Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kegiatan konstruksi adalah kegiatan membangun. Banyak bentuk bangunn dalam
bidang konstruksi yang menggunakan material beton. Dalam pelaksanaan bangunan,
terutama sejak 10 – 20 tahun terakhir ini, beton semakin banyak dipakai sebagai bahan
bangunan. Beton membutuhkan suatu bekisting (cetakan) baik untuk mendapatkan bentuk
yang direncanakan maupun untuk pengerasannya.
Walaupun bekisting hanya merupakan alat pembantu sementara, tetapi bekisting
memegang suatu peranan penting juga. Selain pembiayaan (yaitu biaya kerja dan biaya
bahan), ternyata kualitas bekisting juga ikut menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton.
Oleh karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan
sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau
lenturan yang timbul akibat pengecoran.
Perkembangan tuntutan akan pekerjaan bekisting untuk pekerjaan struktur beton,
telah memicu berkembangnya berbagai sistem dan metode bekisting dengan penggunaan
berbagai jenis material dan alat. Material yang paling dominan dipakai untuk pekerjaan
bekisting adalah kayu. Pengerjaan yang lebih cepat dan harga yang relatif lebih murah
menjadi pertimbangan akan penggunaan kayu sebagai bahan bekisting.
Dalam perencanaan pekerjaan bekisting pada suatu pekerjaan konstruksi,
membutuhkan banyak pertimbangan supaya penggunaan metode atau sistem yang dipakai
lebih efisien dan ekonomis. Pada pekerjaan bekisting untuk konstruksi atau proyek yang
besar, biasanya penggunaan material dan alat bekisting lebih efisien, karena bekisting dapat
dipindah dan dipakai lagi setelah pekerjaan pengecoran dan pembongkaran. Akibat
pemasangan, fabrikasi dan pembongkaran ini, menimbulkan adanya sisa atau waste
material dalam hal ini kayu atau multiplek yang tidak bisa dipakai lagi untuk pekerjaan
bekisting selanjutnya. Khususnya pada pekerjaan konstruksi dalam skala besar, hal ini akan
menjadi masalah serius yang dapat menimbulkan kerugian. Oleh karena itu perencanaan,

1113
pengawasan dan pelaksanaan yang baik serta metode evaluasi yang memadai sangat
diperlukan untuk dapat mengantisipasi hal ini.
Proyek Pembangunan Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara,
merupakan gedung dengan 3 (tiga) lantai memiliki bentuk struktur yang tipikal tiap lantai,
pelaksanaan pekerjaan bekisting menjadi lebih mudah akibat metode pekerjaan yang relatif
sama pada tiap lantainya. Sirkulasi perpindahan alat dan material bekisting akan lebih
teratur dibandingkan dengan struktur dengan bentuk yang lain. Dengan kondisi seperti ini,
banyak metode pekerjaan yang biasa diterapkan. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi dalam
pemilihan metode pekerjaan guna pemilihan metode yang paling efektif dan efisien.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mencoba melakukan evaluasi terhadap
suatu metode perencanaan pekerjaan bekisting dengan memfokuskan tinjauan terhadap
siklus pelaksanaan pada pekerjaan bekisting, yaitu
1. Metode Apakah yang tepat dalam perencanaan pekerjaan bekisting khususnya pada
struktur bangunan bertingkat banyak?
2. Apakah Metode tersebut dapat memberikan waktu dan biaya yang optimal dalam
pelaksanaanya dilapangan?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Menentukan metode pelaksanaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan.
2. Mengoptimalkan Waktu dan Biaya untuk setiap pemasangan bekisting pada tiap
lantainya.

1.4. BATASAN MASALAH


Agar pembahasan lebih terfokus dan hasil yang diperoleh lebih akurat, maka penulis
membatasi tinjauan yang dilakukan pada :

1114
1. Meninjau metode bekisting balok dan pelat saja dengan pertimbangan, bahwa sisa
material yang paling banyak terjadi pada pekerjaan ini karena siklus pemakaian relatif
lebih pendek dibandingkan dengan pekerjaan kolom & dinding.
2. Data yang digunakan merupakan data perencanaan, perubahan atau revisi schedule
pekerjaan dalam pelaksanaan tidak menjadi cakupan dalam pembahasan ini.
3. Simulasi waktu dan biaya hanya mengacu pada pekerjaan bekisting saja.

1.5. MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui metode yang optimal
pada pembagian zona pekerjaan dan sirkulasi pemakaian bekisting dalam pelaksanaan
pekerjaan bekisting pada struktur bangunan bertingkat banyak yang memiliki bentuk tipikal
dikaitkan dengan waktu pelaksanaan dan biaya yang dikeluarkan.

1115
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. KONSEP OPTIMALISASI


Dalam pelaksanaan pembangunan proyek kontruksi sering mengalami
keterlambatan akibat berbagai hal yang menyebabkan terjadinya kerugian materi dan
waktu.Oleh karena itu dilaksanakan optimalisasi sumber daya yang ada khususnya sumber
daya biaya dan waktu.Adapun tujuan mengoptimalkan suatu proyek adalah agar dapat
memperoleh keuntungan yang lebih baik tanpa mengurangi kualitas (mutu) suatu
kontruksi.Optimalisasi berasal dari kata dasar optimal yang berarti yang terbaik. Jadi
optimalisasi adalah proses pencapaian suatu pekerjaan dengan hasil dan keuntungan yang
besar tanpa harus mengurangi mutu dan kualitas dari suatu pekerjaan.
Pengertian Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(Depdikbud,
1995:628) adalah optimalisasi berasal dari kata optimal yang berarti terbaik, tertinggi jadi
optimalisasi adalah suatu proses meninggikan atau meningkatkan.
Pengertian Optimalisasi menurut Wikipedia adalah serangkaian proses yang
dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meniggikan volume dan kualitas trafik
kunjungan melalui mesin mencari menuju situs web tertentu dengan memanfaatkan
mekanisme kerja atau alogaritma mesin pencari tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan
pengertianOptimalisasi adalah suatu proses yang dilakukan dengan cara terbaik dalam
suatu pekerjaan untuk mendapatkan keuntungan tanpa adanya harus mengurangi
kualitas pekerjaan.

