PENDAHULUAN
1113
pengawasan dan pelaksanaan yang baik serta metode evaluasi yang memadai sangat
diperlukan untuk dapat mengantisipasi hal ini.
Proyek Pembangunan Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara,
merupakan gedung dengan 3 (tiga) lantai memiliki bentuk struktur yang tipikal tiap lantai,
pelaksanaan pekerjaan bekisting menjadi lebih mudah akibat metode pekerjaan yang relatif
sama pada tiap lantainya. Sirkulasi perpindahan alat dan material bekisting akan lebih
teratur dibandingkan dengan struktur dengan bentuk yang lain. Dengan kondisi seperti ini,
banyak metode pekerjaan yang biasa diterapkan. Untuk itu, dibutuhkan evaluasi dalam
pemilihan metode pekerjaan guna pemilihan metode yang paling efektif dan efisien.
1. Menentukan metode pelaksanaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan.
2. Mengoptimalkan Waktu dan Biaya untuk setiap pemasangan bekisting pada tiap
lantainya.
1114
1. Meninjau metode bekisting balok dan pelat saja dengan pertimbangan, bahwa sisa
material yang paling banyak terjadi pada pekerjaan ini karena siklus pemakaian relatif
lebih pendek dibandingkan dengan pekerjaan kolom & dinding.
2. Data yang digunakan merupakan data perencanaan, perubahan atau revisi schedule
pekerjaan dalam pelaksanaan tidak menjadi cakupan dalam pembahasan ini.
3. Simulasi waktu dan biaya hanya mengacu pada pekerjaan bekisting saja.
1115
BAB II
LANDASAN TEORI
1116
biaya yang siknifikan dapat dicapai dengan pengurangan biaya upah. (Awad s Hanna dan
Marcel Dekker,1999)
Gambar 2.1 Proporsi biaya bekisting konvensional dinding
1117
2.3. DASAR PERENCANAAN BEKISTING
Perencanaan sebuah sistem serta metode kerja bekisting menjadi sepenuhnya
tanggung jawab dari pihak pemborong kerja. Sehingga segala resiko dalam pekerjaan
tersebut sudah pasti menjadi hal yang harus ditekan serendah mungkin. Tentunya hal ini
dapat dilakukan dengan perencanaan yang sematang mungkin dengan memperhatikan
segala faktor yang menjadi pendukung atau yang malah menjadi kendala dalam
pelaksanaan nantinya. (F. Wigbout,1987)
Dalam menentukan sistem serta metode kerja yang akan dipakai, dari beberapa
alternatif yang ada pasti terlebih dahulu dilihat kelemahan dan keunggulan dari pada
masing-masing metode. Dalam kenyataan di lapangan faktor pengambilan keputusan
mengenai penentuan metode ini tergantung juga dari pengalaman dan jam terbang dari si
pemborong kerja tersebut.
Menurut Dr. Edward G Nawy, P. E, C. (1997) Ada 3 tujuan penting yang harus
dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas : Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan
keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat
dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan : Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor
keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban
hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan
konstruksi beton.
3. Ekonomis : Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya
dalam proses pelaksanaan dan skedul demi keuntungan kontraktor dan owner
(pemilik).
Menurut (F. Wigbout,1987) Ada beberapa beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan mengenai metode bekisting yang akan
dipakai yaitu :
1. Kondisi struktur yang akan dikerjakan
Hal ini menjadi pertimbangan utama sebab sistem perkuatan bekisting menjadi
komponen utama keberhasilan untuk menghasilkan kualitas dimensi struktur seperti
yang direncanakan dalam bestek. Metode bekisting yang diterapkan pada bangunan
1118
dengan dimensi struktur besar tentu tidak akan efisien bila diterapkan pada dimensi
struktur kecil.
2. Luasan bangunan yang akan dipakai
Pekerjaan bekisting merupakan pekerjaan yang materialnya bersifat pakai ulang
(memiliki siklus perpindahan material). Oleh karena itu, luas bangunan ini menjadi
salah satu pertimbangan utama untuk penentuan n x siklus pemakaian material
bekisting. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengajuan harga
satuan pekerjaan.
3. Ketersediaan material dan alat
Faktor lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan atau kesulitan untuk
memperoleh material atau alat bantu dari sistem bekisting yang akan diterapkan.
