PENDAHULUAN
I. IDENTIFIKASI
1. Nama : An. Raihana Arta
2. Umur : 8 tahun 10 bulan
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Nama Ayah : Tn. Edi Suntoro
5. Nama Ibu : Ny. Nuraini Diadara
6. Bangsa : Indonesia
7. Agama : Islam
8. Alamat : Lorong Banyuwangi
9. Dikirim oleh : Datang sendiri ke Poli RSUD Raden Mattaher
10.MRS : 13 Januari 2020
II. ANAMNESIS
Diberikan oleh : Ibu (alloanamnesis)
Tanggal : 26 Januari 2020
KULIT
Warna : Sawo matang Vesikula : (-)
Hipopigmentasi : (-) Pustula : (-)
Hiperpigmentasi : (-) Sikatriks : (-)
Ikterus : (-) Edema : (-)
Bersisik : (-) Eritema : (-)
Makula : (-) Haemangioma : (-)
Papula : (-) Ptechiae : (-)
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
KEPALA ALIS
Bentuk : Normocephal Kerapatan : Rapat
Rambut : Lurus Mudah rontok : (-)
Warna : Hitam Alopesia : (-)
Mudah rontok : (-)
Kehalusan : Halus MATA
Lingkar kepala : cm Spot mata : (-)
Sutura : Dbn Hipertelorisme : (-)
Fontanella mayor : Datar Sekret : (-)
Fontanella minor : Datar Pernanahan : (-)
Cracked pot sign : (-) Endophtalmus : (-)
Cranio tabes : (-) Exophthalmus : (-)
Nistagmus : (-)
MUKA Strabismus : (-)
Roman muka : Dbn
Bentuk muka : Bulat KELOPAK MATA
Sembab : (-) Cekung : (-)
Simetris : Simetris Edema : (-)
Lagoftalmus : (-)
KONJUNGTIVA Kalazion : (-)
Pelebaran vena : (-) Ektropion : (-)
Perdarahan subkonjungtiva : (-) Enteropion : (-)
Infeksi : (-) Haemangioma : (-)
Bitot spot : (-) Hordeolum : (-)
Xerosis : (-) Ptosis : (-)
Ulkus : (-)
Refleks : (+) TELINGA
Bentuk : Simetris
SKLERA Kebersihan : Cukup
Ikterus : (-) Sekret : (-)
Tophi : (-)
Membran timpani : Intak
IRIS N. tekan mastoid : (-)
Bentuk : Bulat N. uscu daun telinga : (-)
Warna : Coklat
HIDUNG
PUPIL Bentuk : Dbn
Bentuk : Bulat Napas cuping hidung : (-)
Ukuran : 2 mm Saddle nose : (-)
Isokor : Isokor Gangren : (-)
Refleks cahaya langsung : (+) Coryza : (-)
Refleks cahaya tidak langsung : (+) Mukosa edema : (-)
Epistaksis : (-)
Deviasi septum : (-)
3. ANAMNESA ORGAN
KEPALA MATA
Sakit kepala : (-) Rabun senja : (-)
Rambut rontok : (-) Mata merah : (-)
Lain-lain : (-) Bengkak : (-)
TELINGA HIDUNG
Nyeri : (-) Epistaksis : (-)
Sekret : (-) Kebiruan : (-)
Gangguan pendengaran : (-) Penciuman : Dbn
Tinitus : (-)
TENGGOROKAN
GIGI MULUT Sulit menelan : (-)
Sakit gigi : (-) Suara serak : (-)
Sariawan : (-)
Gangguan mengecap : (-) LEHER
Gusi berdarah : (-) Kaku kuduk : (-)
Sakit membuka mulut : (-) Tortikolis : (-)
Rhagaden : (-) Parotitis : (-)
Lidah kotor : (-)
ABDOMEN
JANTUNG DAN PARU HEPAR
Nyeri dada : (-) Tinja seperti dempul : (-)
Sifat : (-) Sakit kuning : (-)
Penjalaran : (-) Kencing warna tua : (-)
Sesak napas : (-) Kuning di uscul dan kulit: (-)
Batuk pilek : (-) Perut kembung : (-)
Sputum : (-) Mual/muntah : (-)
Batuk darah : (-)
Sembab : (-) LAMBUNG DAN USUS
Kebiruan : (-) Nafsu makan : (+)
Keringat malam hari : (-) Perut kembung : (-)
Sesak waktu malam : (-) Mual/muntah : (-)
Berdebar : (-) Muntah darah : (-)
Sakit saat bernapas : (-) Mencret : (-)
