Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

“REAKSI REDOKS”

Yang dibina oleh


Bapak Husni Wahyu Wijaya S.Si., S.Pd., M.Si
Bapak Herunata S.Pd., M.Pd.

Oleh
Kelompok 4 Offering D
*Fikriyah Qonita Aisy (190331622803)*
Titin Sriwahyuni (190331622839)
Tria Anggraini (190331622856)

LABORATORIUM KIMIA DASAR

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FEBRUARI 2020
1. Tujuan Praktikum
 Mengamati terjadinya redoks dalam suatu reaksi kimia
2. Dasar Teori
 Reaksi Reduksi Oksidasi
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yag berkenaan dengan
interkovensi energi listrik dan energi kimia. Proses elektrokimia adalah
reaksi redoks (reduksi-oksidasi) dimana dalam reaksi ini energi yag
dilepas oleh reaksi spontan diubah menjadi listrik atau dimana energi
listrik digunakan agar reaksi yag nonspontan bisa terjadi. Reaksi redoks
berpera dalam banyak hal di dalam kehidupan kita sehari hari. Reaksi ini
terlibat mulai dari pembakaran bahan bakar minyak bumi sapai denga
kerja cairan pemutih yang digunakan dalam rumah tangga. Selia itu,
sebagian besar unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya melalui
proses oksidasi atau reaksi. Salah satu contohnya adalah reasi
pembentukan kalsium oksida (CaO) dari kalsium dan oksigen:

2Ca(s) + O2(g) 2CaO(S)

Kalsium oksida (CaO) adalah senyawa ionik yang tersusun atas ion Ca2+
dan O2-. Dalam reaksi pertama, 2 atom Ca memberika atau memindahkan
4 elektron kepada 2 atom O (dalam O2). Agar lebih mudah dipahami,
proses ini dapat dibuat sebagai 2 tahap terpisah, tahap yang satu melibatka
hilangnya 4 elektron dari 2 atom Ca dan tahap yang lain melibatkan
penagkapan 4 elektron oleh molekul O2.
2Ca(s) 2Ca2+ + 4e-
O2 + 4e- 2O2-
Setiap tahap diatas tersebut sebagai reaksi setengah sel, yang secara
eksplisit menunjukkan banyaknya elektron yang terlibat dalam reaksi.
Jumlah dari reaksi setengah sel memberikan reaksi keseluruhan

2Ca + O2 + 4e- 2Ca2+ + 2O2- + 4e-

Atau jika kita menghapus elektron elektronnya yang muncul dalam kedua
sisi persamaan reaksi,
2Ca + O2 2Ca2+ + 2O2-
Akhirnya, ion Ca2+ dan O2- bergabung membentuk CaO: 2Ca(s) + O2(g)
2CaO(S).

Reaksi setengah sel yag melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi.
Reaksi setengah sel yag melibatka penagkapan elektron disebut reaksi reduksi.
Dalam pembentukan kalsium oksida, kalsium teroksidasi. Kalsium bertindak
sebagai suatu zat pereduksi karena memberikan elektron kepada oksigen da
menyebabkan oksigen tereduksi. Oksigen tereduksi bertindak sebagai zat
pengoksidasi karena menerima elektron dari kalsium, yang menyebabkan kalsium
teroksidasi. Tingkat oksidasi dalam reaksi redoks harus sama dengan tingkat
reduksi. Yaitu, jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama dengan
jumlah elektron yang diterima oleh zat pengoksidasi. Suatu jenis reaksi redoks
yang umum adalah reaksi antara logam dengan asam, dituliskan sebagai:

Logam + Asam garam + molekul hidrogen


 Bilangan Oksidasi
Untuk dapat menelusuri elektron elektron yang terlibat dalam reaksi redoks, maka
perlu dituliskan bilaga oksidasi pada reaktan maupun produk. Bilangan oksidasi
merujuk pada jumlah muatan yang dimiliki suatu atom dalam molekul (senyawa
ionik) jika elektron elektronnya berpindah seluruhnya. Sebagai contoh,
pembentukan HCl dan SO2 sebagai berikut:

0 0 +1 -1 0 0 +4 -2
H2(g) + Cl2(g) 2HCl S(S) + O2(g) 2SO2(g)

Angka diatas lambang unsur adalah bilangan oksidasinya. Dalam kedua reaksi
diatas menunjukkan tida ada muatan pada atom atom di dalam molekul reaktan.
Dengan demikian bilangan oksidasi pada molekul reaktan adalah 0. Naun deikian,
untuk molekul produk, perpindahan eletron dianggap telah terjadi dengan
sempruna dan atom atom telah menangkap atau kehilangan elektron elektronnya.
Bilangan oksidasi mencerminkan jumlah elektron “yang berpindah”. Format ini
memudahkan kita untuk mengidentifikasi unsur unsur yang teroksidasi (bilangan
oksidasi bertambah) dan yang tereduksi (bilangan oksidasinya berkurang) secara
cepat. Unsur unsur yang menunjukkan peningkatan bilanga oksidasi, hidrogen da
belerang pada contoh diatas, teroksidasi dalam reaksi. Klor dan oksigen tereduksi,
sehingga bilangan oksidasinya mengalami penurunan dari keadaan semula. Kita
dapat menggunakan aturan aturan berikut untuk menentukan bilangan oksidasi:

 Dalam unsur bebas (yaitu, dalam keadaan tidak bergabung), setiap atom
memiliki bilangan oksidasi nol. Jadi, setiap atom dalam H2, Br2, Na, Be,
K, O2, dan P4 memiliki bilagan oksidasi yang sama yaitu nol.

Untuk ion ion yang tersusun atas satu atom saja, bilangan oksidasinya
sama dengan muatan ion tersebut. Jadi, Li+ memiliki bilangan oksidasi
+1, ion Ba2+,+2; ion Fe3+,+3; I-,-1; ion O2-,-2; dan seterusnya. Semua
logam alkali tanah memiliki bilangan oksidasi +2 dalam senyawanya.
Alumunium memiliki bilangan oksidasi +3 dalam semua senyawanya.
 Bilangan oksidasi oksigen dalam sebagian besar senyawanya (sebagai
contoh, MgO dan H2O) adalah -2, tetapi dalam hidrogen peroksida (H2O2)
dan ion peroksida (O22-), bilangan oksidasinya adalah -1.
 Bilangan oksidasi hidrogen adalah +1, kecuali bila hidrogen berikatan
dengan logam dalam bentuk senyawa biner. Dalam kasus ini (misal LiH,
NaH, dan CaH2) bilangan oksidasinya adalah -1.
 Fluor memiliki bilangan oksidasi -1 dalam semua senyawanya. Halogen
lainnya (Cl, Br, dan I) memiliki bilangan oksidasi negatif ketika sebagian
ion halida dalam senyawanya. Ketika halogen halogen tersebut bergabung
dengan oksigen misalnya dalam asam okso dan anion okso maka
memiliki bilangan oksidasi positif.
 Dalam molekul netral, jumlah bilangan oksidasi semua atom penyusunnya
harus nol. Dalam ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi semua unsur
dalam ion tersebut harus sama dengan muatan total ion. Sebagai contoh.
Dalam ion amonium, NH4+, bilangan oksidasi N adalah -3 dan bilangan
oksidasi H adalah +1. Maka jumlah bilangan oksidasinya adalah -3 + 4
(+1) = +1, yang sama dengan muatan total ion.
 Deret Kreaktifan
Reaksi antara logam dengan asam klorida adalah contoh reaksi penggantian.
Disebut demikian karena satu ion atau atom dalam reaksi digantikan oleh ion
logam. Reaksi penggantian merupakan reaksi redoks yang paling umum. Sebuah
logam dalam senyawa dapat juga digantika oleh logam lainnya yang berada dalam
keadaan bebas. Sebagai contoh, ketika logam seng ditambahkan ke dalam larutan
yang mengandung tembaga sulfat (CuSO4), seng menggatikan ion ion Cu2+ dari
larutannya:

0 +2 +2 0
Zn(s) + CuSO4(aq) ZnSO4(aq) + Cu(s)

Persamaan ionik totalnya adalah:

0 +2 +2 0
2+ 2+
Zn(s) + Cu (aq) Zn (aq) + Cu(s)

Apabila logam dalam reaksi diatas diperlukan perannya, maka tidak akan terjadi reaksi.
Dengan kata lain, logam tembaga tidak akan menggantikan ion seng dari seng sulfat. Satu
cara yang mudah untuk meramalkan apakah suatu reaksi penggantian logam atau
hidrogen akan benar benar terjadi adalah dengan merujuk pada deret kereaktifan. Pada
dasarnya deret kereaktifan adalah suatu ragkuman hasil hasil dari sebayak mungkin reaksi
reaksi penggantian, mirip dengan hasil hasil yang sudah dibahas sebelumnya.
Berdasarkan deret ini, setiap logam yang terleta diatas hidrogen akan menggantika
hidrogen dari air atau dari suatu asam, tetapi logam logam yang terletak dibawah
hidrogen tidak akan bereaksi dengan air maupun asam. Kenyataannya, setiap spesi yang
tercantum dalam deret tersebut akan bereaksi denga senyawa yang mengandung spesi
apapun yag terletak dibawahnya. Sebagai contoh, Zn terletak diatas Cu, maka logam seng
akan menggantikan ion tembaga dari larutan tembaga sulfat. Dengan menggunakan deret
ini, kita dapat meramalkan reaksi semua logam alkali (Golongan 1A) dan beberapa logam
alkali tanah (Golongan 2A) dengan air dingin. Sebagai contoh, natrium (golongan 1A)
dan kalsium (Golongan 2A) bereaksi dengan air sebagai berikut:
0 +1 +1 +1 0
2Na(s) + 2H2O(l) 2NaOH(aq) + H2

0 +1 +2 +1 0
Ca(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) + H2(g)

3. Metodologi
3.1. Alat – alat
1. tabung reaksi
2. rak tabung reaksi
3. gelas ukur 10ml
4. tang penjepit dan ampelas
5. lampu spirtus
6. pipet tetes
3.2. Bahan
1. HCl 1M
2. KI 0,5M
3. AgNO3 0,1M
4. H2O2 10%
5. Cu
6. Zn
7. Mg
3.3. Cara Kerja
A. Pita Mg + O2
Pita Mg
Diambil pita Mg dengan panjang 5cm yang telah dibersihka dengan ampelas

Dijepit salah satu ujung pita Mg dengan tang penjepit

Dibakar ujung yang lain dengan lampu spiritus

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil
B. Spiral tembaga (Cu) + AgNO3 0,1M
Spiral Cu
Diisi tabung reaksi dengan 5ml larutan AgNO3 0,1M

Dimasukkan spiral Cu ke dalamnya

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

C. Lempeng Zinc (Zn) + larutan HCl 1M


Lempeng Zn
Diisi tabung reaksi dengan 5ml larutan HCl 1M

Dimasukkan sepotong logam zinc

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

D. Larutan H2O2 10% + KI 0,5M


KI 0,5M
Diisi tabung reaksi dengan 5ml larutan KI 0,5M

Dimasukkan larutan H2O2 10% sebanyak 10 tetes

Diamati perubahan yang terjadi

Hasil

4. Pembahasan
A. Pita Mg + O2
Hasil pengamatan terlihat bahwa warna pita magnesium sebelum dibakar adalah
berwarna abu abu, setelah dibakar berwarna abu abu keputihan. Bentuk pita
magnesium sebelum dibakar berbentuk padat batangan, setelah dibakar berbentuk
abu/serbuk. Reaksi yang terjadi pada pita magnesium saat dibakar adalah berwarna
nyala terang atau kilauan putih yang menyilauka mata. Reaksi yang terjadi saat pita
manesium dibakar di udara adalah:
+1 0 +2 -2
2Mg(s) + O2(g) 2MgO(s)
Yang bertindak sebagai reduktor adalah Mg, dan yang bertindak sebagai oksidator
adalah O2. Reaksi kimia ini memiliki ciri ciri yaitu terjadi perubahan warna
sebelum dan sesudah pita pita magnesium dibakar. Selain itu, terdapat kilatan
cahaya saat pita magnesium dibakar
B. Spiral tembaga (Cu) + AgNO3 0,1M
Hasil pengamatan terlihat bahwa pada saat proses Cu dimasukkan ke dalam larutan
AgNO3 terbentuk banyak gelembung, larutan berwarna keruh, dan terbentuk
endapan berwarna abu abu. Persamaan reaksinya adalah
Cu(s) + AgNO3(aq) Cu(NO3)2(aq) + Ag(s)
(coklat) (tak berwarna) (coklat keruh) (abu abu)