Selain faktor-faktor tersebut masih banyak pertimbangan lain termasuk waktu pengerjaan
proyek (work-time schedule), harga material, tingkat upah pekerja, sarana transportasi dan
lain sebagainya. Setelah melakukan pertimbangan secara matang terhadap faktor-faktor
tersebut maka diambillah keputusan
mengenai metode bekisting yang akan diterapkan. Menurut F. Wigbout (1987), Pada
pekerjaan konstruksi bekisting menjalankan 5 fungsi yaitu :
1. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk sederhana
dari sebuah konstruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang sederhana.
2. Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton
dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk yang timbul dan
geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak melampaui toleransi-toleransi
tersebut.
3. Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepaskan dan dipindahkan.
4. Mencegah hilangnya basahan dari beton yang masih baru.
5. Memberikan isolasi termis.
2.4 SIKLUS PEKERJAAN BEKISTING
Pelaksanaan bekisting merupakan bagian terintegrasi dari suatu proses konstruksi
beberapa terminologi digunakan dalam pekerjaan beton dan bekisting. Proses penyediaan
bekisting dan beton merupakan integrasi yang mutlak dibutuhkan. Siklus pada bagian kiri
pada Gambar 2.3. menggambarkan siklus dari pekerjaan bekisting. Sedangkan yang bagian
1119
kanan menggambarkan siklus pekerjaan beton. intersection menggambarkan awal dan
akhir dari siklus pekerjaan beton. (Awad s Hanna dan Marcel Dekker, 1999)
Siklus bekisting dimulai dengan pemilihan metode bekisting. Aktifitas siklus
bekisting ini digambarkan dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1). Fabrikasi
bekisting, (2). Pemasangan, (3). Pembongkaran.
Gambar 2.3. Integrasi antara siklus pekerjaan bekisting dengan pekerjaan beton
Sedangkan siklus pekerjaan beton dimulai setelah fabrikasi bekisting dan selesai
sebelum pembongkaran bekisting. Fungsi dari siklus pekerjaan bekisting untuk
menyediakan kebutuhan struktur untuk bentuk dan ukuran yang berbeda. Sedangkan fungsi
dari siklus pekerjaan beton untuk menyediakan kebutuhan sturktur akan kekuatan,
durabilitas dan bentuk permukaan.
2.5. JENIS & TIPE BEKISTING
Menurut F. Wigbout (1987), Pada umumnya bekisting secara garis besar dibagi
menjadi 3 tipe yaitu :
1. Bekisting tradisional
Yang dimaksud dengan bekisting tradisional adalah bekisting yang setiap kali setelah
dilepas dan dibongkar menjadi bagian-bagian dasar, dapat disusun kembali menjadi
sebuah bentuk lain. Pada umumnya bekisting kontak terdiri dari kayu papan atau
material plat, sedangkan konstruksi penopang disusun dari kayu balok dan (pada lantai)
1120
dari stempel-stempel baja. Bekisting tradisional ini memungkinkan pemberian setiap
bentuk yang diinginkan pada kerja beton.
2. Bekisting setengah system
Yang dimaksud dengan bekisting setengah sistem adalah satuan-satuan bekisting yang
lebih besar, yang direncanakan untuk sebuah obyek tertentu. Untuk ini mereka pada
prinsipnya digunakan untuk berulang kali dalam bentuk tidak diubah. Pada umumnya
bekisting kontak terdiri dari material plat. Konstruksi penopang disusun dari
komponen-komponen baja yang dibuat di pabrik atau gelagar-gelagar kayu yang
tersusun. Setelah usai, komponen komponen ini dapat disusun kembali menjadi sebuah
bekisting setengah sistem untuk sebuah obyek yang lain. Sebagai contoh : Elemen-
elemen panel dinding .
3. Bekisting sistem
Yang dimaksud dengan bekisting sistem adalah elemen-elemen bekisting yang dibuat
di pabrik, sebagian besar komponen-komponen yang terbuat dari baja. Bekisting sistem
dimaksudkan untuk penggunaan berulang kali. Ini berarti bahwa tipe bekisting ini
dapat digunakan untuk sejumlah pekerjaan. Bekisting sistem dapat pula disewa dari
penyalur alat-alat bekisting. Contoh : bekisting panel untuk terowongan, bekisting
untuk beton precast.
1121
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2. HIPOTESA
Dengan menggunakan sistem zoning dalam pelaksanaan pekerjaan bekisting pada
proyek gedung bertingkat banyak dengan bentuk lantai tipikal maka akan didapatkan suatu
kondisi yang optimal antara waktu pelaksanaan dan biaya yang dikeluarkan.
1122
3. Observasi
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap subjek penelitian. Biasanya cara ini dipakai untuk mengumpulkan data tentang
berbagai hal yang berupa perilaku-perilaku konkrit dari subyek, kondisi dan situasi yang
berada di sekitar gejala yang diamati, fakta social dan perilaku atau gabungan dari
ketiganya.
4. Angket
Teknik ini sering disebut dengan kuisioner. Pada umumnya cara ini dilakukan dengan
menggunakan daftar peryanyyan sebagai alat bantu pengumpulan data, dimana sejumlah
pertanyaaan yang disampaikan secara tertulis kepada responden ebagai sumber data,
Dengan tujuan untuk memperoleh jawaban secara tertulis juga.
5. Wawancara
Teknik ini sering pula disebut dengan interview, dimana prinsip dasar dari teknik ini tidak
berbeda dengan teknik angket yakni dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang
harus dijawab oleh responden, hanya saja pertanyaan dan jawaban disampaikan dalam
bentuk lisan.
6. Tes
Teknik ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, khususnya untuk mengukur
berbagai aspek psikologis yang tidak dapat digali dengan teknik lain, seperti : kekuatan,
sifat material, bakat, kecerdasan dan sebagainya.
7. Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui arsip-arsip tertulis, terutama
teori, hukum, dalil ataupun berbagai data substansif yang berasal dari berbagai sumber, baik
yang berasal dari dinas atau departemen tertentu, dapat pulaberupa data yang tersedia pada
biro statistik ataupun dokumen universitas, lembaga pemerintah atau swasta, serta berbagai
sumber lain.
Dalam hal ini metode yang dipakai untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Dengan mencari objek untuk dijadikan bahan penelitian, dalam hal ini, yaitu tentang
perbandingan antara penerapan model-model metode pelaksanaan pada pekerjaan
bekisting.
1123
2. Melakukan suatu perumusan masalah, menentukan tujuan penelitian dan membatasi
permasalahan yang akan ditinjau, yang terdiri atas :
Bagaimana merencanakan dan merancang metode pelaksanaan pekerjaan bekisting
untuk kondisi struktur yang ada pada Proyek Pembangunan Gedung Dinas
Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara dengan melakukan simulasi terhadap
berbagai metode pelaksanaan yang ada.
Bagaimana membandingkan waktu efektif pelaksanaan pekerjaan dari setiap model
yang direncanakan tersebut terhadap siklus perpindahan.
Berapa besar tingkat perbedaan dari segi biaya dan waktu dari masingmasing model
yang direncanakan. Mencari literatur dan referensi yang relevan dari buku-buku,
penelitian ataupun tulisan untuk dijadikan landasan teori.
1124
m3). Misalnya pada perhitungan diperoleh penggunaan kayu 5/10 sebanyak 5
batang. Maka volume dari kayu 5/10 tersebut adalah :
Vol kayu (m3) = (5 batang) x 0,05 m x 0,1 m x 4 m= 0.1 m3
b. Alat
Satuan untuk alat adalah ; unit, untuk alat yang merupakan rangkaian atau kesatuan
dari beberapa komponen ; pieces (pcs), untuk alat yang berupa satu komponen alat itu
sendiri ; dan set, apabila alat tersebut terdiri dari pasangan.
