Tugas Akhir Analisis Nilai Tambah Petani Kopi
Tugas Akhir Analisis Nilai Tambah Petani Kopi
Oleh :
YUSUF MAULANA
(1503052)
Disusun Oleh :
YUSUF MAULANA
1503052
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................I-1
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
632 ribu ton atau meningkat 4,92 persen. Pada tahun 2017 mencapai 636,7 ribu
ton atau meningkat 0,74 persen dibandingkan dengan tahun 2016. (Badan Pusat
Statistik, 2017).
Kabupaten Garut merupakan salah satu produsen kopi di Indonesia
khususnya di Provinsi Jawa Barat. Varietas yang beragam dan kualitas yang
terjamin menjadikan kopi Garut banyak diminati sehingga permintaan akan kopi
Garut melonjak. Meningkatnya permintaan terhadap kopi Garut menjadikan setiap
elemen dalam rantai pasok kopi Garut tersebut harus bekerja keras guna menjaga
nilai dan kualitas kopi Garut tersebut. Terbentuknya rantai pasok kopi Garut
menjadikan aliran distribusi kopi Garut lancar, sehingga dapat memenuhi
permintaan terhadap pasar. Rantai pasok kopi Garut awalnya berawal dari unit
pengolahan (petani), kemudian ke pengepul, dari pengepul ke pengolah kemudian
dari pengolah sampai ke konsumen.
Unit pengolahan merupakan sarana bagi petani untuk mengolah hasil kopi
yang dimiliki sehingga dapat membentuk nilai tambah. Salah satu unit pengolahan
dan pemasok kopi Garut berada di daerah Wanaraja, tepatnya di kawasan Talaga
Bodas. Unit pengolahan ini mengolah kopi dalam bentuk cherry menjadi bentuk
gabah. Proses pengolahan dari bentuk cherry sampai ke bentuk gabah berkisar
antar 3-5 hari. Dari 3 kg ceri setelah diolah kedalam bentuk gabah menjadi sekitar
1 kg gabah atau menyusut sekitar 67% dari berat ceri. Harga 1 kg cherry yaitu
sekitar Rp.7.000/kg, sedangkan harga gabah yaitu Rp.27.000/kg. Permintaan
gabah dari manufaktur biasanya memesan total 3-5 ton setiap bulannya kepada
kelompok tani, dengan musim panen kopi dalam 1 tahun yaitu 3 kali panen.
Manufaktur tersebut mengolah dari bentuk gabah sampai bubuk kopi. Harga jual /
500gr bubuk kopi berkisar antara Rp.200.000 - Rp.250.000. perbedaan antara
nilai tambah petani dengan manufaktur sangatlah berbeda yang nantinya
berpengaruh terhadap pendapatan petani dan juga manufaktur. Nilai tambah
petani masih belum bisa didapatkan secara optimal, nilai tambah yang dapat
dihasilkan petani bisa dari penanaman pohon kopi sampai kepada pengolahan
kopi tersebut.
Maka dari itu, penelitian mengenai nilai tambah ini sangat penting dalam
meningkatkan pendapatan petani agar petani kopi khususnya di Garut menjadi
I-3
lebih sejahtera. Dengan lahan perkebunan kopi yang ada, terkadang pengelolaan
lahan tidak optimal. Hal ini berdampak kepada kecilnya nilai tambah yang
didapatkan. Karena pada dasarnya, setiap argoindustri ingin mendapatkan
keuntungan yang maksimal dengan biaya produksi yang rendah, serta tingkat
efisiensi produksi yang efisien. Maka peneliti ingin menganalisis kelayakan usaha
dan nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh petani agar nilai tambah yang didapat
petani menjadi optimal. Jadi, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
terdahulu yaitu penelitian ini tidak hanya menghitung seberapa besar nilai tambah
yang didapatkan, namun juga menganalisis efisiensi usaha yang didapatkan oleh
petani guna meningkatkan nilai tambah.
