Anda di halaman 1dari 24

BISNIS FARMASI

Mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan bagian ini


dapat menjelaskan tentang industri farmasi dan
regulasi harga obat

1
PENDAHULUAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1963
TENTANG FARMASI
Usaha-usaha untuk keperluan rakyat akan perbekalan kesehatan
dibidang farmasi, adalah sebagai berikut:
• Usaha-usaha dalam bidang produksi
• Usaha-usaha dalam bidang distribusi yang dilakukan oleh
Pemerintah dan Swasta
• Usaha-usaha penyelidikan (penelitian) oleh Lembaga Farmasi
Nasional, Universitas-universitas dan lain-lain.
• Usaha-usaha pengawasan oleh Pemerintah, Pusat maupun Daerah
• Membentuk dan menggunakan Dewan Farmasi
• Usaha-usaha lain

2
PENDAHULUAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1963
TENTANG FARMASI
• Penguasaan perbekalan kesehatan dibidang farmasi yang
berbahaya, baik dipandang dari sudut kesehatan maupun
keamanan umum, ditetapkan dengan Peraturan Perundang-
undangan.
à Yang dimaksud dengan perbekalan kesehatan dibidang
farmasi yang berbahaya ialah : obat-obat bius, obat keras, dan
sebagainya
• Sesuai dengan Undang-undang Pokok Kesehatan, badan-badan
swasta diberi kesempatan melakukan usaha-usaha dilapangan
farmasi, terutama dibidang produksi.
• harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan.

3
INDUSTRI FARMASI, PROFIT, DAN ETIKA
• Industri farmasi di dunia merupakan sektor yang berjalan seperti
industri-industri lain.
• Industri obat berjalan dengan sifat memaksimalkan keuntungan,
sejak dari pabrik, distributor hingga apotek pengecer.
• Kinerja keuntungan industri farmasi sangat besar, lebih besar
dibandingkan rata-rata industri, walaupun masih lebih rendah di
banding dengan industri software.
• Kompetisi sektor industri farmasi sangat tinggi, terutama untuk
obat-obatan yang tidak dilindungi lagi oleh hak paten.

4
INDUSTRI FARMASI, PROFIT, DAN ETIKA
Perilaku industri farmasi sebenarnya mengacu pada
memaksimalkan keuntungan VS tradisi sosial kemanusiaan
• Contoh Kasus:
o operasi di ruang bedah membutuhkan obat-obatan narkose.
Dalam hal ini tidak ada pengganti untuk obat-obatan narkose.
o Sebuah obat berisi imunoglobulin untuk pasien yang berada
dalam keadaan kritis karena mempunyai daya tahan rendah,
mempunyai harga yang sangat mahal: 25cc seharga sekitar
Rp 1.250.000,00 pada tahun 2001
• Tidak adanya barang susbtitusi menjadikan obat sebagai barang
yang harus dibeli oleh pasien yang ingin sembuh dari suatu
penyakit atau membutuhkan tindakan tertentu.
• Sering timbul kasus tidak adanya obat pengganti atau tindakan
alternatif, akibatnya obat-obat tertentu yang bersifat
menyelamatkan jiwa (life-saving) justru sangat mahal karena
memang tidak ada pilihan lain. 5
HARGA OBAT MAHAL?
• Barriers to Entry yang akan mempengaruhi harga obat.
• Hambatan untuk masuk ke industri farmasi dilakukan dalam
berbagai bentuk:
• (1) regulasi obat;
• (2) hak paten; dan
• (3) sistem distribusi.