2.2. EKONOMI BEKISTING


Bekisting merupakan kompenen biaya terbesar dalam pekerjaan struktur bertingkat
yang tipikal. Biaya bekisting berkisar 40 s/d 60 persen dari total biaya beton dan untuk
perkiraan 10 persen dari total biaya konstruksi. Gambar 2.1 memberikan kategori perbedaan
biaya untuk bekisting konvensional dinding dan Gambar 2.2 untuk lantai. Proporsi biaya
yang besar dari bekisting konvensional relatif terhadap biaya upah bekisting. Pengurangan

1116
biaya yang siknifikan dapat dicapai dengan pengurangan biaya upah. (Awad s Hanna dan
Marcel Dekker,1999)
Gambar 2.1 Proporsi biaya bekisting konvensional dinding

Gambar 2.2 Proporsi biaya bekisting konvensional lantai

1117
2.3. DASAR PERENCANAAN BEKISTING
Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sepenuhnya
tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan
tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini
dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan memperhatikan
segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah menjadi kendala dalam
pelaksanaan nantinya. (F. Wigbout,1987)
Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa
alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari pada
masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan faktor pengambilan keputusan
mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam terbang dari si
pemborong kerja tersebut.
Menurut Dr. Edward G Nawy, P. E, C. (1997) Ada 3 tujuan penting yang harus
dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas : Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan
keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat
dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan : Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor
keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban
hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan
konstruksi beton.
3. Ekonomis : Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya
dalam proses pelaksanaan dan skedul demi keuntungan kontraktor dan owner
(pemilik).
Menurut (F. Wigbout,1987) Ada beberapa beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode bekisting yang akan
dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi
komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti
yang direncanakan dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan

1118
dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi
struktur kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang
(memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi
salah satu pertimbangan utama untuk penentuan n x siklus pemakaian material
bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga
satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk
memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan
proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan
lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor
tersebut maka diambillah keputusan
mengenai metode bekisting yang akan diterapkan. Menurut F. Wigbout (1987), Pada
pekerjaan konstruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :
1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana
dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana.
2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton
dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan
geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi
tersebut.
3. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan dan dipindahkan.
4. Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.
5. Memberikan isolasi termis.
2.4 SIKLUS PEKERJAAN BEKISTING
Pelaksanaan bekisting merupakan bagian terintegrasi dari suatu proses konstruksi
beberapa terminologi digunakan dalam pekerjaan beton dan bekisting. Proses penyediaan
bekisting dan beton merupakan integrasi yang mutlak dibutuhkan. Siklus pada bagian kiri
pada Gambar 2.3. menggambarkan siklus dari pekerjaan bekisting. Sedangkan yang bagian

1119
kanan menggambarkan siklus pekerjaan beton. intersection menggambarkan awal dan
akhir dari siklus pekerjaan beton. (Awad s Hanna dan Marcel Dekker, 1999)
Siklus bekisting dimulai dengan pemilihan metode bekisting. Aktifitas siklus
bekisting ini digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1). Fabrikasi
bekisting, (2). Pemasangan, (3). Pembongkaran.

Gambar 2.3. Integrasi antara siklus pekerjaan bekisting dengan pekerjaan beton

Sedangkan siklus pekerjaan beton dimulai setelah fabrikasi bekisting dan selesai
sebelum pembongkaran bekisting. Fungsi dari siklus pekerjaan bekisting untuk
menyediakan kebutuhan struktur untuk bentuk dan ukuran yang berbeda. Sedangkan fungsi
dari siklus pekerjaan beton untuk menyediakan kebutuhan sturktur akan kekuatan,
durabilitas dan bentuk permukaan.
2.5. JENIS & TIPE BEKISTING
Menurut F. Wigbout (1987), Pada umumnya bekisting secara garis besar dibagi
menjadi 3 tipe yaitu :
1. Bekisting tradisional
Yang dimaksud dengan bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah
dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi
sebuah bentuk lain. Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari kayu papan atau
material plat, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok dan (pada lantai)

1120
dari stempel-stempel baja. Bekisting tradisional ini memungkinkan pemberian setiap
bentuk yang diinginkan pada kerja beton.
2. Bekisting setengah system
Yang dimaksud dengan bekisting setengah sistem adalah satuan-satuan bekisting yang
lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk ini mereka pada
prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak diubah. Pada umumnya
bekisting kontak terdiri dari material plat. Konstruksi penopang disusun dari
komponen-komponen baja yang dibuat di pabrik atau gelagar-gelagar kayu yang
tersusun. Setelah usai, komponen komponen ini dapat disusun kembali menjadi sebuah
bekisting setengah sistem untuk sebuah obyek yang lain. Sebagai contoh : Elemen-
elemen panel dinding .
3. Bekisting sistem
Yang dimaksud dengan bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting yang dibuat
di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja. Bekisting sistem
dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini berarti bahwa tipe bekisting ini
dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Bekisting sistem dapat pula disewa dari
penyalur alat-alat bekisting. Contoh : bekisting panel untuk terowongan, bekisting
untuk beton precast.

2.6. BIAYA MATERIAL UNTUK BEKISTING


Dari grafik perbandingan dapat dilihat perbandingan yang besar dalam biaya
material untuk berbagai bekisting tergantung dari metode dan jumlah kali pemakaian yang
harus diberlakukan pada suatu perkerjaan yang dilakukan berulang kali.
Menurut F. Wigbout (1987), Untuk pekerjaan struktur yang sederhana, dengan
bentuk struktur relatif sama (tipikal), maka dapat diambil acuan sebagai berikut :
1. Jika banyaknya kurang dari 6000 m2, yang paling ekonomis adalah metode tradisional.
2. Jika banyaknya lebih besar dari 6000 m2, metode yang paling ekonomis adalah metode
setengah sistem.
3. Bekisting sistem akan selalu merupakan metode yang paling mahal.

1121
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. LOKASI PENELITIAN


Dasar penelitian ini yaitu untuk menjawab pertanyaan yang timbul atas rumusan
masalah yang ada. Adapun lokasi Penelitian adalah pada proyek Pembangunan Gedung
Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara.

3.2. HIPOTESA
Dengan menggunakan sistem zoning dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting pada
proyek gedung bertingkat banyak dengan bentuk lantai tipikal maka akan didapatkan suatu
kondisi yang optimal antara waktu pelaksanaan dan biaya yang dikeluarkan.

3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Di dalam penelitian, melakukan pengumpulan data dengan kegiatan menyusun suatu
instrumen penelitian merupakan suatu proses yang tidak terpisahkan, karena dengan teknik
pengumpulan data berarti telah pula menentukan instrumen variabel. Dilihat dari cara
mendapatkan data, dapat dibedakan menjadi tujuh cara pokok, yaitu : asking, measuring,
observing, angket, wawancara, tes dan dokumentasi.
1. Bertanya
Dalam teknik ini, mencari data penelitian dilakukan dengan cara “bertanya“, dimana untuk
menjamin keberhasilan dari teknik ini diperlukan adanya kesediaan dan kepandaian peneliti
dalam mengungkap data yang diperlukan.
2. Pengukuran
Dalam teknik ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran terhadap gejala
atau fakta yang menjadi subjek penelitian. Pengukuran dalam pengumpulan data dapat
dilakukan satu kali pada waktu tertentu, akantetapi sering pula diperlukan pengukuran
berulang kali.

