Anda di halaman 1dari 44

SKRIPSI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN NILAI


TAMBAH PETANI KOPI GARUT
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akademik dalam Menyelesaikan
Pendidikan pada Jurusan S1 Teknik Industri

Oleh :
YUSUF MAULANA
(1503052)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2019
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN NILAI TAMBAH PETANI KOPI


GARUT

Disusun Oleh :
YUSUF MAULANA
1503052

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing


Pada tanggal : …………….

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Andri Ikhwana, M.T


NIDN.

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri

Yusuf Mauluddin, M.T


NIDN. 00 0404 7512
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................I-1

1.1. Latar Belakang....................................................................................I-1

1.2. Rumusan Masalah...............................................................................I-3

1.3. Tujuan Penelitian................................................................................I-3

1.4 Batasan Penelitian...............................................................................I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................II-1

2.1 Konsep Rantai Nilai...........................................................................II-1

2.2 Nilai Tambah.....................................................................................II-2

2.3 Purposive Sampling.........................II-Error! Bookmark not defined.

2.4 Snowball Sampling............................................................................II-2

2.5 Metode Hayami.................................................................................II-6

2.6 State Of The Art.................................................................................II-7

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................III-2

3.1 Jenis Rancangan Penelitian..............................................................III-2

3.2 Populasi, Sampel dan Partisipan......................................................III-4

3.3 Tempat Penelitian.............................................................................III-4

3.4 Instrumen Pengumpulan Data........III-Error! Bookmark not defined.

3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................III-5

3.6 Prosedur Analisis Penelitian...........III-Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
I-1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut Suprapto (1999) dalam (Hadi, 2014) pengertian nilai tambah


adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan,
pengangkutan, ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Penambahan nilai
terjadi karena input-antara telah mengalami suatu proses produksi yang
mentransformasikannya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi, baik
transformasi fisik, kimiawi maupun keduanya.. Menurut [CITATION Hid17 \l
1033 ] Konsep Value Chain Analysis (VCA) adalah bagaimana mengkoordinasikan
semua pihak yang terlibat dalam suatu rantai nilai dan membagi informasi secara
transparan di dalam rantai untuk memperoleh efsiensi proses aliran produk dan
keuntungan yang adil bagi setiap pelakunya. Nilai tambah (added value) itu sendiri
menggantikan pertambahan nilai suatu produk atau komoditas karena mengalami
proses pengolahan, pendistribusian ataupun penyimpanan dalam suatu produksi
menjadi lebih baik. Dengan adanya industri yang mengubah bentuk primer
menjadi produk baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya setelah melalui proses
pengolahan, maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya
biaya-biaya sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungannya
lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan. Menurut (Yoga,
dkk., 2016) Proses nilai tambah terbentuk apabila terdapat perubahan bentuk dari
produk aslinya, sehingga pembentukan nilai tambah ini penting dilakukan petani
guna meningkatkan pendapatannya.
Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbesar didunia. Hal ini
dilihat dari luas perkebunan kopi yang ada di Indonesia. Pada tahun 2015 luas
yang diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) seluas 1,183 juta hektar, kemudian
meningkat sekitar 1,34 persen pada tahun 2016 menjadi seluas 1,199 juta hektar.
Pada tahun 2017 luas lahan PR kopi meningkat menjadi 1,205 juta hektar. Sama
halnya dengan luas areal kopi, perkembangan produksi kopi untuk Perkebunan
Rakyat dari tahun 2015 sampai 2017 cenderung mengalami peningkatan setiap
tahun. Produksi pada tahun 2015 sekitar 602,37 ribu ton, pada tahun 2016 menjadi
I-2

632 ribu ton atau meningkat 4,92 persen. Pada tahun 2017 mencapai 636,7 ribu
ton atau meningkat 0,74 persen dibandingkan dengan tahun 2016. (Badan Pusat
Statistik, 2017).
Kabupaten Garut merupakan salah satu produsen kopi di Indonesia
khususnya di Provinsi Jawa Barat. Varietas yang beragam dan kualitas yang
terjamin menjadikan kopi Garut banyak diminati sehingga permintaan akan kopi
Garut melonjak. Meningkatnya permintaan terhadap kopi Garut menjadikan setiap
elemen dalam rantai pasok kopi Garut tersebut harus bekerja keras guna menjaga
nilai dan kualitas kopi Garut tersebut. Terbentuknya rantai pasok kopi Garut
menjadikan aliran distribusi kopi Garut lancar, sehingga dapat memenuhi
permintaan terhadap pasar. Rantai pasok kopi Garut awalnya berawal dari unit
pengolahan (petani), kemudian ke pengepul, dari pengepul ke pengolah kemudian
dari pengolah sampai ke konsumen.
Unit pengolahan merupakan sarana bagi petani untuk mengolah hasil kopi
yang dimiliki sehingga dapat membentuk nilai tambah. Salah satu unit pengolahan
dan pemasok kopi Garut berada di daerah Wanaraja, tepatnya di kawasan Talaga
Bodas. Unit pengolahan ini mengolah kopi dalam bentuk cherry menjadi bentuk
gabah. Proses pengolahan dari bentuk cherry sampai ke bentuk gabah berkisar
antar 3-5 hari. Dari 3 kg ceri setelah diolah kedalam bentuk gabah menjadi sekitar
1 kg gabah atau menyusut sekitar 67% dari berat ceri. Harga 1 kg cherry yaitu
sekitar Rp.7.000/kg, sedangkan harga gabah yaitu Rp.27.000/kg. Permintaan
gabah dari manufaktur biasanya memesan total 3-5 ton setiap bulannya kepada
kelompok tani, dengan musim panen kopi dalam 1 tahun yaitu 3 kali panen.
Manufaktur tersebut mengolah dari bentuk gabah sampai bubuk kopi. Harga jual /
500gr bubuk kopi berkisar antara Rp.200.000 - Rp.250.000. perbedaan antara
nilai tambah petani dengan manufaktur sangatlah berbeda yang nantinya
berpengaruh terhadap pendapatan petani dan juga manufaktur. Nilai tambah
petani masih belum bisa didapatkan secara optimal, nilai tambah yang dapat
dihasilkan petani bisa dari penanaman pohon kopi sampai kepada pengolahan
kopi tersebut.
Maka dari itu, penelitian mengenai nilai tambah ini sangat penting dalam
meningkatkan pendapatan petani agar petani kopi khususnya di Garut menjadi
I-3

lebih sejahtera. Dengan lahan perkebunan kopi yang ada, terkadang pengelolaan
lahan tidak optimal. Hal ini berdampak kepada kecilnya nilai tambah yang
didapatkan. Karena pada dasarnya, setiap argoindustri ingin mendapatkan
keuntungan yang maksimal dengan biaya produksi yang rendah, serta tingkat
efisiensi produksi yang efisien. Maka peneliti ingin menganalisis kelayakan usaha
dan nilai tambah yang bisa dihasilkan oleh petani agar nilai tambah yang didapat
petani menjadi optimal. Jadi, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
terdahulu yaitu penelitian ini tidak hanya menghitung seberapa besar nilai tambah
yang didapatkan, namun juga menganalisis efisiensi usaha yang didapatkan oleh
petani guna meningkatkan nilai tambah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka di dapat beberapa faktor yang harus di


teliti diantaranya adalah :
1. Apa saja indikator – indikator efisiensi kelayakan usaha yang
dihasilkan oleh petani dari perawatan pohon sampai penjualan gabah?
2. Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan oleh kelopmpok tani kopi di
Garut Timur pada saat pemanenan kopi sampai penjualan gabah?
3. Bagaimana efisiensi kelayakan usaha yang dihasilkan kelompok tani
kopi di Garut Timur pada saat pemanenan sampai penjualan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai


berikut :
1. Mengetahui indikator – indikator efisiensi kelayakan usaha yang
dihasilkan oleh petani dari perawatan pohon sampai penjualan gabah.
2. Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh petani kopi di Garut
Timur pada saat pemanenan kopi sampai penjualan gabah.
3. Menganalisis efisiensi kelayakan usaha yang dihasilkan kelompok tani
kopi di Garut pada saat pemanenan sampai penjualan.
I-4

