Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL PENELITIAN

PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI


PENYEBAB ADHD
Yanofiandi, Iskandar Syarif

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


Ilmu Kesehatan Anak RSUP dr. M. Djamil Padang
E-mail : majalahkedokteranandalas@gmail.com

Abstrak
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu
kelainan tingkah laku, dan bersifat heterogen yang ditandai dengan gambaran
tidak dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif sehingga
menimbulkan gangguan baik secara akademis maupun interaksi sosial. Penyakit
ini dimulai dari masa anak dan dapat terus berkembang sampai dewasa.
Sering dengan perkembangan teknologi kedokteran diagnostik dan kedokteran
molecular telah ikut membantu pemahaman yang lebih baik mengenai penyakit
ini. Pemeriksaan yang dilakukan dengan Computed Tomography-Scan (CT-scan)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) memperlihatkan perubahan volume otak
terutama area kortek frontalis, ganglia basalis dan serebrum yang mengecil pada
penderita ADHD. Pemeriksaan neurotansmiter otak pada penderita ADHD juga
memperlihatkan perubahan. Kadar nor epineprin dan dopamine pada penderita
ADHD berkurang dibandingkan dengan individu normal.
ADHD diduga melibatkan multifaktorial seperti genetik, lingkungan dan
neuroanatomis. Karena itu didalam penanganan terhadap ADHD perlu dilakukan
secara komprehensif, berupa pemberian obat-obatan dan intervensi tingkah laku
dan nutrisi. Penanganan yang terpadu tersebut akan memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan jika hanya mengunakan obat- obatan saja.
Tujuan penanganan ADHD meliputi peningkatan daya akademik, kemandirian,
perbaikan dalam interaksi, dan peningkatan kontrol diri dan sedapat mungkin
ditujukan kausa ADHD tersebut.
Kata kunci : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Abstract
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) is a common
neurobiologic disorder characterized by developmentally inappropriate levels of
inattention, hyperactivity, and impulsivity and disrupted academically and
socially. This disorder begin in childhood and continue to adulthood.
Diagnostic imaging and molecular development has contributed to more
understanding of this disease. Computed Tomography-Scan (CT-scan) or
Magnetic Resonance Imaging (MRI) examination reveal decreased brain volume
especially at frontalis cortec, basal ganglia and cerebrum in ADHD.
neurotransmitter change also seen in ADHD, norepineprin and dopamine
decreased in ADHD compare to normal persons.

179
ADHD is suggested has multi-factorial etiology, genetic, environment and
neuroanatomy change. Comprehensive management is needed which include
drugs, behavioral intervention, and nutrition. Compare with only drug therapy,
this comprehensive management has better outcome in management ADHD.
Goal of management ADHD patient is an increased maximal academic
achievement, independency, good social interaction, self control and if possible, it
directed to main etiologic factor.
Key Words: Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