1122
3. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap subjek penelitian. Biasanya cara ini dipakai untuk mengumpulkan data tentang
berbagai hal yang berupa perilaku-perilaku konkrit dari subyek, kondisi dan situasi yang
berada di sekitar gejala yang diamati, fakta social dan perilaku atau gabungan dari
ketiganya.
4. Angket
Teknik ini sering disebut dengan kuisioner. Pada umumnya cara ini dilakukan dengan
menggunakan daftar peryanyyan sebagai alat bantu pengumpulan data, dimana sejumlah
pertanyaaan yang disampaikan secara tertulis kepada responden ebagai sumber data,
Dengan tujuan untuk memperoleh jawaban secara tertulis juga.
5. Wawancara
Teknik ini sering pula disebut dengan interview, dimana prinsip dasar dari teknik ini tidak
berbeda dengan teknik angket yakni dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab oleh responden, hanya saja pertanyaan dan jawaban disampaikan dalam
bentuk lisan.
6. Tes
Teknik ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, khususnya untuk mengukur
berbagai aspek psikologis yang tidak dapat digali dengan teknik lain, seperti : kekuatan,
sifat material, bakat, kecerdasan dan sebagainya.
7. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui arsip-arsip tertulis, terutama
teori, hukum, dalil ataupun berbagai data substansif yang berasal dari berbagai sumber, baik
yang berasal dari dinas atau departemen tertentu, dapat pulaberupa data yang tersedia pada
biro statistik ataupun dokumen universitas, lembaga pemerintah atau swasta, serta berbagai
sumber lain.
Dalam hal ini metode yang dipakai untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Dengan mencari objek untuk dijadikan bahan penelitian, dalam hal ini, yaitu tentang
perbandingan antara penerapan model-model metode pelaksanaan pada pekerjaan
bekisting.

1123
2. Melakukan suatu perumusan masalah, menentukan tujuan penelitian dan membatasi
permasalahan yang akan ditinjau, yang terdiri atas :
 Bagaimana merencanakan dan merancang metode pelaksanaan pekerjaan bekisting
untuk kondisi struktur yang ada pada Proyek Pembangunan Gedung Dinas
Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara dengan melakukan simulasi terhadap
berbagai metode pelaksanaan yang ada.
 Bagaimana membandingkan waktu efektif pelaksanaan pekerjaan dari setiap model
yang direncanakan tersebut terhadap siklus perpindahan.
 Berapa besar tingkat perbedaan dari segi biaya dan waktu dari masingmasing model
yang direncanakan. Mencari literatur dan referensi yang relevan dari buku-buku,
penelitian ataupun tulisan untuk dijadikan landasan teori.

3.8 PERHITUNGAN PEMAKAIAN MATERIAL DAN ALAT


Perhitungan alat dan material yang dipakai sesuai dengan gambar perencanaan.
Dihitung secara global dengan mengkorelasikan antara metode yang dipakai dan bentuk
bangunan yang akan dibuat sehingga diperoleh suatu quantity penggunaan alat dan
material.
Langkah selanjutnya adalah perhitungan volume atau jumlah pemakaian material
dan alat berdasarkan pada gambar kerja yang telah dibuat sebelumnya. Dalam analisa
perhitungan ini, perhitungan material dilakukan secara teoritis yaitu dengan menghitung
secara tepat kebutuhan material yang diperlukan.
Penggunaan satuan volume yang disepakati dalam perhitungan volume dan jumlah
material / alat adalah sebagai berikut :
a. Material
 Multiplek / plywood dihitung dalam satuan lembar dengan ukuran standar 1220 x
2440 mm setiap lembarnya. Apabila hasil perhitungan yang dilakukan berupa
bilangan desimal (tidak bulat) maka nilai yang dibelakang koma merupakan
perbandingan luas plywood yang ada dibagi luas standar 1 lembar plywood (2,9768
m2).
 Kayu dihitung dalam satuan m3 yang merupakan hasil pengalian daripada jumlah
kayu (batang) dengan dimensi kayu tersebut (panjang standar kayu di pasaran = 4

1124
m3). Misalnya pada perhitungan diperoleh penggunaan kayu 5/10 sebanyak 5
batang. Maka volume dari kayu 5/10 tersebut adalah :
Vol kayu (m3) = (5 batang) x 0,05 m x 0,1 m x 4 m= 0.1 m3

b. Alat
Satuan untuk alat adalah ; unit, untuk alat yang merupakan rangkaian atau kesatuan
dari beberapa komponen ; pieces (pcs), untuk alat yang berupa satu komponen alat itu
sendiri ; dan set, apabila alat tersebut terdiri dari pasangan.

3.9 PERHITUNGAN JUMLAH PEKERJA


Perhitungan Jumlah pekerja didasarkan pada kapasitas pekerja dengan volume
pekerjaan dan waktu yang dbutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut. Adapun
jumlah pekerja yang dibutuhkan dapat dihitung dengan persamaan 3.1 berikut :
JP = V / (kP x t) .............................. Persamaan (3.1)
dimana,
JP = Jumlah Pekerja (Orang)
Kp = Kapasitas Pekerja (m2/hari)
t = Waktu Penyelesaian Pekerjaan
V = Volume bekisting yang dikerjakan (m3

1125
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Rencana komposisi material serta volume kebutuhan didapatkan dari gambar


metode yang dipakai dan perhitungan kebutuhan bahan. Untuk harga material dan alat
didapatkan dari data supplier.
Untuk mendapatkan hasil yang dapat dievaluasi, dalam hal ini penulis mencoba
menentukan inteval waktu penyelesaian pekerjaan struktur 1 lantai menjadi 10 hari, 8
hari dan 5 hari hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran siklus perpindahan
bekisting secara keseluruhan struktur.
Upah tukang untuk metode Konvensional yaitu Rp 55.000. Sedangkan upah
pembantu tukang untuk metode konvensional yaitu Rp 37.000.
Untuk menentukan nilai koefisien pemakaian material dan alat maka diperlukan
data kondisi n kali pakai, dan juga nilai waist. Untuk metode konvensional dimana
banyak menggunakan material yang habis pakai (consumable materials) maka
diasumsikan nilai waist sebesar 5 % setiap kali perpindahan bekisting.
Untuk nilai koefisien pemakaian material didapatkan dari perhitungan
pengadaan material dibagi dengan siklus perpindahan material. Sedangkan untuk nilai
koefisien pemakaian alat didapatkan dari perhitungan waktu pemakaian alat dibagi
dengan waktu sewa perbulan.
Tabel 4.1 Harga satuan material bekisting data supplier
No Uraian material satuan Harga satuan
( Rp)
1. Plywood kayu kelas III
a. Tebal 12 mm lbr 140.000
2. Kayu meranti kelas III
a. Kaso 5/7 btg 19.500
b. Kaso 5/10 btg 19.500
c. Balok 6/12 btg 40.300
3. Paku kg 7000
5. Plat siku 50.50.5 kg 3.000
6. Minyak bekisting m2 500
Sumber : Daftar harga material dari Supplier

1126
Tabel 4.2 Harga sewa alat bekisting
No Uraian material satuan Harga sewa per bulan
( Rp)
1 Perancah pipa hollow dia.4 cm
a. Main Frame 190 pcs 4.250
b. Main Frame 170 pcs 4.000
c. Leader Frame 90 pcs 3.500
d. Cross Brace 220 psg 3.000
e. Cross Brace 193 psg 3000
f. Joint pin pcs 1.000
g. U-head 60 pcs 3.000
h. Jack base 60 pcs 3.000
Sumber : Daftar harga material dari Supplier

4.1 METODE BEKISTING (KONVENSIONAL)


4.1.1 Bekisting Balok
4.1.1.1 Material dan Alat
Dari perhitungan statika kekuatan bahan dan perhitungan kebutuhan bahan,
maka didapatkan komposisi material serta volume kebutuhan bahan pada bekisting balok
untuk dimensi 500x500.