1.4 Batasan Penelitian

Agar tidak terjadinya penyimpangan isi, maka peneliti membatasi


penelitian atau masalah yang akan dibahas. Adapun hal yang membatasi penulisan
Tugas Akhir ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan dengan studi empiris di Kabupaten Garut,
sehingga hanya berlaku di Kabupaten Garut.
2. Penelitian ini dilakukan pada petani kopi di kawasan Talaga Bodas.
3. Penelitian ini bersifat analisis dan menghasilkan usulan rekomendasi,
tidak melakukan implementasi terhadap hasil analisis yang telah
disusun.
4. Hasil penelitian yaitu mengevaluasi kelayakan usaha dari aspek
keuangan serta memunculkan besarnya nilai tambah yang didapatkan
oleh kelompok tani.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka penulis berharap


penelitian ini mempunyai manfaat untuk penulis, petani dan pendidikan. Adapun
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Manfaat untuk penulis dalam penelitian ini yaitu dapat menambah
wawasan dan pengalaman tentang cara mengoptimalisasikan lahan
dan menghitung nilai tambah yang dihasilkan oleh petani kopi.
2. Bagi Petani
Penelitian ini diharapkan bisa diaplikasikan dalam pengolahan kopi
untuk menambah nilai tambah yang didapatkan oleh petani kopi.
3. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran
serta menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat dan
sebagi bahan referensi tugas akhir bagi mahasiswa.

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
I-5

Bab ini berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan
Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan pengertian – pengertian dan metode – metode dari referensi
yang digunakan sebagai tinjauan untuk melakukan penelitian, disertai juga State
Of The Art sebagai bahan perbandingan penelitian yang dilakukan dengan
penelitian yang terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan jenis rancangan, tempat penelitian, instrumen pengumpulan
data, teknik pengumpulan data dan prosedur analisis.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data – data yang diperoleh berdasarkan studi lapangan dan studi
literatur kemudian diolah menggunakan metode yang digunakan.
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang analisis dan pembahasan dari data yang diolah pada bab
sebelumnya.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyimpulkan data yang telah dianalisis pada penelitian yang dilakukan,
dan memberi saran kepada penulis maupun kepada pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknik Industri

Dalam (Tritularsih & Sutopo, 2017), istilah Teknik Industri muncul,


menurut IIE (Institute of Industrial Engineering) diartikan bidang pekerjaan yang
mencakup perancangan, perbaikan, dan penginstalasian serta menangani masalah
manusianya yang terintegrasi dengan manusia, material, informasi, peralatan, dan
energi. Sehingga profesi Teknik industri banyak dihadapkan dengan permasalahan
yang komplek maka diperlukan kemampuan dasar kuat dalam bidang keilmuan
lain seperti matematika, fisika, sosial ekonomi serta informatika dengan
melakukan pemodelan, simulasi dan optimisasi untuk mencari pemecahan dari
permasalahan yang ada.
Dalam (Samadhi, 2012), disiplin teknik industri, seperti dilihat dari
namanya adalah termasuk dalam rumpun disiplin engineering yang mempunyai
kesamaan dengan disiplin engineering yang lain yaitu berkaitan dengan
perancangan (design), apa yang disebut sebagai sistem, komponen, dan proses
untuk memenuhi kehidupan masyarakat. Kesamaan disiplin teknik industri
dengan disiplin engineering yang lain, oleh ABET (Accreditation Board for
Engineering and Technology), ditandai dengan adanya hasil pendidikan (student
outcomes) yang bersifat generik untuk semua disiplin engineering yang meliputi
11 (sebelas) keluaran, yaitu:
a. an ability to apply knowledge of mathematics, science, and
engineering
b. an ability to design and conduct experiments, as well as to analyze
and interpret data
c. an ability to design a system, component, or process to meet desired
needs within realistic constraints such as economic, environmental,
social, political, ethical, health and safety, manufacturability, and
sustainability
d. an ability to function on multidisciplinary teams

II-1
e. an ability to identify, formulate, and solve engineering problems
f. an understanding of professional and ethical responsibility
g. an ability to communicate effectively
h. the broad education necessary to understand the impact of
engineering solutions in a global, economic, environmental, and
societal context
i. a recognition of the need for, and an ability to engage in life-long
learning
j. a knowledge of contemporary issues
k. an ability to use the techniques, skills, and modern engineering tools
necessary for engineering practice.
Badan akreditasi pendidikan engineering di Amerika menggunakan istilah
student outcomes untuk menunjukkan apa yang dihasilkan dari suatu program
pembelajaran, yang mencakup kurikulum serta keseluruhan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh suatu program studi. Jika dicermati maka ke sebelas hasil
pendidikan yang bersifat generik untuk semua program engineering tersebut
dalam pengertian sistem pendidikan di Indonesia disebut sebagai kompetensi
lulusan. Di dalamnya sudah termasuk hard competencies seperti pada outcomes a,
b, c dan e, k; serta soft competencies atau soft skills seperti pada outcomes d dan f
sampai j. Dengan mencermati kompetensi lulusan program pendidikan
engineering di tingkat sarjana seperti demikian maka sebetulnya mudah mengenali
apa disiplin teknik industri. Kunci kemampuan dalam disiplin ini adalah
kemampuan dalam melakukan perancangan yang harus dilengkapi dengan
kemampuan berpikir analitik. Program pendidikan teknik industri sudah
seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan ini. Untuk program pendidikan teknik
industri sendiri, ditambahkan outcomes yang spesifik untuk teknik industri yaitu:
a) to design, develop, implement, and improve integrated systems that
include people, materials, information, equipment and energy
b) to accomplish the integration of systems using appropriate analytical,
computational, and experimental practices
Hasil pembelajaran yang lebih spesifik untuk teknik industri ini pada
dasarnya adalah untuk menegaskan bahwa obyek yang dirancang disiplin ini

II-2
disebut sebagai sistem terintegrasi (integrated system) yang terdiri dari manusia,
material, informasi peralatan dan energi. Kemudian lebih dijelaskan lagi bahwa
integrasi sistem dilakukan menggunakan alat analitikal, komputasional dan
eksperimental menjadi kemampuan pokok yang menjadi ciri disiplin teknik
industri. Dengan kata lain, yang dirancang atau direkayasa dalam disiplin teknik
industri pada dasarnya adalah pengintegrasian komponen dari sistem (manusia
ditambah dengan material, informasi, peralatan dan energi) sedemikian sehingga
dapat menghasilkan performansi yang diinginkan. Performansi yang dimaksudkan
adalah efisiensi dan produktivitas dari sistem yang dirancang tersebut. Lebih jauh
lagi dapat dilihat bahwa obyek rancangan disiplin teknik industri bukan berupa
produk atau barang yang kongkrit, tetapi berupa sistem dengan proses-prosesnya
yang tidak terlihat nyata.
Keunikan dari disiplin teknik industri, dibandingkan dengan disiplin
engineering yang lain adalah adanya unsur manusia di dalam sistem yang
dirancang, dimana manusia tersebut bukan sekedar pengguna (user) tetapi juga
yang berperan penting dalam mengoperasikan sistem itu sendiri, sehingga sistem
dapat mencapai performansi yang diinginkan. Manusia menjadi bagian utama
yang hidup pada sistem terintegrasi tersebut. Dengan sifat ini maka dapat
dikatakan disiplin teknik industri adalah disiplin engineering yang paling
berorientasi manusia di antara disiplin engineering yang lain.
Jika diingat kembali pada era Scientific Management, pada saat awal
perkembangan disiplin teknik industri, persoalan praktek yang dihadapi adalah
bagaimana membuat rencana kerja produksi yang baik. Dikembangkan cara-cara
menemukan metode kerja baku yang bisa dijadikan acuan untuk membuat
rencana. Sistem terintegrasi yang dimaksudkan berupa orang dan alat kerja,
sebagaimana yang dilakukan oleh Taylor dalam menentukan ukuran shovel yang
dapat memberikan hasil pemindahan biji besi maksimal pada kegiatan peleburan
baja. Perfomansi efisiensi ditujukan pada efisiensi orang bekerja dan jika
dilakukan pada setiap operasi yang ada pada suatu pabrik maka hasil efisiensi
keseluruhan itu akan memberikan efisiensi pada pabrik. Manusia pada saat itu
boleh dikatakan dilihat sebagai bagian yang sama dengan komponen sistem yang
lain yaitu material dan peralatan. Pada perkembangan selanjutnya, mulai disadari

II-3
bahwa di dalam pabrik, manusia-manusia atau operator ini berinteraksi satu
dengan yang lain. Mereka membentuk kelompok dan percobaan Hawthorne
akhirnya menguatkan fakta bahwa persoalan perbaikan efisiensi dan produktivitas
tidak hanya sekedar metode kerja tetapi juga terkait dengan dengan sifat dan
perilaku manusia sebagai mahluk sosial. Pada saat ini kesadaran bahwa manusia
tidak sama dengan komponen sistem terintegrasi yang lain semakin kuat. Manusia
harus ditempatkan pada posisi yang berbeda dengan komponen yang lain. Dengan
demikian, sistem terintegrasi yang dimaksud tidak hanya manusia dengan alat
kerja, tetapi manusia dalam kelompok yang terorganisir dengan komponen-
komponen lainnya, yaitu material dan peralatan.
Usaha untuk mencari efisiensi dan produktivitas yang lebih baik masih terus
berlanjut dengan perkembangan praktek baru. Industri berada dalam situasi yang
semakin kompetitif dan sumber daya tidak tersedia berlimpah lagi. Efisiensi dan
produktivitas tinggi mulai disadari harus dilakukan tidak hanya dengan
mempertimbangkan manusia sebagai mahluk sosial saja tetapi juga pemanfaatan
sumber daya yang lain juga harus dipertimbangkan secara bersamaan. Metode-
metode untuk melakukan optimisasi menggunakan teknik-teknik matematika dan
statistika seperti operations research dan simulasi mulai dikenalkan. Sistem
terintegrasi menjadi semakin rumit dengan tetap memandang manusia sebagai
unsur utama dalam sistem tersebut.
Sebagai akhir dari periode perkembangan ini adalah penggunaan pendekatan
sistem dalam melakukan baik perancangan maupun perbaikan sistem terintegrasi
dan komponen sistem terintegrasi menjadi seperti apa yang dikenal pada definisi
teknik industri saat ini. Pada saat ini juga mulai muncul ukuran performansi baru
yaitu kualitas yang menunjukkan terjadinya pergeseran bahwa pasar atau
konsumen menjadi inisiator proses, bukan lagi produsen.
Perkembangan selanjutnya, sesuai dengan semakin ketatnya persaingan
serta sumber daya yang juga semakin langka membuat efisiensi, produktivitas
serta kualitas yang tinggi tidak bisa lagi ditingkatkan hanya dengan meninjau
pabrik dan perusahaan itu sendiri. Kelancaran pasokan dari pemasok serta
efisiensi dalam pendistribusian hasil sampai ke pasar adalah ruang yang harus
ditelusuri untuk meningkatkan performansi perusahaan. Sistem terintegrasi

II-4
menjadi lebih luas menjadi apa yang disebut sebagai supply chain yang
didalamnya meliputi rantai nilai dan nilai tambah.

2.2. Konsep Rantai Nilai

Dalam (Yani & Pos, 2015), menurut Porter ( 1985 ) , konsep rantai nilai
menyediakan suatu kerangka yang sesuai untuk menjelaskan bagaimana suatu
kesatuan organisasi dapat mengelola pertimbangan yang substansial dalam
mengalokasikan sumber dayanya, menciptakan pembedaan dan secara efektif
mengatur biaya-biayanya. Porter selanjutnya mengajukan suatu model rantai nilai
sebagai alat untuk mengidentifikasi cara-cara menghasilkan nilai tambah bagi
konsumen, yang mana ada model ini ditampilkan keseluruhan nilai yang terdiri
dari aktifitas- aktifitas nilai dan keuntungan (margin), aktifitas nilai dibagi
menjadi lima aktifitas utama (primary activities) dan empat aktifitas pendukung
(support activities). Aktifitas utama digambarkan secara berurutan yaitu
membawa bahan baku ke dalam bisnis (inbound logistic), diubah menjadi barang
jadi (operation), mengirim barang yang sudah jadi (outbound logistic), menjual
barang tersebut (marketing and sales) dan memberikan layanan purna jual
(service).Lebih jelasnya kegiatan Rantai nilai ( Value Chain) dapat di gambarkan
sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Rantai Nilai

II-5
II-2

2.3. Nilai Tambah

Dalam (Yani & Pos, 2015), menurut Tarigan (2004) Nilai tambah suatu
produk merupakan hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya antara
yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong. Nilai tambah adalah nilai
yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam
proses produksi sebagai biaya antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan
balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Menurut
Makki et al( 2001), apabila komponen biaya antara yang digunakan nilainya
semakin besar, maka nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. Begitu
pula sebaliknya, jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk
akan semakin besar.

2.4. Snowball Sampling

Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk mengidentifikasi,


memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang
menerus. Peneliti menyajikan suatu jaringan melalui gambar sociogram berupa
gambar lingkaran-lingkaran yang dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-garis.
Setiap lingkaran mewakili satu responden atau kasus, dan garis-garis
menunjukkan hubungan antar responden atau antar kasus (Neuman, 2003).
Pendapat lain mengatakan bahwa teknik sampling snowball (bola salju) adalah
metoda sampling di mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu
responden ke responden yang lainnya, biasanya metoda ini digunakan untuk
menjelaskan pola-pola sosial atau komunikasi (sosiometrik) suatu komunitas
tertentu (Gambar 2.2).
II-3

Gambar 2.2 Bagan Teknik Sampling Snowball


Pada pelaksanaannya, teknik sampling snowball adalah suatu teknik yang
multitahapan, didasarkan pada analogi bola salju, yang dimulai dengan bola salju
yang kecil kemudian membesar secara bertahap karena ada penambahan salju
ketika digulingkan dalam hamparan salju. Ini dimulai dengan beberapa orang atau
kasus, kemudian meluas berdasarkan hubungan-hubungan terhadap responden.
Responden sebagai sampel yang mewakili populasi, kadang tidak mudah
didapatkan langsung di lapangan. Untuk dapat menemukan sampel yang sulit
diakses, atau untuk memperoleh informasi dari responden mengenai permasalahan
yang spesifik atau tidak jelas terlihat di dunia nyata, maka teknik sampling
snowball merupakan salah satu cara yang dapat diandalkan dan sangat bermanfaat
dalam menemukan responden yang dimaksud sebagai sasaran penelitian melalui
keterkaitan hubungan dalam suatu jaringan, sehingga tercapai jumlah sampel yang
dibutuhkan. Dalam sampling snowball, identifikasi awal dimulai dari seseorang
atau kasus yang masuk dalam kriteria penelitian. Kemudian berdasarkan
hubungan keterkaitan langsung maupun tidak langsung dalam suatu jaringan,
dapat ditemukan responden berikutnya atau unit sampel berikutnya. Demikian
seterusnya proses sampling ini berjalan sampai didapatkan informasi yang cukup
dan jumlah sampel yang memadai dan akurat untuk dapat dianalisis guna menarik
kesimpulan penelitian. (Nurdiani, 2014)

2.5 Efisiensi Usaha

Pengertian efisiesi dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu efisiensi


teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi (Soekartawi,
2001). Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisiensi secara teknis
(efisiensi teknis) jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang
maksimum. Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif, bila nilai dari produk
marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan dikatakan
efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis
sekaligus (Miftachuddin, 2014).
II-4

2.6.1 Biaya (Cost)


Dalam (Rantung, n.d.), Kautsar (2013:20) mendifinisikan biaya adalah
suatu nilai tukar, pengelauran-pengeluaran yang dilakukan untuk menjamin
perolehan manfaat. Widilestariningtyas (2012:25) menyatakan biaya adalah
nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat lebih
baik. Dalam teknik industri biaya terdiri dari biaya variabel, dan biaya tetap.
Biaya variabel contohnya terdiri dari biaya pembelian pupuk, transportasi.
Sedangkan biaya tetap contohnya terdiri dari upah tenaga kerja, penyusutan
peralatan, bangunan atau lahan tempat penanaman dan produksi.
Biaya total (TC) merupakan penjumlahan dari biaya variabel total
(TVC) dan biaya tetap total (TFC). Maka diperoleh rumus sebagai berikut :

TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Biaya total (total cost)
TVC = Biaya variabel total (total variable cost)
TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)

Biaya penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

HP−NS
Penyusutan = n
Keterangan :
HP = Harga perolehan (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Taksiran hasil produksi (unit)

2.6.2 Penerimaan (Revenue)


Penerimaan total suatu usaha yang didapatkan oleh petani kopi dapat
dihitung dari hasil perkalian antara jumlah produk kopi yang terjual dengan
harga kopi tersebut. Maka diperoleh rumus sebagai berikut :
II-5

TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total penerimaan usaha kopi (Rp/bulan)
P = Harga kopi per kilogram (Rp)
Q = Jumlah kopi yang terjual (kg/bulan)

2.6.3 Keuntungan (Profit)


Keuntungan usaha petani kopi merupakan hasil penerimaan (revenue)
dikurangi dengan total biaya produksi. Maka, didapatkan rumus sebagai
berikut :
π = TR - TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TR = Total penerimaan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)

2.6.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah perbandingan antara profit dari penjualan kopi
dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase. Maka didapatkan
rumus sebagai berikut :
π
Profitabilitas = x 100 %
TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)
Kriteria yang digunakan dalam penilaian profitabilitas yaitu :
a. Profitabilitas > 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan
menguntungkan.
b. Profitabilitas = 0 berarti agroindustri kopi yang dikalankan Break Even
Point (BEP) atau jumlah pengeluaran dan pendapatan sama.
c. Profitabilitas < 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak
menguntungkan.
II-6

2.6.5 Analisis Efisiensi Usaha


Perhitungan efisiensi usaha yang digunakan yaitu metode Revenue
Cost Ratio (R/C Ratio). Metode ini adalah perbandingan antara penerimaan
dengan biaya. Maka didapat rumus sebagai berikut :

TR
R/C Rasio =
TC
Dimana :
a. Jika R/C > 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan sudah efisien
b. Jika R/C < 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak efisien
c. Jika R/C = 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan impas

2.6 Metode Hayami

Metode Hayami adalah metode yang dihitung dengan cara manual untuk
mengetahui seberapa besar nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, dan keuntungan
yang diperoleh. Analisis metode Hayami juga memberikan informasi mengenai
margin, yang terdiri dari margin pendapatan tenaga kerja, margin sumbangan
input lain dan margin keuntungan pengusahan (Rahmatia, 2018). Hal ini dapat
dinyatakan dalam tabel sebagai berikut :
II-7

Tabel 2.1 Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)

2.7 State Of The Art

Tabel 2.2 SOTA


No
Judul Penelitian Lingkup Penelitian
.
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Data yang didapat
dianalisis menggunakan langkah
ANALISIS NILAI TAMBAH
yang disebut triangulasi, yaitu:
RANTAI PASOKAN BERAS DI
Reduksi Data, Penyajian Data, dan
1. DESA TATENGESAN
Verifikasi, kemudian diolah
KECAMATAN PUSOMAEN
menggunakan perhitungan nilai
KABUPATEN MINAHASA
tambah serta menggambar jaringan
TENGGARA
rantai pasokan beras. (Sihombing et
al., 2015)
2. ANALISIS NILAI TAMBAH Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan nilai tambah
AGROINDUSTRI SALE PISANG agroindustri sale pisang berdasarkan
DI KABUPATEN KEBUMEN ukuran pisang raja siam yang
digunakan, metode membuat kerekel
sale, asal kerekel sale yang
digunakan, pengusahanya, dan
mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi sale
II-8

pisang. Metode dasar penelitian


menggunakan metode deskriptif analitis.
Sampel kabupaten dan kecamatan
ditentukan menggunakan metode
purposive sampling, pengumpulan
data menggunakan metode sensus.
Analisis data untuk menghitung nilai
tambah agroindustri menggunakan
metode Hayami dan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap produksi menggunakan
metode analisis regresi OLS.
(Hasanah, Pertanian, & Gadjah, 2015)

Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui bagaimana proses
pembuatan kerupuk udang dan untuk
menganalisis besarnya nilai tambah
ANALISIS NILAI TAMBAH yang dihasilkan dari kerupuk udang
PRODUK KERUPUK UDANG pada industri rumahan di Desa
Muara Pantuan Kabupaten Kutai
PADA INDUSTRI RUMAHAN Kartanegara. Nilai tambah menjadi
3.
DI DESA MUARA PANTUAN sangat penting dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat. Salah satu
KABUPATEN KUTAI cara untuk meningkatkan nilai
KARTANEGARA tambah adalah melalui proses
pengolahan bahan baku menjadi
barang baru. Penelitian ini dilakukan
dengan metode penelitian deskriptif
kuantitatif (Rahmatia, 2018)
Penelitian ini bertujuan untuk
merancang rantai nilai komoditas
kopi serta nilai tambah terhadap
pengolahan kopi di kabupaten Garut.
ANALISIS RANTAI NILAI
Model yang digunakan dalam
4 DISTRIBUSI KOPI DI penelitian tugas akhir ini adalah
model rantai nilai (Value chain) yang
KABUPATEN GARUT
digunakan untuk merancang rantai
nilai distribusi kopi serta nilai
tambah yang ada pada rantai nilai
tersebut. (Fauziah & Ihwana, 2015)
Penelitian ini bertujuan untuk
ANALISIS NILAI TAMBAH menghitung seberapa besar efisiensi
5. nilai tambah yang didapatkan oleh
PETANI KOPI GARUT petani kopi menggunakan metode
hayami.
III-2

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alur Penelitian

Adapun prosedur alur penelitian untuk memecahkan masalah yang dihadapi


adalah sebagai berikut :

START

IDENTIFIKASI
MASALAH

STUDI PUSTAKA

PENGUMPULAN DATA

PENGOLAHAN DATA

ANALISA DAN
PEMBAHASAN DATA

KESIMPULAN DAN
SARAN

FINISH

3.1 Diagram Alur Penelitian


III-3

a) Identifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah yang ada pada agroindustri kopi di daerah
perkebunan Talaga Bodas. Kelompok tani ingin mengetahui kelayakan
usaha yang ingin dijalankan dan seberapa besar nilai tambah yang mereka
peroleh.
b) Studi Pustaka
Menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
menjadi objek penelitian yang bersumber dari buku, karya ilmiah, tesis,
jurnal dll. Kemudian keluarlah kerangka pemikiran dari penelitian ini.
c) Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui proses wawancara dan observasi langsung
terhadap objek penelitian. Data tersebut berupa kebutuhan data untuk
kelayakan usaha dan perhitungan nilai tambah seperti biaya, penerimaan,
keuntungan, profitabilitas dll.
d) Pengolahan Data
Data yang telah dihimpun dari proses wawancara dan observasi kemudian di
proses atau diolah dengan metode-metode yang telah ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
e) Analisa dan Pembahasan
Hasil dari pengolahan data kemudian di analisis mulai dari tingkat
kelayakan usaha sampai analisis seberapa besar nilai tambah yang
didapatkan kelompok tani tersebut.
f) Kesimpulan dan Saran
Menyimpulkan hasil pengolahan data yang telah dianalisis sesuai tujuan
yang ingin dicapai. Kemudian masukan saran untuk pembaca atau peneliti
yang akan melanjutkan penelitian ini,
III-4

3.2. Kerangka Pemikiran

KONTEKS INPUT PROCESS OUTPUT

-R/C Ratio Tingkat


Biaya -NPV Efesiensi Usaha
Produksi -IRR Kelayakan
Usaha
-BEP
Argoisndustri Efesiensi Usaha Analisis
Kopi Agroindustri Kelayakan dan
(Kelompok Kopi Berbasis Analisis Nilai Kesimpulan
Tani) Kelompok Tambah

Besarnya
Nilai
-Biaya Hayami Nilai
Tambah
-Revenue Tambah
-Keuntungan
-Profitabilitas
-Indikator Nilai
Tambah

Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran

3.3. Tempat Penelitian

Tempat penelitan bertempat di Kabupaten Garut, khususnya perkebunan


kopi di daerah Garut Timur (Talaga Bodas). Objek penelitian ini adalah kelompok
tani kopi di perkebunan Talaga Bodas.

3.4. Populasi, Sampel dan Partisipan

Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif, maka penelitian ini akan
menggunakan sampel teoritis dan praktis yang di ambil dari seluruh rantai
pengolahan kopi Garut Timur mulai dari penanaman sampai penjualan. Pada
penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu yang dapat berupa
petani, manufaktur, hingga konsumen kemudian melakukan observasi dan
wawancara kepada orang-orang yang dipandang mengetahui tentang situasi sosial
tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan
secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil
penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel
tidak diambil secara random.

3.5. Variabel Penelitian

Dalam (Mujiningsih, 2013), menurut (Sugiyono, 2009:38) Variabel


penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
III-5

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,


kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel penelitian yaitu sesuatu yang menjadi objek penelitian atau sesuatu
yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Adapun variabel dalam penelitian
ini adalah :
1. Modal
Modal yaitu biaya yang digunakan untuk membiayai semua proses produksi
dan operasional perusahaan. Indikatornya yaitu modal awal. Modal awal ini
nantinya digunakan untuk menghitung kelayakan usaha menggunakan
metode Net Present Value (NPV).
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yaitu orang-orang yang dibayar dan dipekerjakan oleh
perusahaan untuk melakukan seluruh aktivitas dalam proses produksi untuk
mengubah bahan baku menjadi barang atau jasa demi memenuhi kebutuhan
konsumen. Variabel tersebut meliputi jumlah tenaga kerja yang ada pada
agroindustri kopi.
3. Bahan Baku
Bahan baku yaitu bahan yang menjadi dasar pembuatan produk dan dapat
diolah melalui proses tertentu agar bahan tersebut berubah wujud menjadi
produk yang bernilai dan memiliki nilai tambah untuk perusahaan. Indikator
: jenis bahan baku.
4. Teknologi
Teknologi yaitu alat atau mesin yang digunakan untuk menolong manusia
dalam menyelesaikan masalah. Teknologi dalam penelitian ini yaitu mesin/
alat yang digunakan dalam proses produksi kopi, dari cerri sampai gabah.
Indikator : teknologi yang digunakan.
5. Produksi
Menurut (Mujiningsih, 2013), produksi adalah kegiatan yang menciptakan,
mengolah, mengupayakan pelayanan, menghasilkan barang dan jasa atau
usaha untuk meningkatkan suatu benda agar menjadi lebih berguna bagi
kebutuhan manusia. Indikator; Jenis produksi, jumlah produksi dan lama
proses produksi.
III-6

6. Kelayakan Finansial
Kelayakan finansial disini yaitu indikator yang digunakan yang menunjukan
bahwa agroindustry kopi di wilayah Garut Timur (Talaga Bodas)
pelaksanaanya sudah layak atau belum jika dilihat dari manfaat dan biaya
menggunakan metode Revenue Cost Ratio (R/C Ratio), Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C
Ratio). Komponen dari agroindustri kopi di perkebunan kopi Talaga Bodas
terdiri dari biaya investasi dan modal. Biaya investasi terdiri dari biaya
pengadaan peralatan produksi, sedangkan modal terdiri dari biaya
operasional produksi (biaya variabel) dan biaya overhead. Biaya variabel
terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku, sedangkan biaya
overhead yaitu biaya transportasi.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara),


kuesioner (angket) observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya (Sugiyono,
2014:224). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara
langsung terhadap responden, observasi dan dokumentasi. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling.
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut misalnya orang tersebut dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan. Snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-
lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang
sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap maka mencari
orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

3.7. Metode Operasional Penelitian

Penelitian ini menggunakan bersifat analisis kualitatif dan kuantitatif.


Analisis kualitatif dapat berupa gambaran kondisi yang terjadi pada tempat
maupun proses yang menjadi objek penelitian. Sedangkan analisis kuantitatif
merupakan perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini. Analisis kuantitatif
III-7

berupa perhitungan untuk menganalisis biaya, penerimaan, keuntungan,


profitabilitas, efisiensi usaha dan nilai tambah.

4.5.1 Biaya (Cost)


Biaya pada penelitian kali ini yaitu terdiri dari biaya variabel, dan
biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pembelian pupuk, transportasi.
Sedangkan biaya tetap terdiri dari upah tenaga kerja, penyusutan peralatan.
Biaya total (TC) merupakan penjumlahan dari biaya variabel total
(TVC) dan biaya tetap total (TFC). Maka diperoleh rumus sebagai berikut :

TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Biaya total (total cost)
TVC = Biaya variabel total (total variable cost)
TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)

Biaya penyusutan peralatan dapat dihitung dengan rumus metode garis lurus
sebagai berikut :

(HM −NS)
Penyusutan = n
Keterangan :
HM = Harga mesin/aset (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Masa umur mesin (tahun)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)

4.5.2 Penerimaan (Revenue)


Penerimaan total suatu usaha yang didapatkan oleh petani kopi dapat
dihitung dari hasil perkalian antara jumlah produk kopi yang terjual dengan
harga kopi tersebut. Maka diperoleh rumus sebagai berikut :
III-8

TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total penerimaan usaha kopi (Rp/bulan)
P = Harga gabah per kilogram (Rp)
Q = Jumlah gabah yang terjual (kg/bulan)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
4.5.3 Keuntungan (Profit)
Keuntungan usaha petani kopi merupakan hasil penerimaan (revenue)
dikurangi dengan total biaya produksi. Maka, didapatkan rumus sebagai
berikut :
π = TR - TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TR = Total penerimaan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)

4.5.4 Profitabilitas
Profitabilitas adalah perbandingan antara profit dari penjualan kopi
dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase. Maka didapatkan
rumus sebagai berikut :
π
Profitabilitas = x 100 %
TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TC = Total biaya (Rp/bulan)
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)

Kriteria yang digunakan dalam penilaian profitabilitas yaitu :


a. Profitabilitas > 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan
menguntungkan.
III-9

b. Profitabilitas = 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan jumlah


pengeluaran dan pendapatan sama.
c. Profitabilitas < 0 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak
menguntungkan.

4.5.5 Analisis Efisiensi dan Kelayakan Usaha


Perhitungan efisiensi usaha yang digunakan yaitu metode Revenue
Cost Ratio (R/C Ratio), Net Present Value, Internal Rate of Return. Berikut
adalah rumus dari metode efisensi dan kelayakan usaha tersebut:
1. R/C Ratio
Metode ini adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya. Maka
didapat rumus sebagai berikut :

TR
R/C Rasio =
TC
Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)
Dimana :
a. Jika R/C > 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan sudah efisien
b. Jika R/C < 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan tidak efisien
c. Jika R/C = 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan impas.

2. Net Present Value


NPV adalah kriteria investasi untuk mengukur apakah suatu usaha
tersebut feasible atau tidak. Berikut adalah rumus dari NPV :

NPV = P
¿¿
n
Pt
NPV = ∑ ¿ ¿ ¿
1

Dimana :
Pt = Net cashflow (Proceeds) pada tahun ke-1
i = Tingkat diskonto
n = Lama waktu atau periode perlangsungan investasi
IO = Nilai investasi (Initial Outlays)
Sumber : (Mujiningsih, 2013)
III-10

3. Internal Rate of Return


Menurut (Mujiningsih, 2013), IRR yaitu tingkat diskonto (discount
rate) yang menjadikan sama antara present value dari penerimaan dan
present value dari nilai atau investasi discount rate/tingkat diskon yang
menunjukan net present value atau sama besarnya dengan nol. Berikut
adalah rumus dari Internal Rate of Return :

IR 2−IR1
IRR = IR 1−NPV 1
NPV 1 −NPV 2
Dimana :
IRR = Internal Rate of Return yang akan dicari
IR 1 = Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke -1
IR 2 = Internal Rate (tingkat bunga) untuk penetapan ke -2
NPV 1 = Net Present Value dari hasil IR
NPV 2 = Net Present Value dari hasil IR
Sumber : (Mujiningsih, 2013)
4. Break Even Point (BEP)
Menurut (Bambang Riyanto, 1995) dalam (Pradita Marhaeni, 2011)
Break Even Point yaitu volume penjualan di mana penghasilannya (revenue)
tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak
mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian. Rumus untuk
menghitung BEP adalah sebagai berikut :
a) Atas dasar Rupiah
FC
BEP (Rp) = VC
1−
S
b) Atas dasar unit
BEP = TR – TC
TR – TC =0
(Unit Price x Q) – TC =0
(Unit Price x Q) – (VC + FC) =0
(Unit Price x Q) – (Q x Unit VC + FC) =0
(Unit Price x Q) – (Q x Unit VC) – FC =0
III-11

Q x (Unit Price – Unit VC) = FC


FC
Q=
(Unit Price x Unit VC )
Sehingga, didapatkan rumus sebagai berikut :
FC
BEP (Q) =
P−VC
Keterangan :
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel per unit
P = Harga jual per unit
S = Penjualan
BEP (Rp) = Jumlah produk yang dihasilkan impas dalam
Rupiah
BEP (Q) = Jumlah produk yang dihasilkan impas dalam unit
Sumber : (Pradita Marhaeni, 2011)

4.5.6 Analisis Nilai Tambah


Analisis nilai tambah produk agroindustri kopi menggunakan metode
Hayami. Dalam metode Hayami ada dua cara untuk menghitung nilai tambah
yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.
Penelitian analisis nilai tambah agroindustri kopi untuk menghitung nilai
tambah pada pengolahan kopi. Prosedur perhitungan nilai tambah menurut
metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 3.1
III-12

Tabel 3.1 Metode Hayami

Sumber : (Arif Budiman, Jum’atri Yusri, 2012)


Metode Hayami memiliki 3 variabel utama yaitu :
A. Output, Input dan Harga
Variabel pertama ini terdiri dari :
(1) output (kg);
(2) input (kg);
(3) tenaga kerja (HOK);
output
(4) faktor konversi yaitu hasil perhitungan dari ;
input
(5) koefisien tenaga kerja (HOK/kg) yaitu hasil perhitungan dari

tenaga kerja
;
input
(6) Harga output (Rp);
(7) Upah tenaga kerja (Rp/HOK).
B. Penerimaan dan Keuntungan
Variabel kedua terdiri dari :
(8) harga bahan baku (Rp/kg);
III-13

(9) sumbangan input lain (Rp/kg);


(10) nilai output (Rp/kg) yaitu hasil perhitungan dari faktor konversi x
harga output;
(11a) nilai tambah (Rp/kg) yaitu hasil perhitungan dari nilai output –
sumbangan input lain – harga bahan baku;
nilai tambah
(11b) rasio nilai tambah (%) yaitu hasil perhitungan dari x
nilai output
100% ;
(12a) pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) yaitu hasil perhitungan dari
koefisien tenaga kerja x upah tenaga kerja;
(12b) pangsa tenaga kerja yaitu hasil perhitungan dari

pendapatan tenaga kerja


x 100% ;
nilai tambah
(13a) keuntungan (Rp/kg) yaitu hasil perhitungan dari nilai tambah –
pendapatan tenaga kerja ;
(13b) tingkat keuntungan (%) yaitu hasil perhitungan dari

keuntungan
x 100%
nilai tambah
C. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Variabel ketiga terdiri dari :
(14) marjin (Rp/kg) yaitu hasil perhitungan dari nilai output – harga
bahan baku;
(14a) pendapatan tenaga kerja yaitu hasil perhitungan dari

pendapatan tenaga kerja


x 100% ;
marjin
(14b) sumbangan input lain yaitu hasil perhitungan dari

sumbangan input lain


x 100% ;
marjin
keuntungan
(14c) keuntungan pengusaha yaitu hasil perhitungan dari x
marjin
100%.
III-14

3.8 Analisis Batasan Penelitian

Aspek kelayakan bisnis terbagi dalam 7 aspek yaitu aspek hukum,


lingkungan, pasar dan pemasaran, teknologi, manajemen sumber daya manusia,
kuangan dan sosial politik serta ekonomi (SOSPOLEK) (Sulastri, 2016). Pada
penelitian ini hanya membahas dari aspek keuangan untuk mengoptimalkan nilai
tambah yang didapatkan kelompok tani, dilihat dari perbedaan nilai tambah yang
didapatkan oleh manufaktur dan kelompok tani, mulai dari menghitung
profitabilitas, menghitung berapa lama modal yang diinvestasikan kembali sampai
mengevaluasi investasi tersebut layak atau tidak dari usaha kelompok tani.
III-15

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara


terhadap petani kopi di daerah Talaga Bodas. Responden yang menjadi objek
wawancara yaitu beberapa petani dan ketua kelompok tani kopi tersebut.
Pengumpulan data mencakup seluruh informasi, kegiatan dan pengeluaran mulai
dari proses perawatan pohon kopi sampai proses penjualan gabah kopi.

