Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
budidaya tanaman karena menentukan masa perkembangan dan pertumbuhan
tanaman. Perawatan tidak hanya ditujukan pada tanamannya, tetapi juga pada
media tanah pada lahan pertanaman tersebut. Perawatan tanaman kelapa sawit
meliputi penyulaman, pembuatan piringan, penanaman tanaman sela atau penutup
tanah, pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, dan penyerbukan buatan.
Pemeliharaan melalui kesesuaian lahan dan iklim atau cuaca erat kaitannya
dengan penyebaran lokasi, khususnya pada daerah-daerah dengan daya saing
kelapa sawit cukup rendah dibandingkan komoditi alternatif lainnya, sehingga
diperlukan adanya pemetaan lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
oleh tanaman dengan dosis yang tepat. Pemberian pupuk yang tidak seimbang
akan menyebabkan hal buruk, yang dapat menurunkan hasil produksi kelapa sawit
serta dapat merusak tanah (Salmiyati et al., 2014).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah. Kebutuhan hara
kelapa sawit sangat beragam dan sangat bergantung pada potensi produksi (fungsi
genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim. Unsur hara dibagi menjadi 2
berdasarkan tingkat kebutuhannya yaitu unsure hara makro (N, P, K, S, Ca, dan
Mg) dan unsur hara mikro yang jumlah kebutuhannya relatif kecil. Kebutuhan
akan pupuk harus disesuaikan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman.
Menurut Purwono (2017), untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pemupukan
maka harus mengacu pada prinsip 4T yaitu (waktu yang tepat, jenis hak, dosis
tepat, dan metode yang benar).
Tanaman kelapa sawit perlu dipangkas agar jumlah daun pada tanaman
optimal. Terdapat tiga jenis pemangkasan pada tanaman sawit, salah satunya yaitu
pemangkasan produksi atau pemangkasan pada saat akan dilakukan pemanenan.
Pemangkasan ini juga burtujuan untuk membuang pelepah-pelepah yang sudah
tua dan tidak produktif, selain itu juga untuk memperbaiki sirkulasi udara diantara
tajuk tanaman kelapa sawit dan juga dapat memudahkan proses pemanenan.
Pelepah pada tanaman kelapa sawit biasanya dipertahankan dalam jumlah tertentu
untuk melancarkan metabolisme dan proses fotosintesis (Temu et al., 2013)
Pemeliharaan lain pada kelapa sawit yaitu pengendalian gulma yang
bertujuan agar pemupukan lebih efektif karena langsung terserap oleh tanaman
sawit dan memaksimalkan hasil produksi. Kerugian yang ditimbulkan dengan
adanya gulma pada sekitar tanaman kelapa sawit yaitu mengganggu penetrasi
sinar matahari ke permukaan air oleh gulma air dan dengan adanya gulma dapat
mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. Kerugian
lainnya adalah terganggunya akses jalan untuk perawatan tanaman kelapa sawit,
sehingga pertumbuhannya bisa tidak maksimal karena kesulitan salam perawatan
yang disebabkan adanya gulma. Teknik pengendalian gulma biasanya disesuaikan
dengan keadaan lahan yang ada. (Muchlis, 2015)
4
Pengendalian gulma biasanya dilakukan dua kali dalam setahun tergantung
pada jenis gulma dan banyaknya gulma pada sekitar tanaman kelapa sawit. Jenis
gulma dibedakan menjadi dua yaitu gulma berbahaya dan gulma lunak. Gulma
berbahaya adalah gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok
sehingga dapat menjadi ancaman. Gulma lunak adalah gulma yang keberadaannya
dalam budidaya tanaman kelapa sawit dapat ditoleransi dan dapat menahan erosi
tanah namun jumlahnya juga tetap harus dikendalikan agar tetap seimbang.
Pengendalian dapat dilakukan secara mekanik dan kimia tergantung pada jenis
gulma yang ada bahan kimia dalam pengendalian gulma adalah efeknya relatif
cepat dibandingkan dengan hanya menggunakan cara mekanik (Hartono, dkk.
2014).
5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
6
1. Membuat piringan di sekililing tanaman berdasarkan umur tanaman kelapa
sawit yaitu 0,6 meter untuk tanaman kelapa sawit umur 1-12 bulan, 1 meter
untuk tanaman umur 12-36 bulan, dan 1,5 meter untuk tanaman yang berumur
>36 bulan.
2. Membersihkan gulma di piringan menggunakan sabit untuk tanaman yang agak
keras dan menggunakan cangkul untuk membersihkan rumput dan ilalang.
3. Menentukan tanaman yang akan diberi perlakuan pemupukan.
4. Membersihkan piringan di bawah tajuk tanaman dari gulma yang ada sampai
jarak 1,5 meter dari batang pokok tanaman kelapa sawit.
5. Membuat alur parit melingkar di sekitar tanaman sedalam 10 cm untuk
meletakkan pupuk yang akan diaplikasikan.
6. Melakukan pemupukan menggunakan Urea, SP-36, dan KCL dengan dosis
Urea 225 kg/ha, SP-36 115 kg/ha, dan KCL 200 kg/ha. Menaburkan seluruh
bagian Urea, SP-36, dan KCL.
7. Menutup parit dengan tanah dan meratakan kembali kemudian melakukan
penyiraman sampai pupuk terlarut.
7
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, B., Dkk. 2014. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq) Belum Menghasilkan Di Lahan Pasang Surut Yang
Dilakukan Petani Di Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir.
JOM Faperta,1(2): 1-15.
Lubis, R. E., Agus, W. 2011. Kelapa Sawit. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Gilbert, S., Antoni Manoni, & Amelia Kajumolo. (2013). Tanzania Palm Oil
Industry: Anditing and Characterization of Oil Palm Wastes Potential Bio-
resource for Valorization. Chemical,Biological and Physical Sciences,
4(1): 104-108.
Salmiyati, Arien Heryansyah, Ida Idayu, & Eko Supriyanto. 2014. Oil Palm
Plantions Management Effect on Productivity Fresh Fruit Bunch (FFB).
APCBEE Procedia 8, 1(2): 282-286.
Samedani, B., Shuker, A., Awadz, S., Y.Kafil, M., Abdul, A., & Farves Anwarr.
2014. Effect of Cover Crops on Weed Community and Oil Palm Yield.
Agriculture & Biology, 3(1): 23-31.
8
Lubis, R. E., Agus, W. 2011. Kelapa Sawit. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
9
10
11
12
13
14
15
16