Anda di halaman 1dari 8

ISSN : 2337-3253

PENERAPAN JIGSAW
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SEKOLAH DASAR
(Mei Yulaikah)

Abstract

Through the Classroom Action Research (PTK) in an effort to improve science


learning through the application of the model type of jigsaw cooperative learning in the
learning process of science to the treatment as much as two cycles (rounds), each round
consists of four stages, including: planning, implementation, observation and reflection.
The objective of this study were sixth grade students of SDN Kalirungkut II/514
Kalirungkut Rungkut Surabaya which \ are 40 students. With the formulation of the
problem How do students' sixth grade after attending a science learning activities to
implement the model type of jigsaw cooperative learning and the activities of teachers
and students through the application of the model type of jigsaw cooperative learning in
science learning.Data collection techniques used are Technical Observations on the
activity of teacher and student activities, and test results of students' learning about the
solar system.
Keywords: Jigsaw, Cooperative Learning Model, Sains, The Solar System.

Pendahuluan didik di kelas seperti yang tercantum di


Kegiatan pembelajaran merupakan atas haruslah diketahui dan dipahami
suatu kegiatan yang diarahkan untuk oleh guru sebagai pengajar dan pendidik
mencapai tujuan pendidikan yang telah di kelas untuk mencegah dan mengatasi
ditetapkan. Kegiatan ini melibatkan guru kesulitan belajar yang dialami peserta
yang tugasnya antara lain membimbing, didik dalam mengikuti proses
mendidik siswa dan menyampaikan pembelajaran di kelas.
materi termasuk menciptakan suasana Adapun upaya yang dapat
belajar yang kondusif untuk anak didik. dilakukan oleh guru di kelas dalam
Suasana belajar yang kondusif sangat mencegah dan mengatasi masalah
berpengaruh bagi proses pembelajaran gangguan perhatian yang dialami oleh
yang optimal di dalam kelas. peserta didik di kelas ialah guru
Dalam proses pembelajaran di sebaiknya menerapkan metode dan
kelas guru sering menghadapi peserta strategi pembelajaran yang menarik
didik yang mengalami gangguan perhatian belajar agar peserta didik
perhatian sehingga peserta didik tersebut dapat proses pembelajaran di kelas
kurang dapat memusatkan perhatiannya dengan baik dari awal pembelajaran
dalam mengikuti proses pembelajaran di sampai dengan akhir pembelajaran, yaitu
kelas. Akibatnya peserta didik tersebut kegiatan pembelajaran yang aktif,
kurang dapat mengetahui dan kreatif, efektif dan menyenangkan.
memahami materi pelajaran yang Selain itu, peserta didik yang
diajarkan oleh guru sehingga menunjukkan sikap apatis, acuh tak acuh
memperoleh prestasi hasil belajar yang dalam mengikuti proses pembelajaran di
rendah. Gejala yang dialami peserta kelas juga merupakan masalah yang
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 1
harus di atasi oleh guru sebagai pendidik 8. Pengaruh interaksi antara guru
yaitu berupa minat dan motivasi belajar dengan murid dan antara murid
rendah yang dimiliki oleh peserta didik dengan murid.
tersebut. Untuk mengatasi gejala minat 9. Hambatan, kesulitan, ketegangan
dan motivasi belajar rendah yang dan sebagainya yang dialami oleh
ditunjukkan oleh peserta didik di kelas peserta didik selama proses
tersebut yang sangat mempengaruhi pembelajaran, dan
kualitas proses dan hasil belajar perta 10. Pengaruh perbedaan individu yang
didik di kelas, maka guru harus dapat satu dengan individu yang lain
memilih dan menerapkan suatu metode, dalam batas kemampuan belajar
strategi, pendekatan, dan model menurut Abimanyu (dalam Abdul
pembelajaran di kelas yang dapat Hadis: 6)
menumbuhkembangkan minat belajar Menurut Slameto (dalam Abdul
dan motivasi belajar peserta didik untuk Hadis: 17) menyatakan bahwa agar
belajar di kelas. proses pembelajaran di kelas dapat
Adapun strategi, metode, maksimal dan optimal, maka hubungan
pendekatan, dan model pembelajaran antara guru dengan peserta didik dan
yang dapat diterapkan oleh guru dalam hubungan peserta didik dengan sesama
membelajarkan peserta didik untuk peserta didik yang lain harus timbal
mengatasi masalah yang tersebut di atas balik dan komunikatif satu sama lainnya.
diantaranya adalah dengan model cara Proses pembelajaran hanya dapat terjadi
menerapkan model pembelajaran secara maksimal jika antara guru dengan
kooperatif tipe jigsaw dengan tujuan siswa terjadi komunikasi dan interaksi
agar proses belajar mengajar di kelas timbal balik yang edukatif.
dapat berlangsung secara efektif, Jadi proses pembelajaran di kelas
sehingga tujuan pembelajaran dapat dapat berhasil secara maksimal, jika
tercapai secara optimal dan maksimal. hubungan guru dengan peserta didik,
Masalah-masalah lain yang sering dan hubungan peserta didik dengan
dihadapi oleh guru dalam proses peserta didik yang lain terjadi secara
pembelajaran adalah sebagai berikut: baik, maka suasana dalam kegiatan
1. Masalah perubahan psikologis pada pembelajaran menjadi efektif dan
diri anak didik selama dalam proses menyenangkan sehingga siswa dapat
pembelajaran mengasai materi pelajaran dengan baik.
2. Pengeruh pembewaan dan Selain harus memperhatikan
lingkungan atas hasil belajar berbagai hal atau faktor yang menarik
3. Teori dan proses kegiatan belajar perhatian belajar peserta didik, guru
mengajar di kelas. harus dapat mengelola kelas dan proses
4. Hubungan antara teknik belajar pembelajaran di kelas yang menarik
mengajar dengan hasil belajar. perhatian belajar siswa. Usaha yang
5. Perbandingan hasil belajar dalam dapat dilakukan oleh guru ialah
pendidikan formal dengan mengetahui, memahami, menguasai, dan
pendidikan informal atas diri menerapkan berbagai teori, metode, dan
individu. pendekatan tentang dinamika kegiatan
6. Pengaruh kondisi social anak didik dalam strategi belajar mengajar, dan
atas pendidikan yang diterimanya. berbagai pendekatan dalam proses
7. Nilai sikap ilmiah atas pendidikan belajar mengajar.
yang dimiliki oleh para petugas Melalui penerapan berbagai teori,
pendidikan metode, pendekatan, dan model
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 2
pembelajaran dalam proses belajar para pendidik untuk mengenal kebiasaan-
mengajar, maka aktivitas jiwa peserta kebiasaan diantara siswa serta
didik dapat dipertinggi, sehingga menentukan model pembelajaran yang
perhatian peserta didik semata-mata tepat dan berpusat pada anak.
tertuju pada bahan pelajaran yang
dipelajari. Oleh karena itu untuk Kajian Pustaka
menjamin hasil belajar yang baik, maka Dalam kurikulum KTSP (Mulyasa
siswa harus memiliki perhatian terhadap 2007: 110), menyatakan bahwa Ilmu
bahan belajar yang dipelajarinya. Agar Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan
siswa dapat belajar dengan baik, maka dengan cara mencari tahu tentang alam
guru harus mendesain proses secara sistematis, sehingga IPA bukan
pembelajaran menjadi menarik, dan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
menarik minat belajar siswa serta yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
meningkatkan motivasi belajar siswa atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
dalam mampelajari materi pelajaran di merupakan suatu proses penemuan yang
kelas. dikaitkan dengan fenomena alam yang
Dalam proses pembelajaran guru terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
harus memilih, merencanakan, dan karena itu, pembelajaran IPA diharapkan
mengevaluasi proses belajar mengajar menjadi wahana bagi peserta didik untuk
sebagai system yang terkait antara yang mempelajari diri sendiri dan alam sekitar,
satu dengan yang lain. Selain itu guru serta prospek pengembangan lebih lanjut
juga harus selalu kreatif dalam dalam menerapkannya dalam kehidupan
membelajarkan peserta didik agar sehari-hari.
kegiatan pembelajaran dan tujuan Proses pembelajaran IPA harus
pembelajaran dapat tercapai secara menekankan pada pemberian pengalaman
optimal dan maksimal. Guru yang secara langsung pada peserta didik untuk
kreatif selalu berusaha memahami mengembangkan kompetensi agar
tentang mengapa dan bagaimana peserta menjelajahi dan memahami alam sekitar,
didik dapat belajar dengan baik dan yang pada akhirnya mereka mmenemukan
kondisi-kondisi apakah yang sendiri konsep materi pelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses sedang dipelajarinya. Selain itu,
pembelajaran yang efisien, efektif, dan pembelajaran IPA diarahkan untuk
memuaskan bagi peserta didik?. memberi pengalaman langsung dan
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang berbuat sehingga dapat membantu peserta
menjadi acuan bagi peneliti untuk didik untuk memperoleh pemahaman yang
menerapkan model pembelajaran lebih mendalam mengenai alam sekitar.
kooperatif tipe Jigaw dalam rangka IPA diperlukan dalam kehidupan
meningkatkan hasil belajar siswa. sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
Anak pada hakikatnya memiliki manusia melalui pemecahan masalah-
potensi untuk aktif dan berkembang, masalah yang dapat diidentifikasikan.
sebagaimana pendapat dari Sujiono (2009: Penerapan IPA perlu dilakukan secara
90), yang mengatakan bahwa, anak adalah bijaksana agar tidak berdampak buruk
pembangun aktif pengetahuannya sendiri. bagi lingkungan, di tingkat SD diharapkan
Mereka membangun pengetahuan ketika ada penekanan pembelajaran Salingtemas
berinteraksi dengan obyek benda, (sains, lingkungan, teknologi dan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun masyarakat) yang diarahkan pada
lingkungan sosial. Hal ini perlu dipahami pengalaman belajar untuk merancang dan
oleh para pendidik yang akan membantu membuat suatu karya melalui penerapan
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 3
konsep IPA dan kompetensi bekerja Salingtemas (Sains, lingkungan,
ilmiah secara bijaksana. teknologi, dan masyarakat) yang
Gagasan perlunya pengembangan diarahkan pada pengalaman belajar
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sejak dini untuk merancang dan membuat suatu
kepada anak, pada dasarnya diilhami oleh karya melalui penerapan konsep IPA
empat pilar pendidikan yang ditetapkan dan kompetensi bekerja ilmiah secara
oleh UNESCO (dalam PLPG. 2009: 2.14) bijaksana.
, yaitu: 1) Learning to know-learning to Rumusan tujuan pembelajaran IPA di
learn (artinya belajar untuk memperoleh SD/MI seperti di atas secara jelas dan
pengetahuan dan untuk melakukan tegas memberi informasi bahwa
pembelajaran selanjutnya), 2) Learning to pelaksanaan pembelajaran IPA tidak
do (artinya belajar bekerja sama dalam melalui pemindahan pengetahuan (istilah,
tim), 3) Learning to be (artinya belajar fakta, konsep, prinsip, hokum/teori) dari
mengaktualisasikan diri sebagai individu guru kepada siswa, tetapi merupakan
mandiri), (4) Learning to live together suatu kewajiban bahwa pembelajaran IPA
(artinya sebagai landasan ketiga pilar harus melalui inkuiri
sebelumnya dengan pengembangan ilmiah(penyelidikan), dan melalui
pemahaman dari apresiasi tentang orang penerapan konsep-konsep IPA dalam
lain dan latar belakangnya). bentuk merancang dan membuat suatu
Standar Kompetensi (SK) dan karya. Dengan pembelajaran IPA seperti
Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI ini maka memberi kebermaknaan hasil
merupakan standar minimum yang secara belajar pada diri siswa dalam mejalani
nasional harus dicapai oleh peserta didik kehidupan di alam ini.
dan menjadi acuan dalam pengembangan Merupakan tugas utama seorang guru
kurikulum di setiap satuan pendidikan. dalam mewujudkan tujuan-tujuan
Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pendidikan di sekolah adalah
pemberdayaan peserta didik untuk mengembangkan strategi pembelajaran
membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan mengajar secara efektif.
dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi Pengembangan strategi ini bertujuan
oleh guru. untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI dapat mempengaruhi kehidupan peserta
secara umum seperti yang tersurat dalam didik, sehingga siswa dapat belajar dengan
latar belakang standar isi yang menyenangkan dan dapat meraih
menyatakan: prestasinya secara memuaskan.
a. Pembelajaran IPA sebaiknya Menyelenggarakan kegiatan belajar
dilasanakan secara inkuiri ilmiah mengajar yang berlangsung secara efektif,
(scientific inquiry) untuk merupakan pekerjaan yang bersifat
menumbuhkan kemampuan berpikir, kompleks dan menuntut kesungguhan dari
bekerja, dan bersikap ilmiah serta guru. Menurut Mulyani Sumantri dan
mengkomunikasikannya sebagai Johar Permana (1995:134), proses belajar
aspek penting kecakapan hidup. Oleh mengajar merupakan interaksi yang
karena itu pembelajaran IPA di dilakukan antara guru dengan peserta
SD/MI menekankan pada pemberian didik dalam situasi pendidikan atau
pengalaman belajar secara langsung pengajaran untuk mewujudkan tujuan
melalui penggunaan pengembangan yang ditetapkan. Wujud interaksi
keterampilan proses dan sikap ilmiah. pengajaran menghendaki adanya
b. Pembelajaran IPA di SD/MI pertimbangan yang kuat atas keunikan dan
