Anda di halaman 1dari 17

LEARNING OBJECTIVE

BLOK 8 : Tumor dan Keganasan pada Organ Reproduksi

“Mengapa Perdarahan?”

DISUSUN OLEH :

Nama : Cindy Amalia Octaviani P

Stambuk : N 101 18 068

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TADULAKO

Oktober 2020

1. Polip serviks dan adenoma


Jawab :
 Polipserviks
Polip merupakan lesi atau tumor padat jinak berupa adenoma maupun
fibroadenoma serviks yang paling sering dijumpai. Polip serviks dapat ditemukan pada
insiden yang memicu produksi hormon seperti pada wanita hamil. Kelainan ginekologi
yang sering diderita oleh wanita hamil dengan usia kehamilan muda adalah ancaman
abortus yang sering disebut dengan keguguran. Penegakan diagnosis ancaman abortus
didapatkan dari anamnesis, seperti keluhan keluar darah dari kemaluan disertai nyeri
perut ringan atau tidak sama sekali dan usia kehamilan pasien < 20 minggu. Pada
pemeriksaan inspekulo biasanya OUE tertutup, perdarahan dapat terlihat dari ostium, dan
tidak ada kelainan pada serviks. Pada pemeriksaan dalam, OUE tertutup, tidak terdapat
nyeri goyang serviks. Pada pemeriksaan tes kehamilan positif, dan pada pemeriksaan
USG tampak janin masih hidup.
Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multipel, berwarna merah terang,
rapuh, dan strukturnya menyerupai spons. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2
hingga 5%. Polip serviks terdiri dari dua macam. Polip ektoserviks dapat tumbuh dari
lapisan permukaan luar serviks, sering diderita oleh wanita yang telah memasuki periode
paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia produktif.
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks menggunakan
spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan
kelainan terutama keganasan serviks dan endometrium. Gejala dari polip serviks biasanya
intermenstrual bleeding, postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea, dan terasa tidak
nyeri. Pasien juga dapat memiliki riwayat leukorea, perdarahan di luar siklus menstruasi,
perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah menopause, perdarahan intermenstrual atau
paska-koitus dengan hipermenorea, pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak
apakah terdapat peradangan serviks atau polip, ataupun ketidaknyamanan vagina.
Pada pemeriksaan dengan spekulum dapat dijumpai jaringan bertambah, massa
kecil , berwarna merah, tampak seperti jari yang keluar melalui kanalis servikalis dan
biasanya berukuran panjang 1-2 cm dan berdiameter 0,5-1 cm, mudah berdarah, dan
terdapat pada vagina bagian atas, dan teraba lunak. Polip juga dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin.
 Adenokarsinoma Endometrial
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas epitel primer di endometrium,
umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai miometrium.
Kebanyakan kasus karsinoma endometrium sering dihubungkan dengan endometrium
terpapar stimulasi estrogen secara kronis. Karsinoma endometrium sering
memperlihatkan beragam jenis diferensiasi, termasuk diferensiasi musinosa, tubal
(bersilia), dan gepeng (kadang-kadang adenoskuamosa) di epitel neoplastiknya. Tumor
ini berasal dari mukosa, kemudian menyebar ke miometrium dan masuk ke rongga
vaskuler, disertai metastasis ke kelenjar getah bening regional.
Diagnosa pasti pada penyakit ini yaitu dengan pemeriksaan histopatologik.
Umumnya (75-80% kasus) tipe histologik karsinoma endometrium adalah
adenokarsinoma endometrioid. Adenokarsinoma endometrium dapat diketahui dari
hiperplasia atipik dengan ditemukannya invasi stroma. Terdapat 2 jenis karsinoma
endometrium, yaitu adenokarsinoma endometrium tipe I dengan karakteristik
berdiferensiasi baik dan invasi secara supervisial. Tipe ini sensitif terhadap progesteron
dan penderita cenderung memiliki prognosis yang baik. Adenokarsinoma endometrium
tipe II berdiferensiasi buruk (grade 3) atau bertipe histologik yang agresif (clear cell,
papiler serosa) dan berinvasi dalam ke miometrium. Prognosis penderita dengan tipe II