BAB I PENDAHULUAN
I-5
Bab ini berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan
Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan pengertian – pengertian dan metode – metode dari referensi
yang digunakan sebagai tinjauan untuk melakukan penelitian, disertai juga State
Of The Art sebagai bahan perbandingan penelitian yang dilakukan dengan
penelitian yang terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan jenis rancangan, tempat penelitian, instrumen pengumpulan
data, teknik pengumpulan data dan prosedur analisis.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data – data yang diperoleh berdasarkan studi lapangan dan studi
literatur kemudian diolah menggunakan metode yang digunakan.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang analisis dan pembahasan dari data yang diolah pada bab
sebelumnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyimpulkan data yang telah dianalisis pada penelitian yang dilakukan,
dan memberi saran kepada penulis maupun kepada pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknik Industri
II-1
e. an ability to identify, formulate, and solve engineering problems
f. an understanding of professional and ethical responsibility
g. an ability to communicate effectively
h. the broad education necessary to understand the impact of
engineering solutions in a global, economic, environmental, and
societal context
i. a recognition of the need for, and an ability to engage in life-long
learning
j. a knowledge of contemporary issues
k. an ability to use the techniques, skills, and modern engineering tools
necessary for engineering practice.
Badan akreditasi pendidikan engineering di Amerika menggunakan istilah
student outcomes untuk menunjukkan apa yang dihasilkan dari suatu program
pembelajaran, yang mencakup kurikulum serta keseluruhan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh suatu program studi. Jika dicermati maka ke sebelas hasil
pendidikan yang bersifat generik untuk semua program engineering tersebut
dalam pengertian sistem pendidikan di Indonesia disebut sebagai kompetensi
lulusan. Di dalamnya sudah termasuk hard competencies seperti pada outcomes a,
b, c dan e, k; serta soft competencies atau soft skills seperti pada outcomes d dan f
sampai j. Dengan mencermati kompetensi lulusan program pendidikan
engineering di tingkat sarjana seperti demikian maka sebetulnya mudah mengenali
apa disiplin teknik industri. Kunci kemampuan dalam disiplin ini adalah
kemampuan dalam melakukan perancangan yang harus dilengkapi dengan
kemampuan berpikir analitik. Program pendidikan teknik industri sudah
seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan ini. Untuk program pendidikan teknik
industri sendiri, ditambahkan outcomes yang spesifik untuk teknik industri yaitu:
a) to design, develop, implement, and improve integrated systems that
include people, materials, information, equipment and energy
b) to accomplish the integration of systems using appropriate analytical,
computational, and experimental practices
Hasil pembelajaran yang lebih spesifik untuk teknik industri ini pada
dasarnya adalah untuk menegaskan bahwa obyek yang dirancang disiplin ini
II-2
disebut sebagai sistem terintegrasi (integrated system) yang terdiri dari manusia,
material, informasi peralatan dan energi. Kemudian lebih dijelaskan lagi bahwa
integrasi sistem dilakukan menggunakan alat analitikal, komputasional dan
eksperimental menjadi kemampuan pokok yang menjadi ciri disiplin teknik
industri. Dengan kata lain, yang dirancang atau direkayasa dalam disiplin teknik
industri pada dasarnya adalah pengintegrasian komponen dari sistem (manusia
ditambah dengan material, informasi, peralatan dan energi) sedemikian sehingga
dapat menghasilkan performansi yang diinginkan. Performansi yang dimaksudkan
adalah efisiensi dan produktivitas dari sistem yang dirancang tersebut. Lebih jauh
lagi dapat dilihat bahwa obyek rancangan disiplin teknik industri bukan berupa
produk atau barang yang kongkrit, tetapi berupa sistem dengan proses-prosesnya
yang tidak terlihat nyata.
