Anda di halaman 1dari 3

Nama: Lucky Muchammad Santosa

Nim: 1823005

Prodi: Teknik Industri RegulerA 2018

Pandangan terkait Etika Profesi berkaitan dengan adanya issue UU Cipta Kerja dari banyak profesi:

 Profesi DPR
Menurut saya sebaiknya DPR tidak terburu-buru dalam mengesahkan Omnibus Law
karena Omnibus Law ini mencakup lebih dari satu aspek yang digabung menjadi satu undang-
undang jadi membutuhkan waktu yang cukup panjang. Apalagi ditambah dengan kondisi covid-
19 seperti ini seharusnya ditunda terlebih dahulu alangkah baiknya.
 Profesi Buruh
Menurut saya tindakan buruh ini melakukan aksi demonstrasi sudah benar, karena setiap
warga Negara baik perorangan maupun kelompok bebas untuk menyampaikan pendapat sebagai
perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dan sebagai warga Negara berhak menyampaikan pendapat dimuka umum
berhak untuk: mengeluarkan pikiran secara bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Aksi
demonstrasi ini di cover oleh Undang-Undang no 9 tahun 1998 sehingga diperbolehkan.
Rancangan Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja memunculkan penolakan yang
berujung aksi demonstrasi di kalangan kelompok pekerja 'kerah biru' atau yang bekerja di sektor
manufaktur. Sejumlah kelompok buruh mengatakan akan tetap melaksanakan "mogok nasional"
dan unjuk rasa selama tiga hari pada 6 - 8 Oktober, walau DPR dan pemerintah sudah
mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Mereka mengatakan langkah itu diambil
untuk mendesak pemerintah dan DPR menggagalkan undang-undang, yang menurut mereka
"disahkan secara tidak transparan". Sementara, pemerintah memandang demonstrasi dan
penolakan seperti itu wajar, tapi menyarankan pihak yang menolak untuk menyuarakan aspirasi
mereka melalui mekanisme uji materi Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi.
Mengapa demonstrasi ini terjadi? Hal ini terjadi dikarenakan adanya ancaman bagi buruh
itu sendiri. Berikut pasal yang ‘mengancam’ dalam RUU Cipta Kerja:
1) Kontrak kerja
 RUU Cipta Kerja:
Dihapus
 UU Tenaga Kerja:
Pasal 59: (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat
untuk pekerjaan tertentu yang menurutjenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.
 Dampak:
Dengan dihapuskannya pasal ini, kerja kontrak bisa diterapkan di semua
jenis pekerjaan.
- Tidak ada batasan waktu, sehingga kontrak bisa dilakukan seumur
hidup. Sehingga pekerja tetap akan semakin langka.
- Karena statusnya kontrak kerja, bisa dengan mudah di PHK.
- Tidak ada lagi pesangon, karena pesangon hanya untuk pekerja tetap.
2) Kerja Outsourching
 RUU Cipta Kerja:
Dihapus
 UU Tenaga Kerja:
Pasal 66: (1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan
pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses
produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi.
 Dampak:
Dengan dihilangkannya ketentuan ini, maka outsourcing bisa dilakukan
bebas di semua jenis pekerjaan.
3) Pengupahan
 RUU Cipta Kerja:
Pasal 88 B: Upah ditetapkan berdasarkan: a. satuan waktu; dan/atau b.
satuan hasil.
 UU Tenaga Kerja:
Tidak ada
 Dampak:
Upah ditetapkan berdasarkan satuan waktu, berpotensi menjadi dasar
perhitungan upah per jam.
4) Pengupahan
 RUU Cipta Kerja:
Pasal 88 C: (1) Gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring
pengaman. (2) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan upah minimum provinsi.
 UU Tenaga Kerja:
Tidak ada
 Dampak:
Pasal ini sangat berbahaya, karena menghilangkan upah minimum
kabupaten/kota dan upah minimum sektoral.
5) PHK
 RUU Cipta Kerja:
Pasal 154 A: (1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi karena alasan:
a. perusahaan melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan,
atau pemisahan perusahaan; b. perusahaan melakukan efisiensi.
 UU Tenaga Kerja:
Tidak ada
 Dampak:
Pasal ini sangat berbahaya, karena pengusaha bisa melakukan PHK hanya
karena alasan melakukan efisiensi.
 Saran saya sebagai mahasiswa:
Menurut saya boleh-boleh saja melakukan aksi demonstrasi ini karena aksi tersebut untuk
mengeluarkan pendapat sebagai warga Negara dan di cover oleh UU, tetapi seharusnya sesuai
dengan aturannya dan tidak disertai aksi vandalisme dan merusak fasilitas umum karena dapat
merugikan pengguna layanan publik. Sebenarnya sangat disayangkan hal ini terjadi dan aparat
pun bertindak represif sehingga terjadi saling panas dan saling beradu. Tak sedikit yang terluka
akibat aksi demonstrasi ini, fasilitas umum pun menjadi rusak dan tumbang. Dan sangat
merugikan masyarakat umum, selain itu juga akan membebani Negara karena harus
mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk memperbaikina.

Sumber:

https://www.google.co.id/amp/s/www.bbc.com/indonesia/indonesia-54410069.amp

https://www.google.co.id/amp/s/www.bbc.com/indonesia/indonesia-51661671.amp

Anda mungkin juga menyukai