180
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 181

Pendahuluan disebutkan kriteria ADHD sebagai


Attention Deficit Hyperactivity berikut : (1)
Disorder (ADHD) merupakan suatu A. Sekurang-kurangnya terdapat 1
kelainan tingkah laku, dan bersifat dari 2 gejala dibawah ini
heterogen yang ditandai dengan 1. 6 atau lebih gejala gangguan
gambaran tidak dapat memusatkan perhatian tersebut berlang-
perhatian, hiperaktif, dan impulsif sung sekurang-kurangnya 6
sehingga menimbulkan gangguan baik bulan.
secara akademis maupun interaksi a. Seringkali kali susah
sosial. Penyakit ini dimulai dari masa memusatkan perhatian
anak dan dapat terus berkembang terhadap hal – hal detail
(1)
sampai dewasa. atau seringkali berbuat
Prevalensi penyakit pada ber- ceroboh di sekolah,
bagai daerah berbeda, tergantung pada pekerjaan, atau aktifitas
sosio-demografi masing masing daerah. yang lainnya.
Prevalensi penyakit ini di Amerika b. Sering kali susah
Serikat sekitar 7%, Anak laki - laki mempertahankan
sering mengalami penyakit ini perhatian saat melakukan
(1)
dibandingkan anak perempuan. Data pekerjaan atau aktifitas
penderita ADHD untuk Indonesia bermain lainnya.
belum diketahui secara pasti. c. Seringkali tidak dapat
Perkembangan akhir - akhir mengikuti perintah yang
dengan mengunakan alat diagnsotik diberikan dan gagal
Computed Tomography-Scan (CT-scan) untuk menyelesaikan
atau Magnetic Resonance Imaging tugas sekolah, atau tugas
(MRI) memperlihatkan hubungan ditempat kerja, bukan
volume otak dengan kejadian ADHD. diakibatkan karena sikap
penelitian lain dengan melakukan penolakan atau tidak
pemeriksaan terhadap neurotranmiter mengerti atas perintah
otak juga memperlihatkan keterkaitan yang diberikan.
antara perubahan neurotanmiter otak d. Seringkali gagal menga-
dengan kejadian ADHD. Penelitian – tur tugas dan aktifitas.
penelitain tersebut merupakan langkah e. Seringkali menghindari
maju didalam memahami penyakit tugas yang memerlukan
ADHD.(2) usaha mental.
f. Seringkali menghilang-
Definisi ADHD kan barang yang penting
Berdasarkan definisi yang untuk pekerjaan dan
terdapat didalam DSM-IV disebutkan aktifitas.
bahwa ADHD merupakan suatu g. Seringkali perhatiannya
kelainan tingkah laku, bersifat gampang dialihkan.
heterogen yang ditandai dengan tidak h. Seringkali lupa akan
dapat memusatkan perhatian, hiperaktif, aktifitas hariannya.
dan impulsif. Kelainan ini dapat 2. sebanyak 6 atau lebih gejala
menyebabkan gangguan akademis, hiperaktif-impisif tersebut
sosial dan emosi. Didalam definisi yang berlangsung sekurang-
terdapat dalam DSM-IV tersebut kurangnya 6 bulan.
Yanofiandi, Iskandar Syarif, PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI 182
PENYEBAB ADHD

a. Seringkali tampak lingkungan dan gangguan neuro


memainkan tangan dan anatomi.
kaki saat duduk.
b. Seringkali meninggalkan Pengaturan perhatian, aktifitas dan
sebelum waktu bubaran. emosi
c. Seringkali berlarian atau Pehatian merupakan proses
memanjat berlebihan kognitif yang melibatkan beberapa
pada situasi yang tidak bagian otak untuk dapat memberikan
sesuai. perhatian yang sepadan sesuai dengan
d. Seringkali berbuat suara impuls yang diterima. Mekanisme
gaduh saat bermain. perhatian tersebut melibatkan usaha-
e. Sering tampak seolah – usaha untuk memperkuat impuls yang
olah mengendarai motor. ingin direspon dan sekaligus
f. Seringkali berbicara mengabaikan impuls yang tidak ingin
banyak. direspon.(3)
g. Seringkali menjawab Impuls yang berada di kortek
sebelum pertanyaan ter- tersebut perlu diatur agar menghasilkan
sebut selesai diajukan. atensi yang diperlukan. Impuls tersebut
h. Seringkali tampak dapat berasal dari sel neuromodulator
gelisah saat menunggu brain stem dan basal forebrain.
giliran. Nukleus dari kedua tempat ini memiliki
i. Sering kali menyela atau akson yang berada pada hampir semua
menganggu teman yang bagian kortek. Pengaturan lain terkait
lain. proses atensi dikortek juga terjadi
B. Gejala hiperaktif-impulsif atau melalui jaras thalamokortikal yang
gejala gangguan perhatian menghubungkan talamus dengan
(3)
tersebut telah terjadi sebelum kortek.
berusia 7 tahun Pada keadaan diperlukan atensi
C. Gangguan akibat gejala tersebut dengan intensitas tinggi, nukleus
terjadi di dua tempat (sekolah mediodorsalis yang terdapat pada
atau dirumah) talamus akan ikut teraktivasi. Nukleus
D. Terdapat bukti nyata secara ini berhubungan dengan dengan kortek
klinis gangguan sosial, prefrontal dan kortek parietal. Selain itu
akademis, dan pekerjaan. juga nukleus ventrolateral yang terdapat
Gejala tersebut terjadi bukan akibat ditalamus juga ikut membantu tercapai
kelainan perkembangan mental tingkat perhatian yang diinginkan.(3)
pervasif, skizofrenia, atau kelainan Thalamus tidak hanya melaku-
psikotik dan gangguan mental yang kan pengiriman impuls semata, akan
lainnya (gangguan mood, gangguan tetapi juga melakukan pengolahan
ansietas, gangguan dissosiasi, gangguan impuls yang diterima. Interaksi antar sel
kepribadian). nuklues yang terdapat di thalamus akan
melewati nukleus reikularis yang bertin-
Etiologi ADHD dak penghambat sinyal yang tak
Penyebab pasti dari ADHD diinginkan. Peranan nukleus retikularis
sampai saat ini belum diketahui, diduga tersebut akan menyebabkan impuls
kelainan ini berhubungan dengan yang akan dikirimkan oleh thalamus
beberapa faktor seperti genetik, menjadi lebih terarah, ke daerah kortek
yang diinginkan.(3)
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 183

Pengaturan perhatian dihipotesa- Kegagalan untuk merespon impuls


kan terjadi melalui mekanisme Top – sesuai tingkatan emosi yang sesuai
Down Attention dan Bottom – Up menyebabkan seseorang bertindak
Attention. Pengaturan Top – down impulsive dan agresif yang dapat
Attention diperkirakan terjadi melalui berbahaya bagi diri sendiri maupun bagi
proses impuls saraf dikirim oleh kortek lingkungan sekitarnya.(5)
prefrontal ke kortek parietal dan kortek Peranan thalamus, amigdala dan
temporal sedangkan pada Bottom –Up kortek dalam pengaturan emosi
Attention rangsangan yang diterima merupakan proses yang rumit. Impuls
kortek temporal atau kortek parietal yang diterima oleh alat sensorik, akan
akan dikirimkan ke kortek pre- sampai ke thalamus dan dikirimkan ke
frontal.(3,4) amigdala dan kortek sensoris. Kortek
Pengaturan emosi melibatkan prefrontal terlibat juga dengan mengatur
beberapa bagian otak terutama pada impuls yang diterima oleh kortek
kortek thalamus dan amigdala. sensoris.(5)

Gambar. 1. Pengaturan emosi. Dikuti dari : Armony J, Ledoux JE. How danger is
encoded: toward a systems, cellular, and computational understanding of cognitive-
emotional interactions in fear In: Gazzaniga MS, ed. The new cognitive neurosciences.
London: Cambridge; 2000:1067-77

Aktifitas yang sepadan dan bertujuan merupakan hasil olahan impuls yang
melibatkan kortek parietal, kortek prefrontal, ganglia basalis dan serebelum.
kortek prefrontal mendapat sinyal dari kortek parietal. Kortek prefrontal bersama-
sama dengan area tambahan motorik di kortek juga berinterakasi dengan ganglia
basalis untuk menghasilkan gerak yang sepadan baik intensitas maupun
durasinya.(6)
Yanofiandi, Iskandar Syarif, PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI 184
PENYEBAB ADHD

Gambar. 2. Pengaturan gerak oleh beberapa bagian otak. dikuti dari : O. Hikosaka, K.
Sakai, H. Nakahara, et al. Neural mechanisms for learning of sequential proceduresO.
Hikosaka, K. Sakai, H. Nakahara, X. Lu, S. Miyachi, K. Nakamura,M. K. Rand,553-567.
In: Gazzaniga MS, ed. The new cognitive neurosciences. 2 ed. London: Cambridge;
2000:553-67

Pengaturan fungsi atensi, akti- Gangguan neuroanatomi pada


fitas dan tingkah laku normal tersebut ADHD
dijalankan oleh otak melalui neuro- Pada penderita ADHD didapatkan
tranmiter terutama katekolamin dan volume otak yang lebih kecil
serotonin. Katekolamin terdiri atas dibandingkan dengan anak yang seusia
dopamin, norepineprin dan epineprin. dengannya. Penelitian terhadap
Katekolamin tersebut terlibat dalam terhadap penderita ADHD disbanding-
pengaturan gerak, emosi dan fungsi kan dengan saudaranya yang tidak
viseral.(7) Reseptor katekolamin dapat menderita ADHD didapatkan penu-
ditemukan pada beberapa bagian otak runan volume otak sebesar 4%.
seperti kortek prefrontal, kortek Sedangkan volume otak saudara
parietal, kortek anterior singulata, penderita ADHD dibandingkan dengan
ganglia basalis, thalamus, dan individu yang tidak memiliki riwayat
(7)
serebelum. keluarga ADHD, didapatkan volume
Selain katekolamin, neurotran- otak mereka yang memiliki riwayat
miter lainnya yang penting didalam keluarga ADHD 3,4% lebih kecil.(4)
pengaturan atensi, aktifitas dan tingkah Pemeriksaan volume otak ter-
laku normal adalah serotonin. Reseptor sebut menemukan penurunan volume
serotonin dapat ditemukan pada kortek pada kortek frontalis, ganglia basalis
serebri dan ganglia basalis. Serotonin dan serebelum pada penderita ADHD.
ikut serta dalam pengaturan emosi dan Bagian – bagian otak tersebut berperan
tingkah laku.(7) didalam pengaturan aktivitas, perhatian
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 185

dan emosi secara baik. Karena itu, terjadinya perubahan pada bagian –
gangguan yang terjadi pada penderita bagian otak tersebut.(8)
ADHD diduga sebagai akibat dari

Tabel.1 Abnormalitas otak pada penderita ADHD(8)

Gangguan neurotranmiter pada Penanganan penderita ADHD


ADHD Tujuan penanganan terhadap penderita
Mekanisme perhatian secara normal ADHD meliputi peningkatan daya
merupakan usaha untuk memfokuskan akademik, kemandirian, perbaikan
pada satu rangsangan dengan cara dalam interaksi, dan peningkatan
memperkuat rangsangan tersebut kontrol diri dan sedapat mungkin
sekaligus mengabaikan rangsangan ditujukan kausa ADHD tersebut.
penganggu yang diterima. Didalam Penanganan tersebut dilakukan secara
mekanisme tersebut terdapat peranan komprehensif yang melibatkan
beberapa neurotrasmiter seperti orangtua, guru dan klinis dengan teknik
norepineprin yang akan memperkuat intervansi tingkah laku, nutrisi dan
rangsangan yang diinginkan dan pemberian obat-obatan.(9,10)
dopamine yang akan menurunkan Metilpenidate dan amfetamin
rangsangan penganggu yang diterima. merupakan obat lini pertama pada
Peranan neurotramiter tersebut dalam ADHD. Kedua jenis obat ini
pathogenesis terjadinya ADHD sampai menunjukkan efektifitas yang sama
saat ini masih dalam penelitian.(4) dalam pengobatan ADHA. Obat ini
Yanofiandi, Iskandar Syarif, PERUBAHAN NEUROANATOMI SEBAGAI 186
PENYEBAB ADHD