Keunikan dari disiplin teknik industri, dibandingkan dengan disiplin
engineering yang lain adalah adanya unsur manusia di dalam sistem yang
dirancang, dimana manusia tersebut bukan sekedar pengguna (user) tetapi juga
yang berperan penting dalam mengoperasikan sistem itu sendiri, sehingga sistem
dapat mencapai performansi yang diinginkan. Manusia menjadi bagian utama
yang hidup pada sistem terintegrasi tersebut. Dengan sifat ini maka dapat
dikatakan disiplin teknik industri adalah disiplin engineering yang paling
berorientasi manusia di antara disiplin engineering yang lain.
Jika diingat kembali pada era Scientific Management, pada saat awal
perkembangan disiplin teknik industri, persoalan praktek yang dihadapi adalah
bagaimana membuat rencana kerja produksi yang baik. Dikembangkan cara-cara
menemukan metode kerja baku yang bisa dijadikan acuan untuk membuat
rencana. Sistem terintegrasi yang dimaksudkan berupa orang dan alat kerja,
sebagaimana yang dilakukan oleh Taylor dalam menentukan ukuran shovel yang
dapat memberikan hasil pemindahan biji besi maksimal pada kegiatan peleburan
baja. Perfomansi efisiensi ditujukan pada efisiensi orang bekerja dan jika
dilakukan pada setiap operasi yang ada pada suatu pabrik maka hasil efisiensi
keseluruhan itu akan memberikan efisiensi pada pabrik. Manusia pada saat itu
boleh dikatakan dilihat sebagai bagian yang sama dengan komponen sistem yang
lain yaitu material dan peralatan. Pada perkembangan selanjutnya, mulai disadari
II-3
bahwa di dalam pabrik, manusia-manusia atau operator ini berinteraksi satu
dengan yang lain. Mereka membentuk kelompok dan percobaan Hawthorne
akhirnya menguatkan fakta bahwa persoalan perbaikan efisiensi dan produktivitas
tidak hanya sekedar metode kerja tetapi juga terkait dengan dengan sifat dan
perilaku manusia sebagai mahluk sosial. Pada saat ini kesadaran bahwa manusia
tidak sama dengan komponen sistem terintegrasi yang lain semakin kuat. Manusia
harus ditempatkan pada posisi yang berbeda dengan komponen yang lain. Dengan
demikian, sistem terintegrasi yang dimaksud tidak hanya manusia dengan alat
kerja, tetapi manusia dalam kelompok yang terorganisir dengan komponen-
komponen lainnya, yaitu material dan peralatan.
Usaha untuk mencari efisiensi dan produktivitas yang lebih baik masih terus
berlanjut dengan perkembangan praktek baru. Industri berada dalam situasi yang
semakin kompetitif dan sumber daya tidak tersedia berlimpah lagi. Efisiensi dan
produktivitas tinggi mulai disadari harus dilakukan tidak hanya dengan
mempertimbangkan manusia sebagai mahluk sosial saja tetapi juga pemanfaatan
sumber daya yang lain juga harus dipertimbangkan secara bersamaan. Metode-
metode untuk melakukan optimisasi menggunakan teknik-teknik matematika dan
statistika seperti operations research dan simulasi mulai dikenalkan. Sistem
terintegrasi menjadi semakin rumit dengan tetap memandang manusia sebagai
unsur utama dalam sistem tersebut.
Sebagai akhir dari periode perkembangan ini adalah penggunaan pendekatan
sistem dalam melakukan baik perancangan maupun perbaikan sistem terintegrasi
dan komponen sistem terintegrasi menjadi seperti apa yang dikenal pada definisi
teknik industri saat ini. Pada saat ini juga mulai muncul ukuran performansi baru
yaitu kualitas yang menunjukkan terjadinya pergeseran bahwa pasar atau
konsumen menjadi inisiator proses, bukan lagi produsen.