1125
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1126
Tabel 4.2 Harga sewa alat bekisting
No Uraian material satuan Harga sewa per bulan
( Rp)
1 Perancah pipa hollow dia.4 cm
a. Main Frame 190 pcs 4.250
b. Main Frame 170 pcs 4.000
c. Leader Frame 90 pcs 3.500
d. Cross Brace 220 psg 3.000
e. Cross Brace 193 psg 3000
f. Joint pin pcs 1.000
g. U-head 60 pcs 3.000
h. Jack base 60 pcs 3.000
Sumber : Daftar harga material dari Supplier
TIMBER 5/7
PLYWOOD 12 mm
500
470
245
245
TIMBER 5/10
1200
1500
1127
Tabel 4. 3 Kebutuhan material dan alat bekisting balok konvensional
No Uraian material/alat Satuan Jumlah Kebutuhan
Material
1 Plywood 12 mm
a. Pipi balok lbr 1.10
b. Alas balok lbr 0.99
2 Kayu 5/7
a. Rangka pipi m3 12.933
3 Kayu 5/10
a. Rangka alas balok m3 8.038
4 Kayu 6/12
a. Balok suri m3 1.875
Peralatan
1 U-head 60 pcs 12
2 Main Frame 170 pcs 6
3 Leader Frame 90 set 6
4 Jack Base 60 pcs 12
5 Joint pin pcs 12
6 Jack Angel pcs 12
7 Cross Brace 220 pcs 8
8 Cross Brace 193 pcs 8
Detail perhitungan dapat dlihat di Lampiran
4 Zone 6 4 3
2 Zone 6 4 34
1 Zone 9 7 34
1128
4.1.1.3 Upah Borong Pekerjaan
Sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai yang
bersamaan, maka analisa harga upah borong pekerjaan bekisting dijadikan satu. Akibat
pembagian zone dan waktu yang berbeda sehingga pemakaian sumber daya akan mengalami
perbedaan. Adapun perbedaan tersebut diakibatkan oleh nilai kapasitas sumberdaya itu sendiri.
Dari referensi dan pengalaman dilapangan, untuk 1 hari kerja atau 8 jam kerja, kapasitas 1
orang tukang berkisar antara 2 s/d 2,5 m2/hari/orang. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti : kondisi lapangan, cuaca, ataupun skill dari sumberdaya itu sendiri. Adapun
untuk penelitian ini, penulis mencoba mengambil suatu nilai tengah dari kapasitas rata-rata
sumberdaya yaitu : 2,25 m2/hari/orang dan waktu kerja 16 jam kerja sehingga dengan demikian
dapat dihitung jumlah orang yang dibutuhkan untuk pekerjaan per zone. Adapun perhitungan
jumlah orang per modul diperoleh dengan rumus :
Volume Pekerjaan
Jumlah Orang =
Kapasitas sumberdaya x waktu efektif
Pembagian tipe sumber daya yang dipakai berdasarkan pengalaman dan referensi
lapangan untuk kondisi ideal dimana perbandingan persentase jumlah tukang dan pembantu
tukang untuk pekerjaan bekisting adalah 60/40, sehingga jumlah sumberdaya
berdasarkan tipe diperoleh sebagai berikut :
1129
Pembagian Tipe Pekerja
PEMBAGIA
10hari 8 hari 5 Hari
N ZONE
Tukang P. Tukang Tukang P. Tukang Tukang P. Tukang
4 ZONE 7 5 11 7 15 10
2 ZONE 15 10 22 15 22 15
1 ZONE 20 13 25 17 45 29
Adapun hasil dari perhitungan diatas untuk masing-masing zona dan waktu
pelaksanaan perlantai dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut ini :
1130
pemakaian material akan berbeda pada masing-masing model. Pada perhitungan
koefisien untuk pemakaian alat, dalam hal ini alat sewa juga akan bergantung pada
bentuk model yang dihasilkan karena nilai koefisien yang dipakai dipengaruhi oleh lama
waktu pemakaian yang dibagi dengan waktu sewa 1 bulannya. Persamaan (3.4) dan
persamaan (3.5) Adapun koefisien untuk masing-masing zona dan waktu pelaksanaan dapat
dilihat pada Tabel 4.8. Koefisien pemakaian material dan Tabel. 4.9 Koefisien pemakaian alat.