ditekankan pada pembelajaran keragaman peserta didik. Seorang guru
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 4
sudah tentu dituntut kemampuannya untuk sering disebut-sebut sebagai tulang
menggunakan berbagai metode mengajar punggung pembangunan. Dalam artian
secara bervariasi. kedudukan IPA dapat dikatakan sebagai
Metode ini merupakan cara-cara yang pengetahuan dasar pada teknologi. Dan
ditempuh guru untuk menciptakan situasi untuk itu kegiatan belajar mengajar IPA di
pengajaran yang benar-benar Sekolah Dasar harus diajarkan dengan
menyenangkan dan mendukung bagi cara yang tepat, sehingga IPA menjadi
kelancaran proses belajar mengajar dan suatu mata pelajaran yang memberikan
tercapainya prestasi hasil belajar anak kesempatan berpikir kritis.
yang memuaskan. Terdapat 10 metode
pengajaran menurut Mulyani Sumantri Metode Penelitian
dan Johar Permana (1995:135) yaitu Penelitian ini merupakan penelitian
metode ceramah, tanya jawab, diskusi, tindakan (action research), karena
kerja kelompok, pemberian tugas, penelitian dilakukan untuk memecahkan
demonstrasi, eksperimen, simulasi, masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
inkuiri, dan metode pengajaran unit / ini juga termasuk penelitian deskriptif,
pembelajaran terpadu. sebab menggambarkan bagaimana suatu
Suasana yang kurang termotivasi teknik pembelajaran diterapkan dan
akan menjadi kendala serius dalam bagaimana hasil yang diinginkan dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Untuk dicapai.
itu guru harus menyadari apa yang Menurut Suyanto (dalam Depdiknas,
sebaiknya dilakukan untuk mencapai 2006) menyatakan, “Penelitian Tindakan
kondisi pembelajaran ke arah tujuan. Kelas (PTK) adalah penelitian yang
Guru tidak bisa membawa kegiatan bersifat reflektif dengan melakukan
pembelajaran menurut kehendak hati tindakan-tindakan tertentu agar dapat
mereka, dan mengabaikan tujuan yang memperbaiki dan atau meningkatkan
telah dirumuskan. Tujuan dan kegiatan praktik-praktik pembelajarandi kelas
pembelajaran tidak akan pernah tercapai secara professional”.
selama komponen-komponennya belum PTK dikatakan bersifat reflektif
dipenuhi. Salah satu komponen yang karena guru sebagai peneliti selalu
perlu dipenuhi adalah menentukan memikirkan apa dan mengapa satu
model pembelajaran yang kondusif. dampak tindakan terjadi di kelas. Dari
Kurikulum secara berkelanjutan pemikiran itu kemudian dicarikan
disempurnakan untuk meningkatkan pemecahannya. Pemecahan tersebut
mutu pendidikan dan berorientasi pada berupa tindakan-tindakan. Sebelum
kemajuan sistem pendidikan nasional, tindakan dilakukan harus ada perencanaan
disinyalir belum dapat direalisasikan terlebih dahulu. Pada perencanaan inilah
secara maksimal. Salah satu masalah terletaknya perbedaan antara yang biasa
yang dihadapi dalam dunia pendidikan dilakukan guru dengan PTK yang
di Indonesia adalah lemahnya proses sebenarnya. Berdasarkan hal itu
pembelajaran. Depdiknas mengungkapkan bahwa PTK
Dengan mencermati dan memahami merupakan: (a) bentuk kajian yang
uraian di atas, maka para pendidik sistematis, (b) dilakukan oleh pelaku
menyadari mengenai arti pentingnya Ilmu tindakan atau guru, (c) dilakuakn untuk
Pengetahuan Alam (IPA), yang memperbeiki kondisi pembelajaran.
merupakan ilmu pengetahuan yang Dalam penilitian ini merupakan
mempunyai obyek, menggunakan metode penelitian tindakan kelas ( PTK ). Dasar
ilmiah, dan merupakan dasar teknologi, pelaksanaan penelitian ini adalah
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 5
perbaikan, baik terhadap proses maupun pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan
hasil perbaikan proses dilakukan dengan pada semester genap tahun pelajaran
tindakan yakni memberikan perlakuan 2011/2012. Subyek dalam penelitian ini
kepada kelas dengan melaksanakan adalah siswa-siswi kelas VI SDN
pembelajaran IPA di kelas VI SDN Kalirungkut II/514 tahun pelajaran 2011 /
Kalirungkut II/514 Rungkut Surabaya 2012 dengan materi bumi dan alam
tentang sistem tata surya. Sedangkan hasil semesta, Standar Kompetensi (9.)
pembelajaran merupakan dampak dari Memahami matahari sebagai pusat tata
proses yang telah dilakukan. Penelitian surya, Kompetensi Dasar (9.1)
Tindakan Kelas ( PTK ) dan Mendeskripsikan system tata surya dan
pelaksanaannya menggunakan siklus- posisi penyusun tata surya.