bekerja melalui penguatan katekolamin Gangguan neuroanatomis tersebut


yaitu peningkatan jumlah dopamin dan bukanlah satu - satunya penyebab
norepineprin pada celah sinap sirkuit terjadinya ADHD. Beberapa faktor
fronto-cortical striatal yang mengatur lainya seperti faktor genetik dan
atensi, dan imopulsif. Pemberian obat lingkungan ikut berperan dalam
ini dimulai dari dosis terendah dan terjadinya ADHD. Pendekatan yang
dinaikkan secara bertahap sampai komprehensif, berupa pemberian obat-
tercapai efek terapeutik yang diingin- obatan dan intervensi tingkahlaku dan
kan. Target dosis yang diinginkan nutrisi akan memberikan hasil yang
adalah tercapainya kemampuan mak- lebih baik dalam penanganan ADHD.
simal dengan efek samping obat yang
minimal.(9) KEPUSTAKAAN
Atomoxine merupakan obat lini 1. Lisa Albers Prock, Leonard
kedua dalam pengobatan ADHD. Rappaport. Attention and
Atomoxine merupakan inhibitor selektif deficits of attention. In: Carey
norepineprin transporter presinap pada WB, Crocker AC, Coleman WL,
sistem saraf pusat. Atomoxifen Elias ER, Feldman HM, eds.
meningkatkan kosentrasi norepineprin Developmental-behavioral
dan dopamin khususnya pada kortek pediatrics. Philadelphia
prefrontal yang merupakan pemain Saunders. ; 2009: 524-34.
utama dalam pengaturan attensi dan
tingkah laku. Dosis permulaan yang 2. Raz A. Brain imaging data of
digunakan 0,5 mg/kg setiap pagi hari ADHD. Psychiatric Times
dan dapat ditingkatkan setiap 4 sampai 2004;21.
7 hari sampai dosis maksimum 1.4
mg/kg. Pemberian dosis terbagi dapat 3. laberge D. Networks of
digunakan untuk mengurangi terjadinya attention. In: Michael S.
efek samping. Atomoxine dapat men- Gazzaniga, ed. The new
jadi pilihan bagi penderita ADHD yang cognitive neurosciences. 2 ed.
tidak toleran dengan obat golongan London: Cambridge; 2000:711-
stimulant.(9,11) 22.
Ditinjau dari pencapaian
akedemis, sikap dan tingkah laku, 4. Arnsten AF. The Emerging
penanganan terpadu tersebut akan Neurobiology of Attention
memberikan hasilyang lebih baik Deficit Hyperactivity Disorder:
dibandingkan dengan pemberian obat- The Key Role of the Prefrontal
obatan saja.(9) agar penangan terhadap Association Cortex. J Pediatr
penderita ADHD dapat berhasil dengan 2009;154:I-S43.
baik, peran orang tua, guru dan
lingkungan sekitarnya sangat menentu- 5. Armony J, Ledoux JE. How
kan. danger is encoded: toward a
systems, cellular, and
Kesimpulan computational understanding of
Terdapat bukti keterlibatan cognitive-emotional interactions
ganguan otak baik secara anatomis in fear In: Gazzaniga MS, ed.
maupun neurotrasmiternya dalam The new cognitive
terjadinya gejala inatentif, hiperaktif neurosciences. London:
dan impulsive pada penderita ADHD. Cambridge; 2000:1067-77.
Majalah Kedokteran Andalas, Vol.33. No.2. Juli –Desember 2009 187

6. O. Hikosaka, K. Sakai, H. 8. Seidman LJ, Valera EM, Makris


Nakahara, et al. Neural N. Structural brain imaging of
mechanisms for learning of attention-deficit/hyperactivity
sequential proceduresO. disorder. Biol Psychiatry 2005;
Hikosaka, K. Sakai, H. 57: 1263-72.
Nakahara, X. Lu, S. Miyachi, K.
Nakamura,M. K. Rand,553-567. 9. Pediatrics. aAo. Clinical
In: Gazzaniga MS, ed. The new practice guideline: Treatment of
cognitive neurosciences. 2 ed. the school-aged child with
London: Cambridge; 2000: 553- attention-deficit/hyperactivity
67. disorder. AAP 2001; 104: 1032-
42.
7. Bear M, Connor B, Paradiso M.
Neurotransmitter system. In: 10. Spencer TJ. Issues in the
Exploring the brain. 3 ed. management of patients with
Philadelphia: Lippincot complex ADHD symptoms.J
William-Wilkin; 2007:141-6. Pediatr 2009; 154: S4-S12.

11. Lopez FA. ADHD: new


pharmacological treatments on
the horizon. J Dev Behav
Pediatr 2006; 27: 410-6.

Anda mungkin juga menyukai