docx
BAB I
PENDAHULUAN
Sel adalah unit fungsional terkecil suatu organisme. Sel-sel yang memiliki asal
embrionik atau fungsi yang sama akan membentuk suatu organisasi yang memiliki
fungsional lebih besar yaitu jaringan. Jaringan ini kemudian akan bergabung untuk
membentuk struktur tubuh dan organ-organ. Meskipun sel-sel di setiap jaringan dan
organ memiliki variasi struktur dan fungsi yang berbeda, ada beberapa karakteristik
umum yang dimiliki semua sel. Sel memiliki kemampuan untuk mendapatkan energi dari
nutrien organik di sekitarnya, mensintesis berbagai kompleks molekul, dan bereplikasi
(Mattson, 2006).
ukuran uterus saat wanita hamil. Terkadang gangguan proses adaptasi ini bisa menjadi
awalan dari suatu mekanisme awal terjadinya suatu penyakit. Oleh karena itu sangat
penting untuk mempelajari adaptasi sel agar pembelajaran mengenai mekanisme
terjadinya suatu penyakit dapat lebih mudah dipahami (Mattson, 2006).
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 1/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 2/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kondisi normal, sel harus secara konstan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungannya. Adaptasi fisiologis biasanya mewakili respon sel terhadap perangsangaan
normal oleh hormon atau mediator kimiawi endogen (misalnya, pembesaran payudara
dan induksi laktasi oleh kehamilan). Adaptasi patologik sering berbagi mekanisme dasar
yang sama tetapi memungkinkan sel untuk mengatur lingkungannya, dan idealnya
melepaskan diri dari cedera. Jadi, jadi adaptasi selular merupakan keadaan yang berada di
antara kondisi normal, sel yang tidak stres dan sel cedera yang stres berlebihan (Robbins,
2007).
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 3/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
2.2.1 Atrofi
Pengerutan ukuran sel dengnn hilangnya substansi sel disebut atrofi. Apabila
mengenai sel dalam jumlah yang cukup banyak, seluruh jaringan atau organ berkurang
massanya, menjadi atrofi. Harus ditegaskan bahwa walaupun dapat menurun fungsinya,
sel atrofi tidak mati. Pada kondisi yang berlawanan, kematian sel terprogram (apoptotik)
bisa juga diinduksi oleh sinyal yang sama yang menyebabkan atrofi sehingga dapat
menyebabkan hilangnya sel pada "atrofi" seluruh organ (Robbins, 2007).
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 4/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
2.2.2 Hipertrofi
Hipertrofi terutama dijumpai pada sel-sel yang tidak dapat beradaptasi terhadap
peningkatan beban kerja dengan cara meningkatkan jumlah mereka (Hiperplasia) melalui
mitosis. Contoh sel yang tidak dapat mengalami mitosis, tetapi mengalami hipertrofi
adalah sel otot rangka dan sel otot jantung. Otot polos dapat mengalami hipertrofi
maupun hiperplasia (Crowin, 2009).
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 5/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
Bila aktivitas yang dilakukan sel tersebut meningkat, atau stimulus yang
diterimanya meningkat, maka untuk mencapai keseimbangan dalam merespon hal
tersebut, sel akan mengalami hipertropi (McKenna, 1994). Sebaliknya bila stimulus
berkurang atau terjadi penurunan aktivitas sel, maka sel tersebut akan mengalami atropi
(Robbins, 2007).
(A) Gambaran makroskopis uterus normal (kanan) dan uterus hamil (kiri) yang telah diangkat akibat
perdarahan pasca partus. (B) Sel otot polos uterus normal berbentuk kumparan kecil. Bandingkan dengan sel
otot polos yang mengalami hipertrofi dari uterus hamil (C Pembesaran yang sama)
2.2.3 Hiperplasia
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 6/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
sel secara potensial sedang membelah, seperti sel epitel ginjal, mengalami hipertrofi
tetapi tidak hiperplasia. Hiperplasia dapat fisiologik atau patologik (Robbins, 2007)
hepar) serta sel non parenkimal yang ditemukan dihati. Setelah perbaikan massa hati,
proliferasi sel “dihentikan” oleh berbagai inhibitor pertumbuhan.
Hiperplasia juga merupakan respons kritis sel jaringan ikat pada penyembuhan
luka; pada keadaan tersebut fibroblas yang distimulasi faktor pertumbuhan dan pembuluh
darah berproliferasi untuk mempermudah perbaikan (Robbins, 2007). Sebagian besar
bentuk hiperplasia patologi adalah contoh stimulasi faktor pertumbuhan atau hormonal
yang berlebih. Misalnya, setelah periode menstruasi normal, terjadi ledakan aktivitas
faktor pertumbuhan, menghasilkan aktifitas mitotik. Penting dicatat bahwa pada kedua
situasi tersebut, proses hiperplastik tetap dikontrol; jika rangsangan faktor hormonal atau
faktor pertumbuhan hilang, hiperplasia menghilang. Hal tersebut yang membedakannya
dengan kanker; sel akan terus tumbuh walaupun tidak ada rangsangan faktor hormonal.
