dalam jamu
tradisional kuat lelaki. Dalam hal ini akan dilakukan penelitian untuk
menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif sildenafil sitrat pada
beberapa contoh sediaan jamu tradisional yang diduga mengandung
senyawa tersebut. Salah satu cara yang digunakan untuk analisis
bahan kimia sildenafil sitrat adalah kromatografi cair kinerja tinggi
(KCKT). Pada penelitian ini metode kromatografi cair kinerja tinggi
digunakan untuk menganalisis bahan kimia sildnafil sitrat dengan
mengacumetode yang ada. Berdasarkan penelitian Mayangsari (2007),
hasil validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi cukup baik
untuk analisis bahan kimia sildenafil sitrat dalam sediaan jamu
tradisional.

19
BAB III
CARA KERJA

A. Alat dan Bahan

a. Alat

1. KCKT (® Shimadzu SPO-GAV)


2. ultrasound (® Bransonic)
3. Pompa vakum
4. Vakum filter 0,45 nm
5. Micro syringe 100 μL,
6. Kolom shimpack CLC-C18
7. Detektor UV 290 nm
8. Neraca analitis (® Shimadzu AY 220)
9. pH meter
10. Labu ukur
11. Gelas Beaker
12. Erlenmeyer
13. Rak tabung
14. Tabung reaksi (Pyrex)
15. Gelas ukur
16. Gelas arlogi
17. Mikropipet
18. Batang pengaduk
19. Corong
20. Pipet tetes

b. Bahan

1. Jamu merk A dan Jamu merk B


2. Aquades
3. Asetonitril (JT Barker)
4. Dapar fosfat 0,05 M pH 4,5 (Emerck)
5. Baku pembanding
6. Sildenafil Sitrat (Pfizer)

20
B. Preparasi Sampel

1. Mencampurkan Asetonitril dan Dapar Fosfat 0,05 M pH 4,5 dengan


perbandingan (60:40).
2. Larutan fase gerak tersebut kemudian divortek.
3. Kemudian disaring melalui penyaring dengan porositas 0,45 μm atau
lebih halus.

C. Pembuatan Standar

1. Sildenafil sitrat ditimbang seksama sebanyak 100 mg lalu


2. dimasukan dalam labu takar 100 mL.
3. Kemudian dilarutkan dengan aquadest dan encerkan secara
4. kuantitatif sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan kadar
1000 µg/mL
5. Lalu disonikator selama 10 menit.
6. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 1 mL lalu dimasukan dalam labu
takar 10 mL kemudian diencerkan secara kuantitatif dengan aquadest
sampai garis tanda, sehingga diperoleh larutan dengan kadar 100 µg/mL.
7. Kemudian disonikator selama 10 menit.
8. Lalu disaring melalui penyaring 0,45 µm

D. Pengoperasian Alat

a. Penetapan Kualitatif Sildenafil sitrat

1. Baku Sildenafil Sitrat dan sampel jamu, dengan konsentrasi 2 μg/mL


masing-masing disuntikan ke alat KCKT dengan volume penyuntikan
100 μL.
2. Puncak yang ditunjukan diperhatikan dan dicatat waktu retensinya

b. Penetapan Kuantitatif Sildenafil Sitrat

1. Dari larutan baku konsentrasi 100 µg/mL dipipet sebanyak 0,05 ; 0,1 ;
2. 0,2 ; 0,4 mL. Masing-masing dimasukan dalam labu ukur 10 mL.
3. Lalu ditambahkandengan fase gerak (Asetonitril:Dapar Fosfat 60:40) sampai garis
tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 ; 1 ; 2 dan 4 µg/mL.
4. Kemudian masing-masing konsentrasi diinjeksikan ke alat KCKT dengan volume
20 µL pada panjang gelombang 290 nm dengan laju alir fase gerak 1,2 manalisi.

21
5. Lalu dicatat luas puncaknya yang ditunjukan pada kromatogram dan dibuat kurva
baku serta persamaan regresi liniernya.
6. Ditimbang seksama sejumlah 5 g sampel jamu, dimasukkan kedalam labu ukur 25
mL, di larutkan dengan fase gerak (Asetonitril:Dapar Fosfat 60:40) sampai garis
tanda.
7. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam labu ukur 10
mL
8. Lalu diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.
9. Diambil 2 mL dari larutan tersebut masukkan dalam labu takar 10 mL diencerkan
sampai garis tandadengan fase gerak.
10. Disaring melalui penyaring dengan Millex Gs (porositas0,22 µm).
11. Larutan tersebut diinjeksikan ke alat KCKT pada panjang gelombang 290 nm
dengan laju alir 1,2 mL/menitdengan volume injeksi 100 µL.
12. Perngukuran dilakukan dengan tiga kali pengulangan

c. Validasi metode analisis

1. Ditimbang seksama sejumlah 5 g jamu.


2. Lalu sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
3. disiapkan duplo yaitu ditambah fase gerak 2,5 ml dan di tambahkan
2,5 ml dari larutan stok 1000 ppm.
4. Kemudian dilarutkan dengan fase gerak (Asetonitril:Dapar Fosfat
60:40) sampai garis tanda.
5. Dari larutan tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan kedalam
labu ukur 10 mL diencerkan kembali dengan fase gerak sampai garis
tanda.
6. Mengambil 2 ml dari larutan di atas masukan dalam 10 mL labu takar
sampai garis tanda dengan mengunakan fase gerak.
7. Lalu disaring melalui penyaring millex GS (porositas 0,22 µm).
Larutan tersebut diinjeksikan 3 kali ke alat KCKT pada panjang
gelombang 290 nm dengan laju alir 1,2 mL/menit dengan volume
injeksi 20 µL.
8. Kemudian dua-duanya ditetapkan kadarnya dan dihitung % Recovery.

E. Data

 Kromatogram sildenafil sitrat baku

22
 Hasil Kadar Sildenafil Sitrat pada Jamu Kuat lelaki Merk A dengan metode KCKT

 Kurva baku sidenafil sitrat

 Hasil Uji Ketelitian Baku Sildenafil Sitrat 2 µg/m

 Hasil uji perolehan kembali sidenafil sirat dengan metode adisi

23
F. Pengolahan Data

Dalam analisis yang dilakukan dalam jurnal tidak diketahui cara


pengolahan data hanya hasilnya yang dicantumkan.

 Batas Deteksi dan Batas Kuantisasi (LOD dan LOQ)


Batas deteksi dan kuantitasi pada penelitian ini dihitung secara stastistik
menggunakan garis linier dari kurva kalibrasi. Nilai pengukuran akan sama dengan
nilai b pada garis linear y = bx+a, sedangkan simpangan baku blangko sama dengan
simpangan baku residual sy/x. Batas deteksi (D) Karena k=3 atau 10, simpangan baku
sb = sy/x maka :
x = 3sy/x/ SI

Batas kuantitasi (Q)


Q = 10sy/x/Sl

G. Jaminan Mutu

Dalam analisa menggunakan jaminan mutu SNI 01-4320-1996.

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil eluasi dengan KCKT menunjukkan waktu retensi yang diperoleh untuk standar
sildenafil sitrat dan jamu merk A adalah 2,5 menit dan 2,625 menit. Untuk jamu merk B tidak
ada puncak yang terdeteksi pada daerah waktu retensi sekitar 2,5 yang berarti dalam jamu merk
B tidak terdapat sildenafil sitrat Hasil Analisis Kuntitatif Sildenafil Sitrat Setelah dipastikan
adanya kandungan sildenafil sitrat pada jamu, maka dilakukan penetapan kadar. Kurva baku
dibuat untuk dapat digunakan dalam mengukur kadar dari sildenafil sitrat dengan membuat
hubungan antara luas area kromatogram dengan konsentratsi. penelitian menggunakan data luas
area untuk menghitung kadar, sebab luas area kromatogram sangat proposional dengan
konsentrasi analit.

Hasil dari penetapan kurva baku diperoleh linieritas kurva kalibrasi dari sildenafil sitrat
baku dengan rentang konsentrasi 0,5 – 4 µg/mL yang diukur pada panjang gelombang 290 nm
dengan laju alir 1,2 ml/menit, didapatkan hubungan yang linier antara konsentrasi versus luas
puncak dengan koefisien korelasi (r) = 0,999 dan persamaan garis regresinya y = 1073,269565 x
– 116,1304348. Nilai r ini menggambarkan adanya hubungan yang linier antara konsentrasi
dengan luas area yang dihasilkan. Hubungan linier yang ideal dicapai jika r table < r hitung. Nilai
r linier karena r tabel < r hitung yaitu 0,950 < 0,999.Berdasarkan hasil kromatogram dan kurva
baku jamu merk A mengandung sildenafil sitrat sebesar 0,313 mg/g (table 1). Jamu merek B
tidak ditetapkan kadarnya dikarenakan secara kualitatif tidak terdeteksi mengandung sildenafil
sitrat Hasil Validasi metode KCKT untuk menetapkan sildenafil sitrat dalam jamu.

