Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT

TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF DI SURABAYA

Stephani Tjandra

Jurusan Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Universitas Surabaya

ABSTRAK

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melihat pola konsumtif masyarakat


Surabaya, kebiasaan dalam melakukan pembelian dan adannya tingkat inflasi
yang disebabkan oleh banyaknya penawaran tersebut selama 5 tahun lamanya
yaitu 2008-2012. Penggunaan data diagram menjadi salah satu cara untuk
menganalisis adanya tingkat pendapatan, pengeluaran maupun inflasi yang terjadi
selama 5 tahun lamanya. Dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
tingginya pendapatan, masyarakat Surabaya cenderung untuk berperilaku
konsumtif. Masyarakat Surabaya rata-rata lebih banyak mengkonsumsi nasi dan
sayur-sayuran daripada umbi-umbian. Tetapi di sisi lain, pengeluaran masyarakat
Surabaya lebih mengacu pada kelompok non makanan. Mereka lebih senang
memakai uangnya untuk membeli rumah dan alat-alat rumah tangga lainnya.
Semakin banyaknya penawaran-penawaran yang terjadi akan menimbulkan
terjadinya inflasi.
Kata kunci : perilaku konsumtif, pendapatan, pengeluaran dan inflasi

BAB 1

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia, Surabaya menjadi salah

satu kota dengan kondisi lingkungan ekonomi yang baik karena memiliki

masyarakat yang mandiri, infrastruktur dan memiliki sarana dan prasarana yang

memadai dalam kehidupan modern saat ini. Hal itu menyebabkan masyarakat

Surabaya semakin produktif dalam bekerja karena macam-macam pekerjaan yang


tersedia di Surabaya yang mendukung seperti dalam bidang manufaktur, properti,

perdagangan, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal tersebut akan membantu

masyarakat Surabaya dalam mendapatkan penghasilan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada gambar 1 (lihat lampiran 1) menunjukan

bahwa Kota Surabaya telah mengalami peningkatan perekonomian dalam kurun

waktu 3 tahun (2010-2012) dari yang mulanya 205 triliun rupiah sampai dengan

264 triliun rupiah (Sunaryo, 2013: 41)1. Semakin meningkatnya pendapatan

tersebut, maka akan mempengaruhi perilaku konsumtif yang didukung dengan

daya beli masyarakat umumnya. Perilaku konsumtif yang berlebihan

menyebabkan banyaknya pengeluaran yang akan ditanggung oleh masyarakat itu

sendiri. Rata-rata pengeluaran masyarakat surabaya dapat dibedakan menjadi tiga

kelompok, antara lain sebesar 25,32% jumlah penduduk surabaya melakukan

pengeluaran lebih dari Rp 1.000.000,- , 25,74% jumlah penduduk surabaya

melakukan pengeluaran kurang dari Rp 500.000,-, sisanya antara Rp 500.000,-

sampai dengan Rp 1.000.000,- (Sunaryo, 2013:39)1.

Perkembangan dari sektor perdagangan, perhotelan dan restoran yang

mencapai 9,02% menyebabkan pertumbuhan ekonomi Surabaya yang selama

beberapa tahun ini mengalami peningkatan dengan rata-rata mencapai 6,8% per

tahun (Sunaryo, 2013:39)1. Dominannya sektor ini menyebabkan tingginya

permintaan dan penawaran terhadap produk dagang dan layanan pariwisata yang

akan meningkatkan perilaku konsumtif yang berawal dari konsumsi, kemudian

dilanjutkan ke proses produksi dan distribusi hingga ke proses pengkonsumsian

kembali. Tetapi proses tersebut juga dipengaruhi oleh adanya inflasi yang akan

membuat harga barang semakin tinggi. Dari gambar 4, dapat dilihat bahwa
inflasi yang terjadi di Surabaya dalam kurun waktu 5 tahun mengalami fluktuasi

yang tidak menentu yang merupakan pengaruh dari berbagai faktor, diantaranya

adalah konsumsi masyarakat dan harga barang (Sunaryo, 2013:39)1. Dengan

adanya inflasi tersebut maka nilai pendapatan masyarakat Surabaya akan semakin

berkurang dikarenakan harga barang yang semakin tinggi.