TIMBER 5/7
PLYWOOD 12 mm
500
470

PIPE Ø 2" TIMBER 6/12


U-HEAD 60
TRI ANGLE (35x40) JACK ANGLE
TIMBER 6/12
MAIN FRAME

245
245
TIMBER 5/10

1200
1500

Gambar 4.1. Bekisting Balok Konvensional

1127
Tabel 4. 3 Kebutuhan material dan alat bekisting balok konvensional
No Uraian material/alat Satuan Jumlah Kebutuhan

Material
1 Plywood 12 mm
a. Pipi balok lbr 1.10
b. Alas balok lbr 0.99
2 Kayu 5/7
a. Rangka pipi m3 12.933
3 Kayu 5/10
a. Rangka alas balok m3 8.038
4 Kayu 6/12
a. Balok suri m3 1.875
Peralatan
1 U-head 60 pcs 12
2 Main Frame 170 pcs 6
3 Leader Frame 90 set 6
4 Jack Base 60 pcs 12
5 Joint pin pcs 12
6 Jack Angel pcs 12
7 Cross Brace 220 pcs 8
8 Cross Brace 193 pcs 8
Detail perhitungan dapat dlihat di Lampiran

4.1.1.2 Waktu Efektif Pekerjaan Per Zone


Untuk memperoleh hasil pemodelan yang akan dievaluasi maka penulis mencoba
melakukan pemodelan dengan interval waktu penyelesaian pekerjaan 1 lantai menjadi 10 hari, 8
hari dan 5 hari. Waktu tersebut sudah termasuk pemasangan besi. Sedangkan waktu bongkar
bekisting dilakukan pada saat 14 hari untuk balok setelah cor dan 7 hari untuk pelat setelah cor.
Setelah dibuat schedule dari masing-masing model, maka diperoleh waktu efektif per zone
sebagai sebagai yang tercantum dalam Tabel 4.4. adapun model schedule dan bentuk sirkulasi
perpindahan bekisting dapat dilihat pada Lampiran 1 s/d 9.
Tabel 4.4. Waktu Efektif Tiap Zone
Waktu efektif tiap zone
Pembagian
10 8 5
Zone Hari Hari Hari

4 Zone 6 4 3
2 Zone 6 4 34

1 Zone 9 7 34

Diperoleh dari hasil simulasi schedule pekerjaan

1128
4.1.1.3 Upah Borong Pekerjaan
Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai yang
bersamaan, maka analisa harga upah borong pekerjaan bekisting dijadikan satu. Akibat
pembagian zone dan waktu yang berbeda sehingga pemakaian sumber daya akan mengalami
perbedaan. Adapun perbedaan tersebut diakibatkan oleh nilai kapasitas sumberdaya itu sendiri.
Dari referensi dan pengalaman dilapangan, untuk 1 hari kerja atau 8 jam kerja, kapasitas 1
orang tukang berkisar antara 2 s/d 2,5 m2/hari/orang. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti : kondisi lapangan, cuaca, ataupun skill dari sumberdaya itu sendiri. Adapun
untuk penelitian ini, penulis mencoba mengambil suatu nilai tengah dari kapasitas rata-rata
sumberdaya yaitu : 2,25 m2/hari/orang dan waktu kerja 16 jam kerja sehingga dengan demikian
dapat dihitung jumlah orang yang dibutuhkan untuk pekerjaan per zone. Adapun perhitungan
jumlah orang per modul diperoleh dengan rumus :

Volume Pekerjaan
Jumlah Orang =
Kapasitas sumberdaya x waktu efektif

Tabel 4.5. Jumlah Pekerja per zone


Volume 1 Kapasitas
PEMBAGIAN WAKTU PEKERJAAN (HARI)
Zone Tukang
ZONE
m2 m2/hari/orang orang/modul orang/modul orang/modul

4 ZONE 333.02 4.5 12 19 25

2 ZONE 666.04 4.5 25 37 37

1 ZONE 1332.08 4.5 33 42 74

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

Pembagian tipe sumber daya yang dipakai berdasarkan pengalaman dan referensi
lapangan untuk kondisi ideal dimana perbandingan persentase jumlah tukang dan pembantu
tukang untuk pekerjaan bekisting adalah 60/40, sehingga jumlah sumberdaya
berdasarkan tipe diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.6. Jumlah Pekerja menurut tipe

1129
Pembagian Tipe Pekerja
PEMBAGIA
10hari 8 hari 5 Hari
N ZONE
Tukang P. Tukang Tukang P. Tukang Tukang P. Tukang

4 ZONE 7 5 11 7 15 10

2 ZONE 15 10 22 15 22 15

1 ZONE 20 13 25 17 45 29

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran


Setelah semua data diatas diperoleh, maka analisa upah borong dapat dihitung dengan
Dibawah ini :
=(55.000x1x6x7)+(37.000x1x6x5)
333.020
= Rp. 10.270/m2

Adapun hasil dari perhitungan diatas untuk masing-masing zona dan waktu
pelaksanaan perlantai dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini :

Tabel 4.7. Harga Satuan Upah untuk masing-masing model

HARI Harga Upah Per m2


VOLUME KERJA
PEMBAGIAN ZONE 1x8 JAM 10 Hari 8 Hari 5 Hari
ZONE KERJA

M2 Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2

4 ZONE 333.02 1 Rp10,270 Rp10,822 Rp10,765

2 ZONE 666.04 1 Rp10,765 Rp10,600 Rp10,600

1 ZONE 1332.08 1 Rp10,682 Rp10,531 Rp10,654


Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

4.1.1.4 Parameter Pendukung Analisa Harga Satuan


Pembagian zona dengan penetapan hari penyelesaian 1 lantai akan memberikan
nilai yang berbeda terhadap parameter-parameter pendukung analisa harga satuan. Nilai N kali
pakai dari tiap-tiap modul bekisting yang disediakan akan berbeda tergantung dari bentuk
perpindahan yang dihasilkan, sehingga nilai waist yang diperoleh untuk menganalisa koefisien

1130
pemakaian material akan berbeda pada masing-masing model. Pada perhitungan
koefisien untuk pemakaian alat, dalam hal ini alat sewa juga akan bergantung pada
bentuk model yang dihasilkan karena nilai koefisien yang dipakai dipengaruhi oleh lama
waktu pemakaian yang dibagi dengan waktu sewa 1 bulannya. Persamaan (3.4) dan
persamaan (3.5) Adapun koefisien untuk masing-masing zona dan waktu pelaksanaan dapat
dilihat pada Tabel 4.8. Koefisien pemakaian material dan Tabel. 4.9 Koefisien pemakaian alat.
Tabel 4.8. Koefisien Pemakaian Material
Koefisien Pemakaian Bahan
Pembagian Balok Pelat
Zone 10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari

4 Zone 0.240 0.208 0.208 0.208 0.208 0.208

2 Zone 0.208 0.208 0.208 0.208 0.208 0.208

1 Zone 0.208 0.208 0.208 0.208 0.208 0.208

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

Tabel 4.9. Koefisien Pemakaian Peralatan

Koefisien Pemakaian Alat


Pembagian Balok Pelat
Zone 10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari

4 Zone 0.633 0.567 0.533 0.433 0.367 0.333

2 Zone 0.633 0.567 0.567 0.433 0.367 0.367

1 Zone 0.733 0.667 0.567 0.533 0.467 0.367

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

4.1.1.5 Analisa Harga Satuan


Setelah melakukan analisa volume material dan alat, harga material dan alat,
waktu efektif, upah borong pekerjaan, dan melengkapi parameter-parameter yang dibutuhkan
maka dapat dilakukan analisa harga satuan pekerjaan bekisting balok & Pelat. Untuk analisa
perhitungan dapat dilihat pada lampiran sedangkan untuk hasil dari perhitungan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4.10. Harga Satuan Pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 4.10. Harga Satuan Pekerjaan (Balok)

Harga Satuan

1131
Pembagian 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2

4 Zone 69,286 63,211 61,992


     
2 Zone 69,831 62,967 62,967
     
1 Zone 73,143 66,295 63,026

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran


300

4.1.2 Bekisting Pelat Lantai


4.1.2.1 Material dan Alat
Dari gambar sistem metode bekisting yang dipakai, maka didapatkan komposisi
material serta volume kebutuhan bahan pada bekisting plat lantai untuk dimensi t =120 mm.

Tabel 4.11 Kebutuhan material dan alat bekisting Pelat konvensional

No Uraian material/alat Satuan Jumlah Kebutuhan

Material
1 Plywood 12 mm
a. Bekisting Kontak lbr 10,70
3 Kayu 5/10
a. Penyangga btg 12
4 Kayu 6/12
a. Balok suri btg 14
Peralatan
1 U-head 60 pcs 50
2 Main Frame 170 pcs 24
3 Jack Base 60 pcs 24
4 Joint pin pcs 24
5 Jack Angel pcs 36
6 Cross Brace 220 pcs 12
7 Pipa Hollow pcs 12
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

1132
4.1.2.2 WaktuEfektif Pekerjaan Per Zone
Karena pelaksanaan pekerjaan balok dan pelat bersamaan, maka waktu efektif
pelat sama dengan balok sesuai yang tercantum pada Tabel 4.4. Waktu Efektif Tiap Zone

4.1.2.3 Upah Borong Pekerjaan


Nilai upah borongan yang berlaku pada pelat juga sama seperti yang berlaku pada
balok karena waktu pelaksanaan balok dan pelat bersamaan. Harga tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.7. Harga Satuan Upah untuk masing-masing model.

4.1.2.4 Parameter Pendukung Analisa Harga Satuan


Sama halnya dengan pekerjaan balok, sirkulasi bekisting pada pelat juga akan
memberikan perbedaan nilai untuk koefisien pemakaian bahan dan alat sehingga harga
satuan yang dihasilkan untuk masing-masing model juga akan berbeda. Adapun hasil
perhitungan koefisien ini dapat dilihat pada Tabel 4.8. Koefisien Pemakaian Material dan
Tabel 4.9. Koefisien Pemakaian Peralatan.

4.1.2.5 Analisa Harga Satuan


Setelah melakukan analisa volume material dan alat, harga material dan alat,
waktu efektif, upah borong pekerjaan, dan melengkapi parameter-parameter yang
dibutuhkan maka dapat dilakukan analisa harga satuan pekerjaan bekisting Pelat. Untuk
analisa perhitungan dapat dilihat pada lampiran sedangkan untuk hasil dari perhitungan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.12. Harga Satuan Pekerjaan Pelat sebagai berikut :
Tabel 4.12. Harga Satuan Pekerjaan Pelat

Harga Satuan
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone
Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2

4 Zone Rp. 60.764 Rp. 57.386 Rp. 56.210

2 Zone Rp. 60.764 Rp. 55.171 Rp. 55.171

1 Zone Rp. 60.071 Rp. 53.835 Rp. 55.171

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

1133
4.2 PERHITUNGAN HARGA TOTAL PEKERJAAN
4.2.1 Harga Total Pekerjaan
Dalam hal ini adalah perhitungan harga total pekerjaan yang dihitung berdasarkan harga satuan
yang diperoleh yang dikalikan dengan total volume keseluruhan. Dengan volume balok total
2 2
1 1 4 3 . 4 2 m dan pelat 1 9 0 1 . 8 8 m . Adapun hasil dari perhitungan ini
dapat dilihat pada Tabel 4.13. Total Harga Pekerjaan
Tabel 4.13. Harga Total Pekerjaan

Harga Total Pekerjaan

  Balok Pelat
Pembagian 10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone Rp Rp Rp Rp Rp Rp

4 Zone Rp79,222,988 Rp72,277,261 Rp70,882,365 Rp119,676,806 Rp112,432,673 Rp108,100,680


2 Zone Rp79,846,166 Rp71,997,776 Rp71,997,776 Rp120,713,354 Rp111,967,797 Rp111,967,797
1 Zone Rp83,632,937 Rp75,802,486 Rp72,065,759 Rp133,151,698 Rp124,435,982 Rp112,080,875
             
  10 Hari 8 Hari 5 Hari
4 Zone Rp 198,899,794 Rp 184,709,935 Rp 178,983,045
2 Zone Rp 200,559,520 Rp 183,965,573 Rp 183,965,573
1 Zone Rp 216,784,635 Rp 200,238,468 Rp 184,146,634
       
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

4.2.2 Pemakaian Material, Alat dan Upah Total


4.2.2.1 Material dan Alat Total
Pengadaan material dan alat pada masing-masing metode pelaksanaan akan berbeda akibat
sikulasi perpindahan dan waktu pelaksanaan yang berbeda. Jumlah N kali pakai dari modul
bekisting akan dibatasi untuk maksimal 1 modul adalah 6 kali pakai. Sehingga untuk pengadaan
material bekisting total akan membutuhkan beberapa kali pengadaan material sedangkan untuk
alat tidak mengalami penambahan pada kondisi ini karena alat mempunyai nilai susut yang lebih
kecil dibanding material. Adapun jumlah modul dan jumlah pengadaan dapat dilihat pada Tabel
4.14. dan Tabel 4.15
Tbel 4.14 Jumlah Modul & kali pengadaan material Balok

Balok
Jumlah kali pengadaan Jumlah modul
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone

4 Zone 3 3 2 4 3 4

1134
2 Zone 3 2 2 2 1 2

1 Zone 3 2 2 1 1 1

Diperoleh dari hasil simulasi schedule pekerjaan

Tabel 4.15. Jumlah Modul & kali pengadaan material Pelat

Pelat
Jumlah kali pengadaan Jumlah modul
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone

4 Zone 3 3 2 4 3 4

2 Zone 3 2 2 2 1 2

1 Zone 3 2 2 1 1 1

Diperoleh dari hasil simulasi schedule pekerjaan


Dengan menghitung volume 1 modul dan jumlah kali pengadaan untuk masing-
masing metode pelaksanaan maka dapat diperoleh volume total material dan peralatan yang
harus disediakan. Volume yang diperoleh kemudian dikalikan dengan harga satuan dari masing-
masing item dan dan untuk peralatan dikalikan dengan waktu pemakaiannya dalam satuan bulan.

Material Peralatan

Pembagian 10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari

           
             
4 Zone Rp 369,207,215 Rp 87,845,183 Rp 56,292,128 Rp207,368,978 Rp 76,223,598 Rp83,985,565
             

1135
2 Zone Rp 378,636,663 Rp 63,106,110 Rp 87,845,183 Rp207,368,978 Rp 34,561,496 Rp40,457,826
             
1 Zone Rp 1,118,721,483 Rp252,424,442 Rp126,212,221 Rp735,134,638 Rp138,245,985 Rp69,122,993
             
Tabel 4.16 Total Biaya untuk pengadaan material & peralatan

4.2.2.2 Upah Total


Perhitungan upah dilakukan dua cara yaitu sisyem borongan dan harian. Untuk sistem
borongan metode perhitungan dilakukan dengan cara mengalikan volume total pekerjaan dengan
harga satuan upah yang telah diperoleh sebelumnya. Lihat Tabel 4.7. Harga Satuan Upah
2
untuk masing-masing model. Sehingga untuk volume bekisting total 3045.30 m diperoleh
harga upah total sebagai berikut :

Tabel 4.17 Total Biaya Upah (Sistem Borongan)

VOLUME KAPASITA
WAKTU PEKERJAAN (HARI)
ZONE S
PEMBANGNA
N ZONE     10 8 5

( Vz) (Kp) Hari hari hari

4 ZONE 333.02 1 31,274,176 32,956,763 32,783,018

2 ZONE 666.04 1 32,783,018 32,280,070 32,280,070

1 ZONE 1332.08 1 32,529,258 32,069,747 32,444,671

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

Sedangkan untuk sistem harian dihitung dengan cara mengalikan jumlah sumberdaya
1 hari dan upahnya 1 hari dengan total hari keseluruhan. Dari schedule yang telah dibuat, total
hari penyelesaian keseluruhan dapat dilihat pada Tabel. 4.18 berikut :

Tabel 4.18 Tabel Total Hari Penyelesaian


PEMBANGIA VOLUM KAPASITA WAKTU PEKERJAAN (HARI)
N ZONE E ZONE S

1136
    10 8 5

( Vz) (Kp) Hari hari hari

4 ZONE 333.02 1 39 33 28

2 ZONE 666.04 1 37 31 29

1 ZONE 1332.08 1 43 37 28

Diperoleh dari hasil simulasi schedule pekerjaan


Untuk hasil perhitungan kebutuhan sumberdaya 1 hari dapat dilihat pada Tabel
4.19. berikut :

Tabel 4.19 Jumlah sumberdaya per lantai/hari

VOLUME HARI Pembagian Tipe Pekerja


PEMBAGIA ZONE KERJA 10hari 8 hari 5 Hari
N ZONE
( Vz) (r) Tukang P. Tukang Tukang P. Tukang Tukang P. Tukang

4 ZONE 333.02 1 21 15 22 16 45 30

2 ZONE 666.04 1 30 20 22 15 44 30

1 ZONE 1332.08 1 20 13 25 17 45 29
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

Sehingga dengan upah tukang Rp.55.000,-/hari dan pembantu tukang Rp.37.000,-/hari total
upah keseluruhan dapat dihitung. Adapun hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.20 berikut:

Tabel 4.20 Total Biaya Upah (Sistem Harian)

VOLUME
ZONE KAPASITAS TOTAL UPAH HARIAN
PEMBAGIAN
ZONE 10 8 5

( Vz) (Kp) Hari hari hari

4 ZONE 333.02 1 66,690,000 59,466,000 100,380,000

2 ZONE 666.04 1 88,430,000 54,715,000 102,370,000

1137
1 ZONE 1332.08 1 67,983,000 74,148,000 99,344,000
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

Hasil yang diperoleh dengan perhitungan upah sistem harian memberikan nilai yang lebih
besar dibanding dengan memakai sistem borongan. Sehingga dengan asumsi untuk menghindari
resiko terhadap kerugian dan keterlambatan schedule pada pelaksanaan, maka untuk selanjutnya
perhitungan didasarkan pada perhitungan sistem borongan yaitu harga upah didasarkan pada
volume perkerjaan per meter perseginya.

4.2.2.3 Biaya Total Material, Alat dan Upah


Setelah menghitung kebutuhan material, alat dan upah total maka semua hasil yang diperoleh
dijumlahkan untuk masing-masing zona dan waktu pelaksanaannya (Tabel
4.16. & 4.17.) sehingga hasil dari penjumlahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.21
berikut :
Tabel 4.21 Total Biaya material, alat dan upah.

Biaya Total
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone

4 Zone Rp 607,851,424 Rp 197,025,018 Rp 173,060,347


   
2 Zone Rp 607,851,424 Rp 129,947,787 Rp 160,583,190
   
1 Zone Rp 1,403,675,819 Rp 422,740,482 Rp 227,779,840

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran

2
4.2.3 Perhitungan Harga Satuan m / hari
4.2.3.1 Perhitungan Upah m2/hari
Perhitungan harga satuan ini dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata
progres pekerjaan yang dapat dikerjakan dalam 1 hari, hal ini dilakukan dengan membagi total
volume pekerjaan dengan jumlah hari penyelesaian untuk masing-masing model sehingga dengan
2
cara ini diperoleh volume pekerjaan 1 hari. Dengan volume balok total 1143,42 m dan pelat
2
1901.88 m dan total hari penyelesaian yang tercantum dalam Tabel 4.18 maka diperoleh progres
pekerjaan sebagai yang tercantum dala Tabel 5.22 berikut :

1138
Tabel 4.22 Prediksi progres pekerjaan m2/hari

Volume Progress / hari (m2/hari)


Pembagian
No 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone
Balok Pelat Balok Pelat Balok Pelat

4 Zone 29.318 48.766 34.649 57.633 40.836 67.924

2 Zone 30.903 51.402 36.885 61.351 39.428 65.582

1 Zone 26.591 44.230 30.903 51.402 40.836 67.924

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran


Dari Tabel 4.19 Jumlah sumberdaya per lantai/hari dan Tabel 4.22 Prediksi progres
pekerjaan m2/ hari dengan harga upah Tukang Rp.55.000,-/hari dan Pembantu Tukang
Rp.37.000,-/hari untuk jam kerja 8 jam kerja, maka harga upah dapat diperoleh dengan cara
seperti langkah pertama. Adapun hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.23
berikut :
Tabel 4.23 Harga Upah m2/hari

VOLUME HARI Harga Upah Per m2


PEMBANGIA ZONE KERJA 10 Hari 8 Hari 5 Hari
N ZONE
( Vz) (r) Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2

      T U V

4 ZONE 333.02 1 Rp 14,600 Rp 13,025 Rp 21,929

2 ZONE 666.04 1 Rp 19,318 Rp 11,961 Rp 22,379

1 ZONE 1332.08 1 Rp 14,840 Rp 16,208 Rp 21,681

Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran


Untuk perhitungan jumlah pemakaian material dan peralatan, dihitung dengan cara
pendekatan mengambil nilai persentase (%) pemakaian alat/m2 dari langkah pertama. Sehingga
dengan volume pekerjaan 1 hari seperti yang tercantum dalam Tabel 4.22 maka volume
pemakaian material dapat dihitung. Untuk detail perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran.
Dari volume pemakaian material dan peralatan serta upah dari masing-masing model,
maka harga satuan m2/hari dapat dihitung dengan cara sama seperti langkah pertama. Untuk
detail perhitungan dapat dilihat pada Lampiran. Sedangkan untuk hasil perhitungan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.24 dan 4.25 berikut :
Tabel 4.24 Harga Satuan Balok m2/hari Tabel 4.25 Harga Satuan Pelat m2/hari

1139
Detail Rp1,500,000,000
Harga Satuan
perhitu Rp1,350,000,000 Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari
ngan Zone
Rp1,200,000,000 Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2
dapat di
Rp1,050,000,000
lihat di 4 Zone Pengadaan 43,103
46,403 4 Zona 52,111
Lampir Rp900,000,000
  Harga Total 4  Zona  
an Rp750,000,000 2 Zone Pengadaan 41,933
51,593 2 Zona 53,392
Rp600,000,000   Harga Total 2  Zona  
1 Zone Pengadaan 48,958
49,021 1 Zona 52,625
4.3 Rp450,000,000
Harga Total 1 Zona
ANAL Rp300,000,000
ISA Rp150,000,000
PERB
Rp-
ANDI
10 Hari 8 Hari 5 Hari
NGA
N
4.3.1 Harga Total dan Biaya Pengadaan
4.3.1.1 Perbandingan Biaya
Perbandingan yang dilihat adalah perbedaan antara biaya total pekerjaan yang terdapat
dalam Tabel 4.13 Harga Total Pekerjaan, dimana ini diasumsikan sebagai nilai kontrak yang
akan berlaku untuk pekerjaan bekisting ini dengan Tabel 4.21. Total Biaya material, alat dan
upah, dimana ini diasumsikan sebagai harga yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan
untuk pekerjaan bekisting ini diluar biaya overhead, keuntungan dan lain- lain. Grafik untuk
perbandingan tersebut dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut :

Grafik 4.1 Perbandingan Biaya Total & Pengadaan

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa harga pengadaan material, alat dan upah total yang paling
lebih rendah dibandingkan dengan harga pekerjaan (kontrak) terdapat pada pembagian dengan 1
zona 8 hari. Dengan membuat nilai persentase harga pengadaan dengan harga kontrak yang akan
berlaku dapat dilihat di Tabel 4.30 berikut :
Tabel 4.26. Tabel persentase Biaya overhead dan keuntungan dari harga kontrak

Penghematan masing-masing
Pembagian Zone zona dan waktu pekerjaan 1 lantai
10 Hari 8 Hari 5 Hari
4 Zone 3% 11% 18%

2 Zone 16% 18% 14%

1 Zone 5% 21% 9%
Sumber : Hasil perhitungan

Bahwa pelaksanaan dengan pebagian 1 zona 8 hari dapat memberikan harga untuk biaya
overhead dan keuntungan sebesar 21% dari harga kontrak pekerjaan. Sedangkan untuk 2 zona
1140
Rp1,200,000,000 yaitu 8 hari
pelaksanaan
Rp1,000,000,000
sebesar 18%
Rp800,000,000 dan 4 zona 5

Material hari juga 18%


Rp600,000,000
Peralatan dari harga
Upah
Rp400,000,000 kontrak.

Rp200,000,000
4.3.1.2
Perbandingan
Rp- Pengadaan
4 Zona 2 Zona 1 Zona Material,
Peralatan &
Upah
Perbandingan yang dilihat adalah jumlah pengadaan material, peralatan dan upah untuk masing-
masing zona dan waktu pelaksanaan. Perbandingan ini diperoleh dari Tabel 4.16 dan Tabel 4.17.
Adapun grafik perbandingan tersebut dapat dilihat pada Grafik 4.2 s/d Grafik 4.4 berikut :
10 Hari / Lantai

Grafik 4.2 Perbandingan Pengadaan Material, Peralatan & Upah untuk 10 hari pelaksanaan
/lantai

Dari Grafik diatas dapat dilihat, untuk pekerjaan 10 hari pelaksanan tiap lantai biaya yang paling
sedikit dari material, peralatan dan upah yaitu pada pelaksanaan dengan pembagian 2 zona
pekerjaan.

1141
Rp300,000,000
Rp140,000,000 8 Hari / Lantai

Rp120,000,000
Rp250,000,000

Rp100,000,000
Rp200,000,000

Rp80,000,000
Rp150,000,000 Material
Material
Peralatan
Rp60,000,000 Peralatan
Rp100,000,000 Upah
Upah
Rp40,000,000
Rp50,000,000
Rp20,000,000
Rp-
Rp- 4 Zona 2 Zona 1 Zona
4 Zona 2 Zona 1 Zona

Grafik 4.3 Perbandingan Pengadaan Material, Peralatan & Upah untuk 8 hari pelaksanaan/lantai
Pada Grafik 4.3 dapat dilihat perbandingan antara biaya material, alat dan upah untuk
pengerjaan 8 hari per lantai untuk masing-masing pembagian zona pekrjaan yang paling murah
total pengadaan material, alat dan upah adalah dengan pembagian 2 zona
5 Hari / Lantai

Grafik 4.4 Perbandingan Pengadaan Material, Peralatan & Upah untuk 5 hari pelaksanaan/lantai

Pada Grafik 4.4 dapat dilihat perbandingan antara biaya material, alat dan upah untuk
pengerjaan 5 hari per lantai untuk masing-masing pembagian zona pekrjaan yang paling murah
1142
total pengadaan material, alat dan upah adalah dengan pembagian 4 zona

4.4 PERBANDINGAN BIAYA TOTAL DAN BIAYA PENGADAAN


Dari Grafik 4.1 pada BAB IV, perbedaan yang paling besar antara harga kontrak
pekerjaan dengan total biaya pengadaan material, alat dan upah total adalah pada
pembagian 1 zona dengan 8 hari pelaksanaan per lantai. Sedangkan kecendrungan
perbedaan antara hari penyelesaian 1 lantai 10 hari, 8 hari dan 5 hari yang relatif tidak
tidak terlalu signifikan yaitu pada pembagian 2 zona. Hal ini dengan tujuan untuk
menghindari resiko akibat keterlambatan dalam pelaksanan, maka dianggap model yang cukup
aman adalah dengan pembagian 2 zona pekerjaan dan 8 hari pelaksanan 1 lantai karena
memberikan nilai keuntungan yang paling tinggi dibanding waktu pelaksanaan lainnya.

4.5 PERBANDINGAN PENGADAAN MATERIAL, ALAT DAN UPAH

Hasil yang diperoleh pada perbandingan ini hanya merupakan gambaran pernbandingan
antara pengadaan material, alat dan upah untuk masing-masing model. Dari 3 grafik untuk
masing-masing waktu penyelesaian 10 hari, 8 hari dan 5 hari, 2 grafik mengindikasikan bahwa 2
zona merupakan metode yang paling murah dalam pengadaan item pekerjaan ini yaitu pada
Grafik 4.2 dan 4.3. sedangkan pada grafik 4.4 yang paling murah adalah 4 zona. Maka dari
hasil ini dianggap bahwa 2 zona merupakan metode yang paling efisien untuk pelaksanaan
pekerjaan bekisting pada proyek Pembangunan
Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara.

4.6 PERBANDINGAN HARGA SATUAN M2/HARI


Dari perbandingan harga satuan m2/hari seperti hasil yang digambarkan pada Grafik
4.5 s/d 4.10 di. untuk pekerjaan balok dan pelat, hanya 2 zona 8 hari yang memberikan nilai
dibawah dari harga satuan real atau harga satuan yang dipakai untuk
kontrak pekerjaan.
Sehingga dari hasil perbandingan ini dianggap 2 zona 8 hari
merupakan metode pelaksanaan yang paling optimal.

4.7 PERBANDINGAN WAKTU PELAKSANAAN


Dari Grafik 4.11, untuk masing-masing zona pekerjaan waktu penyelesaian yang paling cepat
dari masing-masing waktu penyelesaian 1 lantai adalah dengan pembagian 2 zona. Sehingga
dengan demikian 2 zona dianggap merupakan metode yang paling tepat untuk
pelaksanaan pekerjaan bekisting pada proyek Pembangunan Gedung Dinas
1143
Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara ini

4.8 VALIDASI HASIL PENELITIAN


Validasi hasil temuan dari penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara
terhadap pakar yang ahli dalam bidang pelaksanaan bekisting.
Hasil wawancara dengan pihak yang bersangkutan, menyebutkan antara lain :

1. Penerapan sistim zoning pada pelaksanaan proyek ini memang cukup efektif karena
bentuk struktur yang ada tipikal tiap lantainya. Sehingga pendekatan yang dilakukan
seperti yang dilakukan pada penelitian “Optimalisasi waktu dan biaya pekerjaan bekisting
untuk gedung bertingkat dengan sistem zoning pada Pembangunan Gedung Dinas
Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara dapat menjadi acuan guna menentukan metode
pelaksanaan yang tepat, khususnya untuk struktur dengan bentuk yang serupa.
2. Penyimpulan bahwa metode 2 zona 8 hari penyelesaian untuk 1 lantai cukup relevan
dengan pelaksanaan yang telah dilakukan dilapangan. Pada proyek Pembangunan
Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara, dengan kondisi yang
selalu berubah dan segala keterbatasan sumberdaya, yang awalnya dengan 4 zona
pelaksanaan untuk lantai 1 kemudian diganti dengan 2 zona untuk lantai selanjutnya s/d
atap, memang 2 zona cukup efektif dalam mengejar target penyelesaian. Walaupun
dalam pelaksanaan tidak selalu tercapai waktu yang ditargetkan, karena faktor-
faktor lain yang mempengaruhi seperti : keterlambatan pengadaan material, cuaca,
perubahan schedule dari pihak owner dan lain sebagainya.

1144
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisa data hasil perhitungan dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Dari analisa dan perbandingan hasil yang diperoleh, antara lain dari
pembagian zona pekerjaan seperti tertera dalam table dibawah ini :
No Pembagi Waktu per Lantai
an Zona 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Total Total Total

4 Zona Rp 607,851,424 Rp 197,025,018 Rp 173,060,347


2 Zona Rp 618,788,295 Rp 129,947,787 Rp 160,583,190
1 Zona Rp 1,403,675,819 Rp 422,740,482 Rp 227,779,840

maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk bentuk struktur seperti
Pembangunan Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara metode
pelaksanaan yang paling ekonomis adalah dengan Metode Zoning 2 Zona 8 Hari

2. Pembagian pada area pekerjaan dan penyelesaian waktu per lantai dengan
Metode Zoning 2 Zona 8 Hari pada pelaksanaan pekerjaan bekisting memberikan
pengaruh terhadap biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
diakibatkan oleh perbedaan pada jumlah pengadaan material akibat jumlah kali
pemakaian dari material bekisting yang direncanakan.

5.2 SARAN
1. Setelah melakukan analisa dan mendapat suatu kesimpulan penelitian yang telah
dilakukan, maka penulis menyarankan untuk perencanaan pekerjaan bekisting juga

1145
melihat dari sudut pandang pihak kontraktor utama karena akan banyak paremeter-
parameter lain yang harus dipertimbangkan pada penentuan schedule pelaksanaan
pekerjaan bekisting.

2. Untuk lanjutan dari penelitian ini dapat dilakukan dengan tinjauan pada jenis
bangunan yang berbeda atau dengan aplikasi sistem bekisting yang juga berbeda
sehingga hasil yang diperoleh bisa dibandingkan.

1146
1147
1148

Anda mungkin juga menyukai