Uji linieritas menggambarkan kemampuan pada rentang tertentu untuk mendapatkan


hasil uji yang secara langsung proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang
metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima. Dari hubungan
konsentrasi dengan luas area didapat persamaan regresi linier yaitu melalui perhitungan nilai
regresi (r) = 0,999. Nilai r bisa diterima karena r tabel < r hitung yaitu 0,950 < 0,999 dengan nilai
derajat bebas (db) 2, nilai α sebesar 5 % dan taraf kepercayaan 95 %

Keseksamaan merupakan ukuruan nilai kedekatan hasil uji seseorang dengan metode
replikasi dari sampel homogen. Kriteria ketelitian diberikan jika metode memberikan simpangan
baku relatif 1 – 2 %. Tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang
diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium sehingga RSD 5 – 19 % masih dapat diterima
(Synder et al, 1997).

Makin kecil simpangan baku relatif yang diberikan suatu metode analisis maka kesahihan
metode tersebut lebih terjamin. Ilmu statistik akan dapat menyuguhkan berapa besarnya
simpangan baku, makin kecil kadar zat yang dianalisis akan didapat harga simpangan baku

25
relatif yang semakin besar (Mulja & Suharman, 1995). Analisis terhadap parameter keseksamaan
dilakukan dengan menginjeksikan ke alat KCKT larutan sildenafil sitrat 2 µg/mL dengan 6 kali
replikasi.Melalui hasil perhitungan diperoleh nilai RSD sebesar 1,363%Dari hasil LOD dan LOQ
semuanya masih dibawah konsentrasi terkecil yang digunakan atau seri konsentrasi yang
digunakan masih diatas LOD dan LOQ. Berarti kadar
sildenafil sitrat yang masih menunjukan respon pada analisis menggunakan KCKT
dengan detektor UV sebesar 0,010 g/ml dan konsentrasi terkecil sildenafil sitrat yang masih
dapat menunjukan pengukuran secara teliti dan tepat menggunakan metode KCKT dengan
detektor UV sebesar 0,341 g/ml.

26
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa :


o Metode KCKT yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan untuk analisis
sildenafil sitrat dalam jamu tradisional kuat dengan hasil penetapan kadar sildenafil
sitrat didapat kadar rata-rata untuk Jamu tradisional kuat lelaki merk A yaitu0,313
mg/g.
o Sementara untuk jamu tradisionalkuat lelaki merk B tidak mengandung sildenafil
sitrat.

B. Saran

Untuk produk obat herbal sebaiknya dalam penggunaan kandungan sildenafil sitrat lebih
diperhatikan karena dapat membahayakan tubuh dalam segi kesehatan jika dikonsumsi
tanpa takar yang benar atau sesuai dengan anjuran dokter.

27
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://journal.stikessuryaglobal.ac.id/index.php/SM/art
icle/download/133/76&ved=2ahUKEwjr8oLZjpDsAhVObn0KHdXRDwoQFjAAeg
QIAhAB&usg=AOvVaw1zeLOSR7Ap0yV8fLxycrij
 http://materi-kimia-lengkap.blogspot.com/2014/07/kromatografi-cair-kinerja-tinggi-
kckt.html?m=1
 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/11147&ved
=2ahUKEwiDuNOGipDsAhWj7XMBHed4BcEQFjADegQIChAC&usg=AOvVaw0
wfdzPEyYotAAsuNAcbnqD
 https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/28970306/TINJAUAN_PU
STAKA_ANALISIS_BKO_TADALAFIL_PADA_JAMU_DENGAN_METODE_K
ROMATOGRAFI_CAIR_KINERJA_TINGGI&ved=2ahUKEwiDuNOGipDsAhWj7
XMBHed4BcEQFjAFegQIAxAB&usg=AOvVaw2-qmzWEwY2UIo5sHEQ_ogw
 http://kimia40.blogspot.com/2016/10/makalah-kromatografi-cair-kinerja.html?m=1
 https://kupdf.net/queue/sni-01-4320-1996-serbuk-tradisional_5af6e_pdf?queue_id
 https://news.labsatu.com/mengenal-hplc-dan-prinsip-kerjanya/

28

Anda mungkin juga menyukai