Kita dapat mengetahui bahwa masyarakat Surabaya yang berpendapatan

tinggi cenderung berperilaku konsumtif. Semakin tinggi pendapatan yang

dihasilkan, maka akan semakin banyak pula yang akan dikonsumsi atau dimiliki

baik makanan maupun non makanan. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 yang

menunjukan persentase pembelian makanan dan non makanan. Dari tabel tersebut,

kita dapat mengetahui bahwa masyarakat Surabaya lebih banyak mengkonsumsi

nasi dan sayur-sayuran daripada umbi-umbian, sedangkan pada non makanan,

masyarakat lebih cenderung untuk membeli barang dan jasa, selain itu,

masyarakat juga lebih cenderung untuk melakukan investasi dalam bentuk rumah.

Keinginan-keinginan tersebut dapat timbul karena pengaruh lingkungan,

keinginan-keinginan manusiawi dan juga karena memiliki pendapatan yang lebih

sehingga hal tersebut akan mempengaruhi banyaknya promosi yang masuk dan

hal itu yang membuat orang terpengaruh untuk membeli barang tersebut.

(Mufidah:2006)2

Untuk mengatasi tingkat konsumsi yang berlebihan tersebut, maka

pemerintah harus mengambil suatu kebijakan agar perilaku konsumtif masyarakat

Surabaya tidak mengalami peningkatan yang berlebihan dan masyarakat dapat

menggunakan pendapatan dengan bijak. Salah satu kebijakan yang harus diambil

oleh pemerintah adalah menaikan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM).
Pemerintah melalui Menteri Keuangan, M. Chatib Basri, mengatakan bahwa

PPnBM untuk produk mobil mewah akan mengalami kenaikan sebesar 50%, dari

75% menjadi 125% yang akan berdampak pada naiknya harga mobil mewah

secara keseluruhan mencapai 30%. Dengan adanya aturan dari pemerintah ini,

konsumen akan berpikir dua kali sebelum melakukan pembelian karena tujuan

utama pemerintah menaikan PPnBM adalah mengurangi konsumsi mobil-mobil

mewah yang kurang diperlukan3. Selain itu, kenaikan PPnBM juga bertujuan

untuk mengurangi impor dan menyeimbangkan neraca perdagangan.


BAB 2

PEMBAHASAN

Perilaku konsumtif merupakan pola pembelian suatu barang yang dinilai

kurang dibutuhkan dalam kehidupan ini dan sifatnya adalah sementara, karena

hanya untuk memenuhi keinginan atau hasrat seorang manusia yang tidak terlalu

mendesak (Sumartono, 2002)4. Saat ini perilaku konsumtif tidak hanya di lakukan

atas dasar kebutuhan saja, melainkan juga ada beberapa faktor lainnya yang juga

mempengaruhi perilaku ini, salah satunya adalah gengsi7. Gengsi menyebabkan

masyarakat selalu ingin mendapatkan sesuatu yang lebih baik melebihi apa yang

dimiliki oleh orang di sekitar mereka karena sifat manusia yang pada dasarnya

tidak cepat puas dan tidak ingin kalah dari yang lainnya. Hal ini yang

menyebabkan masing-masing individu memiliki pola konsumtif yang berbeda

tergantung dari keinginan dan kebutuhannya. Jika hal ini terus menerus dilakukan

oleh masyarakat, maka akan menyebabkan manusia tidak dapat membedakan apa

yang sebenarnya menjadi kebutuhan dan keinginan mereka.

Berkaitan dengan adanya kebutuhan dan keinginan manusia, maka ada

banyak hal yang tidak dapat terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti

contohnya seorang manusia yang membutuhkan makanan dan minuman untuk

bertahan hidup; sedangkan makanan dan minuman ada berbagai macam jenis,

sehingga bila disesuaikan dengan keinginan, mereka pasti akan memilih jenis

makanan dan minuman sesuai dengan selera mereka sehingga tercapailah

kepuasan yang maksimal. Perbedaan antara kebutuhan dan keinginan terdapat

pada skala prioritasnya, dimana kebutuhan menempati skala prioritas utama yang
harus di penuhi terlebih dahulu, kemudian di ikuti dengan adanya keinginan

setelah tercapainya kebutuhan (Sukamto, 2006: 5)5. Berkaitan dengan hal

tersebut, dapat di ketahui bahwa sesungguhnya keinginan seseorang di dasari oleh

berbagai macam sumberdaya, pendapatan, lingkungan dan lain sebagainya.

Karena adanya keinginan dan kebutuhan yang berlebih inilah yang menyebabkan

adanya pengeluaran yang berlebihan dalam suatu lingkungan masyarakat dan

sesungguhnya yang lebih mendominasi adanya pengeluaran adalah keinginan

seseorang untuk memiliki.

Manusia dalam hal ini tidak akan merasa puas dan cukup dengan apa yang

mereka miliki, sehingga pengeluaran mereka akan terus membengkak jika tidak

adanya pengontrolan. Berdasarkan data sosial ekonomi nasional, diketahui bahwa

rata-rata pengeluaran masyarakat di Surabaya per kapitanya mencapai Rp

983.000,- yang di dalamnya sudah termasuk dengan pengeluaran makanan

maupun non makanan. Di lihat pada gambar 5 bahwa masyarakat cenderung

memakai uangnya untuk keperluan di luar masalah yang berkaitan dengan

makanan yaitu mencapai 60,21% seperti pembelian pakaian, aksesoris, asuransi,

investasi, rumah dan lain sebagainya dan 39,79%nya di pakai untuk kepentingan

makanan seperti adanya makanan serta minuman siap saji. Jika berbicara terkait

makanan, maka dapat di simpulkan bahwa masyarakat Surabaya cenderung untuk

mengkonsumsi nasi sebagai menu utamanya. Perumahan dan alat rumah tangga

mencapai kelas favorit dalam kehidupan masyarakat Surabaya yang di buktikan

dengan pengeluaran dan persentase terbesar dalam tabel, sedangkan pembelian

bermacam-macam pakaian, alas kaki, topi termasuk dalam pengeluaran dengan

persentase yang paling kecil.


Pengeluaran-pengeluaran tersebut akan di seimbangkan dengan adanya

pendapatan yang akan di terima oleh masing-masing individu yang memiliki

pekerjaan. Pendapatan dapat diartikan sebagai penetapan harga di atas harga

modal; hal tersebut dapat di peroleh dari penjualan barang atau jasa dan

semua kegiatan usaha yang berkaitan dengan perolehan penghasilan

(Niswonger, 1992:22)8. Beberapa tahun terakhir ini, di Surabaya telah terjadi

peningkatan pendapatan yang akan di ikuti dengan semakin meningkatnya

pertumbuhan ekonomi kota Surabaya. Pendapatan kota Surabaya pada tahun 2012

mencapai 204 triliun rupiah dengan persentase pertumbuhan ekonomi yang sangat

mengejutkan. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada gambar 7 yang

menunjukan persentase tertinggi sebesar 44,46%nya berasal dari sektor

perdagangan, hotel dan restoran, 21,71% berasal dari industri pengolahan, dan

persentase terkecil di miliki oleh pertanian serta pertambangan dan penggalian

yakni 0,07% dan 0,01%.

Semakin tinggi pendapatan yang di hasilkan seseorang, maka hal tersebut

secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku konsumtif mereka,

pengkonsumsian mereka akan semakin banyak. Pengkonsumsian dalam hal

tersebut lebih ke arah yang di inginkan saja, bukan bahan-bahan utama yang

merupakan kebutuhan pokok seseorang. Waluyo (2008, 201)11 menjelaskan bahwa

Konsumsi dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor, diantaranya adalah

faktor obyektif dan faktor subyektif. Faktor obyektif dalam hal ini sangatlah

mempengaruhi tindakan konsumen untuk memutuskan adanya pengkonsumsian,

hal-hal yang di perhatikan menyangkut harga, kebijakan fiskal dan suku bunga.
Selain itu, faktor subyektif yang berawal dari apa yang masyarakat alami meliputi

adanya sikap hati-hati dan harta yang di milikinya saat ini.

Harga, yang merupakan faktor obyektif dari konsumsi merupakan faktor

utama yang mempengaruhi adanya pengkonsumsian. Semakin tinggi harga yang

ditawarkan, maka hal tersebut secara tidak langsung juga akan mempengaruhi

daya beli seseorang. Faktor yang kedua adalah kebijakan fiskal seperti pajak.

Besar kecilnya pajak akan mempengaruhi kemampuan beli masyarakat. Jika pajak

yang berlaku saat ini sangatlah tinggi, maka kemampuan beli masyarakat akan di

pastikan mengalami penurunan dikarenakan pendapatan mereka yang juga

mengalami penurunan. Dan yang terakhir berkaitan dengan suku bunga. Suku

bunga menurut Karl and Fair (2001:635)12 merupakan tindakan seseorang dalam

melakukan pembayaran bunga tiap tahunnya. Tinggi rendahnya bunga yang di

berikan akan mempengaruhi keinginan seseorang untuk menabung, artinya

semakin tinggi bunga yang di berikan maka akan lebih banyak lagi masyarakat

yang akan menabung dan sebaliknya jika bunga yang di tawarkan sangat rendah,

maka masyarakat tidak akan terlalu berminat untuk menabung.

Selain faktor obyektif, juga terdapat faktor subyektif yang mempengaruhi

Faktor konsumsi. Dalam faktor subyektif ini dikenal adanya sikap berhati-hati ,

artinya pada saat seseorang menggunakan uangnya untuk berbelanja, ia akan

membeli barang-barang itu sesuai dengan apa yang ia butuhkan saat ini dan ia

tidak akan melakukan konsumsi secara berlebihan karena ia menyisihkan sebagian

dari penghasilannya untuk menghadapai kesulitan yang akan di hadapinya

mendatang. Yang kedua berkaitan dengan harta yang dimiliki saat ini, artinya jika

orang memiliki harta berlebih maka akan ada perbedaan dari sesuatu yang
dikonsumsinya saat ini. Mereka akan semakin loyal dalam menggunakan uangnya

untuk membeli sesuatu yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan mereka

yang mendesak. Hal tersebut akan menyebabkan semakin banyaknya penawaran

yang akan berujung pada inflasi.

Inflasi di artikan sebagai kenaikan harga barang secara menyeluruh dan

terus menerus, artinya bahwa kenaikan harga barang itu bukan pada beberapa

barang saja tetapi sifatnya meluas yang menyebabkan kenaikan harga pada barang

lainnya10. Naik turunnya inflasi yang di sebabkan oleh semakin banyaknya

pengangguran dan juga semakin maraknya penawaran juga akan mempengaruhi

daya beli masyarakat (Gregory Mankiw, 379)9. Hal tersebut dapat di buktikan

dengan tingginya inflasi yang mencapai angka 6,89% pada makanan dan

minuman siap saji serta rokok yang di sebabkan oleh semakin banyaknya

penawaran masyarakat pada 2012 yang lalu sedangkan telekomunikasi dan

transportasi mencapai angka 2,52%. Dari gambar 3, dapat di lihat bahwa pada

2012, inflasi mengalami fluktuasi secara terus-menerus dengan puncak tertinggi

pada Agustus 2012 dengan nilai 1,26% dan terendah ada pada September 2012

dengan nilai 0,4%. Jika di lihat inflasi yang terjadi selama 1 tahun lamanya yaitu

pada bulan Januari sampai dengan Desember, telah terjadi kenaikan inflasi sebesar

0,13%.
BAB 3

PENUTUP

Dalam masa era globalisasi saat ini, masyarakat Surabaya dinilai semakin

produktif dikarenakan oleh jaman yang semakin berkembang sehingga muncul

banyaknya sarana dan prasarana yang membuat mereka berusaha untuk hidup

lebih mandiri. Dari kemandiriannya tersebut dapat membantu mereka untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak sehingga mereka memiliki pendapatan yang

lebih untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin meningkatnya

pendapatan seseorang tentunya akan sangat berpengaruh pada daya beli

masyarakat umumnya. Tercatat bahwa masyarakat lebih banyak mengeluarkan

uang antara Rp500.000,- sampai dengan Rp1.000.000,- untuk membeli apa yang

mereka butuhkan dan inginkan. Hal tersebut akan menyebabkan banyaknya

penawaran barang dan jasa yang akan mengalami peningkatan terus-menerus.