kurang baik dan memiliki survival rate yang lebih rendah dibanding penderita tipe I.
2. Mengetahui proses terbentuknya kanker polipservix dan adenoma dan patogenesis
Jawab :
Polip endoserviks pertumbuhannya berasal dari bagian dalam serviks. Biasanya
Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu
anak. Pembagian ini bukan ukuran absolut untuk menetapkan letak polip secara pasti.
Etiologi dari polip serviks belum diketahui dengan pasti, namun sering dihubungkan
dengan peradangan kronik, hiperplasia akibat respon terhadap hormon estrogen, dan
pelebaran pembuluh darah serviks. Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari
degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks yang merupakan reaksi sekunder dari
inflamasi serviks. Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi.
Polip serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian dari reaksi
radang yang dapat terjadi adalah : radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian
hilang dengan sendirinya, polip menetap ukurannya, dan polip membesar.
3. Pemeriksaan fisik
Jawab :
- Pemeriksaan fisik 
a) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak 
b)  Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai
vagina
- Pemeriksaan in spekulo :
a) Adanya portio ulseratif   
b) Adanya fluor albus
c) Muncunya darah jika lesi tersentuh (lesi rapuh)
d) Terdapat gambaran seperti bunga kol pada stadium lanjut.
- Pemeriksaan bimanual :
a) Adanya fluor albus  
b) Adanya massa benjolan ataupun erosi ataupun ulkus pada  portio uteri
4. Diagnosis banding
Jawab :
1) Adenokarsinoma Endometrial
Kanker ini biasanya terjadi karena terbentuknya kista yang menyebabkan
perdarahan pada vagina yang tidak wajar. Kadar estrogen diduga memegang peranan
penting terjadinya kelainan ini, meski penyebab pastinya masih belum diketahui.
Estrogen berfungsi membantu percepatan pertumbuhan pada dinding rahim, dan
kondisi ini bisa menyebabkan penumpukan berlebih jaringan dinding rahim yang
memicu kanker. 
Perdarahan vagina menjadi gejala utama kanker endometrium yang bisa kamu kenali.
Meski baru stadium awal, perdarahan sudah bisa terjadi. Meski begitu, perdarahan ini
tandanya berbeda, bergantung apakah seseorang sudah menopause atau belum.
Apabila belum, perdarahan vagina bisa dikenali dengan tanda:
 Darah menstruasi lebih banyak dan waktunya lebih panjang atau lebih dari tujuh
hari;
 Bercak darah terjadi meski tidak menstruasi;
 Siklus menstruasi lebih cepat atau setiap 21 hari;
 Perdarahan bisa terjadi sebelum atau sesudah berhubungan intim.
Apabila pengidap telah masuk pada masa menopause, perdarahan atau munculnya
bercak setahun sejak masa menopause yang terjadi dianggap tidak normal, sehingga
sebaiknya segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan
segera. Buat janji dengan dokter langsung di rumah sakit mana saja yang terdekat
dengan lokasi tempat tinggalmu. Nah, selain perdarahan, pada orang menopause
gejalanya yang bisa diketahui adalah nyeri pada perut bagian bawah atau
panggul, nyeri ketika berhubungan intim, dan keputihan yang encer setelah masa
menopause. 
2) Polip Endoservikal
Polip jenis ini terjadi di area endometrium yakni lapisan terdalam pada rahim dan
tempatnya menempelnya ovum yang telah dibuahi. Polip dapat berbentuk bulat atau
oval, ukurannya bervariasi dari beberapa milimeter (seukuran biji wijen) hingga
beberapa centimeter (seukuran bola golf), atau lebih besar. Polip rahim umumnya
terjadi pada wanita yang berusia 40 tahun ke atas dan jarang ditemukan pada wanita
di bawah usia 20 tahun.  Gejala yang akan muncul pada pengidap polip rahim antara
lain:
 Periode menstruasi yang tidak terprediksi, bisa semakin lama atau semakin sering.
 Perdarahan yang tidak normal di antara periode menstruasi.
 Darah menstruasi sangat banyak.
 Perdarahan pada Miss V setelah menopause.
 Kemandulan.
Chlamydia trachomatis atau Infeksi menular seksual lainnya pada wanita dengan:
Keluhan perdarahan vagina, duh vagina serosanguinosa, nyeri pelvis
Serviks yang meradang dan rapuh (mudah berdarah, terutama setelah berhubungan
seksual). Chlamydia adalah salah satu penyakit menular seksual yang ditularkan
melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom. Kaum wanita yang berusia
muda umumnya yang paling sering mengidap chlamydia, baik pria maupun wanita
segala usia pun bisa terkena chlamydia.
Chlamydia disebabkan oleh bakteri chlamydia trachomatis. Penyakit ini, bias
menular melalui seks anal, oral, vaginal, dan saling bersentuhannya alat kelamin.
Selain itu, mainan seks yang tidak dicuci bersih atau dilapisi kondom baru juga bisa
menjadi media penularan chlamydia.
Cairan seksual yang keluar dari alat kelamin penderitanya bisa menularkan bakteri ini
walaupun tanpa orgasme, ejakulasi, atau penetrasi. Risiko terjangkit chlamydia bisa
meningkat jika berhubungan seksual berganti-ganti pasangan atau dengan banyak
orang. Penularan chlamydia tidak akan terjadi karena hal berikut ini:
 Pelukan;
 Dudukan toilet;
 Handuk;
 Peralatan makan;
 Ciuman;
 Kolam renang; dan
 Kamar mandi.
Chlamydia umumnya tidak menunjukkan gejala setelah 1–3 minggu. Seringkali,
gejala chlamydia diabaikan karena dianggap segera berlalu dan tidak parah. Gejala
chlamydia pada wanita dan pria bisa berbeda, tetapi sakit atau nyeri saat buang air
kecil menjadi karakteristik umum.Chlamydia tidak menimbulkan gejala pada 50
persen pengidap pria dan 50 persen lainnya mengalami gejala, seperti sakit pada
testikel, serta keluarnya cairan berwarna putih kental atau encer dari ujung Mr P.
Infeksi masih terjadi dan bisa ditularkan walau gejala yang dialami sudah hilang.
Sedangkan pada wanita yang tidak mengalami gejala adalah sekitar 75 persen,
dan 25 persen mengalami gejala yang paling umum terjadi, seperti terjadi pendarahan
saat atau usai melakukan hubungan seks dan mengeluarkan cairan vagina yang tidak
biasa. Selain itu, ada juga yang mengalami menstruasi lebih berat dari biasanya,
pendarahan di antara masa menstruasi, dan perut bagian bawah terasa sakit. Selain
menginfeksi organ intim, infeksi chlamydia juga terjadi pada mata dan menyebabkan
terjadinya konjungtivitis jika cairan vagina atau sperma yang terinfeksi terkena mata.
Mata yang terinfeksi akan terasa perih, bengkak, teriritasi, dan mengeluarkan cairan.
Anus juga bisa terinfeksi dan menimbulkan pendarahan, keluar cairan, serta rasa sakit
dan tidak nyaman. Selain itu, infeksi tenggorokan juga bisa terjadi dan biasanya tidak
menimbulkan gejala.
5. Proses metastase dan gejala yang menyertai
Jawab :
Lokasi paling umum penyebaran jauh kanker serviks adalah kelenjar limfe
paraaortik dan mediastinum, paru, rongga peritoneum, dan tulang. Keterlibatan kelenjar
limfe mediastinum atau supraklavikularis dianggap metastasis jauh dan diberi kode M1.
Gejala klinis dari kanker serviks sangat tidak khas pada stadium dini. Biasanya
sering ditandi sebagai fluos dengan sedikit darah, perdarahan postkoital atau perdarahan
pervaginam yang disangka sebagai perpanjangan waktu haid. Pada stadium lanjut baru
terlihat tanda-tanda yang ;ebih khas untuk kanker serviks, baik berupa perdarahan yang
hebat (terutama dalam bentuk eksofilik), fluor albus yang berbau dan rasa sakit yang
sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ditandai dengan gejala atau tanda-tanda yang
khas.  Namun, kadang dapat ditemui gejala-gejala sebagai berikut:
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama makin berbau busuk karena adanya infeksi dan nekrosis jaringan.  
b. Perdarahan setelah senggama ( post coital bleeding) yang kemudian berlanjt ke
perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarah setelah masa menopause
d. Pada tahap invasif dapat muncul cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah
e. Timbul gejala-gejala anemia akibat dari perdarahan yang abnormal
f. Timbul nyeri pada daeah panggul (pelvic) atau pada daerah perut bagian bawah bila
terjadi peradangan pada panggul. Bila nyeri yang terjadi dari daerah pinggang ke
bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu masih mungkin terjadi nyeri
pada tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium kanker lanjut, badan menjadi kurus karena kekurangan gizi, edema
pada kaki, timbul iritasi pada kandung kemih dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya viskelvaginal dan rektovaginal, atau timbul gejala-gejala lain
yang disebabkan oleh metastasis jauh dari kanker serviks itu sendiri.
6. Aspek patologi tumor
Jawab :
Jaringan yang normal mengandung sel- sel yang matang (matur) dalam jumlah
yang banyak. Sel-sel matang yang banyak ini mempunyai karakteristik, besar, dan bentuk
yang sama. Mitosis adalah pembelahan satu sel menjadi dua sel. Pada sisi yang normal,
pembelahan ini terjadi dalam proses yang teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(misalnya pada trauma, inflamasi, dan luka bedah). Pertumbuhan kanker merupakan
salah satu bentuk pertumbuhan yang tidak normal. Sel kanker tersebut akan melewati tiga
langkah perkembangan, yaitu insisi, promosi, dan progresi.
Insisi (tahap awal) dimulai dengan sel- sel yang normal lalu mengadakan kontak
dengan karsinogen yaitu radiasi, bahan kimia, obat, dan virus. Karsinogen tersebut
menyebabkan kerusakan genetik yang ireversibel dan proses ini disebut mutasi atau
perubahan. Promosi (Tahap kedua) dapat berlangsung selama beberapa tahun. Faktor-
faktor promotor yaitu rokok, penyalahgunaan alkohol, dan komponen makanan secara
terus menerus memengaruhi sel- sel yang sudah mengadakan mutasi atau perubahan.
Faktor- faktor promotor tersebut menambah perubahan struktur sel, sehingga kecepatan
mutasi spontan juga bertambah menyebabkan jumlah peningkatan sel- sel tidak normal.
Pada progresi (tahap akhir) terjadi pertumbuhan yang tidak terkendali dari tumor
malignan yang dapat bermetastasis..
7. Tatalaksana tumor dan keganasan
Jawab :
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi). Tindakan
pengobatan atau terapi sangat bergantung pada stadium kanker serviks saat didiagnosis.
Dikenal beberapa tindakan (modalitas) dalam tata laksana kanker serviks antara lain:
a. Terapi Lesi Prakanker Serviks
Penatalaksanaan lesi prakanker serviks yng pada umunya tergolong NIS
(Neoplasia Intraepital Serviks) dapat dilakukan dengan observasi saja,
medikamentosa, terapi destruksi dan terapi eksisi.
Tindakan observasi dilakukan pada tes Pap dengan hasil HPV, atipia, NIS 1 yang
termasuk dalam lesi intraepitelial skuamosa derajad rendah (LISDR). Terapi nis
dengan destruksi dapat dilakukan pada LISDR dan LISDT (Lesi intraeoitelial serviks
derajat tinggi). Demikian juga terapi eksisi dapat ditujukan untuk LISDR dan LISDT.
Perbedaan antara terapi destruksi dan terapi eksisi adalah pada terapi destruksi tidak 
mengangkat lesi tetapi pada terapi eksisi ada spesimen lesi yang diangkat.
b. Terapi NIS dengan destruksi local
Tujuannya metode ini untuk memusnahkan daerah-daerah terpilih yang
mengandung epitel abnormal yang nkelak akan digantikan dengan epitel skuamosa
yang baru.
 Krioterapi adalah suatu cara penyembuhan penyakit dengan cara mendinginkan
bagian yang sakit sampai dengan suhu 00 C. Pada suhu sekurang-kurangnya
250Csel-sel jaringan termasuk NIS akan mengalami nekrosis. Sebagai akibat dari
pembekuan sel-sel tersebut, terjadi perubahan tingkat seluller dan vaskular, yaitu:
1. sel-sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; 2.konsentrasi elektrolit dalam sel
terganggu; 3. Syok termal dan denaturasi kompleks lipid protein; dan 4. Status
umum sistem mikrovaskular. Pada saat ini hampir semua alat menggunakan N2O.
 Elektrokauter memungkinkan untuk pemusnahan jaringan dengan kedalaman 2-
3mm. Lesi NIS 1 yang kecil di lokasi yang keseluruhannya terlihat pada
umumnya dapat disembuhkan dengan efektif.
 Diatermi Elektroagulasi Radikal dapat memusnahkan jaringan lebih luas (sampai
kedalaman 1cm) dan efektif dibandingkan elektrokauter tapi harus dilakukan