Nafas bunyi/mengi : (-) Konsistensi : (-)
Sakit kepala sebelah : (-) Frekuensi : (-)
Dingin ujung jari : (-) Jumlah : (-)
Penglihatan berkurang : (-) Tinja berlendir : (-)
Bengkak sendi : (-) Tinja berdarah : (-)
Dubur berdarah : (-)
GINJAL DAN UROGENITAL Sukar BAB : (-)
Sakit kuning : (-) Sakit perut : (-)
Warna keruh : (-) Lokasi : (-)
Frekuensi miksi : Normal Sifat : (-)
Sembab kelopak mata : (-)
Edema tungkai : (-) ENDOKRIN
Sering minum : (-)
MULUT Sering kencing : (-)
BIBIR Sering makan : (-)
Bentuk : Dbn Keringat dingin : (-)
Warna : Merah muda Tanda pubertas prekoks : (-)
Ukuran : Dbn
Ulkus : (-) GIGI
Rhagaden : (-) Kebersihan : Cukup
Sikatriks : (-) Karies : (-)
Cheilosis : (-) Hutchinson : (-)
Sianosis : (-)
Labioschiziz : (-) LIDAH
Bengkak : (-) Bentuk : Dbn
Vesikel : (-) Gerakan : Dbn
Oral thrush : (-) Tremor : (-)
Trismus : (-) Warna : Merah muda
Bercak koplik : (-) Selaput : (-)
Palatoschiziz : (-) Hiperemis : (-)
Atrofi papil : (-)
LEHER Makroglosia : (-)
INSPEKSI Mikroglosia : (-)
Struma : (-)
Bendungan vena : (-) FARING-TONSIL
Pulsasi : (-) Warna : Hiperemis
Limphadenopati : (-) Edema : (-)
Tortikolis : (-) Selaput : (-)
Bull neck : (-) Pembesaran tonsil : (-)
Parotitis : (-) Ukuran : (-)
Simetris : Simetris
PALPASI
Kaku kuduk : (-)
Pergerakan : (-)
Struma : (-)
JANTUNG
INSPEKSI AUSKULTASI
Vousure cardiac : (-) Bunyi jantung I : Reguler
Ictus cordis : Tidak terlihat Bunyi jantung II : Reguler
Pulsasi jantung : Tidak terlihat
BISING JANTUNG
PALPASI Fase bising : (-)
Ictus cordis : Dbn Bentuk bising : (-)
Thrill : (-)
Defek pulmonal : Dbn Derajat bising : (-)
Aktivitas jantung ka : Dbn Lokasi/punctum max : (-)
Aktivitas jantung ki : Dbn Penjalaran bising : (-)
Kualitas bising : (-)
PERKUSI Pericardial friction rub: (-)
Batas kiri : ICS V linea midclavicula sinistra
Batas kanan : ICS V linea parasternal dextra
Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Batas bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
THORAX BELAKANG
INSPEKSI STATIS PERKUSI
Bentuk : Normal Bunyi ketuk : Sonor
Processus spinosus : Dbn Nyeri ketuk : (-)
Scapula : Dbn Batas paru-hati : Dbn
Kifosis : (-) Peranjakan : (-)
Lordosis : (-)
Gibus : (-)
AUSKULTASI
D. nafas pokok : Vesikuler
PALPASI B. nafas tambahan : Rh (-/-)
Nyeri tekan : (-)
Fraktur iga : (-)
Tumor : (-)
Stem fremitus : Normal
ABDOMEN
INSPEKSI LIEN
Bentuk : Datar Pembesaran : (-)
Umbilikus : Dbn Permukaan : Dbn
Ptechie : (-) Nyeri tekan : (-)
Spider nevi : (-)
Bendungan vena : (-) GINJAL
Gambaran uscular ic usus : (-) Pembesaran : (-)
Permukaan : (-)
PALPASI Nyeri tekan : (-)
Nyeri tekan : (-)
Nyeri lepas : (-) LIPAT PAHA & GENITAL
Defens uscular : (-) Kulit : Dbn
Nyeri ketuk : (-) Kel. Getah bening : Dbn
Edema : (-)
AUSKULTASI Sikatriks : (-)
Bising usus : (+) normal Desensus testikulorum : (-)
Ascites : (-) Genitalia : Dbn
Anus : Dbn
HEPAR
Pembesaran : (-)
Konsistensi : Tidak teraba
Permukaan : Tidak teraba
Tepi : Tidak teraba
Nyeri tekan : (-)
VIII. TERAPI
Metimazol 2x5mg (dosis 0,25-1 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal
30mg/hari)
IX. PROGNOSIS
Graves disease (GD) adalah penyakit autoimun dimana tiroid terlalu aktif menghasilkan
jumlah yang berlebihan dari hormon tiroid (ketidakseimbangan metabolisme serius yang
dikenal sebagai hipertiroidisme dan tirotoksikosis) dan kelainannya dapat mengenai mata dan
kulit. Penyakit Graves merupakan bentuk tirotoksikosis yang tersering dijumpai dan dapat
terjadi pada segala usia, lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Sindroma ini terdiri
dari satu atau lebih dari gambaran tirotoksikosis, goiter, ophtalmopati (exopthalmus) dan
dermopati.3
3.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi
GD merupakan suatu penyakit autoimun yaitu saat tubuh menghasilkan antibodi yang
menyerang komponen spesifik dari jaringan itu sendiri, maka penyakit ini dapat timbul secara
tiba-tiba dan penyebabnya masih belum diketahui. Hal ini disebabkan oleh autoantibodi tiroid
(TSHR-Ab) yang mengaktifkan reseptor TSH (TSHR), sehingga merangsang tiroid sintesis
dan sekresi hormon, dan pertumbuhan tiroid (menyebabkan gondok membesar difus).3
Saat ini diidentifikasi adanya antibodi IgG sebagai thyroid stimulating antibodies
pada penderita GD yang berikatan dan mengaktifkan reseptor tirotropin pada sel tiroid yang
menginduksi sintesa dan pelepasan hormon tiroid. Beberapa penulis mengatakan bahwa
penyakit ini disebabkan oleh multifaktor antara genetik, endogen dan faktor lingkungan.3
Terdapat beberapa faktor predisposisi:3
- Genetik
Riwayat keluarga dikatakan 15 kali lebih besar dibandingkan populasi umum untuk
terkena Graves. Gen HLA yang berada pada rangkaian kromosom ke-6 (6p21.3)
ekspresinya mempengaruhi perkembangan penyakit autoimun ini. Molekul HLA
terutama kelas II yang berada pada sel T di timus memodulasi respons imun sel T
terhadap reseptor limfosit T (T lymphocyte receptor/TcR) selama terdapat antigen.
Interaksi ini merangsang aktivasi T helper limfosit untuk membentuk antibodi. T
supresor limfosit atau faktor supresi yang tidak spesifik (IL-10 dan TGF-β)
mempunyai aktifitas yang rendah pada penyakit autoimun kadang tidak dapat
membedakan mana T helper mana yang disupresi sehingga T helper yang membentuk
antibodi yang melawan sel induk akan eksis dan meningkatkan proses autoimun.
- Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena penyakit ini karena modulasi respons imun oleh estrogen.
Hal ini disebabkan karena epitope ekstraseluler TSHR homolog dengan fragmen pada
reseptor LH dan homolog dengan fragmen pada reseptor FSH.
- Stress
Stress juga dapat sebagai faktor inisiasi untuk timbulnya penyakit lewat jalur
neuroendokrin.
- Merokok
Merokok dan hidup di daerah dengan defisiensi iodium.
- Infeksi
Toxin, infeksi bakteri dan virus. Bakteri Yersinia enterocolitica yang mempunyai
protein antigen pada membran selnya yang sama dengan TSHR pada sel folikuler
kelenjar tiroid diduga dapat mempromosi timbulnya penyakit Graves terutama pada
penderita yang mempunyai faktor genetik.
3.3 Patofisiologi
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari
hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan
produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan
perifer.2
Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan,
proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini
berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino
dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel
dan peningkatan proses-proses intraseluler.2
Dengan meningkatnya kadar hormon ini maka metabolisme jaringan, sintesa protein
dan lain-lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis akan terlihat dengan adanya
palpitasi, takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat, nafsu makan yang
meningkat, berat badan yang menurun. Kadang-kadang gejala klinis yang ada hanya berupa
penurunan berat badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang air besar yang tidak
diketahui sebabnya.2
Patogenesis GD masih belum jelas diketahui. Diduga peningkatan kadar hormon
tiroid ini disebabkan oleh suatu aktivator tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan kelenjar
timid hiperaktif. Aktivator ini merupakan antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga disebut
sebagai antibodi reseptor TSH. Antibodi ini sering juga disebut sebagai thyroid stimulating
immunoglobulin (TSI). Dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua penderita GD.2
Selain itu pada GD sering pula ditemukan antibodi terhadap tiroglobulin dan anti
mikrosom. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua antibodi ini mempunyai
peranan dalam terjadinya kerusakan kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom ini bisa ditemukan
hampir pada 60 -70% penderita PG, bahkan dengan pemeriksaan radioassay bisa ditemukan
pada hampir semua penderita, sedangkan antibodi tiroglobulin bisa ditemukan pada 50%
penderita. Terbentuknya autoantibodi tersebut diduga karena adanya efek dari kontrol
immunologik (immunoregulation), defek ini dipengaruhi oleh faktor genetik seperti HLA dan
faktor lingkungan seperti infeksi atau stress.4
Gambar 1. TSH dan Kelenjar Tiroid Orang Sehat dan Penderita Graves Disease
Gambar 2. Patogenesis Graves Disease
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penyakit Grave memiliki 4 gejala utama
yaitu tirotoksikosis, goiter, opthalmopati, dan dermopati. Adapun patogenesis dari masing-
masing gejala sebagai berikut:5
3.3.1 Tirotoksikosis
Hampir semua patogenesis penyakit ini melibatkan faktor immunologi. Hiperaktivitas
terjadi karena tersensitasinya T-helper. Tersensitasinya T-helper ini akan berespon
terhadap antigen yang terdapat pada tiroid, yang selanjutnya memacu sel B untuk
membentuk antibodi:
- TSI (Thyroid-stimulating immunoglobulin) yang menurut hipotesis para ahli dapat
meningkat cAMP sehingga memacu terjadinya tirotoksikosis.
- TgAb (thyroglobulin antibody) yang dapat meningkatkan tiroglobulin.
- TPO Ab (Thyroperoksidase antibody) yang dapat memacu kerja enzim peroksidase.
3.3.2 Opthalmopati
Patogenesis opthalmopati melibatkan Tcytotoxicity. Ini terjadi karena tersensitasinya
Ab sitotoksik terhadap antigen TSH-R fibroblast orbita, otot orbita dan jaringan tiroid.
Mekanisme tersensitasinya sampai saat ini para ahli belum mengetahui secara pasti.
Selanjutnya Tc akan menghasilkan sitokin yang dapat menyebabkan:
- Inflamasi pada fibroblast orbita
- Orbital myositis
- Diplopia
- Proptosis
3.3.3 Dhermopati
Patogenesis dhermopati umurnya sama seperti opthalmologi hanya saja daerah yang
terkena pada daerah pretibia, subperiosteal pada phalanges tangan dan kaki.
3.3.4 Patogenesis takikardi, anxietas, berkeringat disebabkan karena hormon tiroid
merangsang medulla adrenal untuk mensekresikan katekolamin. Jumlah epinefrine
normal tetapi ada peningkatan pada norepinefrine yang bekerja pada sistem saraf
simpatik. Terangsangnya sistem saraf simpatik ternyata memberikan efek
perangsangan pada daerah hipotalamus dan ganglia basalis. Seperti yang diketahui
bahwa hipotalamus berfungsi sebagai regulator vegetatif (detak jantung, pernafasan,
sekresi kelenjar, berkeringat, dll) pada tubuh dan ganglia basalis (sebagai pusat emosi
dan pusat nafsu makan)6.
3.4 Diagnosis
3.4.1 Anamnesis
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita sedikit duduk dengan kepala sedikit
fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m. sternokleidomastoideus
relaksasi sehingga kelenjar tiroid mudah dievaluasi. Apabila terdapat pembengkakan
atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen berikut:
- Lokasi: lobus kanan, lobus kiri, atau ismus
- Ukuran: besar/kecil, permukaan rata/noduler
- Jumlah: uninodusa atau multinodusa
- Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler local
- Gerakan: pasien diminta untuk menelan, apakah pembengkakannya ikut bergerak
- Pulsasi: bila nampak adanya pulsasi pada permukaan pembengkakan
3.4.2.2 Palpasi
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang
perlu dinilai pada pemeriksaan palpasi:
- Perluasan dan tepi
- Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba
trakea dan kelenjarnya
- Konsistensi, temperatur, permukaan, dan adanya nyeri tekan
- Limfonodi dan jaringan sekitarnya
3.4.2.3 Auskultasi
“Bruit sound” pada ujung bawah kelenjar tiroid.
Untuk daerah di mana pemeriksaan laboratorik yang spesifik untuk hormon tiroid tak
dapat dilakukan, penggunaan indeks Wayne atau Indeks New Castle sangat membantu
menegakkan diagnosis hipertiroid. Pengukuran metabolisme basal (BMR), bila basil BMR >
± 30, sangat mungkin bahwa seseorang menderita hipertiroid.3
3.6 Penatalaksanaan
- Diet
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini antara lain karena
terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan
keseimbangan kalsium yang negatif.
- Obat penenang
Mengingat pada GD sering terjadi kegelisahan, maka obat penenang dapat diberikan.
Di samping itu perlu juga pemberian psikoterapi.
3.6.2 Pengobatan Khusus
- Obat antitiroid
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium, lithium,
perchlorat dan thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionammide
adalah propylthiouracyl (PTU), 1 - methyl – 2 mercaptoimidazole (methimazole,
tapazole, MMI), carbimazole. Obat ini bekerja menghambat sintesis hormon tetapi
tidak menghambat sekresinya, yaitu dengan menghambat terbentuknya
monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta menghambat coupling
diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga menghambat
perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga pada
saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan.
Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar gondok sehingga
pengaruh pengobatan lebih tergantung pada konsentrasi obat dalam kelenjar dari pada
di plasma. MMI dan carbimazole sepuluh kali lebih kuat daripada PTU sehingga dosis
yang diperlukan hanya satu persepuluhnya.
Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 - 600 mg perhari untuk PTU atau 30
- 60 mg per hari untuk MMI/carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai
dosis tunggal setiap 24 jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU
atau carbimazole dosis tinggi akan memberi remisi yang lebih besar.
- Penyekat Beta (Beta Blocker)
Terjadinya keluhan dan gejala hipertiroid diakibatkan oleh adanya
hipersensitivitas pada sistim simpatis. Meningkatnya rangsangan sistem simpatis ini
diduga akibat meningkatnya kepekaan reseptor terhadap katekolamin. Penggunaan
obat-obatan golongan simpatolitik diperkirakan akan menghambat pengaruh hati.
Reserpin, guanetidin dan penyekat beta (propranolol) merupakan obat yang masih
digunakan. Berbeda dengan reserpin/guanetidin, propranolol lebih efektif terutama
dalam kasus-kasus yang berat. Biasanya dalam 24 - 36 jam setelah pemberian akan
tampak penurunan gejala. Khasiat propranolol:
- penurunan denyut jantung permenit
- penurunan cardiac output
- pengurangan nervositas
- pengurangan produksi keringat
- pengurangan tremor
Di samping pengaruh pada reseptor beta, propranolol dapat menghambat
konversi T4 ke T3 di perifer. Bila obat tersebut dihentikan, maka dalam waktu ± 4 - 6
jam hipertiroid dapat kembali lagi. Hal ini penting diperhatikan, karena penggunaan
dosis tunggal propranolol sebagai persiapan operasi dapat menimbulkan krisis tiroid
sewaktu operasi. Penggunaan propranolol antara lain sebagai: persiapan tindakan
pembedahan atau pemberian yodium radioaktif, mengatasi kasus yang berat dan krisis
tiroid.
- Ablasi kelenjar gondok
Pelaksanaan ablasi dengan pembedahan atau pemberian I131.
- Tindakan pembedahan
Indikasi utama untuk melakukan tindakan pembedahan adalah mereka yang
berusia muda dan gagal atau alergi terhadap obat-obat antitiroid. Tindakan
pembedahan berupa tiroidektomi subtotal juga dianjurkan pada penderita dengan
keadaan yang tidak mungkin diberi pengobatan dengan I 131 (wanita hamil atau yang
merencanakan kehamilan dalam waktu dekat). Indikasi lain adalah mereka yang sulit
dievaluasi pengobatannya, penderita yang keteraturannya minum obat tidak terjamin
atau mereka dengan struma yang sangat besar dan mereka yang ingin cepat eutiroid
atau bila strumanya diduga mengalami keganasan, dan alasan kosmetik. Untuk
persiapan pembedahan dapat diberikan kombinasi antara thionamid, yodium atau
propanolol guna mencapai keadaan eutiroid. Thionamid biasanya diberikan 6 - 8
minggu sebelum operasi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian larutan Lugol
selama 10 - 14 hari sebelum operasi. Propranolol dapat diberikan beberapa minggu
sebelum operasi, kombinasi obat ini dengan Yodium dapat diberikan 10 hari sebelum
operasi. Tujuan pembedahan yaitu untuk mencapai keadaan eutiroid yang permanen.
Dengan penanganan yang baik, maka angka kematian dapat diturunkan sampai 0.
Pasien mengeluh mudah lelah dan ketakutan pada malam hari. Pada
umumnya, hormon tiroid meningkatkan kecepatan berpikir, tetapi juga sering
menimbulkan disosiasi pikiran dan sebaliknya, terganggunya hormon tiroid akan
menurunkan fungsi ini. Pasien hipertiroid cenderung menjadi sangat cemas dan
psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, kecemasan yang sangat berlebihan atau
paranoia. Peningkatan eksitabilitas neuromuskular akan menimbulkan efek
hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot, dan insomnia. Tremor ini dengan mudah
dapat dilihat dengan cara menempelkan sehelai kertas di atas jari-jari yang
diekstensikan dan perhatikan besarnya getaran kertas tadi.
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan nadi : 124 kali /menit. Frekuensi
denyut jantung lebih meningkat di bawah pengaruh hormone tiroid daripada
perkiraan peningkatan curah jantung. Oleh karena itu hormone tiroid tampaknya
mempunyai pengaruh langsung pada eksitabilitas jantung, yang selanjutnya
meningkatkan frekuensi denyut jantung.
Penonjolan mata dengan diplopia, air mata yang berlebihan, dan
peningkatan fotofobia dapat terjadi. Penyebabnya terletak pada reaksi imun
terhadap antigen retrobulber yang tampaknya sama seperti reseptor TSH.
Akibatnya terjadi inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan otot mata,
infiltrasi limfosit, akumulasi asam mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan
ikat retrobulbar.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan mata exopthalamus. Penonjolan mata
dengan diplopia, air mata yang berlebihan, dan peningkatan fotofobia dapat
terjadi. Penyebabnya terletak pada reaksi imun terhadap antigen retrobulber yang
tampaknya sama seperti reseptor TSH. Akibatnya terjadi inflamasi retrobulbar
dengan pembengkakan otot mata, infiltrasi limfosit, akumulasi asam
mukopolisakarida, dan peningkatan jaringan ikat retrobulbar.
Pemeriksaan fisik region colli anterior, pada inpeksi dan palpasi
didapatkan pembesaran kelenjar tiroid, Pada kebanyakan pasien hipertiroidisme,
kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali ukuran normalnya, disertai dengan
hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah
sel-sel ini sangat meningkat. Selain itu setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat; dan penelitian ambilan yodium radioaktif
menunjukkan bahwa kelenjar-kelenjar hiperplastik ini menyekresi hormone tiroid
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal. Pembesaran kelenjar
tiroid (struma) terjadi akibat pertumbuhan yang tidak terkontrol (tumor), atau
peningkatan perangsangan oleh TSH atau TSI. Pada keadaan ini pelepasan
hormon tiroid dapat meningkat.
Obat golongan penyekat beta, seperti propranolol hidroklorida, sangat
bermanfaat untuk mengendalikan manifestasi klinis tirotoksikosis
(hyperadrenergic state) seperti palpitasi, tremor, cemas, dan intoleransi panas
melalui blokadenya pada reseptor adrenergik. Di samping efek antiadrenergik,
obat penyekat beta ini juga dapat -meskipun sedikit- menurunkan kadar T-3
melalui penghambatannya terhadap konversi T-4 ke T-3 sehingga dapat
menurunkan jumlah hormon dalam bentuk aktif.
Berdasarkan gejala-gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, dapat ditegakkan bahwa diagnosis pasien ini adalah Graves Disease.
BAB V
KESIMPULAN