Jiptummpp GDL Nickoputra 39308 2 Bab1
Jiptummpp GDL Nickoputra 39308 2 Bab1
PENDAHULUAN
Hukum menurut Hans Kelsen adalah tata aturan (order) sebagai suatu
hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal (rule), tetapi seperangkat
aturan (rules) yang memiliki suatu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai
suatu sistem. Bahwa suatu aturan yang mengatur perilaku manusia adalah
aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap manusia dan pemahaman atas
pidana dibagi atas tiga bidang yakni hukum pidana materiel yang mengatur
pidana formil yang mengatur mengenai hukum acara pidana atau penerapan
pidana yang mengatur mengenai pelaksanaan pidana yang atas putusan hakim
untuk tidak memandang pidana itu semata-mata sebagai pidana atau melihat
1
2
hukum pidana telah berhenti bekerja dan hakim telah menjatuhkan putusan
pidana terhadap pelanggar hukum. Apabila terdapat atau sudah ada putusan
yang dijatuhkan kepada pelanggar hukum yang mana hukum pidana sudah
tidak bekerja maka selanjutnya hukum penitensier yang aktif dalam penerapan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia tercantum di Negara Republik
1945:
narapidana, maka akan dapat juga memiliki hak asasinya sebagai seorang
Pasal 1 angka 7
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan
di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS).
Narapidana berhak :
3
Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga
Binaan Pemasyarakatan:
Pasal 1 angka 7
Pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan di luar Lapas setelah
menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) masa pidananya minimal
9 (sembilan) bulan.
menyatakan:
dari Negara bagi narapidana untuk bebas terlebih dahulu sebelum masa
yang mulia dari pemerintah yang memiliki ide pemikiran yang bertujuan agar
lebel atau pandangan dari masyarakat yang negatif, sehingga dapat merubah
Seperti contoh kasus yang penulis dapatkan di sebuah berita media online
sebagai berikut :
1
Republika. 2014. Pembebasan Bersyarat Hartati Murdaya Ciderai Rasa Keadilan.
http://republika.co.id.// Diakses tanggal 10 September 2014, pukul 22.32 WIB
6
melawan hukum. Hal ini, Negara memiliki tanggung jawab penuh atas
atau hukum yang berada dinegara tersebut. Tanggung jawab yang dilakukan
pidana dan dalam peradilan pidana. Dalam penjatuhan pidana seseorang, perlu
beberapa teori serta memikirkan mengapa suatu kejahatan itu perlu adanya
hukuman pidana. Dalam hukum pidana mengenal adanaya 3 (tiga) teori tujuan
1. Teori Absolut
Terori absolut atau teori pembalasan, “dasar pijakan teori ini ialah
pidana itu pada penjahat”.2 Teori ini beranggapan bahwa apa yang
2
Adami Chazawi. 2001. Pembelajaran Hukum Pidana Bagian I. Penerbit Rajawali Pers. Hal
157
7
yang telah dilakukannya, mengenai dasar hukum teori ini terletak pada
kejahatan itu sendiri. “Teori ini sebenarnya adalah suatu teori yang
berdasarkan pada anggapan, bahwa hutang jiwa harus dibayar dengan jiwa
2. Teori Relatife
“Teori relatife atau teori tujuan berpokok pangkal pada dasar bahwa
teori relatife ini ditujukan hanya untuk pencegahan (prevensi) dimana teori
yang melakukan tindak pidana agar menjadi orang yang lebih baik.
3. Teori Gabungan.
“Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas
pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi
dengan Teori Relatife. Dalam teori gabungan ini tidak hanya menitik
3
Samidjo. 1993.Pengantar Hukum Indonesia. Bandung. Penerbit CV. Armico. Hal 153
4
Ibid. Hal 161 (sumber kutipan sama dengan nomor 2, halaman berbeda)
5
Ibid. Hal 166 (sumber kutipan sama dengan nomor 2, halaman berbeda)
8
6
Petrus Irwan, dkk. 1995.Lembaga Pemasyarakatan Dalam Prespektif Sistem Peradilan
Pidana. Jakarta. Penerbit Pustaka Sinar Harapan. Hal 12
9
selain itu juga di atur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
B. Rumusan Permasalahan
agar dalam penelitian dapat lebih terarah dan terperinci sesuai dengan tujuan
sebagai berikut:
Kelas II B Jombang?
C. Tujuan Penelitian
kelas II B Jombang.
Jombang.
3. Untuk mengetahui apa faktor pendukung syarat dan tata cara mendapatkan
kelas II B Jombang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Masyarakat
c) Bagi Akademisi
korupsi.
12
E. Kegunaan Penelitian
F. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
2. Penentuan Lokasi
waktu 1 bulan yaitu bulan juni 2014. Alasan penulis memilih lokasi
Selain itu, Lapas Kota Jombang juga menjadi pilihan penulis karena
bersyarat.
13
3. Sumber Data
Data yang digunakan adalah data primer dan di dukung oleh data sekunder
a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
Bina Pendidikan dan Giat Kerja yaitu Bapak Affandi, A,Md. I.P., S.H.,
1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan.
c. Data Tersier adalah jenis data yang diperoleh dari Ensiklopedia, Jurnal
pidana korupsi.
b. Studi Pustaka
penulis.
5. Analisa Data
oleh responden secara tertulis maupun lisan dan juga perilaku yang nyata
16
akhir ini, maka sistematika penulisan hukum di bagi 4 (empat) bab, dan
masing-masing terdiri atas sub-sub bab. Adapun bab -bab tersebut adalah
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
kerangka dasar dan permasalahan yang diangkat, serta fakta dan dasar hukum.
literature yang berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti yaitu syarat
dan tata cara hak mendapatkan pembebasan bersyarat bagi narapidana tindak
pidana korupsi di Lapas Kota Jombang yang telah di tentukan oleh peraturan
perundang-undangan.
deskriptif analitis terhadap syarat dan tata cara hak mendapatkan pembebasan
17
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
atas.