Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT

Oleh

Golongan G/Kelompok 1/1a

1. Sofitania Agusta (171510601007)


2. Ika Suciati Rukmana (171510601049)
3. Eka Indriani R (171510601053)
4. Devi Apriliyanti (171510601075)

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang menduduki posisi terpenting di sektor pertanian, hal ini
dikarenakankelapa sawit mampu menghasilkan nilai ekonomi terbesar per
hektarnya. Kelapa sawit juga memiliki banyak manfaat yaitu sebagai bahan bakar
alternatif biodisel, bahan pupuk kompos, bahan dasar industri lainnya seperti
industri kosmetik, industri makanan, dan sebagai obat salah satu bentuk produk
yang dihasilkan kelapa sawit adalah minyak sawit. Minyak sawit mampu
menggantikan peran kelapa (Cocos nucifera) sebagai sumber bahan baku atau
bahan mentah bagi industri pangan maupun non pangan di dalam negeri dan
ditetaapkan sebagai salah satu primadona ekspor non migas Indonesia. Prospek
pasar bagi olahan kelapa sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun
ke tahun terus-menerus mengalami peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di
dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Oleh sebab itu, sebagai Indonesia sebagai
negara tropis yang masih memiliki lahan yang cukup luas, Negara Indonesia
berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan tanaman kelapa sawit.
Indonesia merupakan salah satu negara agraris, dimana sebagian besar
penduduknya hidup dari hasil pertanian. Menyadari akan hal itu maka sejak jaman
dahulu secara bertahap pemerintah terus meningkatkan pembangunan dibidang
pertanian yang meliputi sektor pangan, perkebunan dan perikanan. Pembangunan
pertanian diupayakan untuk meningkatkan hasil pertanian baik kualitas maupun
kuantitas melalui perbaikan teknik budidaya, perluasan lahan pertanian serta
pembangunan dan perbaikan sistem pengolahan hasil. Rendahnya produktivitas
dan mutu hasil, disebabkan oleh faktor budidaya. Hal ini tentu sangat merugikan
bagi para petani kelapa sawit. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam proses
budidaya diperlukan suatu perlakuan khusus seperti pemeliharaan terhadap
tanaman kelapa sawit dengan tujuan untuk memperbaiki produktivitas buah
kelapa sawit.

1
Pemeliharaan tanaman merupakan hal yang sangat penting dalam usaha
budidaya tanaman karena menentukan masa perkembangan dan pertumbuhan
tanaman. Perawatan tidak hanya ditujukan pada tanamannya, tetapi juga pada
media tanah pada lahan pertanaman tersebut. Perawatan tanaman kelapa sawit
meliputi penyulaman, pembuatan piringan, penanaman tanaman sela atau penutup
tanah, pengendalian gulma, pemangkasan, pemupukan, dan penyerbukan buatan.
Pemeliharaan melalui kesesuaian lahan dan iklim atau cuaca erat kaitannya
dengan penyebaran lokasi, khususnya pada daerah-daerah dengan daya saing
kelapa sawit cukup rendah dibandingkan komoditi alternatif lainnya, sehingga
diperlukan adanya pemetaan lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kelapa sawit memiliki syarat tumbuh yang harus diperhatikan


dalam proses pembudidayaannya agar produktivitas hasil tercapai. Tanaman
kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk
proses fotosintesis. Suhu juga merupakan salah satu syarat tumbuh kelapa sawit,
dimana suhu rata-rata tahunan sangat diperlukan untuk produksi buah. Suhu
minimum tanaman kelapa sawit yaitu 20 C dan suhu optimal seperti di daerah
tropis dapat mendukung proses pertumbuhannya. Tanah merupkan syarat tumbuh
kelapa sawit yang paling penting dan perlu diperhatikan. Kelapa sawit dapat hidup
pada tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah sendiri adalah bagian dari
lahan yang digunakan untuk menanam tanaman kelapa sawit. Tanpa adanya lahan
maka tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Lahan yang optimal untuk
tanaman kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor yaitu lingkungan, sifat fisik
lahan, dan sifat kimia atau kesuburan tanah (Lubis dan Agus, 2011).
Kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan perawatan dalam
pertumbuhan serta perkembangan. Perawatan kelapa sawit meliputi, penyiangan
gulma, pemberantasan hama dan penyakit serta melakukan pemupukan sesuai
dengan kebutuhan. Fungsi dari penyiangan gulma yaitu meminimalisir adanya
persaingan antar tanaman untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah yang
mengakibatkan hal buruk kepada output yang dihasilkan tanaman kelapa sawit
diantaranya adalah dapat menurunkan produksi. Kegiatan pembabatan gulma
dilakukan disekitar tanaman kelapa sawit yang berjarak 1,5 meter dari pohon
utama. Keberadaan gulma harus senantiasa dipantau secara berkala untuk
memastikan serta merawat tanaman kelapa sawit bebas dari gulma (Samedani et
al., 2014)
Pemupukan dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit merupakan unsur
penting yang harus dilakukan, karena hal tersebut mempengaruuhi jumlah
produksi hasil kelapa sawit tersebut. Pemupukan merupakan kegiatan untuk
menambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah untuk keberlangsungan hidup
tanaman sawit. Pemberian pupuk harus sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan

3
oleh tanaman dengan dosis yang tepat. Pemberian pupuk yang tidak seimbang
akan menyebabkan hal buruk, yang dapat menurunkan hasil produksi kelapa sawit
serta dapat merusak tanah (Salmiyati et al., 2014).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah. Kebutuhan hara
kelapa sawit sangat beragam dan sangat bergantung pada potensi produksi (fungsi
genetik dari bahan tanaman) dan faktor iklim. Unsur hara dibagi menjadi 2
berdasarkan tingkat kebutuhannya yaitu unsure hara makro (N, P, K, S, Ca, dan
Mg) dan unsur hara mikro yang jumlah kebutuhannya relatif kecil. Kebutuhan
akan pupuk harus disesuaikan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman.
Menurut Purwono (2017), untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pemupukan
maka harus mengacu pada prinsip 4T yaitu (waktu yang tepat, jenis hak, dosis
tepat, dan metode yang benar).
Tanaman kelapa sawit perlu dipangkas agar jumlah daun pada tanaman
optimal. Terdapat tiga jenis pemangkasan pada tanaman sawit, salah satunya yaitu
pemangkasan produksi atau pemangkasan pada saat akan dilakukan pemanenan.
Pemangkasan ini juga burtujuan untuk membuang pelepah-pelepah yang sudah
tua dan tidak produktif, selain itu juga untuk memperbaiki sirkulasi udara diantara
tajuk tanaman kelapa sawit dan juga dapat memudahkan proses pemanenan.
Pelepah pada tanaman kelapa sawit biasanya dipertahankan dalam jumlah tertentu
untuk melancarkan metabolisme dan proses fotosintesis (Temu et al., 2013)
Pemeliharaan lain pada kelapa sawit yaitu pengendalian gulma yang
bertujuan agar pemupukan lebih efektif karena langsung terserap oleh tanaman
sawit dan memaksimalkan hasil produksi. Kerugian yang ditimbulkan dengan
adanya gulma pada sekitar tanaman kelapa sawit yaitu mengganggu penetrasi
sinar matahari ke permukaan air oleh gulma air dan dengan adanya gulma dapat
mengurangi zat oksigen dalam air dan menurunkan produktivitas air. Kerugian
lainnya adalah terganggunya akses jalan untuk perawatan tanaman kelapa sawit,
sehingga pertumbuhannya bisa tidak maksimal karena kesulitan salam perawatan
yang disebabkan adanya gulma. Teknik pengendalian gulma biasanya disesuaikan
dengan keadaan lahan yang ada. (Muchlis, 2015)

4
Pengendalian gulma biasanya dilakukan dua kali dalam setahun tergantung
pada jenis gulma dan banyaknya gulma pada sekitar tanaman kelapa sawit. Jenis
gulma dibedakan menjadi dua yaitu gulma berbahaya dan gulma lunak. Gulma
berbahaya adalah gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman pokok
sehingga dapat menjadi ancaman. Gulma lunak adalah gulma yang keberadaannya
dalam budidaya tanaman kelapa sawit dapat ditoleransi dan dapat menahan erosi
tanah namun jumlahnya juga tetap harus dikendalikan agar tetap seimbang.
Pengendalian dapat dilakukan secara mekanik dan kimia tergantung pada jenis
gulma yang ada bahan kimia dalam pengendalian gulma adalah efeknya relatif
cepat dibandingkan dengan hanya menggunakan cara mekanik (Hartono, dkk.
2014).