Tabel 4.8. Koefisien Pemakaian Material
Koefisien Pemakaian Bahan
Pembagian Balok Pelat
Zone 10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Harga Satuan
1131
Pembagian 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2
Material
1 Plywood 12 mm
a. Bekisting Kontak lbr 10,70
3 Kayu 5/10
a. Penyangga btg 12
4 Kayu 6/12
a. Balok suri btg 14
Peralatan
1 U-head 60 pcs 50
2 Main Frame 170 pcs 24
3 Jack Base 60 pcs 24
4 Joint pin pcs 24
5 Jack Angel pcs 36
6 Cross Brace 220 pcs 12
7 Pipa Hollow pcs 12
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran
1132
4.1.2.2 WaktuEfektif Pekerjaan Per Zone
Karena pelaksanaan pekerjaan balok dan pelat bersamaan, maka waktu efektif
pelat sama dengan balok sesuai yang tercantum pada Tabel 4.4. Waktu Efektif Tiap Zone
Harga Satuan
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone
Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2
1133
4.2 PERHITUNGAN HARGA TOTAL PEKERJAAN
4.2.1 Harga Total Pekerjaan
Dalam hal ini adalah perhitungan harga total pekerjaan yang dihitung berdasarkan harga satuan
yang diperoleh yang dikalikan dengan total volume keseluruhan. Dengan volume balok total
2 2
1 1 4 3 . 4 2 m dan pelat 1 9 0 1 . 8 8 m . Adapun hasil dari perhitungan ini
dapat dilihat pada Tabel 4.13. Total Harga Pekerjaan
Tabel 4.13. Harga Total Pekerjaan
Balok Pelat
Pembagian 10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Balok
Jumlah kali pengadaan Jumlah modul
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone
4 Zone 3 3 2 4 3 4
1134
2 Zone 3 2 2 2 1 2
1 Zone 3 2 2 1 1 1
Pelat
Jumlah kali pengadaan Jumlah modul
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone
4 Zone 3 3 2 4 3 4
2 Zone 3 2 2 2 1 2
1 Zone 3 2 2 1 1 1
Material Peralatan
4 Zone Rp 369,207,215 Rp 87,845,183 Rp 56,292,128 Rp207,368,978 Rp 76,223,598 Rp83,985,565
1135
2 Zone Rp 378,636,663 Rp 63,106,110 Rp 87,845,183 Rp207,368,978 Rp 34,561,496 Rp40,457,826
1 Zone Rp 1,118,721,483 Rp252,424,442 Rp126,212,221 Rp735,134,638 Rp138,245,985 Rp69,122,993
Tabel 4.16 Total Biaya untuk pengadaan material & peralatan
VOLUME KAPASITA
WAKTU PEKERJAAN (HARI)
ZONE S
PEMBANGNA
N ZONE 10 8 5
Sedangkan untuk sistem harian dihitung dengan cara mengalikan jumlah sumberdaya
1 hari dan upahnya 1 hari dengan total hari keseluruhan. Dari schedule yang telah dibuat, total
hari penyelesaian keseluruhan dapat dilihat pada Tabel. 4.18 berikut :
1136
10 8 5
4 ZONE 333.02 1 39 33 28
2 ZONE 666.04 1 37 31 29
1 ZONE 1332.08 1 43 37 28
4 ZONE 333.02 1 21 15 22 16 45 30
2 ZONE 666.04 1 30 20 22 15 44 30
1 ZONE 1332.08 1 20 13 25 17 45 29
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran
Sehingga dengan upah tukang Rp.55.000,-/hari dan pembantu tukang Rp.37.000,-/hari total
upah keseluruhan dapat dihitung. Adapun hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.20 berikut:
VOLUME
ZONE KAPASITAS TOTAL UPAH HARIAN
PEMBAGIAN
ZONE 10 8 5
1137
1 ZONE 1332.08 1 67,983,000 74,148,000 99,344,000
Detail perhitungan dapat di lihat di Lampiran
Hasil yang diperoleh dengan perhitungan upah sistem harian memberikan nilai yang lebih
besar dibanding dengan memakai sistem borongan. Sehingga dengan asumsi untuk menghindari
resiko terhadap kerugian dan keterlambatan schedule pada pelaksanaan, maka untuk selanjutnya
perhitungan didasarkan pada perhitungan sistem borongan yaitu harga upah didasarkan pada
volume perkerjaan per meter perseginya.
