Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Dosen Pembimbing : Ns. Duma L. Tobing, M. Kep., Sp. Kep. J

Disusun oleh :

Nama : Nada Saskia

NIM : 2010721028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM STUDI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2021
I. MASALAH UTAMA

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Yosep,Sutini,
2014). Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain.

Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau
hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak
tersebut (Carpenito-Moyet, 2009).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagai rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan
orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
berbagi pengalaman.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


Menurut Stuart (2013), masalah isolasi social dapat disebabkan oleh adanya faktor
predisposisi (faktor yang melatarbelakangi munculnya masalah) dan faktor presipitasi (faktor
yang memicu adanya masalah).

II. A. Faktor Predisposisi

1.) Faktor tumbuh kembang


Pada setiap tahap tumbuh kembang terdapat tugas tugas perkembangan yang harus
terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas tersebut
tidak terpenuhi maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya dapat
menimbulkan suatu masalah.
Tabel 1. Tugas perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal (Stuart
dan Sundeen, dalam Fitria,2009).

2. Faktor komunikasi dalam keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam sehingga
menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau ekspresi
emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk hubungan dengan lingkungan
diluar keluarga.

3. Faktor sosial budaya

Norma-norma yang salah didalam keluarga atau lingkungan dapat menyebabkan


hubungan sosial, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia,
berpenyakit kronis dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
4. Faktor biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gangguan
dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi gangguan hubungan
sosial adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan
ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.

II. B. Faktor Presipitasi

Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga


dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut:

1. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial
budaya seperti keluarga.
2. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat kecemasan atau
ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan individu.

II. C. Rentang Respon

Menurut Stuart (2007). Gangguan kepribadian biasanya dapat dikenali pada masa
remaja atau lebih awal dan berlanjut sepanjang masa dewasa. Gangguan tersebut
merupakan pola respon maladaptive, tidak fleksibel, dan menetap yang cukup berat
menyababkan disfungsi prilaku atau distress yang nyata.
A. Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara yang dapat
diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Riyardi S dan Purwanto T. (2013) respon ini
meliputi:

1. Menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial, individu mamapu menetapkan untuk interdependen dan
pengaturan diri.
3. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling member, dan menerima
dalam hubungan interpersonal.
4. Saling ketergantungan
Merupakan suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

B. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara-
cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat. Menurut Riyardi S dan
Purwanto T. (2013) respon maladaptive tersebut adalah:
1. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol digunakan sebagai pertahanan
terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
2. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak dapat
diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan tidak mampu untuk belajar
dari pengalaman dan miskin penilaian.
3. Narsisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku ogosentris,harga diri yang
rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah jika tidak
mendapat dukungan dari orang lain.
4. Isolasi sosial
Adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain.

II. D. Mekanisme Koping

Merupakan upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stres, termasuk upaya


penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri. (Stuart, 2006)

Mekanisme Koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi ansietas yang


merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme Koping yang
sering digunakan adalah :

A. Proyeksi, yaitu keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien


mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.

B. Splitting, yaitu kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya dalam


menilai baik-buruk.

C. Isolasi, yaitu perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan.
Mekanisme koping

1. Ego : Berpusat pada ego yang dimiliki pasien (menyalahkan orang lain)
2. Masalah : Masalah yang dihadapi pasien saat ini

Sumber Koping

Merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping pada strategi seseorang.


Strategi seseorang yang digunakan seperti keterlibatan dalam hubungan yang lebih luas
seperti dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan
kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti kesenian, musik/tulisan.
(Stuart, 2006)

1. Personal ability : Kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah


2. Sosial support : Dukungan dari lingkungan sekitar (misalnya keluarga,
teman)
3. Material aset :Dukungan material yang dimiliki pasien (misalnya
ekonomi, pendidikan, asuransi,dan transportasi,jarak mencapai pelayanan kesehatan )

II. E. Tanda dan Gejala/ Penilaian Stressor

Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari situasi stres
bagi individu lain, itu mencakup kognitif, afektif, fisiologis, perilaku, dan respon sosial.
Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan
kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas, dan pentingnya
sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang diberikan kepada orang
yang berisiko.

Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan
didukung dengan hasil observasi

A. Data Subjektif

1) klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.


2) klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.

3) klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

4) klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

5) klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) klien merasa tidak berguna

7) klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Secara spesifik proses perilaku kekerasan melibatkan respon kognitif, respon


afektif, respon fisiologis/fisik, respon psikomotor/perilaku dan respon sosial (Stuart,
2009)

1. Kognitif : Kemampuan analisis atau pemikira pasien (misalnya klien sering lupa)
2. Afektif : Respon psikologis / perasaan pasien (misalnya cemas)
3. Fisiologi : Terkait dengan keadaan fisik pasien (misalnya TD tinggi, tidak bisa
tidur)

4. Perilaku : Sikap atau prilaku yang ditunjukkkan pasien (misalnya diam


dan menutup diri)
5. Sosial : Terkait dengan interaksi atau hubungan klien dengan orang lain
(misalnya tidak mau bicara dengan orang lain)

III. 1. POHON MASALAH

Gangguan Persepsi Sensori :


Halusinasi
(Effect)

Isolasi Sosial
(Core problem)

Gangguan Konsep Diri:


Harga Diri Rendah
(Causa)
III. 2. Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji

A. Isolasi Diri
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan saya tidak mampu.
2. Klien mengatakan tidak bisa.
3. Klien mengatakan tidak tahu apa-apa.
4. Klien mengatakan bahwa dirinya bodoh.
5. Klien mengungkap perasaan malu terhadap dirinya sendiri
Data Objektif :
1. Klien tampak senang menyendiri
2. Klien tampak bingung
3. Klien terlihat apatis
4. Ekspresi wajah pasien sedih
5. Klien tampak sering melamun
6. Komunikasi klien dengan orang disekitar berkurang.
7. Kontak mata pasien saat berkomunikasi berkurang.

B. Resiko Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi


Data Subjektif :
1. Mengungkap mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
2. Mengungkap melihat benda yang tidak sesuai dengan stimulus nyata.
3. Mengungkapkan mencium bau yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
4. Merasa makan sesuatu
5. Merasa ada sesuatu dikulitnya.
6. Merasa takut pada suara/bunyi/gambar
7. Pasien ingin melempar sesuatu barang
Data Objektif :
1. Berbicara dan tertawa sendiri
2. Bersikap seperti mendengar sesuatu
3. Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengar bunyi yang tidak sesuai
dengan stimulus nyata.
4. Disorientasi

C. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah


Data Subjektif

1. Mengungkapkan tidak mampu dan tidak bisa, tidak tau apa – apa
2. Mengkritik diri sendiri
3. Mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Objektif

a) Tampak lebih suka sendiri


b) Bingung bila diminta memilih alternatif tindakan
Ingin mencederai diri atau mengakhiri diri

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi


2. Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UPN “VETERAN” JAKARTA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..

No CM : …………………… Ruangan : …………………..

Dx Perencanaan Rasional
Keperawata
n Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Isolasi sosial TUM:

Klien dapat 1. Setelah … X interaksi 1.1.Bina hubungan saling Membina hubungan saling
berinteraksi klien menunjukkan tanda- percaya dengan: percaya dengan klien. Kontak
dengan orang tanda percaya kepada / yang jujur,singkat dan konsisten
lain terhadap perawat:  Beri salam setiap dengan perawat dapat membantu
berinteraksi.
klien membina kembali interaksi
o Wajah cerah,  Perkenalkan nama,
nama panggilan penuh percaya dengan orang
tersenyum
perawat dan tujuan lain.
TUK: o Mau berkenalan
o Ada kontak mata perawat berkenalan
1. Klien dapat o Bersedia  Tanyakan dan panggil
membina menceritakan nama kesukaan klien
perasaan  Tunjukkan sikap jujur
hubungan o Bersedia dan menepati janji
saling mengungkapkan setiap kali
percaya masalahnya berinteraksi
o Bersedia  Tanyakan perasaan
mengungkapkan klien dan masalah
masalahnya yang dihadapi kllien
 Buat kontrak interaksi
yang jelas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien

2. Klien mampu 2.Setelah … x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien Dengan mengetahui tanda dan
menyebutka klien dapat menyebutkan tentang: gejala isolasi sosial yang
n penyebab minimal satu penyebab muncul, perawat dapat
 Orang yang tinggal menentukan langkah intervensi
menarik diri menarik diri dari: selnjutnya.
serumah / teman
o diri sendiri sekamar klien
o orang lain  Orang yang paling
o lingkungan dekat dengan klien di
rumah/ di ruang
perawatan
 Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
 Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
 Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Diskusikan dengan klien
penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
dengan orang lain.