Penawaran barang dan jasa secara berlebihan dan terus-menerus itulah

yang menjadi salah satu penyebab terjadinya inflasi di dunia ini. Inflasi dapat di

artikan sebagai kenaikan harga barang secara umum dan terus-menerus, tidak

hanya beberapa barang saja yang mengalami kenaikan harga tetapi kenaikannya

secara meluas yang menyebabkan kenaikan harga barang lainnya. Seringnya

pengkonsumsian makanan dan minuman saji serta rokok pada masyarakat

Surabaya pada tahun 2012 menyebabkan banyaknya penawaran yang dilakukan

dan akhirnya berujung pada inflasi yang meningkat cukup tajam yaitu 6,89%.

Pada tahun 2012, telah terjadi peningkatan harga barang yang dapat di lihat dari

bulan Januari sebesar 0,39% naik menjadi 0,52% pada bulan Desember. Di lihat
dari data tahun 2012, peningkatan cukup tajam terjadi di bulan Agustus yaitu

sebesar 1,26%

Salah satu faktor yang menyebabkan adanya perilaku konsumtif adalah

Gengsi manusia yang terlalu tinggi yakni tidak ingin kalah dari yang lain dan

tidak pernah puas terhadap apa yang di milikinya. Sebagai seorang makhluk

ciptaan Tuhan, hal utama yang dibutuhkan adalah makanan dan minuman dan hal

tersebut menjadi sesuatu yang mutlak yang harus kita peroleh. Dari makanan dan

minuman tersebut terdapat banyak macamnya, tergantung apa yang menjadi

kesukaan kita, kita dapat memilihnya sesuai dengan yang kita inginkan dan hal

tersebut tidak harus kita penuhi, hanya mengikuti dari kebutuhan pokok saja.

Keinginaan yang berasal dari orang-orang sekitar, pendapatan, dan lain

sebagainya akan menimbulkan terjadinya pengeluaran yang berlebihan dalam

kehidupan ini. Yang menyebabkan terjadinya pengeluaran yang berlebih adalah

keinginan seorang manusia yang tidak akan pernah mencapai kepuasan yang

maksimal.
Daftar pustaka

1. Sunaryo. (2013) Statistik Daerah Kota Surabaya tahun 2013, Badan Pusat

Statistik Kota Surabaya, Surabaya (http://surabayakota.bps.go.id/?

hal=publikasi_detil&id=2 dikutip pada 19 Juni 2014)

2. (http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBkQFjAA&url

=http%3A%2F%2Fjournal.unair.ac.id%2FfilerPDF

%2F05%2520jurnal%2520nur%2520lailatul----Pola

%2520pemanfaatan%2520Foodcourt%2520oleh

%2520Keluarga.pdf&ei=QeCbU6avE8eXuASewYGwDA&usg=AFQj

CNEzlFDCxT_xeVC-

38N6q56aMMFOyQ&bvm=bv.68911936,d.c2E&cad=rja dikutip pada

15 Juni 2014)

3. http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/ppnbm-naik-harga-

mobil-mewah-naik-30/51867 dikutip pada 19 Juni 2014

4. Anggasari (Sumartono, 2002)

(http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBkQFjAA&url=http

%3A%2F%2Frepository.usu.ac.id%2Fbitstream

%2F123456789%2F23554%2F3%2FChapter

%2520II.pdf&ei=kiefU7OeIsacugTz1YDIDA&usg=AFQjCNHKzEY5wJ

HaSt9pVu2WQNfFRoZQ8A&bvm=bv.68911936,d.c2E&cad=rja dikutip

pada 15 Juni 2014)

5. Slamet Sukamto , Yudhistira 2006, Jakarta


http://books.google.co.id/books?

id=tVpq4O3DydQC&pg=PA4&dq=kebutuhan+dan+keinginan+manusia+t

idak+terbatas&hl=id&sa=X&ei=y1ykU9iCCcacugS4i4DgDQ&ved=0CB0

Q6AEwAA#v=onepage&q=kebutuhan%20dan%20keinginan%20manusia

%20tidak%20terbatas&f=false dikutip pada 20 Juni 2014)