Oksidasi: Cu(s) Cu2+(aq) + 2e-


Reduksi : 2Ag+(aq) + 2e- 2Ag(s)

Cu(s) + 2Ag+(aq) Cu2+(aq) + 2Ag(s)

Ketika lempengan tembaga dimasukkan ke dalam larutan perak nitrat, ion ion
tembaga dalam larutan AgNO3 direduksi menjadi logam Ag sedangkan
tembaganya akan teroksidasi menjadi ion Cu2+ atau dalam kata lain logam Cu
akan larut. Selain itu, terjadi reaksi langsung yang menghasilkan banyak
gelembung dalam larutan yag terlihat seperti larutan yag mendidih. Setelah itu,
terlihat tembaga tersebut akan dilapisi perak yang berwarna abu abu. Dan larutan
tak berwarna AgNO3 lama kelamaan berubah menjadi keruh kecoklat coklatan.
Hingga akhirnya lempengan Cu habis bereaksi, logam Ag yang berwarna abu abu
mengendap, dan larutan Cu(NO3)2 yang berwarna transparan coklat terbentuk
sempurna. Tiap atom tembaga kehilangan dua elektron untuk menjadi sebuah ion
tembaga dan tiap ion perak akan memperoleh satu elektron menjadi dua buah
atom perak. Elektron itu diberikan langsung dari atom atom seng ke ion ion
tembaga. Sehingga dalam persamaan reaksi dapat dituliska sebagai berikut:
Cu(s) + 2Ag+(aq) Cu2+(aq) + 2Ag(s)
C. Lempeng Zn dan Larutan HCl 1M
Hasil pengamatan terlihat bahwa pada saat Zn dimasukkan ke dalam larutan HCl
1M, larutan berwarna putih keruh da terbentuk gelembung selama reaksi
berlangsung. Persamaan reaksinya adalah
Zn(s) + 2HCl(aq) ZnCl2(aq) + H2(g)

Oksidasi: Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-


Reduksi : 2H+(aq) + 2e- H2(g)

Zn(s) + 2H+(aq) Zn2+(aq) + H2(g)


Ketika Zn dimasukkan ke dalam larutan HCl 0,1M, ion ion Zn dalam larutan HCl
direduksi menjadi H2 sedangkan Znnya akan teroksidasi menjadi Zn2+ atau dalam
kata lain logam Zn akan larut. Selan itu, terbentuk gelembung, gelembung
tersebut merupakan H2 yag berasal dari hasil reaksi antara Zn dan HCl.

D. Larutan H2O2 10% + KI 0,5M


Hasil pengamatan terlihat pada saat larutan hidrogen peroksida dimasukkan ke
dalam larutan KI, warna larutan KI yang semula bening berubah menjadi warna
kuning. Persamaan reaksinya adalah
2KI(aq)+ H2O2(aq) I2(aq) + 2OH(aq)

Yang bertindak sebagai reduksi atau oksidator adalah H2O2, karena bilangan
biloksnya yang semual -1, menjadi -2 pada 2OH. Dan yang bertindak sebagai
oksidasi atau reduktor adalah KI, hal ini dikarenakan bilangan oksidasinya yag
semula -1 menjadi 0. Warna kuning yag terdapat pada larutan setelah
dicampurkan adalah dikarenakan KI tereduksi menjadi I2. Sehingga KI disini
berfungsi sebagai indikator.

5. Kesimpulan
Keempat percobaan diatas ternyata mengalami reaksi redoks. Terbukti bahwa
ion ionnya ada yang tereduksi dan ada yang teroksidasi.
6. Daftar Rujukan
Tim Penulis.2020.Petunjuk Praktikum Kimia Dasar II. Malang: FMIPA Jurusan
Kimia

Chang, Raymond.2003.Kimia Dasar: Kondsep Konsep Inti Jilid 1. Jakarta:


Penerbit Airlangga

Chang, Raymond.2003.Kimia Dasar: Kondsep Konsep Inti Jilid 2. Jakarta:


Penerbit Airlangga

https://youtu.be/UdE-VbN0hbs

www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai