Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR FORENSIK TEKNOLOGI INFORMASI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : A. NUR FADLI DZIL JALAL


STB : 192010
KELAS :A
PROGRAM STUDI : TEKNIK INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


STMIK DIPANEGARA MAKASSAR 2020
1.Peretasan 1 Milliar Akun Yahoo
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus
peretasan terhadap jutaan
akun Yahoo kembali
terjadi. Kemarin (14/12)
Yahoo secara terangterangan
mengumumkan ada satu miliar akun
yang telah diretas.
Pihak perusahaan mengklaim tidak
mengetahui bagaimana para peretas
bisa kembali mengakses
data penggunanya.
Mengutip Reuters, aksi peretasan
kali ini lebih buruk dibanding
sebelumnya karena Yahoo
berasumsi peretas berhasil
mengakses data terkait nama, alamat email, nomor
telepon, kata sandi, pertanyaan keamanan lengkap dengan
jawab alternatif baik yang terenkripsi maupun tidak.
Untuk menjawab kegundahan penggunanya, Yahoo diketahui melibatkan ahli forensik data
eksternal dan menyimpulkan belum berhasil mengidentifikasi institusi apa yang melakukan
peretasan kali ini.
Untuk menjawab kegundahan penggunanya, Yahoo diketahui melibatkan ahli forensik data
eksternal dan menyimpulkan belum berhasil mengidentifikasi institusi apa yang melakukan
peretasan kali ini.
Dalam sebuah blog Chief Security Officer Yahoo Bob Lord menyebit para peretas berhasil
mengakses akun tanpa menggunakan kata kunci seperti pengguna kebanyakan. Para peretas
diketahui menggunakan 'cookies palsu' atau file data yang mampu memverifikasi perangkat
atau pengguna sehingga seakan-akan diakses oleh sang pemilik akun.
Pihak perusahaan belum mengidentifikasi kemungkinan adanya pencurian data terkait
dengan informasi perbankan yang disimpan oleh pengguna. Namun pihak perusahaan
memastikan pengguna yang pernah memasukkan informasi rekening bank atau kartu kredit
dan tidak menyimpannya dalam sistem, maka hal itu tidak akan terkena imbas.
Di sisi lain Yahoo mengklaim para peretas tidak mendapatkan informasi kata sandi, informasi
nomor rekening bank dan kartu pembayaran dalam bentuk teks.
Sejauh ini Yahoo kembali menghimbau pengguna yang diketahui berpotensi terkena dampak
peretasan ini untuk mengubah kata sandi mereka. Yahoo juga meminta pengguna untuk
tidak lagi menggunakan pertanyaan dan jawaban alternatif yang sejatinya dipakai untuk
menjaga keamanan akun.
Sejak September lalu hingga kini Yahoo meyakini ada lebih dari satu miliar akun yang telah dicuri
oleh pelaku yang diduga disponsori oleh negara. Di sisi lain kecurigaan adanya keterlibatan
negara justru dipertanyakan oleh sejumlah analis.
Steve Grobman, Chief Technical Officer Intel Security mengatakan insiden yang terjadi untuk
kedua kalinya ini menunjukkan betapa lemahnya sistem keamanan Yahoo. "Perusahaan sekelas
Yahoo perlu bergantung bukan hanya pada teknologi, tetapi juga pada tim independen untuk
menangkal aksi serupa di masa depan," ungkap Grobman seperti dilansir Japan Today.
Akibat insiden ini, saham Yahoo diketahui anjok hingga 2,4 persen ke angka US$39,91. Selain
menurunkan kepercayaan pengguna, insiden ini diprediksi akan kembali menurunkan valuasi
Yahoo yang tengah melakukan proses negosiasi jual beli dengan Verizon. (evn/evn).
2.Serangan WannaCry
Liputan6.com, Jakarta - Tak terasa, bulan ini tepat setahun sejak serangan ransomware
WannaCrypt atau WannaCry melanda banyak negara. Kala itu, Indonesia juga kena getahnya.
Serangan siber yang meresahkan ini tak cuma membuat heboh Indonesia, tetapi juga semua
negara di dunia.