dengan anestesia umum. Tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, dianjurkan
hanya terbatas pada NIS1/2 dengan batas lesi yang dapat ditentukan.
 CO2 Laser adalah muatan listrik yang berisi campuran gas helium, nitrogen dan
gas CO2 yang menimbulkan sinar laser dengan gelombang 10,6 u. Perbedaan
patologis dapat dibedakan dalam 2 bagian, yaitu penguapan dan nekrosis.
c. Terapi NIS dengan eksisi
 Konisasi (cone biopsy) adalah pembuatan sayatan berbentuk kerucut pada serviks
dan kanal serviks untuk diteliti oleh ahli patologi. Digunakan untuk diagnosa
ataupun pengobatan pra-kanker serviks
 Punch Biopsi yaitu menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil
jaringan serviks
 Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): menggunakan arus listrik yang
dilewati pada kawat tipis untuk memotong jaringan abnormal kanker serviks
 Trakelektomi radikal (radical trachelectomy) : Dokter bedah mengambil leher 
rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Pilihan ini
dilakukan untuk wanita dengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil di
kemudian hari
 Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk 
mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya
dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien
sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada
pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit
umum (resiko tinggi) seperti: penyakit jantung, ginjal dan hepar. Ada 2
histerektomi :
- Total Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks
- Radikal Histerektomi: pengangkatan seluruh rahim dan serviks, indung telur,
tuba falopi maupun kelenjar getah bening di dekatnya
d. Terapi Kanker Serviks Invasif 
 Pembedahan
 Radioterapi
Terapi ini menggunakan sinar ionisasi (sinar X) untuk merusak sel-sel
kanker. Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II
B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan
tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif  ialah
mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya dan atau
bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar  seperti rektum, vesika
urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan
pada stadium I sampai III B. Bila sel kanker  sudah keluar rongga panggul, maka
radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV
A. Ada 2 macam radioterapi, yaitu :
- Radiasi eksternal  : sinar berasar dari sebuah mesin besar  Penderita tidak
perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu.
- Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama
itu  penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa
kali selama 1-2 minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
- Iritasi rektum dan vagina
- Kerusakan kandung kemih dan rektum
- Ovarium berhenti berfungsi
 Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk  membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan
pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis.
Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat
sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin
hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan
adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit
dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker 
menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk 
memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah
digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis
tunggal  belum memberikan keuntungan yang memuaskan Contoh obat yang
digunakan  pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide
Adremycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain – lain. Cara
pemberian kemoterapi dapat bsecara ditelan, disuntikkan dan diinfus
Obat kemoterapi yang paling sering digunakan sebagai terapi awal /
bersama terapi radiasi pada stage IIA, IIB, IIIA, IIIB, and IVA adalah cisplatin,
flurouracil. Sedangkan Obat kemoterapi yang paling sering digunakan untuk
kanker serviks stage IVB / recurrent adalah : mitomycin. pacitaxel,
ifosamide.topotecan telah disetujui untuk digunakan bersama dengan cisplastin
untuk kanker serviks stage lanjut, dapat digunakan ketika operasi / radiasi tidak
dapat dilakukan atau tidak  menampakkan hasil; kanker serviks yang timbul
kembali / menyebar ke organ lain.
Kemoterapi dapat digunakan sebagai :
- Terapi utama pada kanker stadium lanjut
- Terapi adjuvant/tambahan – setelah pembedahan untuk meningkatkan hasil
pembedahan dengan menghancurkan sel kanker yang mungkin tertinggal dan
mengurangi resiko kekambuhan kanker.
- Terapi neoadjuvan – sebelum pembedahan untuk mengurangi ukuran tumor 
- Untuk mengurangi gejala terkait kanker yang menyebabkan ketidaknyamanan
dan memperbaiki kehidupan pasien (stadium lanjut / kanker yang kambuh)
- Memperpanjang masa hidup pasien (stadium lanjut / kanker yang kambuh)
Efek samping dari kemoterapi adalah :
- Lemas
Timbulnya mendadak atau perlahan dan tidak langsung menghilang saat
beristirahat, kadang berlangsung terus sampai akhir pengobatan.
- Mual dan muntah
Mual dan muntah berlangsung singkat atau lama. Dapat diberikan obat anti
mual sebelum, selama, dan sesudah pengobatan.
- Gangguan pencernaan
Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan diare, bahkan ada yang diare
sampai dehidrasi berat dan harus dirawat. Kadang sampai terjadi sembelit.
Bila terjadi diare : kurangi makan-makanan yang mengandung serat, buah dan
sayur. Harus minum air yang hilang untuk mengatasi kehilangan cairan. Bila
susah BAB : makan-makanan yang berserat, dan jika memungkinkan
olahraga.
- Sariawan
- Rambut rontok 
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu
setelah kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah didekat
kulit kepala. Dapat terjadi seminggu setelah kemoterapi.
- Otot dan saraf 
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari
tangan dan kaki. Serta kelemahan pada otot kaki.
- Efek pada darah Beberapa jenis obat kemoterapi ada yang berpengaruh pada
kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah merah,
sehingga jumlah sel darah merah menurun. Yang paling sering adalah
penurunan sel darah putih (leukosit). Penurunan sel darah terjadi setiap
kemoterapi, dan test darah  biasanya dilakukan sebelum kemoterapi
berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal.
Penurunan jumlah sel darah dapat menyebabkan:
o Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh penurunan leukosit, karena leukosit adalah sel
darah yang memberikan perlindungan infeksi. Ada juga beberapa obat
kemoterapi yang menyebabkan peningkatkan leukosit.
o Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah, apabila
jumlah trombosit rendah dapat menyebabkan pendarahan, ruam, dan
bercak  merah pada kulit.
o Anemia
Anemia adalah penurunan sel darah merah yang ditandai dengan
penurunan Hb (Hemoglobin). Karena Hb letaknya didalam sel darah
merah. Penurunan sel darah merah dapat menyebabkan lemah, mudah
lelah, tampak pucat.
a) Kulit menjadi kering dan berubah warna
b) Lebih sensitive terhadap sinar matahari.
c) Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang
e. Terapi paliatif (supportive care) yang lebih difokuskan pada peningkatan kualitas
hidup pasien. Contohnya: Makan makanan yang mengandung nutrisi, pengontrol
sakit (pain control). Manajemen Nyeri Kanker Berdasarkan kekuatan obat anti nyeri
kanker, dikenal 3 tingkatan obat, yaitu :
 Nyeri ringan (VAS 1-4) : obat yang dianjurkan antara lain Asetaminofen, OAINS
(Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid)
 Nyeri sedang (VAS 5-6) : obat kelompok pertama ditambah kelompok opioid
ringan seperti kodein dan tramadol
 Nyeri berat (VAS 7-10) : obat yang dianjurkan adalah kelompok opioid kuat
seperti morfin dan fentanil
8. Prognosis dan konseling, informasi dan edukasi
Jawab :
Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah :
a. Umur penderita
b. Keadaan umum
c. Tingkat klinik keganasan
d. Sitopatologi sel tumor 
e. Kemampuan ahli atau tim ahli yag menanganinya
f. Sarana pengobatan yang ada

Stadiu Penyebaaran Kanker Serviks % Harapan


m Hidup 5
Tahun
0 Karsinoma insitu 100
I Terbatas pada uterus 85
Menyerang luar uterus tetapi
II 60
meluas ke dinding pelvis
Meluas ke dinding pelvis dan
III atau sepertiga bawah vagina atau 33
hidronefrosis
IV Menyerang mukosa kandung
kemih atau rectum atau meluas 7
keluar pelvis sebenarnya
Ciri-ciri Karsinoma serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan, 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul
gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi terjadinya
rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.
Setelah histerektomi radikal, terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun.
Karena pada umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah kondisi pra-
kanker, maka tindakan pencegahan terpenting harus segera dilakukan.
a. Pencegahan Primer 
 Menghindari faktor-faktor risiko yang sudah diuraikan di atas. Misalnya: Tidak   
berhubungan seksual dengan lebih dari satu pasangan, penggunaan kondom
(untuk mencegah penularan infkesi HPV), tidak merokok, selalu menjaga
kebersihan, menjalani pola hidup sehat, melindungi tubuh dari paparan bahan
kimia (untuk mencegah faktor-faktor lain yang memperkuat munculnya penyakit
kanker ini).
 Vaksinasi Vaksin merupakan cara terbaik dan langkah perlindungan paling aman
bagi wanita dari infeksi HPV tipe 16 dan 18. Vaksin akan meningkatkan
kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan menghancurkan virus
ketika masuk  ke dalam tubuh, sebelum terjadi infeksi. Vaksin dibuat dengan
teknologi rekombinan, vaksin berisi VLP (virus like protein) yang merupakan
hasil cloning dari L1 ( viral capsid  gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat.
Dalam hal ini dikembangkan 2 jenis vaksin:
1) Vaksin pencegahan untuk memicu kekebalan tubuh humoral agar dapat
terlindung dari infeksi HPV.
2) Vaksin Pengobatan untuk menstimulasi kekebalan tubuh seluler agar sel yang
terinfeksi HPV dapat dimusnahkan.
Respon imun yang benar pada infeksi HPV memiliki karakteristik yang kuat,
bersifat lokal dan selalu dihubungkan dengan pengurangan lesi dan bersifat melindungi
terhadap infeksi HPV genotif yang sama . Dalam hal ini, antibodi humoral sangat
berperan besar  dan antibodi ini adalah suatu virus neutralising antibodi yang bisa
mencegah infeksi HPV dalam percobaan invitro maupun invivo.
Kadar serum neutralising  hanya setelah fase  seroconversion dan kemudian
menurun. Kadar yang rendah ini berhubungan dengan infeksi dari virus. HPV yang
bersifat intraepitelial dan tidak adanya fase keberadaan virus di darah pada infeksi ini.
Selanjutnya  protein L1 diekspresikan selama infeksi produktif dari virus HPV dan
partikel virus tersebut akan terkumpul pada permukaan sel epitel tanpa ada proses
kerusakan sel dan  proses radang dan tidak terdeteksi oleh antigen presenting cell  dan
makropag. Oleh karena itu partikel virus dan kapsidnya terdapat dalam kadar yang
rendah pada kelenjar  limfe dan limpa, di mana kedua organ tersebut adalah organ yang
sangat berperan dalam  proses kekebalan tubuh. Meskipun dalam kadar yang rendah,
antibodi tersebut bersifat  protektif terhadap infeksi virus HPV.

Sumber :

Martaadisoebrata, D. 2008. Carcinoma cervix. Ginekologi. Bandung : “Elstar Offset”


Oktaviani., Dwi, B., Sriwidyani., dkk. 2018. Karakteristik Klinikopatologi Penderita Kanker
Serviks Uteri Berdasarkan Data Di Laboratorium Patologi Anatomi Rsup Sanglah
Denpasar Tahun 2011-2015. E-Junral Medika Udayana. Vol 7 (8). Viewed on 4
November 2020. From https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/41629
Puspitasari, D. R. 2018. Hubungan Antara Polip Serviks dengan Ancaman Abortus pada
Kehamilan Muda. JK Unila. Vol 2 (2). Viewed on 4 November 2020. From
https://juke.kedokteran.unila.ac.id
Puteri. A, P. 2020. Karsinoma Serviks: Gambaran Radiologi dan Terapi Radiasi. CDK Journal.
Vol 47 (4). Viewed on 4 November 2020. From http://www.cdkjournal.com
Wiknjosastro, H.,et all. (editor). 2009. Serviks Uterus. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Anda mungkin juga menyukai