Surat berharga yang segera dapat dijual dinyatakan dalam neraca sebesar harga
perolehannya atau harga terendah antara harga perolehan dan harga pasarnya.
Dari prinsip akuntansi tersebut, kita bisa tahu bahwa penilaian surat berharga dalam
neraca dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1. Harga Perolehan (Cost)
2. Mengambil harga yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar.
2) Mengambil Harga yang Lebih Rendah antara Harga Perolehan atau Harga Pasar
Seringkali harga surat-surat berharga berfluktuasi. Harga pasar bisa lebih tinggi daripada
harga perolehannya dan sebaliknya.
Lalu, mana harga yang dicantumkan di aktiva lancar?
Bila harga pasar surat-surat berharga yang dimiliki lebih rendah dari harga perolehannya
dengan jumlah selisih yang cukup lebar dan penurunan tersebut memang nyata serta tidak
bersifat sementara, maka surat berharga yang dicantumkan dalam kelompok aktiva lancar di
neraca tidak boleh melebihi harga pasarnya.Jumlah kerugian yang diakui adalah sebesar selisih
dari harga perolehan dengan harga pasarnya pada tanggal neraca.
Pencatatan kerugian yang diakui dilakukan adalah sebagai berikut :
Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga xx
Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga xx
Rugi penurunan nilai surat berharga termasuk kelompok rugi di luar usaha dalam
laporan laba rugi.
Sedangkan cadangan penurunan nilai surat berharga akan dicantumkan dalam
NERACA mengurangi rekening Surat Berharga.
Bila terjadi penjualan surat berharga yang sudah diturunkan nilainya maka laba rugi
penjualan dihitung dengan membandingkan harga jual dengan harga perolehan yang baru
(sesudah dikurangi cadangan penurunan nilai surat berharga).
Cara penilaian ini dapat diterapkan untuk surat-surat berharga dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1. Diterapkan untuk jumlah keseluruhan surat-surat berharga.
2. Diterapkan untuk masing-masing elemen surat berharga.
Berikut ini contoh penerapan dari kedua cara terebut:
Data-data investasi surat berharga milik PT Mugo Berkah pada tanggal 31 Desember 2015
adalah sebagai berikut :
Bila diterapkan dengan cara pertama yaitu untuk jumlah keseluruhan surat-surat
berharga, maka yang lebih rendah dan dicantumkan di neraca adalah harga pasar sebesar Rp.
2.507.000.
Besarnya kerugian yang akan diakui adalah sebesar :
Rp. 2.535.000 – Rp. 2.507.000 = Rp. 28.000
Bila diterapkan dengan cara kedua yaitu untuk masing-masing elemen surat berharga, jumlah
yang lebih rendah dan nampak di neraca adalah :
Rp. 505.000 + Rp. 1.020.000 + Rp 975.000 = Rp. 2.500.000.
Sehingga kerugian yang diakui adalah :
Rp. 2.535.000 – Rp. 2.500.000 = Rp. 35.000
Misalnya digunakan cara pertama, yaitu diterapkan untuk sejumlah keseluruhan surat-surat
berharga maka pengakuan kerugian sebesar Rp. 28.000 dan dicatat dengan jurnal pada tanggal
31 Desember 2015 sebagai berikut :
Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 28.000
Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 28.000
Cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan bila surat-surat
berharga tersebut dijual.
Misalnya pada tanggal 31 Desember 2016 harga perolehan seluruh saham yang dimiliki sebesar
Rp. 2.050.000 dan harga pasarnya Rp. 2.000.000.Maka setelah dilakukan perbandingan antara
harga perolehan dan harga pasar surat berharga yang dimiliki diketahui besar penurunan nilainya
sebesar Rp. 50.000.Penurunan nilai sebesar Rp.50.000, sedangkan saldo rekening Cadangan
Penurunan Nilai hanya sebesar Rp. 28.000, maka dibuat penyesuaian dengan jurnal sebagai
berikut:
Rugi Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 22.000
Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. 22.000
Jumlah penurunan nilai ini dibandingkan dengan saldo rekening Cadangan Penurunan
Nilai Surat Berharga, dan rekening ini disesuaikan dengan penurunan nilai tanggal 31 Desember
2016.Bila saldo rekening Cadangan Penurunan Nilai lebih besar dari penurunan nilai
sesungguhnya, maka rekening Cadangan Penurunan Nilai di debit dan kreditnya adalah rekening
Laba Berkurangnya Rekening Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga.Cara seperti ini dapat
menghilangkan kesulitan penentuan besarnya penurunan nilai untuk setiap surat berharga, bila
perhitungannya diterapkan untuk keseluruhan jumlah surat berharga.
