Gugus Depan 1
Gugus Depan 1
INTERGRITAS
ii
Depan Integritas serta modul ini dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan membetuk karakter pegawai negeri sipil
berintegritas dalam membangun budaya integritas di Provinsi Riau.
iii
TIM PENYUSUN
NARA SUMBER
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
secara komprehensif dan terperinci menjelaskan posisi, peran,
hak dan kewajiban para Pegawai Negeri Sipil tersebut. Namun
pada kondisi pada saat ini terjadi fenomena dimana pegawai
negeri sipil kurang memiliki integritas, hal tersebut dapat dilihat
dari penurunan kesadaran pegawai negeri sipil untuk melakukan
kewajiban seperti disiplin waktu dalam bekerja dan semangat
kerja yang cenderung menurun, penurunan tersebut dapat
disebabkan dari berbagai aspek dan tidak menutup kemungkinan
aspek yang bersifat pemenuhan kebutuhan pegawai negeri sipil
tersebut. Untuk itu perlu stimulus bagi pegawai negeri sipil
dalam menimbulkan kembali semangat disiplin bekerja.
2
Pejabat Struktural khususnya Eselon III dan Eselon IV agar
dapat:
1. Menjelaskan pengertian integritas.
2. Menjelaskan pembangunan Integritas.
C. Ruang Lingkup
3
BAB II
KONSEP INTEGRITAS
A. Dasar Hukum
B. Konsep Integritas
4
seorang manusia memegang peranan penting pada kemuliaannya
sebagai seorang manusia. Kemudian bagi kehidupan
bermasyarakat, adanya integritas pada orang-orangnya akan
menjamin adanya tatanan masyarakat yang baik. Ini berarti
integritas adalah salah satu penentu keberadaban dan kehebatan
suatu bangsa.
5
menegakan kebenaran secara terbuka, yang terdiri dari aspek
keberanian (courage), dan percaya diri (self confidence).
1. Kejujuran
6
Sikap ini terwujud dalam perilaku, baik jujur
terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri (tidak
menipu diri), serta sikap jujur terhadap motivasi pribadi
maupun kenyataan batin dalam diri seorang individu.
Kualitas kejujuran seseorang meliputi seluruh perilakunya,
yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, maupun sikap
batin yang ada di dalam. Keaslian kepribadian seseorang bisa
dilihat dari kualitas kejujurannya.
7
kultur masyarakat. Ideologi senantiasa mencari pendukung
yang memperkuat gagasannya dan mendukung sudut
pandangnya sendiri sementara menolak dan mengabaikan
pandangan orang lain. Pendekatan demikian mengikis praksis
perilaku jujur dan meningkatkan konflik bagi setiap relasi
antar manusia.
2. Konsistensi
8
merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya
tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi
dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung
dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa
sebuah teori yang konsisten memiliki model; ini digunakan
dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam
logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable
yang digunakan.
9
atau membebaskan diri dari energi fisik dan mental yang
tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
l. olahraga;
o. jalin komunikasi;
q. hindari stress.
10
Pengertian akuntabel adalah dapat dipertanggung-
jawabkan dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, baik sumber inputnya,
prosesnya, maupun peruntukan/ pemanfaatan outputnya.
Akuntabel adalah pembuktian para pegawai negeri sipil.
Akuntabel menjadi tolok ukur keberhasilan tugas yang
diembannya. Pegawai negeri sipil yang akuntabel adalah yang
dapat mempertanggung jawabkan tugasnya yang telah
dilaksanakannya.
11
3. Keberanian
12
BAB III
PEMBANGUNAN BUDAYA INTEGRITAS
A. Integritas Individu
13
3. Ketika berbicara tentang integritas, kita berbicara tentang
menjadi orang yang utuh, yang terpadu, dan seluruh bagian
diri kita yang berlainan bekerja dengan baik dan berfungsi
sesuai rancangan (Henry Cloud, 2007).
5. I = C1 + A + E – C2 ; I : Integrity, C1 : Competency, A :
Accountability, E : Ethics, C2 : Corruption (Fredrick
Galtung, 2005).
14
formulasi makro yang mencakup kumpulan nilai kebajikan,
integritas mengacu pada hubungan diantara
serangkain/suatu set nilai moral, dimana nilai moral ini
konsisten dengan serangkan/satu set dengan nilai sosial,
dan integritas lebih jauh membutuhkan keselarasan antara
perilaku dengan serangkan/satu set nilai moral/sosial
disepanjang waktu dan berbagai konteks sosial (Dunn,
2009).
15
konsep EBA terdapat delapan aspek yang dinilai kemudian
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) cluster yaitu integritas primer,
integritas skunder, dan integritas tersier. Dengan pendekatan
EBA, proses assessment untuk seleksi penggerak integritas,
agen pengeerak integritas serta duta integritas menjadi lebih
terukur.
B. Integritas Organisasi
16
keputusan transparan kepada publik dan pengukuran
dilakukan agar publik dapat melihat (OECD, 2000).
3. Manajemen risiko
17
8. Evaluasi eksternal integritas
9. Post Employment
C. Integritas Nasional
18
Sistem Integritas Nasional berdasarkan teori Jeremy
Pope (2000) mengilustarasikan Integritas Nasional dengan
gambar bangunan yang bertujuan menopang tatanan hukum,
pembangunan berkelanjutan, dan kualitas hidup. Dalam
konsep road map KPK bangunan tersebut ditopang oleh pilar-
pilar institusi yaitu:Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, Layan Publik,
Penegak Hukum, Penyelenggara Pemilu, Ombudsman,
Lembaga Audit, KPK, Partai Politik, Media, Masyarakat Sipil,
dan Swasta/Binis. Pilar-pilar tersebut berdiri di atas pondasi
Politik, Ekonomi, Sosoal, dan Budaya.
19
Selama ini pemahaman yang berkembang adalah
power tend to corrupt (kekuasaan cenderung korup)
diharapkan dengan terbangunnya komite integritas disetiap
organisasi maka yang akan berkembang adalah pemahaman
power to integrity (kekuasaan cenderung berintegritas).
20
Jenis hubungan apakah sebagai mandat konstitusi,
kebijakan dan operasional.
21
perlu dipastikan tersedianya SDM yang kompeten.
Bentuk konkritnya untuk menjamin tersedianya SDM
yang kompeten maka setiap organisasi menjalankan
pendekatan corporate university. Keseluruhan aspek di
atas perlu dikelola dan ditindaklanjuti dalam bentuk
kolaborasi yang efektif melalui proses bertahap secara
gradual melalui pendekatan Indonesia Corporate
University (I-CORPU).
22
Berbagai konsep dan definisi yang ada dapat
dijadikan bahan eksplorasi untuk mewujudkan impian masa
depan Indonesia yang lebih baik, sebagaimana diamanahkan
dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia, dan dengan
partisipasi seluruh elemen bangsa akan diwujudkan menjadi
kenyataan.
23
BAB IV
PENUTUP
24
DAFTAR PUSTAKA
http://kpk.go.id