Biaya Total
Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari
Zone
2
4.2.3 Perhitungan Harga Satuan m / hari
4.2.3.1 Perhitungan Upah m2/hari
Perhitungan harga satuan ini dilakukan dengan cara mencari nilai rata-rata
progres pekerjaan yang dapat dikerjakan dalam 1 hari, hal ini dilakukan dengan membagi total
volume pekerjaan dengan jumlah hari penyelesaian untuk masing-masing model sehingga dengan
2
cara ini diperoleh volume pekerjaan 1 hari. Dengan volume balok total 1143,42 m dan pelat
2
1901.88 m dan total hari penyelesaian yang tercantum dalam Tabel 4.18 maka diperoleh progres
pekerjaan sebagai yang tercantum dala Tabel 5.22 berikut :
1138
Tabel 4.22 Prediksi progres pekerjaan m2/hari
T U V
1139
Detail Rp1,500,000,000
Harga Satuan
perhitu Rp1,350,000,000 Pembagian
10 Hari 8 Hari 5 Hari
ngan Zone
Rp1,200,000,000 Rp/m2 Rp/m2 Rp/m2
dapat di
Rp1,050,000,000
lihat di 4 Zone Pengadaan 43,103
46,403 4 Zona 52,111
Lampir Rp900,000,000
Harga Total 4 Zona
an Rp750,000,000 2 Zone Pengadaan 41,933
51,593 2 Zona 53,392
Rp600,000,000 Harga Total 2 Zona
1 Zone Pengadaan 48,958
49,021 1 Zona 52,625
4.3 Rp450,000,000
Harga Total 1 Zona
ANAL Rp300,000,000
ISA Rp150,000,000
PERB
Rp-
ANDI
10 Hari 8 Hari 5 Hari
NGA
N
4.3.1 Harga Total dan Biaya Pengadaan
4.3.1.1 Perbandingan Biaya
Perbandingan yang dilihat adalah perbedaan antara biaya total pekerjaan yang terdapat
dalam Tabel 4.13 Harga Total Pekerjaan, dimana ini diasumsikan sebagai nilai kontrak yang
akan berlaku untuk pekerjaan bekisting ini dengan Tabel 4.21. Total Biaya material, alat dan
upah, dimana ini diasumsikan sebagai harga yang harus dikeluarkan untuk pembiayaan
untuk pekerjaan bekisting ini diluar biaya overhead, keuntungan dan lain- lain. Grafik untuk
perbandingan tersebut dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut :
Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa harga pengadaan material, alat dan upah total yang paling
lebih rendah dibandingkan dengan harga pekerjaan (kontrak) terdapat pada pembagian dengan 1
zona 8 hari. Dengan membuat nilai persentase harga pengadaan dengan harga kontrak yang akan
berlaku dapat dilihat di Tabel 4.30 berikut :
Tabel 4.26. Tabel persentase Biaya overhead dan keuntungan dari harga kontrak
Penghematan masing-masing
Pembagian Zone zona dan waktu pekerjaan 1 lantai
10 Hari 8 Hari 5 Hari
4 Zone 3% 11% 18%
1 Zone 5% 21% 9%
Sumber : Hasil perhitungan
Bahwa pelaksanaan dengan pebagian 1 zona 8 hari dapat memberikan harga untuk biaya
overhead dan keuntungan sebesar 21% dari harga kontrak pekerjaan. Sedangkan untuk 2 zona
1140
Rp1,200,000,000 yaitu 8 hari
pelaksanaan
Rp1,000,000,000
sebesar 18%
Rp800,000,000 dan 4 zona 5
Rp200,000,000
4.3.1.2
Perbandingan
Rp- Pengadaan
4 Zona 2 Zona 1 Zona Material,
Peralatan &
Upah
Perbandingan yang dilihat adalah jumlah pengadaan material, peralatan dan upah untuk masing-
masing zona dan waktu pelaksanaan. Perbandingan ini diperoleh dari Tabel 4.16 dan Tabel 4.17.
Adapun grafik perbandingan tersebut dapat dilihat pada Grafik 4.2 s/d Grafik 4.4 berikut :
10 Hari / Lantai
Grafik 4.2 Perbandingan Pengadaan Material, Peralatan & Upah untuk 10 hari pelaksanaan
/lantai
Dari Grafik diatas dapat dilihat, untuk pekerjaan 10 hari pelaksanan tiap lantai biaya yang paling
sedikit dari material, peralatan dan upah yaitu pada pelaksanaan dengan pembagian 2 zona
pekerjaan.