siklus pembelajaran. Sesuatu yang kurang Sesuai dengan jenis penelitian yang
dari siklus pertama akan diperbaiki pada dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
siklus berikutnya. penelitian ini menggunakan model
Dalam penelitian tindakan ini penelitian tindakan dari Kemmis dan
menggunakan guru sebagai peneliti, Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu
penanggung jawab penuh penelitian berbentuk spiral dari sklus yang satu ke
tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan siklus yang berikutnya. Setiap siklus
utama dari penelitian tindakan ini adalah meliputi planning (rencana), action
meningkatkan hasil belajar siswa dalam (tindakan), observation (pengamatan), dan
pembelajaran di kelas dimana guru secara reflection (refleksi). Langkah pada siklus
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari berikutnya adalah perncanaan yang sudah
perencanaan, tindakan, pengamatan dan direvisi, tindakan, pengamatan, dan
refleksi. refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1
Dalam penelitian ini peneliti tidak dilakukan tindakan pendahuluan yang
bekerjasama dengan siapapun, kehadiran berupa identifikasi permasalahan. Siklus
peneliti sebagai guru di kelas sebagai spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan
pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Penjelasan alur disamping adalah:
Dengan cara ini diharapkan didapatkan 1. Rancangan/rencana awal, sebelum
data yang seobjektif mungkin demi mengadakan penelitian peneliti
kevalidan data yang diperlukan. menyusun rumusan masalah, tujuan
Penelitian ini menggunakan dan membuat rencana tindakan,
rancangan prosedur Penelitian Tindakan termasuk di dalamnya instrumen
Kelas (classroom based action research. penelitian dan perangkat
Yang dimulai dari perencanaan tindakan, pembelajaran.
pelaksanaan tindakan dan observasi serta 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi
refleksi, yang bersifat siklus. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh peneliti
Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian sebagai upaya membangun
yang dilakukan oleh guru di kelasnya pemahaman konsep siswa serta
sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan mengamati hasil atau dampak dari
untuk memperbaiki kinerjanya sehingga diterapkannya model pembelajaran
hasil belajar siswa dapat meningkat. pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Penelitian ini bertempat di Sekolah 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat
Dasar Negeri Kalirungkut II/514 Jl. dan mempertimbangkan hasil atau
Kalirungkut No.8 Rungkut Surabaya. dampak dari tindakan yang dilakukan
Penelitian ini didesain dengan dua siklus, berdasarkan lembar pengamatan yang
dengan masing-masing siklus dua kali diisi oleh pengamat.
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 6
4. Rancangan/rencana yang direvisi, Metode yang digunakan dalam
berdasarkan hasil refleksi dari pengambilan data adalah observasi dan
pengamat membuat rancangan yang tes. Penelitian dilakukan dengan dua
direvisi untuk dilaksanakan pada siklus yang masing-masing siklus
siklus berikutnya. dilakukan selama dua kali pertemuan.
Observasi digunakan sebagai metode
Hasil dan Pembahasan penelitian yang bertujuan untuk
Penelitian ini dilakukan di SDN mengamati aktivitas guru dan aktivitas
Kalirungkut II/514 pada siswa kelas VI siswa dalam proses pembelajaran. Tes
dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa digunakan sebagai metode penelitian yang
pada semester II tahun pelajaran 2011- bertujuan untuk mengukur pencapaian
2012. Data penelitian yang diperoleh pemahaman siswa terhadap system tata
berupa data observasi kegiatan guru dan surya dengan menggunakan model
kegiatan siswa serta tes prestasi hasil pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
belajar pada proses pembelajaran IPA Dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model tentang system tata surya dengan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, menggunakan model pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini
terhadap materi tentang system tata surya. dikarenakan semangat siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat tinggi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan,
maka dapat diperoleh data-data untuk
Putaran 1
mengetahui tujuan yang ingin dicapai.

Refleksi Rencana Simpulan


awal/ Berdasarkan hasil Penelitian
rancanga
n Tindakan Kelas (PTK) yang telah
dilaksanakan melalui beberapa tindakan,
dari siklus I, dan II serta berdasarkan
Putaran 2
Tindakan/ seluruh pembahasan dan analisa data
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
Observasi
bahwa penggunaan model pembelajaran
Rencana kooperatif tipe Jigsaw sangat tepat untuk
Refleksi yang meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI
direvisi terhadap materi pokok system tata surya,
melalui diskusi kelompok kecil dan
Tindakan/ melalui kegiatan tutor sebaya. Secara
Dst.
khusus, penelitian ini dapat disimpulkan
Observasi
sebagai berikut:
1. Melalui penerapan model
Rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Refleksi yang selain mampu meningkatkan aktivitas
direvisi guru dan siswa selama mengikuti
proses pembelajaran. Keaktifan,
Tindakan/ keantusiasan siswa bahkan semangat
kinerja siswa dan guru meningkat
Observasi
pada tiap siklusnya. Hal ini didukung
dengan hasil data pengamatan yang
E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 7
menunjukkan rata-rata prosentase Daftar Rujukan
aktivitas guru pada siklus I Abdul Hadis. 2008. “Psikologi dalam
berdasarkan rata-rata dari dua Pendidikan”. Bandung: CV.
pengamat mencapai 65% dan siklus II Alfabeta.
meningkat mencapai 90%. Sedangkan Bambang Yulianto. 2007.
aktivitas siswa pada siklus I “Mengembangkan Menulis
menunjukkan hasil rata-rata dari dua Teknik”. Surabaya: Unesa
pengamat mencapai 61%, dan University Press.
meningkat pada siklus II sebesar BSNP. 2006. “Model Kurikulum Tingkat
91%. Hasil perolehan data tersebut Satuan Pendidikan”. Jakarta:
membuktikan bahwa, dengan Depdiknas.
penerapan model pembelajaran BNSP. 2006. “Model Integrasi Kecakapan
kooperatif tipe Jigsaw dapat Hidup”. Jakarta: Depdiknas.
meningkatkan aktivitas guru dan BNSP. 2006. “Model Penilaian Kelas”.
siswa dalam proses pembelajaran Jakarta: Depdiknas.
sehingga dapat meningkatkan hasil Depdiknas. 2006. “Permendiknas Nomor
belajar siswa. 22 Tahun 2006 tentang Standar
2. Dengan penerapan model Isi untuk Satuan Pendidikan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Dasar dan Menengah”. Jakarta:
ini, ternyata dapat meningkatkan hasil Depdiknas.
belajar siswa khususnya pada materi Depdiknas. 2006. “Permendiknas Nomor
pokok system tata surya. Hal ini 23 Tahun 2006 tentang Standar
ditunjukkan dari hasil analisis data Kompetensi Lulusan untuk
observasi pada saat pembelajaran Satuan Pendidikan Dasar dan
berlangsung, yang mendapatkan Menengah”. Jakarta: Depdiknas.
bahwa, rata-rata kemampuan hasil Depdiknas. 2006. Permendiknas Nomor
belajar terhadap pembelajaran materi 24 Tahun 2006 tentang
ajar tersebut, siswa kelas VI SDN Pelaksanaan Permendiknas
Kalirungkut II/514 yang dilaksanakan Nomor 22 Tahun 2006 tentang
melalui model pembelajaran Standar Isi untuk Satuan
kooperatif tipe Jigsaw, hasil belajar Pendidikan Dasar dan Menengah
siswa mengalami peningkatan dari dan Permendiknas Nomor 23
rata-rata kelas pada siklus I yang Tahun 2006 tentang Standar
hanya mencapai 65 dengan Kompetensi Lulusan untuk
prosentase ketuntasan hasil belajar Satuan Pendidikan Dasar dan
70%, meningkat menjadi 84 dengan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
prosentase ketuntasan hasil belajar E. Mulyasa. 2008. “Kurikulum Tingkat
90% pada siklus II. satuan Pendidikan”. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.

E-Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 6 Hal 8

Anda mungkin juga menyukai