Jelas saja, WannaCry
mampu melumpuhkan
sistem digital perusahaan
otomotif Honda,
hingga menyetop
produksi di pabrik
kendaraannya selama satu
hari. Parahnya,
bahkan ribuan alamat
IP di Indonesia sampai
terjangkit WannaCry.
WannaCry juga meneror
sejumlah rumah sakit di
Jakarta. Akibat serangan
tersebut, sistem
pelayanan komputer rumah
sakit tersebut mati total.
Menurut keterangan CTO Avast
Ondrej Vicek, serangan WannaCry
yang menghampiri Indonesia ternyata didapuk terbesar kedua di dunia.
Pihaknya juga telah mendeteksi dan memblokir lebih dari 176 juta serangan WannaCry di
217 negara sejak awal 2016. Serangan tersebut bahkan masih terus berlanjut hingga tahun
ini.
Dalam keterangan Avast yang diterima Tekno Liputan6.com pada Minggu (6/5/2018), Avast
juga telah memblokir 54 juta serangan WannaCry selama Maret 2018.
Sementara, di Indonesia Avast sudah berhasil menendang 17 juta serangan WannaCry pada
periode 5 Desember 2017-4 Januari 2018.
"Kami ingat kehebohan publik waktu 'wabah' (WannaCry) tersebut pecah untuk pertama
kalinya. Kita pasti berasumsi kalau pengguna PC pribadi dan perusahaan sudah memperbarui
sistem mereka," ujar Vicek.
"Tapi sayang, data kami mencatat masih ada sepertiga (sekitar 29 persen) komputer berbasis
Windows di seluruh dunia yang masih rentan dengan WannaCry," tambahnya menjelaskan.
Ia juga menuturkan, WannaCry berhasil membobol komputer disebabkan sejumlah faktor,
seperti ransomware yang bisa mengeksploitasi kerentanan yang ada di PC dengan sistem
operasi lawas.
Untuk diketahui, hampir sebagian besar sistem operasi lama sudah tidak didukung pembaruan.
Oleh karena itu, sistem operasi ini rentan dengan malware termasuk WannaCry.
Dari sini, WannaCry tidak lagi perlu interaksi dari pengguna untuk 'menularkan' karena ia sudah
diprogram dalam bentuk worm.
3.Pembajakan email (email hijacking)
Liputan6.com, Jakarta - Syaifuddin Sayuti kaget bukan kepalang saat menerima pesan
singkat beruntun dari rekan-rekannya. Semuanya menanyakan soal pinjaman yang
dimintanya. Salah satunya bahkan
mengaku telah
mengirimkan Rp 500 ribu ke
sebuah rekening.
"Saya panik, bingung, lemas
seketika," kata Syaifuddin,
menceritakan kejadian dua tahun
lalu, kepada Liputan6.com.
Pengajar di Kalbis Institute itu tak
merasa pernah mengemis
bantuan.
Menurut rekan-rekannya,
permintaan pinjaman
disampaikan lewat Facebook
miliknya. Syaifuddin makin bingung. Ia tidak pernah melakukannya.
Setelah diingat-ingat, pria itu mengaku
menemukan kejanggalan pada Selasa malam, 2 Februari 2015. Kala itu, akun Facebook dan
Gmail miliknya tak bisa diakses. Hal tersebut terjadi sesaat setelah ia membuka tautan
sebuah situs.
Ia ingat, ketika membuka link tersebut, ada perintah untuk memasukan nama pengguna
Facebook, lengkap dengan kata sandi.
"Saya dapat link itu dari teman. Saya buka karena saya pikir ada informasi penting, jadi saya
ikuti saja perintah dalam website itu," tutur Syaifuddin.
Belakangan, pria yang tinggal di Jakarta itu sadar, ia jadi korban pembajakan email (email
hijacking). Pelaku, yang memegang penuh kendali email dan akun Facebook miliknya,
kemudian menyalahgunakannya untuk meminta rekan-rekannya mengirim uang ke sebuah
rekening.
"Akhirnya saya minta tolong untuk diumumkan bahwa akun Facebook saya dibajak orang,"
ucap laki-laki yang aktif di media sosial itu.
Ia juga membuka ruang diskusi di blog terkait musibah yang baru saja ia alami. Ternyata
banyak orang yang mengalami kejadian serupa. "Jadi polanya circle, memang menyasar
teman-teman terdekat," kata Syaifuddin.
Kepada Liputan6.com, pihak Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus, Subdit Cyber Crime,
Polri membeberkan sebuah kasus besar yang menggunakan modus pembajakan email di
Indonesia.
Perkara ini tidak pernah terekspose secara luas di media massa.
Iptu Ericson Siregar, penyelidik yang ikut menguak kasus tersebut, menyebut nama sebuah
perusahaan yang rugi besar akibat pembajakan email. Sebut saja dengan inisial PT IFA.
Menurut, Iptu Ericson, PT IFA melakukan transaksi bisnis dengan sebuah perusahaan asal China
yang berkedudukan di Irak, pada 30 September 2015.
Nilai transaksinya mencapai US$ 202.539,05 atau berdasarkan kurs saat itu nilainya mencapai Rp
2,9 miliar.
PT IFA menagih uang pembelian silikon mangan tersebut ke sebuah perusahaan perantara di
Hong Kong. Tagihan dikirim lewat email. Komunikasi pun terjalin.
Namun, pada pukul 15.00 WIB, PT IFA menerima dua surat elektronik, atas nama perusahaan
perantara, yang menginformasikan bahwa uang telah ditransfer ke nomor rekening yang
diminta.
Anehnya, alamat email keduanya berbeda, nomor rekening yang tercantum pun berbeda. Satu
milik PT IFA, lainnya atas nama PT Bangun Empati Sukses Terjadi.
Saat saldo rekening dicek, tak ada penambahan uang sesuai nominal yang telah disepakati.
Kisruh pun terjadi, spekulasi bermunculan. "Akhirnya timbul ketegangan di antara dua
perusahaan yang sebelumnya saling percaya," kata Iptu Ericson Siregar. Pihak PT IFA kemudian
melapor ke polisi.
4.Kasus Pornografi dan Kejahatan Siber
Bisnis.com, JAKARTA--Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyebutkan kasus pornografi
dan kejahatan siber yang melibatkan anak di bawah umur berada di urutan ke-3. Total jumlah
aduan selama September 2018 sebanyak 525 aduan.
Ketua KPAI Susanto
menyebutkan bahwa tren
kasus pornografi dan
kejahatan siber yang
melibatkan anak di bawah
umur semakin meningkat
belakangan ini.
Dia menjelaskan peningkatan
itu terjadi akibat
perkembangan teknologi
yang semakin masif dan
minimnya pengawasan orang
tua terhadap anak.
"Kalau tahun sebelumnya
kasus anak yang ada di
urutan ketiga itu adalah
kasus yang berkaitan dengan
pendidikan, yang pertama
adalah kasus anak yang berhadapan dengan hukum.
Sekarang ini kasus pornografi dan siber yang melibatkan anak di
urutan ke-3," tuturnya, Jumat (9/11/2018).
Dia mengakui kontribusi penyedia layanan media sosial sebagai salah satu penyebab
tingginya kasus pornografi dan kejahatan siber terhadap anak.
Susanto mengatakan pihaknya telah memanggil seluruh pemain layanan over the top (OTT)
seperti Whatsapp, Facebook, Twitter dan lainnya untuk diberikan teguran sekaligus
mendorong agar seluruh pemain OTT mematuhi regulasi di Indonesia.
"Kita ini mau bangun kesepahaman dengan mereka. Jadi kami ingin mereka patuh dengan
regulasi di UU ITE, UU Pornografi dan Perlindungan Anak. Para pemain layanan ini harus ikuti
aturan yang berlaku di Indonesia," katanya.
Dia juga mengimbau agar pihak keluarga dan sekolah berpartisipasi aktif mengawasi
penggunaan ponsel pintar oleh anak di bawah umur. Hal itu diperlukan agar kasus pornografi
dan kejahatan siber terhadap anak tidak menyebar luas dan menambah jumlah korban.
"Kasus ini harus jadi perhatian kita semua. Kami juga berharap masyarakat turut berperan
aktif dalam melakukan pengawasan terhadap anak-anak," ujar Susanto.
5.Konten Pelanggaran UU ITE
TRIBUNSOLO.COM, BOGOR - Polisi akan
menerjunkan tim Cyber Crime untuk
mengawasi konten-konten
yang melanggar Undang-
undang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) dalam pemilihan
kepala daerah (Pilkada) Jawa Barat
2018.
Kepala Polisi Daerah Jawa Barat Irjen Pol
Agung Budi Maryoto
mengatakan, pihaknya akan
melakukan penyelidikan jika
menemukan konten-konten yang
mengandung hasutan atau penghinaan.
"Cyber Crime akan berpatroli di dunia
maya untuk mengawasi
pelanggaranpelanggaran yang
berhubungan dengan UU ITE," kata
Agung usai menyaksikan simulasi
pengamanan pilkada di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (3/2/2018), dikutip TribunSolo.com dari
Kompas.com.
Agung menambahkan, apabila alat bukti sudah cukup, maka polisi akan meningkatkan
tahapannya menjadi proses penyidikan terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam
pelanggaran tersebut.
"Masyarakat kita sudah sangat demokratis"
"Silakan gunakan hak pilihnya, tidak boleh mengintimidasi atau memaksa, itu akan melanggar
hukum," sebutnya.
Ia menyebut, untuk mengantisipasi daerah-daerah rawan konflik dalam Pilkada Jabar,
pihaknya menyiapkan 21.500 personel yang dibantu 2.700 anggota TNI dari Kodam 3
Siliwangi.
Menurutnya, masa kampanye, pemungutan suara, dan penghitungan suara merupakan
tahapan yang memicu kerawanan.
6.Penipuan situs Indosat
Merdeka.com - Saat ini, kasus penipuan mengatasnamakan perusahaan terkenal kerap
terjadi. Kini banyak situs penipuan mengatasnamakan Indosat.
Melalui situs resminya, Indosat memberitahukan kepada siapa saja terutama pelanggan
mereka agar lebih berhati-hati akan satu aksi penipuan yang mengatasnamakan perusahaan
mereka.

Tidak hanya melalui surat, SMS atau telepon saja, kini para pelaku mencoba menjaring
banyak korban melalui situs. Dalam penjelasannya tersebut, pihak Indosat menjelaskan
bahwa mayoritas situs yang digunakan memiliki akhiran, "...webs.com," menggunakan
Blogspot, Wordpress dan sejenisnya.
Selain itu, nama situs yang digunakan juga selalu ditulis dengan panjang lebar, padahal dalam
mengumumkan pemenang suatu hadiah/progarm, Indosat hanya mengumumkannya
melalui situs resminya yaitu Indosat.com saja.
Tidak hanya itu, Indosat juga mengidentifikasi bahwa mayoritas penipuan dengan
menggunakan website tersebut selalu menggunakan kata, "poin," "reward" dan "undian."
Bagi pelanggan atau pihak lain yang mendapati situs semacam itu, dapat menghubungi pihak
Indosat, seperti melalui telepon/SMS, galeri Indosat, Twitter (@IndosatCare) atau juga
melalui forum Ngobrol Bareng Indosat.
7.Pembobolan akun FB Hajriyanto Thohari
Jakarta - Polda Metro Jaya
menangkap pembobol
akun facebook milik Wakil
Ketua MPR Hajriyanto Thohari
pada Rabu (24/12) lalu.
Hajriyanto menilai pelaku
cukup canggih
memanfaatkan facebooknya.
Banyak korban yang tertipu
bahkan hingga Rp 1,8 juta.
"Hanim Bandung Rp 1,8 juta,
PW Muhammadiyah Jambi Rp
800 ribu, Afza mahasiswa di
Madinah Rp 600 ribu, Sudiro
Colomadu, dan Tika Sukoharjo.
Itu di antara nama-nama yang
melapor," kata Hajriyanto
kepada detikcom, Kamis
(26/12/2013).
"Menurut polisi kalau korban penipuannya sudah banyak dan berupa uang begitu, itu sudah
hack dan crack," imbuhnya.
Hajriyanto menyatakan, dengan adanya beberapa korban penipuan tersebut, maka tindakan
pelaku tidak bisa disebut hanya iseng belaka. Korban itu diketahui setelah melapor kepada
Hajriyanto. Itu pula yang membuatnya melaporkan ke Polda Metro Jaya.
"Apakah bisa disebut iseng kalau chat-nya dengan calon-calon korban begitu canggih? Ada
beberapa teman yang curiga lalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan menguji.
Jawabanjawabannya canggih banget kok, ada bakat penipu kelas berat," paparnya.
Soal permintaan keluarga agar masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan alias keluarga
minta Hajriyanto mencabut laporannya, politisi Golkar itu menyerahkan sepenuhnya kepada
proses hukum di polisi.
"Saya rasa perlu check and recheck, apakah betul (pelaku) tukang cuci. Soalnya canggih
banget. Alasan-alasannya untuk minta pulsa itu canggih gitu lho. Apalagi kalau sudah kena
Rp 100 ribu misalnya, minta tambah lagi itu dengan sangat canggih," ucapnya.
"Kalau saya sudah lapor polisi apa etis diselesaikan begitu saja? Saya sih terserah polisi saja,"
imbuh Wakil Ketua MPR itu.
8.Kelompok Hacker serang China
KOMPAS.com -
Kelompok peretas
(hacker) bernama
DarkHotel, menyerang
China. Para peretas
tersebut menargetkan
lembaga dan organisasi
pemerintah di sana.
Peretas melakukan serangan
siber dengan cara membobol
server VPN untuk menyusup
masuk ke dalam
sistem. Tindakan
tersebut diduga
dilakukan untuk menggali
informasi lebih banyak
seputar wabah Covid-19.
Aksi peretasan ini diketahui dari laporan
terbaru dari perusahaan keamanan siber asal
China, Qihoo 360.
Berdasarkan laporan tersebut, DarkHotel, disinyalir berhasil membobol VPN melalui
manipulasi pembaruan (update) sistem yang akan aktif ketika VPN tersebut diakses.
Pihak Qihoo 360 mengatakan, saat ini, VPN memang memiliki peran yang sangat penting
dalam komunikasi jarak jauh baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun lembaga
pemerintah.
Apalagi, di tengah wabah virus corona yang mengharuskan banyak pihak untuk melakukan
kegiatannya dari rumah dan mengandalkan koneksi internet sebagai jalur komunikasi.
Aksi serangan ini tak hanya menargetkan organisasi dan lembaga pemerintah China yang ada
di dalam negeri.
Lembaga pemerintah China yang berada di negara-negara lain seperti Italia, Korea Utara,
hingga Thailand pun turut menjadi sasaran.
"Sejak Maret tahun ini, lebih dari 200 server VPN telah dibobol dan banyak lembaga
pemerintah China di luar negeri diserang. Pada awal April, serangan itu menyebar ke
lembaga-lembaga pemerintah di Beijing dan Shanghai," ungkap Qihoo 360 dalam
laporannya.
Selain menargetkan lembaga pemerintahan China, kelompok peretas tersebut juga diduga
menjadi dalang di balik aksi serangan siber yang menimpa Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) baru-baru ini.
"Jika VPN berhasil dibobol oleh peretas, aset-aset internal milik perusahaan dan lembaga
pemerintah dapat terungkap ke jaringan publik," lanjut Qihoo 360.
Kendati demikian, pihak Qihoo 360 tidak memaparkan data seperti apa saja yang berhasil dicuri
dan diungkap oleh kelompok peretas tersebut.
Menanggapi aksi serangan siber ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian,
mengatakan pemerintah China sendiri akan menindak tegas para pelaku serangan siber.
Dirangkum KompasTekno dari SCMP, Kamis (9/4/2020), Ia juga mengatakan, akan menjalin lebih
banyak kerja sama internasional untuk melindungi keamanan siber di negaranya.
"Pemerintah Cina akan meningkatkan langkah-langkah untuk melindungi keamanan siber-nya,"
kata Zhao.
9.Rumah Sakit Rentan kena serangan siber kala Corona
Jakarta, CNN Indonesia -- Pakar
keamanan siber memperingatkan
kalau rumah sakit menjadi salah
satu sasaran empuk bagi pelaku
kejahatan siber di tengah wabah
virus corona (Covid-19).
Maka dari itu, dari perusahaan
OutThink, Flavius Plesu
menyarankan kepada
manajemen rumah sakit untuk
meningkatkan sistem keamanan
karena berkaitan dengan catatan
kesehatan pasien.
"Protokol darurat seperti sistem
keamanan yang baik harus dibuat,
terutama bagi staf yang memiliki
akses ke sistem kritis dan catatan
kesehatan pasien. Ini adalah ancaman nyata yang membutuhkan respons proaktif," pungkas
Plesu.
Salah satu kasus kejahatan siber yang baru-baru ini terjadi ialah situs web Rumah Sakit
Universitas Brno Republik Ceko diserang peretas.
Hal itu menyebabkan jadwal operasi yang telah disusun pihak rumah sakit, mesti ditunda.
Serangan siber membuat rumah sakit tidak bisa mentransfer informasi dari sistem klinis
utama ke database-nya.
Rumah sakit Universitas Brno ini juga merupakan salah rumah rumah sakit rujukan yang
ditunjuk pemerintah setempat, seperti dilansir Daily Mail.
"Saat krisis (virus corona), peretas melihat sebuah peluang. Sayangnya, dengan begitu
banyak staf rumah sakit, mereka tidak memikirkan keamanan dunia maya," kata Plesu
kepada jurnalis Tech Radar.
"Peretas mengetahui hal ini dan akan secara khusus menargetkan serangan siber ke sektor
kesehatan," sambungnya.
Para peretas biasanya menggunakan metode phising untuk melancarkan serangan mereka.
Phising dikenal sebagai metode yang dimanfaatkan peretas untuk menyematkan malware
pada surat elektronik (e-mail).
10. Malware di situs penyebaran Corona
Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti
keamanan siber menyebut
muncul situs palsu yang
mengatasnamakan diri sebagai
peta virus corona SARS-COV-2.
Padahal situs tersebut
telah disusupi malware.
Pelaku kejahatan siber membuat
situs yang menyajikan
peta persebaran virus
corona di seluruh
dunia, mirip dengan yang dibuat
oleh Universitas Johns Hopkins.
Ini adalah salah satu situs peta
penyebaran corona yang paling
komprehensif.
Malware ini terunduh
dan dipasang ke perangkat pengguna ketika
mereka melakukan pencarian soal peta
penyebaran virus corona di internet.
File yang diunduh itu memang menampilkan peta persebaran corona namun dibalik layar,
malware tengah bekerja. Malware jenis AZORult segaja disusupi di situs yang menjanjikan
untuk menyajikan informasi soal Covid-19.
Malware ini akan mengambil beberapa informasi sensitif seperti nomor kartu kredit,
kredensial login, dan informasi lainnya.
"Malware AZORult sendiri diketahui telah lama dibahas oleh salah satu forum bawah tanah
Rusia, sebagai alat untuk mengumpulkan data sensitif dari komputer," tulis Alfasi lewat situs
Reason Secutiry dikutip Hacker News.
Wabah virus corona novel (Covid-19) yang semakin masif, banyak masyarakat dunia yang
berlomba-lomba mencari informasi soal virus itu secara online. Alhasil, perilaku itu
dimanfaatkan oleh sejumlah pelaku kejahatan siber demi meraup keuntungan dengan
mencuri beberapa informasi pribadi lewat situs palsu yang sengaja dibuat terkait corona.
Pada situs tersebut, jumlah kasus yang dikonfirmasi di berbagai negara disajikan di sisi kiri
sementara statistik jumlah kematian dan pemulihan pasien corona ditempatkan di sebelah
kanan.
Pelaku menggunakan API untuk mendeskripsikan kata sandi yang disimpan. Hal ini merupakan
metode umum yang digunakan oleh para pencuri data.
Alfasi menyebut tindakan mereka cukup sederhana, karena hanya menggaet data login dari
browser yang terinfeksi dan memindahkannya ke folder C:WindowsTemp.
Ia menilai hal itu merupakan salah satu keunggulan malware AZORult, di mana malware
mengekstrak data, menghasilkan ID yang unik, menerapkan enkripsi XOR, dan memulai
komunikasi C2.
Alfasi pun membeberkan bagaimana cara menghapus dan menghentikan AZORult, yaitu dengan
menyematkan sistem perlindungan malware yang tepat. Sebab, bakal sulit jika menghapus
infeksi menggunakan cara konvensional. (din/eks).

Anda mungkin juga menyukai