Asasdasdasd
Asasdasdasd
2.7. Manifestasi
servikal sering disertai tuberkulosis tonsil. Pada tuberkulosis dan adanya
limfadenopati servikal. Dengan temuan tersebut dan juga dijumpai keadaan tonsil
yang abnormal. 11
2.8. Diagnosis
Diagnosa biasanya didapat jika pasien datang dengan keluhan berupa
sakit. 1
Limphadenopati cervikal 1
Pembesaran tonsil 1
1
Gambar diperbesar pada pembesaran tonsil 1
2
Biopsi jaringan adalah metode diagnosis yang paling efektif untuk TB tonsil
yang bersifat invasive dan dapat dilakukan dengan cairan tubuh karena lebih
mudah diakses, seperti cairan pleura dapat dipelajari jika pasien memiliki TB paru
primer. Cairan eksudatif ditemukan dalam cairan pleura pada pasien TB dengan
dominasi limfosit pada sekitar 90% kasus. Pengukuran Adenosine deaminase
(ADA) adalah salah satu biomarker yang paling banyak digunakan untuk
diagnosis EPTB. ADA adalah enzim yang terlibat meskipun mungkin hasil
negatif palsu dan hasil positif palsu harus dipertimbangkan. 12,13
Uji amplifikasi asam nukleat seperti PCR memiliki banyak keuntungan yaitu
kecepatan dalam mendiagnosis. Selin itu sensitivitasnya juga dapat ditingkatkan
dengan PCR karena EPTB adalah penyakit paucibacillary sehingga akan dapat
mendeteksi sedikitnya 10 mycobacteria. 12,13
Ada beberapa metode yang mendukung untuk mendiagnosis tonsil TB, seperti
tes kulit Tuberkulin (TST) dan IFN-γ merilis tes (IGRA), tetapi ini memiliki nilai
diagnostik yang terbatas. Interpretasi hasil reaktivitas TST dapat menjadi rancu
oleh crossreactivity dengan vaksinasi Bacille Calmette-Guerin sebelumnya atau
infeksi TB laten di negara-negara di mana TB menjadi penyakit yang umum.
Faktor lain seperti infeksi HIV, status gizi buruk, infeksi bakteri, atau vaksinasi
dengan virus hidup juga bisa mengurangi respon terhadap TST. Demikian pula,
IGRA tidak dapat membedakan antara infeksi laten dan TB paru aktif atau EPTB.
Dengan demikian, hasil negatif tidak bisa sepenuhnya mengecualikan penyakit.
12,13
2.10 Tatalaksana
Pengobatan untuk tuberkulosis paru dan extra-paru pada kasus ini tonsillar
tuberculosis memiliki kesamaan, kecuali jika diketahui dan diduga kuat adanya
3
resistensi kuman terhadap obat tuberkulosis lini pertama. Pengobatan pada TB
tonsil tetap menggunakan terapi dengan obat anti tuberkulosis.
Pasien diberikan terapi dengan anti tuberkulosis berupa isoniazid,
rifampisin dan pirazinamid. Setelah pemberian terapi anti tuberkulosis selama 2
bulan lakukan pemeriksaan untung mengkaji apakah ada perbaikan klinis dan
radiologis pada pasien tersebut.13
2.11 Komplikasi
Abses peritonsil, bakteremia, sepsis dan sindrom Lemierre. Sindrom
lemierre atau septikemia postanginal (necrobacillosis) disebabkan oleh infeksi
orofaringeal akut dengan septik thrombophlebitis sekunder karena fusobacterium
necrophorum dari vena jugularis internal dan infeksi metastasis yang sering
terjadi.14
2.12 Prognosis
Pasien dengan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosa harus
mengikuti petunjuk pengobatan yang benar agar tidak timbul resistensi kuman.
Prognosis biasanya baik dengan pengobatan yang terkontrol. Penderita
tuberkulosis yang telah dinyatakan sembuh tetap dievaluasi minimal 2 tahun
setelah sembuh untuk mengetahui adanya kekambuhan.
4
KESIMPULAN
5
DAFTAR PUSTAKA
6
10. Lee JY. Diagnosis and Treatment of extrapulmonary tuberculosis. Tuberc
Respir Dis. 2015;78:47-55
11. Kant S, Verma KS, Sanjay. Isolated Tonsil Tuberculosis. Lung India,
Vestn Otonnolanngol. 2008;25:163-164