Perkembangan selanjutnya, sesuai dengan semakin ketatnya persaingan
serta sumber daya yang juga semakin langka membuat efisiensi, produktivitas
serta kualitas yang tinggi tidak bisa lagi ditingkatkan hanya dengan meninjau
pabrik dan perusahaan itu sendiri. Kelancaran pasokan dari pemasok serta
efisiensi dalam pendistribusian hasil sampai ke pasar adalah ruang yang harus
ditelusuri untuk meningkatkan performansi perusahaan. Sistem terintegrasi
II-4
menjadi lebih luas menjadi apa yang disebut sebagai supply chain yang
didalamnya meliputi rantai nilai dan nilai tambah.
Dalam (Yani & Pos, 2015), menurut Porter ( 1985 ) , konsep rantai nilai
menyediakan suatu kerangka yang sesuai untuk menjelaskan bagaimana suatu
kesatuan organisasi dapat mengelola pertimbangan yang substansial dalam
mengalokasikan sumber dayanya, menciptakan pembedaan dan secara efektif
mengatur biaya-biayanya. Porter selanjutnya mengajukan suatu model rantai nilai
sebagai alat untuk mengidentifikasi cara-cara menghasilkan nilai tambah bagi
konsumen, yang mana ada model ini ditampilkan keseluruhan nilai yang terdiri
dari aktifitas- aktifitas nilai dan keuntungan (margin), aktifitas nilai dibagi
menjadi lima aktifitas utama (primary activities) dan empat aktifitas pendukung
(support activities). Aktifitas utama digambarkan secara berurutan yaitu
membawa bahan baku ke dalam bisnis (inbound logistic), diubah menjadi barang
jadi (operation), mengirim barang yang sudah jadi (outbound logistic), menjual
barang tersebut (marketing and sales) dan memberikan layanan purna jual
(service).Lebih jelasnya kegiatan Rantai nilai ( Value Chain) dapat di gambarkan
sebagai berikut:
II-5
II-2
Dalam (Yani & Pos, 2015), menurut Tarigan (2004) Nilai tambah suatu
produk merupakan hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya antara
yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong. Nilai tambah adalah nilai
yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam
proses produksi sebagai biaya antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Menurut
Makki et al( 2001), apabila komponen biaya antara yang digunakan nilainya
semakin besar, maka nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. Begitu
pula sebaliknya, jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk
akan semakin besar.
TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Biaya total (total cost)
TVC = Biaya variabel total (total variable cost)
TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)
HP−NS
Penyusutan = n
Keterangan :
HP = Harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Taksiran hasil produksi (unit)
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total penerimaan usaha kopi (Rp/bulan)
P = Harga kopi per kilogram (Rp)
Q = Jumlah kopi yang terjual (kg/bulan)
2.6.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah perbandingan antara profit dari penjualan kopi
dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase. Maka didapatkan
rumus sebagai berikut :
π
Profitabilitas = x 100 %
TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian profitabilitas yaitu :
a. Profitabilitas > 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan
menguntungkan.
b. Profitabilitas = 0 berarti agroindustri kopi yang dikalankan Break Even
Point (BEP) atau jumlah pengeluaran dan pendapatan sama.
c. Profitabilitas < 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak
menguntungkan.
II-6
TR
R/C Rasio =
TC
Dimana :
a. Jika R/C > 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan sudah efisien
b. Jika R/C < 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak efisien
c. Jika R/C = 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan impas
Metode Hayami adalah metode yang dihitung dengan cara manual untuk
mengetahui seberapa besar nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, dan keuntungan
yang diperoleh. Analisis metode Hayami juga memberikan informasi mengenai
margin, yang terdiri dari margin pendapatan tenaga kerja, margin sumbangan
input lain dan margin keuntungan pengusahan (Rahmatia, 2018). Hal ini dapat
dinyatakan dalam tabel sebagai berikut :
II-7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alur Penelitian
START
IDENTIFIKASI
MASALAH
STUDI PUSTAKA
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
ANALISA DAN
PEMBAHASAN DATA
KESIMPULAN DAN
SARAN
FINISH
a) Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah yang ada pada agroindustri kopi di daerah
perkebunan Talaga Bodas. Kelompok tani ingin mengetahui kelayakan
usaha yang ingin dijalankan dan seberapa besar nilai tambah yang mereka
peroleh.
b) Studi Pustaka
Menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
menjadi objek penelitian yang bersumber dari buku, karya ilmiah, tesis,
jurnal dll. Kemudian keluarlah kerangka pemikiran dari penelitian ini.
c) Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui proses wawancara dan observasi langsung
terhadap objek penelitian. Data tersebut berupa kebutuhan data untuk
kelayakan usaha dan perhitungan nilai tambah seperti biaya, penerimaan,
keuntungan, profitabilitas dll.
d) Pengolahan Data
Data yang telah dihimpun dari proses wawancara dan observasi kemudian di
proses atau diolah dengan metode-metode yang telah ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
e) Analisa dan Pembahasan
Hasil dari pengolahan data kemudian di analisis mulai dari tingkat
kelayakan usaha sampai analisis seberapa besar nilai tambah yang
didapatkan kelompok tani tersebut.
f) Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan hasil pengolahan data yang telah dianalisis sesuai tujuan
yang ingin dicapai. Kemudian masukan saran untuk pembaca atau peneliti
yang akan melanjutkan penelitian ini,
III-4
Besarnya
Nilai
-Biaya Hayami Nilai
Tambah
-Revenue Tambah
-Keuntungan
-Profitabilitas
-Indikator Nilai
Tambah
Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif, maka penelitian ini akan
menggunakan sampel teoritis dan praktis yang di ambil dari seluruh rantai
pengolahan kopi Garut Timur mulai dari penanaman sampai penjualan. Pada
penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu yang dapat berupa
petani, manufaktur, hingga konsumen kemudian melakukan observasi dan
wawancara kepada orang-orang yang dipandang mengetahui tentang situasi sosial
tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan
secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil
penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel
tidak diambil secara random.
6. Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial disini yaitu indikator yang digunakan yang menunjukan
bahwa agroindustry kopi di wilayah Garut Timur (Talaga Bodas)
pelaksanaanya sudah layak atau belum jika dilihat dari manfaat dan biaya
menggunakan metode Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C
Ratio). Komponen dari agroindustri kopi di perkebunan kopi Talaga Bodas
terdiri dari biaya investasi dan modal. Biaya investasi terdiri dari biaya
pengadaan peralatan produksi, sedangkan modal terdiri dari biaya
operasional produksi (biaya variabel) dan biaya overhead. Biaya variabel
terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku, sedangkan biaya
overhead yaitu biaya transportasi.
TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Biaya total (total cost)
TVC = Biaya variabel total (total variable cost)
TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
Biaya penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus metode garis lurus
sebagai berikut :
(HM −NS)
Penyusutan = n
Keterangan :
HM = Harga mesin/aset (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Masa umur mesin (tahun)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total penerimaan usaha kopi (Rp/bulan)
P = Harga gabah per kilogram (Rp)
Q = Jumlah gabah yang terjual (kg/bulan)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
4.5.3 Keuntungan (Profit)
Keuntungan usaha petani kopi merupakan hasil penerimaan (revenue)
dikurangi dengan total biaya produksi. Maka, didapatkan rumus sebagai
berikut :
π = TR - TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TR = Total penerimaan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
4.5.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah perbandingan antara profit dari penjualan kopi
dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase. Maka didapatkan
rumus sebagai berikut :
π
Profitabilitas = x 100 %
TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
TR
R/C Rasio =
TC
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
Dimana :
a. Jika R/C > 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan sudah efisien
b. Jika R/C < 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak efisien
c. Jika R/C = 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan impas.