2.3 Beri pujian terhadap


kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya

3. Klien 3. Setelah … X interaksi 3.1. Tanyakan pada klien Perbedaan seputar manfaat
mampu dengan klien dapat tentang : hubungan sosial dan kerugian
menyebutka menyebutkan  Manfaat hubungan isolasi sosial membantu klien
keuntungan sosial.
n mengidentifikasi apa yang
berhubungan sosial,  Kerugian menarik
keuntungan misalnya diri. terjadi pada dirinya, sehingga
berhubungan o banyak teman 3.2. Diskusikan bersama dapat diambil langkah untuk
sosial dan o tidak kesepian klien tentang manfaat mengatasi masalah ini.
kerugian o bisa diskusi berhubungan sosial dan
menarik diri. o saling menolong, kerugian menarik diri.
dan kerugian menarik 3.3. Beri pujian terhadap
diri, misalnya: kemampuan klien Penguatan ( reinforcement)
mengungkapkan dapat membantu meninggalkan
o sendiri perasaannya. harga diri klien.
o kesepian
o tidak bisa diskusi
4. Klien dapat 4. Setelah … X interaksi 4.1 Observasi perilaku klien Kehadiran orang yang dapat
melaksanak klien dapat saat berhubungan sosial dipercaya memberi klien rasa
an melaksanakan hubungan . aman dan terlindungi.
hubungan
sosial secara bertahap
sosial 4.2 Beri motivasi dan bantu
secara dengan:
klien untuk berkenalan /
bertahap
o Perawat berkomunikasi dengan :
o Perawat lain
o Klien lain  Perawat lain
o Kelompok  Klien lain
 Kelompok
4.3 Libatkan klien dalam
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi

4.4 Diskusikan jadwal


harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi

4.5 Beri motivasi klien


untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah
dibuat.

4.6 Beri pujian terhadap


kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan.

5. Klien 5. Setelah … X interaksi 3.1. Diskusikan dengan klien Ketika klien merasa dirinya
mampu klien dapat menjelaskan tentang perasaannya lebih baik dan
menjelaska perasaannya setelah setelah berhubungan
n sosial dengan : mempunyai
berhubungan sosial
perasaanny  Orang lain
a setelah dengan :  Kelompok makna, interaksi sosial dengan
berhubunga 3.2. Beri pujian terhadap orang lain dapat ditingkatkan
o Orang lain
n sosial. kemampuan klien
o Kelompok
mengungkapkan
perasaannya.
6. Klien 6.1. Setelah .... X 6.1. Diskusikan pentingnya Dukungan dari keluarga
mendapat pertemuan keluarga peran serta keluarga merupakan bagian penting dari
dukungan dapat menjelaskan sebagai pendukung rehabilitas klien
tentang :
keluarga untuk mengatasi prilaku
o Pengertian menarik
dalam diri menarik diri.
memperluas o Tanda dan gejala
hubungan 6.2. Diskusikan potensi
menarik diri
sosial o Penyebab dan keluarga untuk
akibat menarik diri membantu klien
o Cara merawat klien mengatasi perilaku
menarik diri menarik diri
6.2. Setelah ... X pertemuan
keluarga dapat 6.3. Jelaskan pada keluarga
mempraktekkan cara tentang :
merawat klien menarik
 Pengertian menarik
diri. diri
 Tanda dan gejala
menarik diri
 Penyebab dan akibat
menarik diri
 Cara merawat klien
menarik diri
6.4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.

6.5. Tanyakan perasaan


keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan

6.6. Beri motivasi keluarga


agar membantu klien
untuk bersosialisasi.

6.7. Beri pujian kepada


keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.

7. Klien dapat 7.1.Setelah ……x 7.1.Diskusikan dengan Membantu dalam meningkatkan


memanfaatk interaksi klien klien tentang manfaat perasaan kendali dan
an obat menyebutkan; dan kerugian tidak keterlibatan dalam perawatan
dengan baik.  Manfaat minum obat minum obat, nama , kesehatan klien.
 Kerugian tidak warna, dosis, cara ,
minum obat efek terapi dan efek
 Nama,warna,dosis, samping penggunan
efek terapi dan efek obat
samping obat 7.2. Pantau klien saat
7.2.Setelah ……..x penggunaan obat
interaksi klien 7.3. Beri pujian jika klien
mendemontrasikan menggunakan obat
penggunaan obat dgn dengan benar
benar 7.4. Diskusikan akibat
7.3.Setelah ….x interaksi berhenti minum obat
klien menyebutkan tanpa konsultasi
akibat berhenti dengan dokter
minum obat tanpa 7.5.Anjurkan klien untuk
konsultasi dokter konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak di inginkan .
VI. JURNAL TERKAIT

1. Judul Jurnal : Peningkatan Kemampuan Interaksi Pada Pasien Isolasi Sosial


Dengan Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Sesi 1-3

Penulis : Suwarni, Desi Ariyana Rahayu

Tahun : 2020

Hasil : Kemampuan memperkenalkan diri pada pasien isolasi sosial di ruang RIPD
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah meliputi kemampuan verbal
dan non verbal. Penilaian kemampuan verbal meliputi kemampuan menyebutkan
nama lengkap, menyebutkan nama panggilan, menyebutkan asal, dan menyebutkan
hobi. Pasien tidak mampu menyebutkan nama lengkap sebelum dilakukan TAKS.
Pasien juga tidak mampu menyebutkan asal dan hobi yang dimilikinya. Pasien
hanya mampu menyebutkan nama panggilan saja. Setelah dilakukan TAKS pasien
mampu melakukan semua aspek verbal yang dinilai. Penilaian kemampuan non
verbal meliputi kontak mata, duduk tegak, dan menggunakan bahasa tubuh yang
sesuai. Pasien tidak mampu melakukan ketiga aspek yang dinilai sebelum dilakukan
TAKS. Setelah dilakukan TAKS pasien mampu duduk tegak saat memperkenalkan
diri.

Kemampuan berkenalan pada pasien isolasi sosial di ruang RIPD RSJD Dr.
Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah meliputi kemampuan verbal dan non
verbal. Kemampuan verbal meliputi kemampuan pasien untuk menyebutkan nama
lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi. Kemampuan verbal lain meliputi
kemampuan pasien untuk menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan
hobi. Kemampuan verbal yang mampu dilakukan pasien diantaranya pasien mampu
menyebutkan nama panggilan dan menanyakan nama panggilan. Setelah dilakukan
TAKS pasien mampu melakukan kemampuan verbal kecuali menanyakan nama
lengkap. Penilaian kemampuan non verbal meliputi kontak mata, duduk tegak,
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, dan mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir. Pasien tidak mampu melakukan kontak mata pada saat berkenalan. Setelah
dilakukan TAKS pasien mampu melakukan kontak mata dan mengikuti kegiatan
dari awal sampai akhir. Kemampuan bercakap-cakap pada pasien isolasi sosial di
ruang RIPD RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah meliputi
kemampuan verbal bertanya dan menjawab. Kemampuan bertanya meliputi aspek
mengajukan pertanyaan yang jelas, ringkas, relevan, dan spontan. Sedangkan
kemampuan menjawab meliputi aspek kemampuan menjawab dengan jelas, ringkas,
relevan, dan spontan. Sebelum dilakukan TAKS pasien tidak mampu menunjukkan
kemampuan verbal saat bercakap-cakap. Setelah dilakukan TAKS pasien mampu
mengajukan pertanyaan serta menjawab pertanyaan dengan jelas, ringkas, dan
spontan namun belum relevan. Aspek penilaian kemampuan non verbal meliputi
kontak mata, duduk tegak, menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, dan mengikuti
kegiatan dari awal sampai akhir. Sebelum dilakukan TAKS pasien hanya mampu
melakukan kontak mata saat bercakap-cakap. Setelah dilakukan TAKS pasien
mampu menunjukkan semua aspek kemampuan non verbal.

2. Judul Jurnal : Terapi Kognitif Terhadap Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia


Dengan Isolasi Sosial

Penulis : Rani Kawati Damanik, Jek Amidos Pardede, Licy Warman Manalu

Tahun : 2020

Hasil : Menurut asumsi peneliti bahwa terapi kognitif ini mempunyai pengaruh terhadap
kemampuan berinteraksi sebelum dan setelah dilakukan terapi kognitif. Hal ini
membuktikan bahwa terapi kognitif efektif untuk mengatasi masalah pasien dengan
isolasi sosial, akan tetapi ada hal yang mempengaruhi keberhasilan terapi kognitif
tersebut. Terapi kognitif mampu mengubah ketidakmampuan dalam berinteraksi, karena
berinteraksi dengan orang lain sangat penting, selaras dengan penelitian terdahulu
dikatakan bahwa terapi kognitif lebih menekankan dan melatih pasien untuk mengubah
cara berpikir yang negatif karena mengalami pikiran negatif.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2013. Keperawatan Jiwa: Asuhan dan Praktik Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta.Pustaka Baru Press

Stuart, G. 2009. Principles and Parctice of Psychiatric Nursing (9th ed.). St.
Louis: Mosby Year Book

Anda mungkin juga menyukai