6
HARGA OBAT MAHAL – REGULASI OBAT
Di Amerika Serikat regulator utama adalah Food and Drug Administration (FDA),
sedang di Indonesia dipegang oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM).
• Proses pengujian obat di Amerika Serikat (termasuk dalam periode 1)
berlangsung lama, bisa terjadi hingga 15 tahun dengan proses yang sangat
kompleks.
• Setelah menemukan formula kimia baru untuk menangani suatu penyakit,
perusahaan obat harus melakukan uji coba pada binatang untuk mengetahui daya
racun jangka pendek dan keselamatan obat.
• Selanjutnya, FDA akan memberikan persetujuan melakukan uji klinik yang
tersusun atas tiga tahap.
• Tahap I dimulai dengan sekelompok kecil orang sehat dan berfokus pada dosis
dan keamanan obat.
• Tahap II akan diberikan kepada sejumlah orang yang lebih banyak (sampai
ratusan) yang mempunyai penyakit untuk menguji efikasi obat
(kemanjurannya).
• Tahap III akan dilakukan ke ribuan pasien dengan berbagai latar belakang
berbeda untuk menguji efikasi dan keselamatannya secara lebih terinci.
7
HARGA OBAT MAHAL – HAK PATEN
Industri Farmasi Berbeda dengan Industri Lain?
• Secara sifat, industri farmasi tidak berbeda dengan berbagai
industri yang mengandalkan pada penemuan teknologi tinggi.
• Pola kerja untuk memproduksi obat pada industri farmasi dapat
dibagi menjadi dua periode.
üPeriode pertama adalah penelitian dasar dan pengembangan
di laboratorium serta masyarakat. Periode pertama merupakan
investasi yang mempunyai risiko tinggi berupa kegagalan
secara ilmiah.
üPeriode kedua adalah setelah peluncuran obat di masyarakat.
Sementara itu, periode kedua mempunyai risiko pula dalam
penjualan. Pada periode kedua, undang-undang paten
melindungi industri farmasi dari pesaing. Apabila masa paten
selesai, maka pabrik obat lain boleh memproduksi dalam
bentuk obat generik sehingga pendapatan akan turun
8
HARGA OBAT MAHAL – HAK PATEN

• Obat baru menimbulkan peluang bagi industri farmasi untuk


memperoleh untung banyak. Setelah menemukan obat baru dan
mempunyai hak paten, maka perusahaan farmasi dapat membuat
tarif untuk produk baru secara maksimal. Tarif dapat ditentukan
setinggi-tingginya tanpa khawatir muncul persaingan.
9
HARGA OBAT MAHAL – HAK PATEN
• Ketika industri farmasi menikmati
masa monopoli, yaitu hanya ada
sebuah pabrik obat yang mempunyai
hak menjual dan memproduksi obat
karena paten.
• Hak paten berlaku dengan masa 17
tahun, bahkan hingga 25 tahun.
• Dengan hak paten yang bersifat
monopoli maka terdapat kebebasan
bagi pabrik menetapkan harga
setinggi mungkin untuk mendapatkan
profit setinggi-tingginya.
• Apabila masa paten selesai, maka
pabrik obat lain boleh memproduksi
dalam bentuk obat generik sehingga
pendapatan akan turun.
10
HARGA OBAT MAHAL – SISTEM DISTRIBUSI
• Sistem jaringan distribusi dan pemasaran industri farmasi yang
sangat kompleks
• Jaringan sistem distribusi dan pemasaran mempunyai ciri menarik
yaitu menggunakan konsep ‘detailling’, yaitu perusahaan farmasi
dengan melalui jaringan distributor melakukan pendekatan tatap
muka dengan dokter yang berpraktik di rumah sakit ataupun
praktik pribadi.
• Dalam komunikasi ini terbuka kemungkinan terjadi bentuk kolusi
antara dokter dan industri farmasi.
• Sistem promosi dan pemasaran obat akan menambah mahalnya
harga obat

11
USAHA PENSTABILAN HARGA OBAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1963
TENTANG FARMASI mensyaratkan harga obat sebisa mungkin
serendah-rendahnya agar dapat diperoleh masyarakat

Usaha yang dilakukan untuk menurunkan harga obat


1. menekan harga obat mulai dari fase riset hingga pemasaran
à Kebijakan memperpendek waktu paten, atau memberi lisensi
kepada pabrik obat di negara sedang berkembang
memproduksi obat secara murah
à Indonesia tidak secara langsung mengatur harga obat
bermerek (branded), hanya membuat program obat generik
yang harganya ditetapkan pemerintah
2. pendekatan etika

12
ETIKA BISNIS FARMASI
• Burton (2011) à Harus ada nilai normatif dalam bentuk etika
yang dipunyai oleh sektor kesehatan dalam mengendalikan biaya
obat
• Nilai-nilai tersebut akan hadir apabila timbul kesadaran mengenai
keterbatasan sumber daya untuk pengadaan obat, rasa
kemanusiaan untuk menolong orang yang sakit dan sengsara,
adanya hak pasien mendapatkan yang terbaik, kepercayaan
bersama, dan adanya kesadaran mengenai pemilihan obat
sebagai keputusan bersama.

13
ETIKA BISNIS FARMASI
• Velasquez (1998) contoh etika bisnis perusahaan Merck,
1979, Dr. William Campbell, peneliti Merck and Co, menemukan
bukti obat Ivermectin® dapat membunuh parasit yang
menyebabkan penyakit river blindness di Afrika dan Amerika
Latin.
Penemuan ini menjadikan perdebatan di dalam Merck, apakah
akan meneruskan penelitian ini dan mencobakannya ke manusia.
Para manajer yang menentang menyatakan bahwa masyarakat
miskin tidak akan mampu membeli obat ini
Isu moral yang menyatakan bahwa manfaat obat ini untuk
manusia tidak dapat diabaikan.
Pertimbangan ini akhirnya mengalahkan aspek untung-rugi.
Berdasarkan usul tim peneliti, akhirnya Merck setuju
mengembangkannya. Akhirnya, Merck memutuskan
memberikan obat ini secara gratis untuk penderita yang
potensial, bahkan memberikan bantuan dalam distribusinya 14
RITEL FARMASI DI INDONESIA
• Dalam industri farmasi, peritel dapat dikategorikan ke dalam
apotik (konvesional), toko obat (konvensional), dan apotik atau
toko obat modern.
• aktivitas ritel farmasi dimulai sekitar tahun 1930-an dan konsep
apotik dan toko obat kemudian diatur secara tersendiri pada
sekitar tahun 1940-an.
• Konsep apotik dan toko obat modern belakangan hadir sekitar
tahun 1990-an awal. Konsep baru ini secara inkremental
mempengaruhi dinamika industri farmasi dari cara penjualan
yang tradisional (berbasis pada konsep: ada resep dan ada uang,
maka ada barang) menuju strategi-strategi kompetitif dan
pemasaran yang modern (berbasis pada konsep manajemen
strategi yang komprehensif).

15
RITEL FARMASI DI INDONESIA

16
RITEL FARMASI DI INDONESIA
Peritel obat lebih menyukai strategi penjualan langsung (direct selling)
à mengeliminasi biaya pemasaran (sekitar 20%)

Kompetisi dalam industri farmasi terutama didorong oleh strategi


harga (pricing strategy) dan skala ekonomi (economies of scale )