NPV = P
¿¿
n
Pt
NPV = ∑ ¿ ¿ ¿
1
Dimana :
Pt = Net cashflow (Proceeds) pada tahun ke-1
i = Tingkat diskonto
n = Lama waktu atau periode perlangsungan investasi
IO = Nilai investasi (Initial Outlays)
Sumber : (Mujiningsih, 2013)
III-10
IR 2−IR1
IRR = IR 1−NPV 1
NPV 1 −NPV 2
Dimana :
IRR = Internal Rate of Return yang akan dicari
IR 1 = Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke -1
IR 2 = Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke -2
NPV 1 = Net Present Value dari hasil IR
NPV 2 = Net Present Value dari hasil IR
Sumber : (Mujiningsih, 2013)
4. Break Even Point (BEP)
Menurut (Bambang Riyanto, 1995) dalam (Pradita Marhaeni, 2011)
Break Even Point yaitu volume penjualan di mana penghasilannya (revenue)
tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Rumus untuk
menghitung BEP adalah sebagai berikut :
a) Atas dasar Rupiah
FC
BEP (Rp) = VC
1−
S
b) Atas dasar unit
BEP = TR – TC
TR – TC =0
(Unit Price x Q) – TC =0
(Unit Price x Q) – (VC + FC) =0
(Unit Price x Q) – (Q x Unit VC + FC) =0
(Unit Price x Q) – (Q x Unit VC) – FC =0
III-11
tenaga kerja
;
input
(6) Harga output (Rp);
(7) Upah tenaga kerja (Rp/HOK).
B. Penerimaan dan Keuntungan
Variabel kedua terdiri dari :
(8) harga bahan baku (Rp/kg);
III-13
keuntungan
x 100%
nilai tambah
C. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Variabel ketiga terdiri dari :
(14) marjin (Rp/kg) yaitu hasil perhitungan dari nilai output – harga
bahan baku;
(14a) pendapatan tenaga kerja yaitu hasil perhitungan dari
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Kelompok tani Talaga Hurip dapat memanen 30 ton ceri dalam 1 kali
musim panen atau sekitar 10 ton gabah dalam 4 bulan atau 2.5 ton gabah
setiap bulannya dengan jumlah hari kerja anggota kelompok masing-masing
selama 30 hari. Setiap pohon dapat menghasilkan 5-10 kg ceri dengan jarak
panen 10-15 hari. Setiap anggota kelompok dapat menghasilkan sekitar 35
kg ceri atau sekitar 12 kg gabah setiap kali pemetikan selama kurun waktu 8
jam.
Kegiatan pengolahan untuk biji kopi (ceri) yang sudah dipanen hingga
menjadi gabah kering melewati proses pelepasan kulit kopi menggunakan
mesin pulper dengan kapasitas produksi mesin pulper sebanyak 250 kg/jam
menjadi gabah basah kemudian di jemur 1-2 hari lalu digiling lagi
menggunakan mesin huller dengan kapasitas produksi mesin huller
sebanyak 260 kg dengan umur kedua mesin selama 10 tahun. Kemudian ceri
yang telah terpisah dari kulitnya (gabah) dijemur 2-3 hari pada alat
penjemuran beberapa hari untuk menghilangkan kadar airnya yang
kemudian siap di jual kepada manufaktur yang nantinya di proses hingga
menjadi bubuk kopi. Pemesanan kopi dalam bentuk gabah dari manufaktur
kepada petani dalam sebulan rata-rata sebanyak 3 ton gabah. Untuk
memenuhi permintaan gabah yang kurang, biasanya kelompok tani Talaga
Hurip mempekerjakan 3 orang masyarakat dengan upah Rp.35.000 per hari.
Rata-rata pekerja diluar anggota kelompok tani menghasilkan 25-30 kg ceri
per harinya.
Data efisiensi usaha pada penelitian ini terdiri dari biaya, penerimaan,
keuntungan dan profitabilitas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
maka terkumpul data untuk menganalisis efisiensi usaha pada Tabel 4.1.
III-17
Data nilai tambah pada penelitian ini terdiri dari produksi/hari (input),
penjualan/hari (output), hari kerja/bulan, harga output gabah, harga bahan
baku (ceri), sumbangan input lain seperti penjualan kulit kopi. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, didapatkan data untuk menganalisis nilai
tambah pada tabel 4.2
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian diolah agar
data yang telah diolah menggunakan metode yang dipakai bisa dianalisis pada bab
selanjutnya.