Namun, hiperplasia patologik merupakan tanah yang subur, yang akhirnya dapat muncul
proliferasi kanker. Oleh karena itu, pasien dengan hiperplasia endometrium beresiko lebih
besar mengalami kanker endometrium dan infeksi papilomavirus tertentu menjadi
predisposisi kanker serviks (Robbins, 2007).
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 7/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
2.2.4 Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan reversible; pada perubahan tersebut satu jenis sel
dewasa (epitheal atau mesenkimal) digantikan oleh jenis sel dewasa lain. Metaplasia
merupakan adaptasi selular, yang selnya sensitif terhadap stress tertentu, digantikan oleh
jenis sel lain yang lebih mampu bertahan pada lingkungan kebalikan. Metaplasia
diperkirakan berasal dari “pemrograman kembali” genetik sel stem epithelial atau sel
mesenkimal jaringan ikat yang tidak berdiferensiasi (Robbins, 2007).
metaplastik. Jadi, pada bentuk umum kanker paru, metaplasia skuamosa epitel pernafasan
sering kali muncul bersamaan dengan penyusun kanker sel skuamosa maligna. Walaupun
tidak terbukti diduga bahwa merokok awalnya menyebabkan metaplasia skuamosa, dan
kanker terjadi kemudian ada beberapa fokus yang berubah itu. Metaplasia tidak selalu
menjadi pada epitel selapis menjadi gepeng; pada refluks lambung kronik, epitel skuamos
bertingkat normal pada esophagus bawah dapat mengalami transformasi metaplastik
menjadi epitel silindris tipe usus halus atau lambung (Robbins, 2007).
Metaplasia juga dapat terjadi pada sel mesenkimal, tetapi kurang jelas seperti
suatu respon adaptif. Oleh karena itu, tulang atau kartilago dapat terbentuk dalam
jaringan, yang dalam keadaan normal, tidak dapat. Misalnya, tulang kadang-kadang
terbentuk dalam jaringan lunak, terutama (tetapi tidak selalu) di tempat terjadinya jejas
(Robbins, 2007).
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 8/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
Gambar 2.2.4 (A) Diagram skematis metaplasia silindris menjadi gepeng (B) mikroskopik dari bronkus yang
mengalami metaplasia (Robbins, 2007)
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 9/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
BAB III
PEMBAHASAN
1. Lisosom mengandung protease dan enzim lain pendegradasi molekul yang
diendositosis dari lingkungan ekstrasel,serta mengatabolisme komponen subselular,
seperti organela yang menunjukkan proses penuaan ( senescent ).
2. Jalur ubiquitin-proteasome bertanggung jawab untuk degradasi banyak protein
sitosolik dan inti. Protein yang di degradasi melalui proses ini, secara khas menjadi
sasaran oleh konjugasi ubiquitin,peptida 76-asam amino sitosolik. Protein ini
kemudian didegradasi dalam proteasome, kompleks proteolitik sitoplasmik besar.
Jalur ini menyebabkan percepatan proteolisis pada keadaan hiperkatabolik (termasuk
10
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 10/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
Secara umum, seluruh perubahan dasar seluler (dalam hal ini merupakan
perubahan ke arah atrofi) memiliki proses yang sama, yaitu menunjukkan proses
kemunduran ukuran sel menjadi lebih kecil. Namun, sel tersebut masih memungkinkan
untuk tetap bertahan hidup. Walupun sel yang atropi mengalami kemunduran fungsi, sel
tersebut tidak mati.
Atrofi juga dipengaruhi oleh proses autofagi yang terdapat dalam sel. Pada
proses ini organela intraselular dan sebagian sitosol terasing dari sitoplasma dalam
vakuola autofagik yang terbentuk dari regio bebas ribosom RER. Kemudian, berdifusi
dengan lisosom primer yang sebelumnya telah ada, membentuk autofagolisosom.
Autofagi merupakan fenomena umum yang terlibat dalam penyingkiran organela rusak
atau mati, dan pada perbaikan kembali (remodelling) sel yang disertai diferensiasi sel.
Autofagi terutama terjadi pada sel yang mengalami atrofi, yang diinduksi oleh
kekurangan zat nutrisi atau hormon.
11
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 11/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
dipaksa keluar. Granul pigmen lipofuscin menunjukkan material yang tidak dapat
dicerna, yang dihasilkan dari perooksidasi lipid intrasel, dan pigmen tertentu yang tidak
dapat dicerna seperti partikel karbon yang diinhalasi dari atmosfer atau pigmen yang
diinokulasi pada tato, dapat menetap dalam fagolisosom suatu makrofag selama beberapa
dekade.
Sel otot lurik, baik pada otot jantung maupun rangka, dapat mengalami
hipertrofi saja akibat respons terhadap peningkatan kebutuhan sel karena pada orang
dewasa, sel itu tidak dapat membelah membentuk sel yang lebi banyak untuk membagi
beban kerjanya. Akibatnya, sintesis protein dan miofilamen yang lebih banyak di tiap sel,
diduga mencapai keseimbangan antara kebutuhan dan kapasitas fungsional sel; hal ini
memungkinkan peningkatan beban kerja dengan tingkat aktivitas metabolik per unit
volume sel yang tidak berbeda dari yang dikeluarkan oleh sel normal. Namun demikian,
perubahan adaptatif tersebut tidak semuanya bersifat jinak; perubahan tersebut dapat juga
menyebabkan perubahan dramatis pada fenotip selular. Jadi, pada kelebihan beban
volume jantung kronik, beragam gen yang secara normal nanya ditunukkan pada jantung
neonates diaktifkan kembali, dan protein kontraktil berubah menjadi isoform fetal, yang
berkontraksi lebih lambat. Nuklei pada sel hipertrofik tersebut juga memiliki kandungan
DNA yang lebih tinggi dibandingkan sel miokardial normal, kemungkinan karena sel itu
berhenti pada siklus sel tanpa mengalami mitosis sel.
Mekanisme yang mengatur hipertrofi jantung melibatkan paling sedikit dua
macam sinyal: pemicu mekanis, seperti regangan; dan pemicu trofik, seperti aktivasi
reseptor α-adrenergik. Selain itu hipertrofi juga didukung dengan berbagai aktivasi
growth factor (TGF-β, insulin-like growth factor-1, fibroblast growth factor) serta agen
vasoaktif (agonis α-adrenergik, endothelin-1, angiotensin-II).
Hipertrofi memiliki dua jenis, yaitu hipertrofi fisiologis yang melalui jalur
Phosphoinositide 3-kinase/Akt, dan hipertrofi patologis yang melalui jalur mekanisme
signaling downstream of G protein-coupled receptors.
Apa pun mekanisme yang menyebabkan hipertrofi, akan tercapai suatu batas
yang pembesaran massa ototnya tidak lagi dapat melakukan kompensasi untuk
peningkatan beban; pada kasus jantung, dapat terjadi gagal jantung. Pada stadium ini,
12
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 12/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
sepenuhnya dipahami. Mungkin terdapat vaskularisasi dalam jumlah yang terbatas untuk
menyuplai secara adekuat serabut yang mengalami pembesaran, untuk menyupai ATP,
atau fungsi biosintesis untuk menunjukkan protein kontraktil atau unsure sitoskeleton
lain.
penyembuhan.
Meskipun hipertrofi dan hiperplasia adalah dua proses yang berbeda, mereka
mungkin terjadi bersamaan dan sering dipicu oleh satu pemicu yang sama. Contohnya
adalah pada uterus ibu saat proses kehamilan akan mengalami baik hipertrofi dan
hiperplasia akibat stimulasi estrogen.
13
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 13/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
Metaplasia yang paling umum adalah sel saluran pernapasan dari sel epitel
kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat sebagai respons terhadap
merokok jangka panjang. Sel bersilia yang penting untuk mengeluarkan kotoran,
mikroorganisme, dan toksin di saluran pernapasan, mudah mengalami cidera oleh asap
rokok. Namun sel-sel ini tidak memiliki peran pelindung seperti sel-sel epitel skuamosa.
Mekanisme metaplasia dimulai dari pemrograman ulang stem cells yang sudah
ada signal, kemudian distimulus oleh sitokin, growth factor , dan komponen matriks
ekstraseluler, yang berlanjut pada diferensiasi stem cell , yang melibatkan gen pengatur
differensiasi yaitu gen-2.
3.2 Mapping
Adaptasi
Sel
Faktor yang
Macam mempengaruhi
14
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 14/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat dua sistem proteolitik yang menjalankan degradasi sel yang akhirnya
berujung pada atrofi sel, yaitu diperankan oleh lisosom dan adanya jalur
ubiquitin-proteasom.
2. Mekanisme hipertrofi disebabkan oleh induksi berupa sensor mekanis, growth
factors, dan beberapa gen vasoaktif. Terdapat dua jalur pada mekanisme
hipertrofi, yaitu Phosphoinositide 3-kinase/Akt dan signaling downstream of G
protein-coupled receptors.
3. Mekanisme hiperplasia disebabkan oleh peningkatan aktifitas growth factor dan
aktivasi lintasan signal intraseluler yang menyebabkan peningkatan produksi
faktor transkripsi sehingga memicu aktivasi gen-gen seluler dan kemudian
berproliferasi sel matur.
4. Mekanisme metaplasia dimulai dari pemrograman ulang stem cells yang sudah
ada.signal stimuli sitokin, GF, komponen matriks ekstraseluler diferensiasi
stem cell dan melibatkan gen-2 pengatur diferensiasi.
15
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 15/16
7/14/2019 isi makalah adaptasi.docx
DAFTAR PUSTAKA
16
http://slidepdf.com/reader/full/isi-makalah-adaptasidocx 16/16