17
RITEL FARMASI DI INDONESIA
• Kompetisi dalam industri farmasi terutama didorong oleh strategi
harga (pricing strategy) dan skala ekonomi (economies of scale).
• Jaringan waralaba toko obat modern yang akhir-akhir ini
memasuki pasar industri ritel farmasi Indonesia membawa
konsep-konsep baru dalam bisnis ritel produk farmasi.
• Konsep pemasaran modern tersebut selain menawarkan lebih
banyak jenis produk, juga layanan kenyamanan lingkungan seperti
tata ruang toko (outlet) untuk mempertahankan loyalitas
pelanggan.
• Landasan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif para peritel
produk farmasi, yaitu:
1. Pricing strategy
2. Quality of service
3. Product Range Strategy.
4. Site Strategy
18
CRITICAL SUCCESS FACTOR
RITEL FARMASI DI INDONESIA
1. Daya saing manajemen (Management Competitiveness) à
kemampuan manajemen untuk secara proaktif memanfaatkan
peluang dan secara strategis mengendalikan keefektifan dan
keefisienan operasinya. Hal tersebut dalam industri ritel farmasi
dapat diukur dari beberapa indikator seperti pengurangan waste
dan shrinkage, produktivitas tenaga kerja, produktivitas ruang
dan penjualan, serta mengobservasi kecenderungan-
kecenderungan baru dan yang akan terjadi di masa depan.
2. Kualitas Produk dan Layanan à kesanggupan staf untuk
menjelaskan keunggulan produk (memiliki product knowledge)
dan menyediakan layanan terbaik bagi pelanggan.
3. Pangsa Pasar à dapat juga digunakan untuk menjelaskan
apakah bisnis yangs edang dijalankan masih atraktif atau tidak

19
CRITICAL SUCCESS FACTOR
RITEL FARMASI DI INDONESIA
4. Strategi Tempat (Site strategy) à meliputi lokasi yang strategis,
tata ruang yang baik, dan suasana gerai yang lebih baik
(nyaman). Tata ruang gerai yang baik, pemajangan produk-
produk floor yang rapi untuk menarik perhatian calon pembeli
juga menjadi unsur penting. Suasana gerai yang bersahabat
membuat para pembeli merasa nyaman dan aman ketika
menghabiskan waktunya untuk berbelanja (memilih produk yang
akan dibeli).
5. Pricing Strategy à penetapan harga yang tinggi menyebabkan
lemahnya daya saing dalam situasi ‘uang ketat’ seperti ini
6. Strategi keragaman produk (Product Range Strategy) à untuk
menjamin ketersediaan produk dan mencegah terjadinya
persediaan yang terlalu banyak dan tak laku. Strategi ini banyak
berpatokan pada penyediaan produk yang cepat laku (fast-
moving) dan menghindari produk yang tak laku (slow-moving). 20
CRITICAL SUCCESS FACTOR
RITEL FARMASI DI INDONESIA
7. Strategi Promosi à menentukan apakah calon pelanggan atau
sasaran pasar memiliki perhatian terhadap produk dan layanan
peritel, keuntungannya, siklus produknya, dan juga membuat
penjualan dalam jangka pendek

21
TANTANGAN RITEL FARMASI DI INDONESIA
1. Peningkatan biaya akibat ketidakstabilan ekonomi dan politik
seperti nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing. Hal ini secara
langsung berdampak pada biaya bahan baku yang mencapai
lebih dari 90% impor dan kerusuhan sosial yang dapat
membahayakan bisnis sebagai bagian dari resiko politik.
2. Masuknya pemain asing akibat terbukanya pasar di Indonesia.
3. Munculnya pengobatan alternatif seperti jamu dan obat Cina.
Selama krisis, diyakini bahwa obat tradisional mencapai 45% dari
industri obat-obatan dibanding 55% obatobatan modern (Barat).
Jamu adalah produk yang dibuat dengan biaya murah sehingga
dapat dijual dengan harga murah pula, jamu yang tak bermerek
malah lebih murah lagi karena dibuat atau diracik sendiri sebagai
produk rumah tangga.
4. Sebagai persoalan dari hampir semua pelaku bisnis, kurangnya
tenaga kerja terlatih perlu dipecahkan agar produktivitas dan
layanan yang lebih baik dapat tersedia. 22
Penguasaan materi

1. Undang-undang tentang regulasi industri farmasi!


2. Jelaskan tentang Etika Bisnis Farmasi!
3. Jelaskan perbedaan industri farmasi dan bukan
industri farmasi!
4. Bagaimana usaha-usaha agar berhasil dalam ritel
farmasi!

23
TERIMA KASIH

24

Anda mungkin juga menyukai