III-18
4.2.1 Biaya
Biaya tetap total adalah penjumlahan dari upah tenaga kerja per hari
dan juga biaya penyusutan mesin. Harga mesin pulper yaitu Rp.13.300.000
sedangkan harga mesin huller yaitu Rp.17.500.000 dengan umur pakai
selama 10 tahun, sedangkan alat penjemur gabah dengan ukuran 5m x 5m
menghabiskan biaya Rp.800.000 dengan umur pakai 3 tahun. Berikut adalah
perhitungan biaya penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis
lurus :
(HM −NS)
Penyusutan = n
Keterangan :
HM = Harga mesin/aset (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Masa umur mesin (tahun)
TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Biaya total (total cost)
TVC = Biaya variabel total (total variable cost)
TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)
TC = 11.096.666,63 + 8.378.889
TC = Rp.19.475.555,5
Jadi total cost per bulan yang dikeluarkan kelompok tani Talaga Hurip
sebesar Rp.19.475.555,5.
III-21
Penerimaan total suatu usaha yang didapatkan oleh petani kopi dapat
dihitung dari hasil perkalian antara jumlah produk kopi (gabah) yang terjual
dengan harga kopi (gabah) tersebut. Harga gabah dari petani yaitu
Rp.27.000. Sedangkan jumlah gabah yang terjual dalam sebulan rata-rata
sebanyak 3 ton. Maka perhitungan revenue yang didapatkan petani dalam
sebulan adalah sebagai berikut :
TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total penerimaan usaha kopi (Rp/bulan)
P = Harga gabah per kilogram (Rp.27.000)
Q = Jumlah gabah yang terjual (3000 kg/bulan)
TR = 27000 x 3000
TR = 81000000
Jadi, revenue yang diterima kelompok tani Talaga Hurip dalam sebulan
sebesar Rp.81.000.000.
4.2.4 Profitabilitas
π
Profitabilitas = x 100 %
TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp.61.524.444,5/bulan)
TC = Total biaya (Rp.19.475.555,5 /bulan)
61.524 .444,5
Profitabilitas = x 100 %
19.475.555,5
Profitabilitas = 315,9 %
Maka dapat diartikan, jika profitabilitas > 0 berarti agroindustri kopi yang
dijalankan kelompok tani Talaga Hurip menguntungkan.
TR
R/C Rasio =
TC
81.000.000
R/C Rasio =
19.475.555,5
R/C Rasio = 4,16
Dimana :
Jika R/C > 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan kelompok tani Talaga
Hurip sudah efisien.
III-23
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, M., Pujiharto, & Budiningsih, S. (2017). RANTAI NILAI BERAS IR64
DI KECAMATAN WANAREJA. 2.
Olvy South, J. S. (2017). Optimasi Rantai Pasok. EMBA, 511-519.
iii
Rantung, D. (n.d.). No Title, 2(3), 30–37.
Samadhi, A. (2012). Pendidikan dan Keilmuan Teknik Industri Masa Depan di
Indonesia.
Sihombing, D. T., Sumarauw, J., Sam, U., Manado, R., Data, R., Data, P., &
Presentation, D. (2015). THE ANALYSIS OF VALUE-ADDED SUPPLY
CHAIN OF RICE IN THE TATENGESAN VILLAGE, 3(2), 798–805.
Sulastri, L. (2016). Studi kelayakan bisnis untuk wirausaha.
Tritularsih, Y., & Sutopo, W. (2017). Peran Keilmuan Teknik Industri Dalam
Perkembangan Rantai Pasokan Menuju Era Industri 4 . 0, 8–9.
Yani, J. A., & Pos, T. (2015). DI SURAKARTA Liana Mangifera Universitas
Muhammadiyah Surakarta Abstract, 19, 24–33.
iv