5
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit dilaksanakan pada hari
Sabtu, 20 Oktober 2018. Pukul 15.00 WIB, di Agrotechnopark Jubung, Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Alat
1. Dodos atau sabit pemotong BTS
2. Cangkul
3. Sabit
4. Timba
3.2.2 Bahan
1. Tanaman kelapa sawit
2. Pupuk Urea
3. Pupuk SP-36
4. Pupuk KCl
3.3 Cara Kerja
a. Memangkas Tanaman Kelapa Sawit
1. Memotong pelepah daun terbawah dengan meninggalkan bagian pangkal
pelepah sepanjang 2+ 3 cm atau selebar tandan buah sawit. Tanaman muda
(kurang 4 tahun) + buah pelepah kering saja. Umur tanaman 4 + 7 tahun
jumlah pelepah yang dipertahankan 48 + 56 pelepah/pokok. Tinggalkan 2
pelepah di bawah tandan hitam berkahir.
2. Mempertahankan jumlah pelepah 4–48 pelepah/pokok pada umur pokok 8 + 14
tahun. Meninggalkan 1 pelepah di bawah tandan hitam yang terakhir.
3. Mempertahankan 32 + 40 pelepah/pokok pada saat umur pokok melebihi 15
tahun. Meninggalkan 1 pelepah di bawah tandan hitam terakhir.
b. Membuat piringan dan pemupukan tanaman kelapa sawit.

6
1. Membuat piringan di sekililing tanaman berdasarkan umur tanaman kelapa
sawit yaitu 0,6 meter untuk tanaman kelapa sawit umur 1-12 bulan, 1 meter
untuk tanaman umur 12-36 bulan, dan 1,5 meter untuk tanaman yang berumur
>36 bulan.
2. Membersihkan gulma di piringan menggunakan sabit untuk tanaman yang agak
keras dan menggunakan cangkul untuk membersihkan rumput dan ilalang.
3. Menentukan tanaman yang akan diberi perlakuan pemupukan.
4. Membersihkan piringan di bawah tajuk tanaman dari gulma yang ada sampai
jarak 1,5 meter dari batang pokok tanaman kelapa sawit.
5. Membuat alur parit melingkar di sekitar tanaman sedalam 10 cm untuk
meletakkan pupuk yang akan diaplikasikan.
6. Melakukan pemupukan menggunakan Urea, SP-36, dan KCL dengan dosis
Urea 225 kg/ha, SP-36 115 kg/ha, dan KCL 200 kg/ha. Menaburkan seluruh
bagian Urea, SP-36, dan KCL.
7. Menutup parit dengan tanah dan meratakan kembali kemudian melakukan
penyiraman sampai pupuk terlarut.

3.4 Variabel Pengamatan


Hasil pemangkasan dan pemupukan tanaman kelapa sawit.

3.5 Analisis Data


Praktikum ini dianalisis dengan analisis statistik deskriptif.

7
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, B., Dkk. 2014. Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq) Belum Menghasilkan Di Lahan Pasang Surut Yang
Dilakukan Petani Di Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir.
JOM Faperta,1(2): 1-15.

Lubis, R. E., Agus, W. 2011. Kelapa Sawit. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Muchlis, A dan Adiwirman. 2015. Perbandingan Teknik Budidaya Tanaman


Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Pola Kkpa Di Kabupaten Rokan
Hilir Dan Kabupaten Siak Dengan Pt. Minamas Plantation. JOM Faperta,
2(2): 1-15.

Purwono, S. M. P. 2017. Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis


Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah. Bul.
Agrohorti. 5 (3) : 316-324.

Gilbert, S., Antoni Manoni, & Amelia Kajumolo. (2013). Tanzania Palm Oil
Industry: Anditing and Characterization of Oil Palm Wastes Potential Bio-
resource for Valorization. Chemical,Biological and Physical Sciences,
4(1): 104-108.
Salmiyati, Arien Heryansyah, Ida Idayu, & Eko Supriyanto. 2014. Oil Palm
Plantions Management Effect on Productivity Fresh Fruit Bunch (FFB).
APCBEE Procedia 8, 1(2): 282-286.
Samedani, B., Shuker, A., Awadz, S., Y.Kafil, M., Abdul, A., & Farves Anwarr.
2014. Effect of Cover Crops on Weed Community and Oil Palm Yield.
Agriculture & Biology, 3(1): 23-31.

8
Lubis, R. E., Agus, W. 2011. Kelapa Sawit. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

9
10
11
12
13
14
15
16

Anda mungkin juga menyukai