1141
Rp300,000,000
Rp140,000,000 8 Hari / Lantai
Rp120,000,000
Rp250,000,000
Rp100,000,000
Rp200,000,000
Rp80,000,000
Rp150,000,000 Material
Material
Peralatan
Rp60,000,000 Peralatan
Rp100,000,000 Upah
Upah
Rp40,000,000
Rp50,000,000
Rp20,000,000
Rp-
Rp- 4 Zona 2 Zona 1 Zona
4 Zona 2 Zona 1 Zona
Grafik 4.3 Perbandingan Pengadaan Material, Peralatan & Upah untuk 8 hari pelaksanaan/lantai
Pada Grafik 4.3 dapat dilihat perbandingan antara biaya material, alat dan upah untuk
pengerjaan 8 hari per lantai untuk masing-masing pembagian zona pekrjaan yang paling murah
total pengadaan material, alat dan upah adalah dengan pembagian 2 zona
5 Hari / Lantai
Grafik 4.4 Perbandingan Pengadaan Material, Peralatan & Upah untuk 5 hari pelaksanaan/lantai
Pada Grafik 4.4 dapat dilihat perbandingan antara biaya material, alat dan upah untuk
pengerjaan 5 hari per lantai untuk masing-masing pembagian zona pekrjaan yang paling murah
1142
total pengadaan material, alat dan upah adalah dengan pembagian 4 zona
Hasil yang diperoleh pada perbandingan ini hanya merupakan gambaran pernbandingan
antara pengadaan material, alat dan upah untuk masing-masing model. Dari 3 grafik untuk
masing-masing waktu penyelesaian 10 hari, 8 hari dan 5 hari, 2 grafik mengindikasikan bahwa 2
zona merupakan metode yang paling murah dalam pengadaan item pekerjaan ini yaitu pada
Grafik 4.2 dan 4.3. sedangkan pada grafik 4.4 yang paling murah adalah 4 zona. Maka dari
hasil ini dianggap bahwa 2 zona merupakan metode yang paling efisien untuk pelaksanaan
pekerjaan bekisting pada proyek Pembangunan
Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara.
1. Penerapan sistim zoning pada pelaksanaan proyek ini memang cukup efektif karena
bentuk struktur yang ada tipikal tiap lantainya. Sehingga pendekatan yang dilakukan
seperti yang dilakukan pada penelitian “Optimalisasi waktu dan biaya pekerjaan bekisting
untuk gedung bertingkat dengan sistem zoning pada Pembangunan Gedung Dinas
Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara dapat menjadi acuan guna menentukan metode
pelaksanaan yang tepat, khususnya untuk struktur dengan bentuk yang serupa.
2. Penyimpulan bahwa metode 2 zona 8 hari penyelesaian untuk 1 lantai cukup relevan
dengan pelaksanaan yang telah dilakukan dilapangan. Pada proyek Pembangunan
Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara, dengan kondisi yang
selalu berubah dan segala keterbatasan sumberdaya, yang awalnya dengan 4 zona
pelaksanaan untuk lantai 1 kemudian diganti dengan 2 zona untuk lantai selanjutnya s/d
atap, memang 2 zona cukup efektif dalam mengejar target penyelesaian. Walaupun
dalam pelaksanaan tidak selalu tercapai waktu yang ditargetkan, karena faktor-
faktor lain yang mempengaruhi seperti : keterlambatan pengadaan material, cuaca,
perubahan schedule dari pihak owner dan lain sebagainya.
1144
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan analisa data hasil perhitungan dapat disimpulkan sebagai berikut
:
1. Dari analisa dan perbandingan hasil yang diperoleh, antara lain dari
pembagian zona pekerjaan seperti tertera dalam table dibawah ini :
No Pembagi Waktu per Lantai
an Zona 10 Hari 8 Hari 5 Hari
Total Total Total
maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa untuk bentuk struktur seperti
Pembangunan Gedung Dinas Pendapatan Daerah Kab. Kutai Kartanegara metode
pelaksanaan yang paling ekonomis adalah dengan Metode Zoning 2 Zona 8 Hari
2. Pembagian pada area pekerjaan dan penyelesaian waktu per lantai dengan
Metode Zoning 2 Zona 8 Hari pada pelaksanaan pekerjaan bekisting memberikan
pengaruh terhadap biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Hal ini
diakibatkan oleh perbedaan pada jumlah pengadaan material akibat jumlah kali
pemakaian dari material bekisting yang direncanakan.
5.2 SARAN
1. Setelah melakukan analisa dan mendapat suatu kesimpulan penelitian yang telah
dilakukan, maka penulis menyarankan untuk perencanaan pekerjaan bekisting juga
1145
melihat dari sudut pandang pihak kontraktor utama karena akan banyak paremeter-
parameter lain yang harus dipertimbangkan pada penentuan schedule pelaksanaan
pekerjaan bekisting.
2. Untuk lanjutan dari penelitian ini dapat dilakukan dengan tinjauan pada jenis
bangunan yang berbeda atau dengan aplikasi sistem bekisting yang juga berbeda
sehingga hasil yang diperoleh bisa dibandingkan.
1146
1147
1148