4.1.1 Gambaran Umum Perkebunan dan Kelompok Tani Talaga Hurip

Perkebunan kopi Talaga Bodas memiliki luas sekitar 40 hektar milik


Perhutani dengan hak guna pakai diberikan kepada beberapa kelompok tani.
Salah satu unit pengolahan kopi yaitu kelompok tani Talaga Hurip yang
dipimpin oleh Bapak Ubad memiliki sekitar 10.000 pohon kopi siap yang
sudah berbuah dengan jarak tanam 5m setiap pohonnya. Jumlah petani pada
kelompok tani/ unit pengolahan yang dipimpin oleh Bapak Ubad sebanyak 6
orang yang bekerja sebagai perawat pohon dan pemetik buah.
Perawatan pohon terdiri dari pemupukan, penyiraman pestisida hingga
pemetikan ranting yang tidak diperlukan. Pemupukan pohon dilakukan
kelompok tani Talaga Hurip sebanyak 2 kali dalam 1 tahun. Perkiraan
kebutuhan pupuk perhektar yaitu 200kg. Pupuk yang dipakai yaitu
campuran dari pupuk Phonska, UREA, ZA hingga kulit kopi. Kelompok
tani ini memupuk 10.000 pohon atau seluas kurang lebih 25 hektar lahan.
Jadi kombinasi pupuk yang diperlukan sebanyak 5 ton pupuk dengan
perbandingan 3 : 1 : 1 (UREA : Phonska : ZA) dan sisanya kulit kopi.
Sedangkan untuk pestisida membutuhkan kurang lebih 5 liter cairan
pestisida untuk 10.000 pohon.
Selain untuk tambahan pupuk, kulit kopi juga terkadang ada yang
membeli untuk kebutuhan pembuatan teh. Biasanya kulit kopi dijual dengan
III-16

harga rata-rata Rp.1.500/kg, namun dalam sebulan biasanya kulit kopi


terjual sebanyak 10 kg.

Kelompok tani Talaga Hurip dapat memanen 30 ton ceri dalam 1 kali
musim panen atau sekitar 10 ton gabah dalam 4 bulan atau 2.5 ton gabah
setiap bulannya dengan jumlah hari kerja anggota kelompok masing-masing
selama 30 hari. Setiap pohon dapat menghasilkan 5-10 kg ceri dengan jarak
panen 10-15 hari. Setiap anggota kelompok dapat menghasilkan sekitar 35
kg ceri atau sekitar 12 kg gabah setiap kali pemetikan selama kurun waktu 8
jam.
Kegiatan pengolahan untuk biji kopi (ceri) yang sudah dipanen hingga
menjadi gabah kering melewati proses pelepasan kulit kopi menggunakan
mesin pulper dengan kapasitas produksi mesin pulper sebanyak 250 kg/jam
menjadi gabah basah kemudian di jemur 1-2 hari lalu digiling lagi
menggunakan mesin huller dengan kapasitas produksi mesin huller
sebanyak 260 kg dengan umur kedua mesin selama 10 tahun. Kemudian ceri
yang telah terpisah dari kulitnya (gabah) dijemur 2-3 hari pada alat
penjemuran beberapa hari untuk menghilangkan kadar airnya yang
kemudian siap di jual kepada manufaktur yang nantinya di proses hingga
menjadi bubuk kopi. Pemesanan kopi dalam bentuk gabah dari manufaktur
kepada petani dalam sebulan rata-rata sebanyak 3 ton gabah. Untuk
memenuhi permintaan gabah yang kurang, biasanya kelompok tani Talaga
Hurip mempekerjakan 3 orang masyarakat dengan upah Rp.35.000 per hari.
Rata-rata pekerja diluar anggota kelompok tani menghasilkan 25-30 kg ceri
per harinya.

4.1.2 Data untuk Efisiensi Usaha

Data efisiensi usaha pada penelitian ini terdiri dari biaya, penerimaan,
keuntungan dan profitabilitas. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
maka terkumpul data untuk menganalisis efisiensi usaha pada Tabel 4.1.
III-17

Tabel 4.1 Data Efisiensi Usaha


Jenis Nilai Satuan
UREA 250000 /50kg
Harga Pupuk ZA 160000 /50kg
Phonska 500000 /50kg
Variabel
Harga Pestisida 80000 /liter
Transportasi (Bensin) 36000 /hari
Biaya
Upah Tenaga Kerja diluar
35000 /hari
Kelompok Tani
Upah Tenaga Kerja 45000 /hari
Harga Mesin Pulper 13300000 /unit
Tetap
Harga Mesin Huller 17500000 /unit
Alat Penjemur Gabah (5mx5m) 800000 /unit
Harga Gabah 27000 /kg
Jumlah Gabah Terjual 166,67 kg/hari

4.1.3 Data untuk Nilai Tambah

Data nilai tambah pada penelitian ini terdiri dari produksi/hari (input),
penjualan/hari (output), hari kerja/bulan, harga output gabah, harga bahan
baku (ceri), sumbangan input lain seperti penjualan kulit kopi. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, didapatkan data untuk menganalisis nilai
tambah pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Data untuk Nilai Tambah


Jenis Nilai Satuan
Input (Gabah) 210 (147) kg/hari
Output 166,67 kg/hari
HOK 30 hari
Harga gabah 27000 /kg
Harga ceri 7000 /kg
Harga kulit kopi 2000 /kg

4.2 Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian diolah agar
data yang telah diolah menggunakan metode yang dipakai bisa dianalisis pada bab
selanjutnya.
III-18

4.2.1 Biaya

Biaya total (TC) merupakan penjumlahan dari biaya variabel total


(TVC) dan biaya tetap total (TFC). Biaya variabel total diperoleh dari hasil
konversi seluruh kebutuhan pupuk, pestisida dan transportasi. Biaya tetap
total diperoleh dari hasil konversi biaya penyusutan mesin dan upah tenaga
kerja.
B. Total Variable Cost
Kebutuhan pupuk untuk lahan seluas 25 hektar atau 10.000 pohon
yaitu sebanyak 5 ton dengan perbandingan 3:1:1 (UREA : Phonska : ZA).
Kebutuhan pestisida untuk lahan seluas 25 hektar atau 10.000 pohon yaitu
sebanyak 5 liter. Biaya transportasi per hari sebesar Rp.5.000. Semua biaya
dikonversikan menjadi pengeluaran per bulan, jika diasumsikan 1 bulan
adalah 30 hari, maka tabel 4.3 adalah hasil dari perhitungan dari biaya
variabel total (TVC).

Tabel 4.3 Total Variable Cost


Pengeluaran
Pengeluaran
Jenis Harga (Rp) Per tahun
Per bulan (Rp)
(Rp)
UREA 90000/50kg
Phonska 115000/50kg 758333.3 9100000
ZA 70000/50kg
Pestisida 80000/liter 33333.33 400000
*Bensin 4 liter/hari 1080000 12960000
Upah Tenaga Kerja Luar
35000/hari 1050000 12600000
Kelompok
Total 11096666.63
*Dengan asumsi harga 1 liter bensin = Rp.9.000.
Jadi total biaya variabel sebesar Rp.11.096.666,63 per bulan.

C. Total Fixed Cost

Tabel 4.4 Fixed Cost


Biaya Jenis Nilai Satuan
Tetap Upah Tenaga Kerja 45000 /hari
Harga Mesin Pulper 13300000 /unit
III-19

Harga Mesin Huller 17500000 /unit


Alat Penjemur Gabah
800000 /unit
(5mx5m)

Biaya tetap total adalah penjumlahan dari upah tenaga kerja per hari
dan juga biaya penyusutan mesin. Harga mesin pulper yaitu Rp.13.300.000
sedangkan harga mesin huller yaitu Rp.17.500.000 dengan umur pakai
selama 10 tahun, sedangkan alat penjemur gabah dengan ukuran 5m x 5m
menghabiskan biaya Rp.800.000 dengan umur pakai 3 tahun. Berikut adalah
perhitungan biaya penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis
lurus :

(HM −NS)
Penyusutan = n
Keterangan :
HM = Harga mesin/aset (cost)
NS = Nilai sisa (residu)
n = Masa umur mesin (tahun)

1. Biaya Penyusutan Mesin Huller


(17500000−0)
Penyusutan = 10
= 1750000 /tahun
1750000
Penyusutan per bulan =
12
= 145833,3 /bulan
2. Biaya Penyusutan Mesin Pulper
(13300000−0)
Penyusutan = 10
= 1330000 /tahun
1330000
Penyusutan per bulan =
12
= 110833,3 /bulan
3. Biaya Penyusutan Alat Penjemur Gabah
(800000−0)
Penyusutan = 3
= 266666,67 /tahun
266666,67
Penyusutan per bulan =
12
= 22222,2 /bulan
III-20

Maka total biaya penyusutan mesin per tahunnya yaitu Rp.3.346.666,7


atau jika dikonversi ke satuan per bulan yaitu sebesar Rp.278.888,9 per
bulan. Sementara itu upah tenaga kerja sebesar Rp.45.000 per harinya atau
Rp.1.350.000/orang per bulan. Maka upah tenaga kerja per bulan untuk 6
orang sebesar Rp.8.100.000.

Tabel 4.5 Total Fixed Cost


Pengeluaran Pengeluaran Per
Jenis
Per Tahun Bulan
Upah Tenaga Kerja 97200000 8100000
Biaya Penyusutan Mesin
266666.67 22222.22
Pulper
Biaya Penyusutan Mesin
1750000 145833.33
Huller
Biaya Penyusutan Alat
1330000 110833.33
Penjemur
Total 100546666.7 8378888.889
Jadi total biaya tetap perbulannya yaitu Rp.8.378.889.
D. Total Cost
Total biaya dapat dihitung dengan rumus berikut :

TC = TVC + TFC
Keterangan :
TC = Biaya total (total cost)
TVC = Biaya variabel total (total variable cost)
TFC = Biaya tetap total (total fixed cost)

TC = 11.096.666,63 + 8.378.889
TC = Rp.19.475.555,5

Jadi total cost per bulan yang dikeluarkan kelompok tani Talaga Hurip
sebesar Rp.19.475.555,5.
III-21

4.2.2 Penerimaan (Revenue)

Penerimaan total suatu usaha yang didapatkan oleh petani kopi dapat
dihitung dari hasil perkalian antara jumlah produk kopi (gabah) yang terjual
dengan harga kopi (gabah) tersebut. Harga gabah dari petani yaitu
Rp.27.000. Sedangkan jumlah gabah yang terjual dalam sebulan rata-rata
sebanyak 3 ton. Maka perhitungan revenue yang didapatkan petani dalam
sebulan adalah sebagai berikut :

TR = P x Q
Keterangan :
TR = Total penerimaan usaha kopi (Rp/bulan)
P = Harga gabah per kilogram (Rp.27.000)
Q = Jumlah gabah yang terjual (3000 kg/bulan)

TR = 27000 x 3000
TR = 81000000
Jadi, revenue yang diterima kelompok tani Talaga Hurip dalam sebulan
sebesar Rp.81.000.000.

4.2.3 Keuntungan (Profit)

Keuntungan kelompok tani kopi merupakan hasil penerimaan (revenue)


dikurangi dengan total biaya produksi.
π = TR - TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp/bulan)
TR = Rp.81.000.000 (/bulan)
TC = Rp.19.475.555,5 (/bulan)
π = TR – TC
π = 19.475.555,5 - 81.000.000
π = 61524444,5
III-22

Jadi keuntungan yang didapatkan kelompok tani Talaga Hurip dalam 1


bulan yaitu Rp.61.524.444,5.

4.2.4 Profitabilitas

Profitabilitas adalah perbandingan antara profit dari penjualan kopi


dengan biaya total yang dinyatakan dalam persentase.

π
Profitabilitas = x 100 %
TC
Keterangan :
π = Keuntungan (Rp.61.524.444,5/bulan)
TC = Total biaya (Rp.19.475.555,5 /bulan)
61.524 .444,5
Profitabilitas = x 100 %
19.475.555,5
Profitabilitas = 315,9 %
Maka dapat diartikan, jika profitabilitas > 0 berarti agroindustri kopi yang
dijalankan kelompok tani Talaga Hurip menguntungkan.

4.2.5 Analisis Efisiensi Usaha

Perhitungan efisiensi usaha yang digunakan yaitu metode Revenue


Cost Ratio (R/C Ratio). Metode ini adalah perbandingan antara penerimaan
dengan biaya.

TR
R/C Rasio =
TC

81.000.000
R/C Rasio =
19.475.555,5
R/C Rasio = 4,16
Dimana :
Jika R/C > 1 berarti agroindustri kopi yang dijalankan kelompok tani Talaga
Hurip sudah efisien.
III-23
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, M., Pujiharto, & Budiningsih, S. (2017). RANTAI NILAI BERAS IR64
DI KECAMATAN WANAREJA. 2.
Olvy South, J. S. (2017). Optimasi Rantai Pasok. EMBA, 511-519.

Arif Budiman, Jum’atri Yusri, E. T. (2012). Analisis Efesiensi Nilai Tambah.


Analisis Efesiensi Nilai Tambah, (085278306914).
Fauziah, U., & Ihwana, A. (2015). Analisis Rantai Nilai Distribusi Kopi di
Kabupaten Garut. Jurnal Kalibrasi, 1(13), 1–8.
Hadi, P. U. (n.d.). REFORMASI KEBIJAKAN PENCIPTAAN NILAI TAMBAH
PRODUK PERTANIAN INDONESIA, 303–316.
Hasanah, U., Pertanian, F., & Gadjah, U. (2015). Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Sale Pisang di Kabupaten Kebumen The Value Added Analysis
of Sale Pisang Agroindustry in Kebumen Regency, 18(3), 141–149.
Jurusan, M., Industri, T., Pertanian, F. T., Jurusan, D., Industri, T., & Pertanian, F.
T. (2016). Analisis nilai tambah pengolahan kopi arabika kintamanibangli,
4(4), 33–42.
Miftachuddin, A. (2014). Economics Development Analysis Journal, 3(1), 1–12.
Mujiningsih, M. I. (2013). ANALISIS KELAYAKAN USAHA DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL TEMPE DI KECAMATAN
MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR.
Nurdiani, N. (2014). Teknik Sampling Snowball dalam Penelitian Lapangan.
ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications, 5(2),
1110. https://doi.org/10.21512/comtech.v5i2.2427
Pradita Marhaeni, A. (2011). ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI
KECIL TEGEL DI KECAMATAN PEDURUNGAN PERIODE 2004 –
2008 ( STUDI KASUS USAHA MANUFAKTUR ), 2008.
Rahmatia, S. (2018). ANALISIS NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK, 6(1),
268–277.

iii
Rantung, D. (n.d.). No Title, 2(3), 30–37.
Samadhi, A. (2012). Pendidikan dan Keilmuan Teknik Industri Masa Depan di
Indonesia.
Sihombing, D. T., Sumarauw, J., Sam, U., Manado, R., Data, R., Data, P., &
Presentation, D. (2015). THE ANALYSIS OF VALUE-ADDED SUPPLY
CHAIN OF RICE IN THE TATENGESAN VILLAGE, 3(2), 798–805.
Sulastri, L. (2016). Studi kelayakan bisnis untuk wirausaha.
Tritularsih, Y., & Sutopo, W. (2017). Peran Keilmuan Teknik Industri Dalam
Perkembangan Rantai Pasokan Menuju Era Industri 4 . 0, 8–9.
Yani, J. A., & Pos, T. (2015). DI SURAKARTA Liana Mangifera Universitas
Muhammadiyah Surakarta Abstract, 19, 24–33.

iv

Anda mungkin juga menyukai