6. (http://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBkQFjAA&url

=http%3A%2F%2Fjournal.unair.ac.id%2FfilerPDF

%2F05%2520jurnal%2520nur%2520lailatul----Pola

%2520pemanfaatan%2520Foodcourt%2520oleh

%2520Keluarga.pdf&ei=QeCbU6avE8eXuASewYGwDA&usg=AFQj

CNEzlFDCxT_xeVC-

38N6q56aMMFOyQ&bvm=bv.68911936,d.c2E&cad=rja

7. https://www.google.com/webhp?sourceid=chrome-

instant&rlz=1C1CGIR_enID561ID561&ion=1&espv=2&ie=UTF-

8#q=05+jurnal+nur+lailatul dikutip pada 20 juni 2014

8. Niswonger(1992:22)

http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-pendapatan-

menurut-para-ahli/ dikutip pada 15 Juni 2014

9. (Gregory Mankiw, 379)

http://books.google.co.id/books?

id=RcXYdVdz1UAC&pg=PA379&lpg=PA379&dq=penyebab+naik+turu

nnya+inflasi&source=bl&ots=xAcELkkQ-

6&sig=4EwZep_va2rzy5KdBZmjDJeUlxA&hl=id&sa=X&ei=kr-
mU4_1BYeJuATBroDgBw&sqi=2&ved=0CDMQ6AEwAw#v=onepage

&q=penyebab%20naik%20turunnya%20inflasi&f=false dikutip pada 22

Juni 2014

10. https://www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CDYQFjAD&url=htt

p%3A%2F%2Fojs.unud.ac.id%2Findex.php%2Fjekt%2Farticle

%2Fdownload

%2F7438%2F5679&ei=DMKmU_3KN4OSuASg34KICQ&usg=AFQjCN

EmwwnDyuDfTX3d7nAnQJk06c2fdg

11. Waluyo (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta

http://books.google.co.id/books?

id=ckeaZarYwZUC&pg=PA203&dq=mengapa+pendapatan+yang+semak

in+meningkat+dapat+mempengaruhi+perilaku+konsumtif?

&hl=id&sa=X&ei=RjOfU6zCDcKTuASf0YK4DA&ved=0CBgQ6AEwA

A#v=onepage&q=mengapa%20pendapatan%20yang%20semakin

%20meningkat%20dapat%20mempengaruhi%20perilaku%20konsumtif

%3F&f=false

12. Karl and Fair (2001:635)

https://www.academia.edu/4641917/ANALISIS_PENGARUH_SIFAT_K

ONSUMTIF_DAN_TINGKAT_SEMESTER_TERHADAP_PENGELUA

RAN_MAHASISWA_IAIN_WALISONGO_SEMARANG_FAKULTAS

_SYARIAH_PRODI_EKONOMI_ISLAM
Lampiran

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 3 Gambar 4
Gambar 5 Gambar 6

Gambar 7
Tabel 1

2011 2012
Kelompok Barang
Maret September Maret September
Makanan:  

- Padi-padian 7.48 8.37 9.14 7.9


- Umbi-umbian 0.51 0.48 0.44 0.42

- Ikan 4.27 4.12 4.20 4.08


- Daging 1.85 2.19 2.06 2.26

- Telur dan susu 2.88 2.86 3.00 2.74


- Sayur-sayuran 4.31 3.72 3.78 3.62

- Kacang-kacangan 1.26 1.31 1.33 1.32


- Buah-buahan 2.15 2.06 2.44 2.28

- Minyak dan lemak 1.91 1.79 1.95 1.79


- Bahan minuman 1.80 1.93 1.73 1.68

- Bumbu-bumbuan 1.06 1.02 1.02 0.96


- Konsumsi lainnya 1.07 1.07 1.1 1.01
13,7 12,7
- Makanan jadi 11,83*) 11,65*)
3*) 2*)
- Minuman beralkohol - - - -
- Tembakau dan sirih 5.16 5.73 6.16 6.00

   
49.4 52.0
Jumlah makanan 48.46 47.71
5 8
   

Bukan makanan:  
- Perumahan dan fasilitas 19.9 21.0
18.92 19.86
rumahtangga 1 5
17.9 17.8
- Barang dan jasa 17.97 18.1
2 4
- Pakaian, alas kaki dan
2.02 6.96 1.74 5.95
tutup kepala
- Barang-barang tahan
7.52 4.76 5.15 5.27
lama
- Pajak dan asuransi 1.64 1.51 1.48 1.73
- Keperluan pesta dan
1.53 1.43 1.65 1.39
upacara
   
50.5 48.9
Jumlah bukan makanan 51.54 52.29
5 2
         
Catatan : *) Termasuk minuman beralkohol

Anda mungkin juga menyukai