Bila surat berharga sudah diturunkan nilainya sampai pada jumlah harga pasarnya maka
penyesuaian-penyesuaian berikutnya hanya dibuat selama perubahan-perubahan harga tersebut
masih di bawah harga pokoknya.Bila harganya naik sampai di atas harga pokoknya, maka
penyesuaian yang dibuat maksimum akan berhenti sesudah rekening cadangan penurunan nilai
menunjukkan saldo 0 (nol).
Dalam metode ini, surat berharga dicantumkan sebesar harga perolehannya. Metode ini
tdk mengakui thdp keuntungan dari kenaikan/ penurunan kurs surat-surat berharga.
Contoh soal:
1. Tanggal 23 des 2003, PT. Trukindo membeli saham biasaPT.Express 1000lbr@Rp1.450. Provisi
dan materaiRp 150.000.
2. Tanggal 29 des 2003, PT. Trukindo menjual saham biasa PT. PT.Express 500lbr@Rp
2.000.Provisi dan materai Rp200.000.
Berapakah Nilai Surat Berharga yang dimiliki oleh PT. Trukindo per 31 desember.
Dengan metode Harga Perolehan ?
Penjelasan :
Informasi :
Lembar saham tinggal 500Lbr ( 1000Lbr-500Lbr )
Cost per 31 Des 2003 =Rp1.600.000 - Rp800.000 = Rp 800.000
Jadi pada Tgl 31 Des 2003 Surat berharga dicatat sebesar Harga Perolehan yaitu
Rp 800.000,-
2. Metode Harga Terendah antara cost dgn Harga Pasar ( lower of cost Or Market Method
).
Dlm metode ini, surat berharga dicantumkan sebesar harga terendah antara H.pokok dan
H. pasarnya.,adanya kerugian
akan diakui yaitu selisih Harga pokok dan H.Pasar, dengan pencatatan sebagai berikut :
Rugi Penurunan Nilai Surat Berhaga Rp XXX
Cadangan penurunan nilai surat berharga Rp XXX
Dengan metode ini, Terbagi 2 cara yang dapat diterapkan kepada surat berharga yaitu:
Diterapkan kepada jumlah seluruh surat berharga
Diterapkan kepada masing-masing surat berharga
Contoh :
Daftar surat-surat berharga yang dimiliki PT.SINGOSARI per 31 Des 2003 sebagai
berikut :
Keterangan Harga Perolehan Harga Pasar LOCOM
HP = Rp 2.535.000
H.Pasar = Rp 2.507.000
Jika diterapkan kepada masing-masing elemen surat berharga,maka surat berharga yang
tercantum dineraca Rp.2.500.000
HP Rp.2.535.000
H.pasar Rp.2.500.000
Jurnal
Cadangan penurunan nilai surat berharga ini akan dihapuskan apabila surat-surat berharga
tersebut dijual.
sebagai contoh:
jawab:
Harga kurs 200 lbr PT.BARITO = 200 X Rp.9.000 X 75% = Rp 1.350.000
Provisi dan materai 1% = Rp 500.000
nilai jual (kas ) Rp 850.000
Harga perolehan Rp 990.000
Cad. Penurunan nilai surat berharga Rp 15.000
Rp 975.000
Kas Rp 850.000
Cad. Penurunan nilai SB Rp 15.000
Rugi penjualan SB Rp 125.000
Surat Berharga Rp 990.000
Komentar
1.
ok
Balas
Posting Komentar
Postingan Populer
1 komentar
Diberdayakan oleh Blogger
Gambar tema oleh Anna Williams
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan